Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau
upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar, 2004).
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. tugas
pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang
publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya
dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan
perlindungan tenagakerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar
bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat,
tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa
menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat
yang sehat secara jasmani dan rohani.
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan
yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat
holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga
pemulihan penyakit (Depkes RI, 2005). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 49 tahun 2013 mendefinisikan rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan kepada
masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan Undang-undang No. 36
tahun 2010 tentang kesehatan, membawa konsekuensi hukum tentang
kewajiban dan tanggung jawab rumah sakit atau dokter untuk memenuhi
hak-hak pasien. Para pelaku usaha atau pemberi jasa diwajibkan untuk
memberikan kompensasi, ganti rugi atau penggantian bila ada keluhan
dari konsumen. Melalui pemahaman ini diharapkan perusahaan jasa
mampu mengeliminasi tuntunan konsumen dan mengoptimalkan kepuasan
konsumen.
Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di
Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik
melalui penyediaan peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas
sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan,
kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya. Dengan demikian
masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan
tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan rujukan. Rumah sakit mempunyai
beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik dan non medik, penelitian dan pengembangan, pelayanan
rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).
RSHP adalah rumah sakit tipe C yang beralamat Jl.Rancabolang No 21
Bandung. Kegiatan utama memberikan pelayanan kesehatan spesialis dan
subspesialis kepada para customer. Untuk menjalankan kegiatan pelayanan,
saat ini RSHP mempunyai 83 TT (tempat tidur), yang didukung oleh lebih
kurang sebanyak 137 orang karyawan. RSHP sebagai salah satu rumah sakit
rujukan untuk wilayah Bandung. diantaranya adalah kelas VIP 13 TT, Kelas I
22 TT, Kelas II 14 TT, Kelas 10 TT,HCU 3 TT, TT Bayi Baru Lahir 21 TT.
Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa RSHP merupakan rumah
sakit yang cukup sering melakukan kegiatan medis. Hal tersebut
memungkinkan terhadap risiko penyebaran infeksi di rumah sakit.
Berdasarkan data yang di peloreh di RSHP dalam indikator pelayanan
di bulan januari BOR 44,77% , LOS 2,9%, TOI 2,50%. Bulan februari BOR
53%, LOS 3,1% dan TOI 1,90%. Bulan maret BOR 51,40%, LOS 3,1% dan
TOI 2,00 %. Bulan April BOR 59,42% LOS 3,2% dan TOI 1,50%.
Berdasarkan data yang diperoleh di RSHP dalam laporan komite PPI
di tahun 2018 pecapaian target belum 100%.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Dengan Praktek Belajar Lapangan ini mahasiswa di harapkan mampu
menerapkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan ke dalam praktik di
lapangan mendapatkan ilmu serta pengalaman baru di lapangan kerja, dan
mahasiswa dapat menjelaskan apa yang telah di dapatkan dalam kegiatan
Praktek Belajar Lapangan di RSIA Humana Prima dengan membuat laporan
sebagai hasil dari ilmu dan kegiatan yang di dapat dari kegiatan PBL.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang struktur organisasi di Rumah Sakit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses perencanaan di Rumah sakit.
3. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah yang terjadi di lapangan.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi situasi masalah yang terjadi di
lapangan.
5. Mahasiswa dapat menetapkan prioritas masalah yang terjadi di lapangan.

C. MANFAAT
A. Bagi mahasiswa
a. Mendapatkan kesempatan pengalaman nyata mengaplikasikan teori
yang telah diperoleh dari proses perkuliahan ke dalam dunia kerja.
b. Mengetahui permasalahan yang ada di tempat PBL
c. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu
kesehatan masyarakat di dunia kerja.
B. Bagi jurusan Kesehatan Masyarakat
a. Mendapatkan informasi dari stakeholder di tempat PBL yang berguna
untuk meningkatkan kualitas lulusan jurusan kesmas.
b. Menjalin kerjasama dengan institusi atau instansi tempat PBL
mahasiswa sehingga dapat mendukung pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi lainnya.
C. Bagi Institusi tempat PBL
a. Institusi tempat PBL dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa PBL
sesuai dengan kebutuhan di unit kerjanya.
b. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi tempat PBL dengan program studi Kesehatan
masyarakat STIKes Bhakti Kencana Bandung.
c. Laporan PBL dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan untuk
perbaikan manajemen RS.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

B. Tugas dan Fungsi


Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
tambahan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
 Melaksanakan pelayanan medis khusus,
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
(observasi),
 Melaksanakan pelayanan rawat inap,
 Melaksanakan pelayanan administratif,
 Melaksanakan pendidikan para medis,
 Membantu pendidikan tenaga medis umum,
 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang
di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a,
b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan
kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja
rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui
keputusan dirjen yan medik.

C. Jenis-jenis rumah sakit


1. Rumah sakit umum
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki
institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk
mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan
pertama.Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah
ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk
perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga
dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin,
laboratorium, dan sebagainya.Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja
bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.Rumah sakit yang sangat
besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani
seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan
kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum
(klinik).Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu
rumah sakit.
2. Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit
manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti
psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-
lain.Rumah sakit ini bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu
bangunan.
3. Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang
terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran
pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi.Biasanya rumah sakit
ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam
obat baru atau teknik pengobatan baru.Rumah sakit ini diselenggarakan
oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud
pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
4. Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk
melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut/karyawan perusahaan tersebut.Alasan pendirian bisa karena
penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya
rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan
gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang
terpencil/jauh dari rumah sakit umum.Biasanya rumah sakit
lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan
menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
5. Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan
tertentu.Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau
dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi.Klinik biasanya
hanya menerima rawat jalan.Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik
yang disebut poliklinik.
Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat
jalan) adalah fasilitas perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk
perawatan pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan
didanai secara pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan
kesehatan primer kebutuhan populasi di masyarakat lokal, berbeda
dengan rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan perawatan khusus
dan melayani pasien rawat inap.

D. Tipe rumah sakit


Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari
kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1. Rumah sakit tipe A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit
kelas A  ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan
tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit tipe B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah
sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital)
yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah
sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan
sebagai rumah sakit kelas B.
3. Rumah sakit tipe C
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam,
pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan
kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota
kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari
puskesmas.
4. Rumah sakit tipe D
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena
pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. 
Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D  juga
menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
5. Rumah sakit Tipe E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan  satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya
rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit
jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain
sebagainya.

D. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Di Indonesia


Dengan memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa ada tiga
bahan yang semestinya sangat penting dengan tugas dan wewenang
yang cukup jelas, yaitu:
1. Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board.
2. Direksi Rumah Sakit.
3. Staf Kedokteran (medical staff)
Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya,
saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk
mengarahkan tujuan dan hendak dicapai oleh rumah sakit itu. Tetapi,
khusus di Indonesia, ketiga badan ini pada umumnya masih sering
terjadi semacam conflict of interest dari masisng-masing anggota
badan tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat
dipisahkan tugas seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit
yang sekaligus merawat pasien (Sulastomo, 2000).
Tahap sekarang masalah ini memang (dalam batas-batas
tertentu) tidak dapat dihindari, karena peranan yang besar dari para
dokter dalam badan-badan tersebut. Masalah ini dalam tahap pertama
tentunya dapat dikurangi dengan suatu job discription yang sejelas-
jelasnya. Di masa depan, dengan perkembangan rumah sakit yang
semakin kompleks, tentunya dianjurkan adanya pemisahan yang jelas.
Dalam hubungan ini, untuk kemudahan komunikasi, ketiga badan ini
dapat membentuk semacam “Badan Musyawarah” yang merumuskan
dan menampung permasalaha- permasalahan yang ada, sebelum
diputus oleh yayasan/Governing Board/pemilik rumah sakit
(Sulastomo, 2000).
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A, susunan organisasinya
diatur sesuai dengan SK Menkes No. 543/VI/1994 adalah sebagai
berikut :
a. Direktur
b. Wakil direktur terdiri dari:
1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
3. Wadir Umum dan Keuangan
4. Wadir Komite Medik
Tiap-tiap wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang
mengatur beberapa bidang/ bagian pelayanan dan keperawatan dan
instalasi. Instalasi RS diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas agar
pelayanan medis dan keperawatan dapat terlakasana dengan baik.

Instalasi RS dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan


jabatan nonstruktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS
kelas A adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat
intensif, bedah sentral, farmasi, patologi anatomi, patologi klinik, gizi,
laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit(PSRS),
pemulasaran jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban
lingkungan dan binatu (Munijaya, 2004).
Komite medik (KM) juga diberikan jabatan nonsturktural yang
fungsinya menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala staf
medik fungsional (SMF). KM diberikan dua tugas utama yaitu
menyusun standar pelayanan medis dan memberikan pertimbangan
kepada direktur dalam hal :
1. Pembinaan, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan mutu
pelayanan medis, hak-hak klinis khusus kepada SMF, program
pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta
penelitian dan pengembangan (litbang)
2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan etika profesi (Munijaya, 2004). Semua kepala SMF
diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan usulan
dari direktur RS. Dengan mengkaji struktur orgaisasi dan tugas-
tugas pokok RS, dapat dibayangkan bahwa manajemen sebuah RS
hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan
mereka yang berkunjung dan jenis pelayanannya. Masyarakat
yang berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh pelayanan
medis karena kejadian sakit yang dideritanya, sedangkan mereka
yang berkunjung ke hotel adalah untuk bersenang-senang
(Munijaya, 2004).
Pembentukan KM di RS sangat diperlukan untuk membantu
tugas-tugas direktur RS dalam menjaga mutu dan etika pelayanan
RS. KM dibentuk berdasarka SK Dirjen Yan. Medik Depkes RI
sesuai dengan usul Direktur RS. Masa kerja Wadir KM adalah tiga
tahun. Dibawah wadir KM terdapat panitia infeksi nosokomial,
panitia rekam medis, farmasi dan terapi, audit medik, dan etika
(Munijaya, 2004).
SMF yang menggantikan UPF (Unit Pelaksanaan Fungsional)
terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter
subspesialis. Mereka mempunyai tugas pokok menegakkan
diagnosis, memberikan pengobatan, pencegahan penyakit,
peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pelatihan dan
penelitian pengembangan pelayanan medis. Untuk RS kelas A,
jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yaitu (1) Bedah (2)
Kesehatan Anak (3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4)
Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit dan kelamin
(7) THT (8) Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11) Patologi
Klinik (12) Patologi Anatomi (13) Kedoteran Kehakiman (14)
Rehabilitasi Medik (15)Anestesi (Munijaya, 2004).
Masing-masing Wadir juga dilengkapi sekertariat khusus dan
bidang-bidang yang dibagi lagi menjadi subbagian dan seksi
(sesuai dengan SK Menkes No. 134). Susunan organisasi RSU
kelas B hampir sama dengan kelas A, bedanya hanya terletak pada
jumlah dan jenis masing-mamsing SMF. Untuk RSU kelas B tidak
ada subspesialisnya (Munijaya, 2004).
Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika
dibandingkan dengan kelas A dan kelas B. Disini tidak ada wakil
direktur, tetapi dilengkapidengan staf khusus yang mengurusi
administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis
dan jumlah staf profesional (medis dan paramedic) yang
dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum, jenis kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan
peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang
berlokasi di ibu kota provinsi (Munijaya, 2004).

E. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Law)


Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga
kesehatan dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai
peraturan internal rumah sakit yang biasa disebut hospital by laws. Peraturan
tersebut meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan,
ketenagaan, administrasi dan manajemen. Bentuk peraturan internal rumah
sakit (HBL) yang merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara
lain: Tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien,
dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum,
wajib simpan rahasia kedokteran, komete medik, panitia etik kedokteran,
panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit,
persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan
tenaga kesehatan dan rekanan.
Bentuk dari Hospital by laws dapat merupakan Peraturan Rumah
Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,
Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal
rumah sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak harus
sama materi muatannya, hal tersebut tergantung pada: sejarahnya,
pendiriannya, kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit
tersebut. Namun demikian peraturan internal rumah sakit tidak boleh
bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri,
Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam
bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang
nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.

F. Instalasi Rawat Inap


Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap.
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang
terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi
pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya.
G. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut Levina. S Kelmanutu, kualitas pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya
adalah:
a. Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku.
b. Efisiensi dan efektifitas, menyangkut pemanfaatan sumber daya.
c. Keselamatan Pasien, menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.
d. Kepuasan Pasien, menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial terhadap
lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan,
perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Adji Muslihuddin (2011), Mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik
apabila:
a. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit.
b. Menyediakan pelayanan yang profesional.
Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut:
a. Petugas harus mampu melayani dengan cepat.
b. Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu membuat
kepercayaan pada pasien.
c. Ruangan yang bersih dan nyaman.
d. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai
tambah.
2.2.2. Pelayanan Tenaga Medis dan Paramedis
Tenaga medis merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam menentukan kualitas
pelayanan yang diberikan. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik
kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik
berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada pasien dan rumah sakit. Donabedian (2010),
mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek teknis manajemen, manajemen
lingkungan sosial, manajemen psikologi manajemen kontinuitas, koordinasi
kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal:
a. Ketepatan diagnosis.
b. Ketepatan dan kecukupan terapi.
c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap.
d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga.
Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah
sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan
pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah
sakit di mata masyarakat.
Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam
menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang dominan juga
pelayanannya menggunakan pendekatan metode pemecahan masalah secara ilmiah
melalui proses keperawatan.
2.2.3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik, dan Obat obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang untuk
melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe
rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak diperlukan,
bagian farmasi bertanggung jawab. atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan
obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluarsanya, dan
sebagainya.
2.3. Rekam Medik
Rekam medik adalah kompilasi dari fakta-fakta yang relevan berkaitan dengan
riwayat kesehatan pasien dari dulu hingga sekarang, diagnosis, pengobatan dan hasil
akhir dari setiap perawatan. Para profesional rekam medik harus memastikan bahwa
semua yang diisi relevan dengan fakta yang ada dan bukan rekayasa.
Tujuan utama dari rekam medik adalah untuk memberikan informasi yang akuran
mengenai sejarah kesehatan pasien, dimulai dari masa lalu hingga saat ini,
pengobatan yang telah diberikan dan kejadian-kejadian pada pasien selama masa
perawatan. Rekam medik berisi banyak informasi yang berguna untuk banyak pihak.
Para pengguna rekam medik dibagi menjadi 2 jenis yakni personal dan impersonal.
a. Personal yaitu rekam medik digunakan untuk penggunaan pribadi pasien.
b. Impersonal yaitu rekam medik digunakan untuk studi penelitian atau uji klinis.
Informasi yang terkandung di dalam rekam medik memberikan kegunaan tersendiri
untuk masing-masing pihak. Adapun nilai rekam medik bagi pihak tersebut adalah:
a. Bagi pasien, menyediakan bukti asuhan keperawatan, merupakan data untuk
pengobatan selanjutnya dan memberikan perlindungan hukum dalam kasus-kasus
tertentu.
b. Bagi fasilitas layanan kesehatan, memiliki data untuk pekerja tenaga medis, bukti
untuk tagihan pembayaran, mengevaluasi sumber daya, mengevaluasi mutu
pelayanan, dan membantu dalam membuat perencanaan dan pemasaran.
c. Bagi pemberi pelayanan, menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga
medis, membantu dokter dalam menyediakan data perawatan dan sebagai data untuk
penelitian.
2.4. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap
Standar pelayanan minimal (Kepmenkes 129 Tahun 2008) adalah ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis
tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum.
Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan
Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi
pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan. Pelaksanaan pelayanan di
instalasi rawat inap berkaitan dengan pelayanan medis dan penunjang klinis meliputi
rekam medis dan kegiatan pemeliharaan sarana.
Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik, pasien di rawat
inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses penyembuhannya. Adapun SPM
untuk jenis layanan rawat inap, rekam medis dan pemeliharaan sarana berdasarkan
ketentuan Depkes seperti pada
Selain menentukan SPM, Depkes juga menentukan indikator pelayanan rumah sakit
yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut terbagi untuk masing-masing unit. Indikator
yang diperlihatkan pada
Tabel 2.2 untuk unit rawat inap antara lain:
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu.
2. ALOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar.
E. Metode pelaksanaan
1. Tempat dan waktu
Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan mulai dari tanggal 24 juni sampai
dengan 19 juli 2019. Dilanjutkan bimbingan mulai dari tanggal 20 juli
sampai dengan 24 agustus 2019 di Universitas Bhakti Kencana Bandung.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini observasional deskriptif yaitu menggambarkan
fenomena .....
3. Definisi oprasioal
Alat
Ukur
Definisi Skala
No Variabel Dan Hasil Ukur
Oprasional Ukur
Cara
Ukur

4. Populasi dan sampel


a. Populasi
Menurut (Arikunto,2006) populasi adalah keseluruhan objek
penelitan. Penelitian hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga
dan subjekya tidak terlalu banyak. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tenaga kesehatan di RSIA Humana Prima sebanyak 65 orang.
b. Sample
Menurut (Sugiono, 2008) sample adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dalam penelitian
ini Untuk bahan dasar acuan masalah yang akan di ambil maka
dilakukan survey pendahuluan dengan observasi yang dilakukan pada
10 tenaga kesehatan yang diambil sebagai sampel dalam survey
pendahuluan.
5. Instrumen
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang ditetapkan oleh
peneliti dan dipergunakan untuk menggali data, sehingga proses kegiatan
pengumpulan data dapat berlangsung dengan sistematis (Susilo, 2012).
Instrumen pengumpulan data juga diartikan sebagai alat bantu yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Riduwan,
2011)
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner yang dibuat untuk
survey pendahuluan yang di gunakan untuk menemukan masalah yang
ada.

6. Pengumpulan data
Data yang didapatkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada petugas kesehatan. Data yang di kumpulkan
adalah data sekunder yang didapat dari hasil laporan komite surveilans
PPI RSHP, Laporan jumlah indikator pelayanan di RSHP tshun 2019 dan
data laporan 10 besar penyakit yang ada di RSHP.
7. Analisa data
Dari hasil data di atas tergambar bahwa kepatuhan terhadap hand hygine
dan penggunaan APD petugas kesehatan di RSHP masih belum memenuhi
target yang diharapkan yaitu 100%. Sedankan untuk data indikator
pelayanan di RSHP yang di peroleh sudah rendah maka dapat di katakan
unruk indikator pelayanan sudah baik.
8. Identifikasi Masalah kesehatan
Hasil dari analisa data di atas berdasarkan temuan di data sekunder dan
primer ditemukan beberapa masalahkesehatan diantaranya adalah
kurangnya tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunakan dan
melakukan hand hygine karyawan di RSHP.
9. Penentuan Prioritas masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan sumberdaya manusia, biaya, tenaga,
teknologi dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas. Dalam
menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan metode
USG (Urgency,Seriousness,Growth). Metode USG merupakan salah satu
cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring
1-5 dan dengan mempertimbangkan 3 komponen dalam metode USG.
Dari masalah di atas dilakukan penentuan prioritas masalah
berdasarkan metode USG. Metode ini mengacu pada 3 indikator sebagai
berikut :
1. Urgency (mendesaknya)
2. Seriousness (kegawatannya)
3. Growth (Perkembangannya)
Masing- masing indikator diberi skor 1-5 Hal tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan dalam memberikan penilaian pada setiap masalah
yang ada.
1. Urgency (mendesaknya)
Nilai 1 : Tidak Mendesak
2 : Kurang Mendesak
3 : Cukup mendesak
4 : Mendesak
5 : Sangat Mendesak
2. Seriousness (kegawatannya)
Nilai 1 : Tidak Gawat
2 : Kurang Gawat
3 : Cukup Gawat
4 : Gawat
5 : Sangat Gawat
3. Growth (perkembangannya)
Nilai 1 : Sangat Kurang
2 : Kurang
3 : Cukup Besar
4 : Besar
5 : Sangat Besar

Setelah dilakukan voting secara tertutup, hasil nilai yang didapat


adalah :
N Juml
Masalah U S G Urutan
O ah

1 Pelayanan RS 21 18 24 63 III

Pencegahan dan Pengendalian


2 29 28 21 78 I
Infeksi

3 10 besar penyakit di RSHP 24 21 23 67 II

Dari matriks di atas, kami dapat mengambil kesimpulan


bahwa,masalah yang didapat dari hasil penentuan prioritas masalah USG
adalah Pencegahan dan pengendalian Infeksi di RSHP.
F. Alternatif penyelesaian masalah
Setelah menentukan prioritas masalah kesehatan , kami kemudian menentukan
alternatif penyelesaian masalah yang telah di diskusikan.
Alternatif masalah yang diusulkan adalah melakukan peyuluhan pada
karyawan.
G. Jadwal Kegiatan
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 24 Juni2019 Orientasi dan pengenalan lapangan, Pengumpulan data sekunder
2 Selasa, 25 Juni 2019 Melakukan survey pendahuluan, Observasi lapangan
3 Rabu, 26 Juni 2019 Melakukan analisa data,Mengidentifikasi Masalah Kesehatan
4 Kamis, 27 Juni 2019 Melakukan Penentuan Prioritas masalah dengan metoda USG
5 Jumat, 28 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai