A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau
upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar, 2004).
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. tugas
pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang
publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya
dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan
perlindungan tenagakerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar
bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat,
tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa
menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat
yang sehat secara jasmani dan rohani.
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan
yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat
holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga
pemulihan penyakit (Depkes RI, 2005). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 49 tahun 2013 mendefinisikan rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan kepada
masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan Undang-undang No. 36
tahun 2010 tentang kesehatan, membawa konsekuensi hukum tentang
kewajiban dan tanggung jawab rumah sakit atau dokter untuk memenuhi
hak-hak pasien. Para pelaku usaha atau pemberi jasa diwajibkan untuk
memberikan kompensasi, ganti rugi atau penggantian bila ada keluhan
dari konsumen. Melalui pemahaman ini diharapkan perusahaan jasa
mampu mengeliminasi tuntunan konsumen dan mengoptimalkan kepuasan
konsumen.
Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di
Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik
melalui penyediaan peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas
sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan,
kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya. Dengan demikian
masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan
tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan rujukan. Rumah sakit mempunyai
beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik dan non medik, penelitian dan pengembangan, pelayanan
rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).
RSHP adalah rumah sakit tipe C yang beralamat Jl.Rancabolang No 21
Bandung. Kegiatan utama memberikan pelayanan kesehatan spesialis dan
subspesialis kepada para customer. Untuk menjalankan kegiatan pelayanan,
saat ini RSHP mempunyai 83 TT (tempat tidur), yang didukung oleh lebih
kurang sebanyak 137 orang karyawan. RSHP sebagai salah satu rumah sakit
rujukan untuk wilayah Bandung. diantaranya adalah kelas VIP 13 TT, Kelas I
22 TT, Kelas II 14 TT, Kelas 10 TT,HCU 3 TT, TT Bayi Baru Lahir 21 TT.
Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa RSHP merupakan rumah
sakit yang cukup sering melakukan kegiatan medis. Hal tersebut
memungkinkan terhadap risiko penyebaran infeksi di rumah sakit.
Berdasarkan data yang di peloreh di RSHP dalam indikator pelayanan
di bulan januari BOR 44,77% , LOS 2,9%, TOI 2,50%. Bulan februari BOR
53%, LOS 3,1% dan TOI 1,90%. Bulan maret BOR 51,40%, LOS 3,1% dan
TOI 2,00 %. Bulan April BOR 59,42% LOS 3,2% dan TOI 1,50%.
Berdasarkan data yang diperoleh di RSHP dalam laporan komite PPI
di tahun 2018 pecapaian target belum 100%.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Dengan Praktek Belajar Lapangan ini mahasiswa di harapkan mampu
menerapkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan ke dalam praktik di
lapangan mendapatkan ilmu serta pengalaman baru di lapangan kerja, dan
mahasiswa dapat menjelaskan apa yang telah di dapatkan dalam kegiatan
Praktek Belajar Lapangan di RSIA Humana Prima dengan membuat laporan
sebagai hasil dari ilmu dan kegiatan yang di dapat dari kegiatan PBL.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang struktur organisasi di Rumah Sakit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses perencanaan di Rumah sakit.
3. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah yang terjadi di lapangan.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi situasi masalah yang terjadi di
lapangan.
5. Mahasiswa dapat menetapkan prioritas masalah yang terjadi di lapangan.
C. MANFAAT
A. Bagi mahasiswa
a. Mendapatkan kesempatan pengalaman nyata mengaplikasikan teori
yang telah diperoleh dari proses perkuliahan ke dalam dunia kerja.
b. Mengetahui permasalahan yang ada di tempat PBL
c. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu
kesehatan masyarakat di dunia kerja.
B. Bagi jurusan Kesehatan Masyarakat
a. Mendapatkan informasi dari stakeholder di tempat PBL yang berguna
untuk meningkatkan kualitas lulusan jurusan kesmas.
b. Menjalin kerjasama dengan institusi atau instansi tempat PBL
mahasiswa sehingga dapat mendukung pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi lainnya.
C. Bagi Institusi tempat PBL
a. Institusi tempat PBL dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa PBL
sesuai dengan kebutuhan di unit kerjanya.
b. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi tempat PBL dengan program studi Kesehatan
masyarakat STIKes Bhakti Kencana Bandung.
c. Laporan PBL dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan untuk
perbaikan manajemen RS.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Adji Muslihuddin (2011), Mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik
apabila:
a. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit.
b. Menyediakan pelayanan yang profesional.
Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut:
a. Petugas harus mampu melayani dengan cepat.
b. Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu membuat
kepercayaan pada pasien.
c. Ruangan yang bersih dan nyaman.
d. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai
tambah.
2.2.2. Pelayanan Tenaga Medis dan Paramedis
Tenaga medis merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam menentukan kualitas
pelayanan yang diberikan. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik
kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik
berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada pasien dan rumah sakit. Donabedian (2010),
mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek teknis manajemen, manajemen
lingkungan sosial, manajemen psikologi manajemen kontinuitas, koordinasi
kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal:
a. Ketepatan diagnosis.
b. Ketepatan dan kecukupan terapi.
c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap.
d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga.
Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah
sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan
pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah
sakit di mata masyarakat.
Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam
menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang dominan juga
pelayanannya menggunakan pendekatan metode pemecahan masalah secara ilmiah
melalui proses keperawatan.
2.2.3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik, dan Obat obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang untuk
melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe
rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak diperlukan,
bagian farmasi bertanggung jawab. atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan
obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluarsanya, dan
sebagainya.
2.3. Rekam Medik
Rekam medik adalah kompilasi dari fakta-fakta yang relevan berkaitan dengan
riwayat kesehatan pasien dari dulu hingga sekarang, diagnosis, pengobatan dan hasil
akhir dari setiap perawatan. Para profesional rekam medik harus memastikan bahwa
semua yang diisi relevan dengan fakta yang ada dan bukan rekayasa.
Tujuan utama dari rekam medik adalah untuk memberikan informasi yang akuran
mengenai sejarah kesehatan pasien, dimulai dari masa lalu hingga saat ini,
pengobatan yang telah diberikan dan kejadian-kejadian pada pasien selama masa
perawatan. Rekam medik berisi banyak informasi yang berguna untuk banyak pihak.
Para pengguna rekam medik dibagi menjadi 2 jenis yakni personal dan impersonal.
a. Personal yaitu rekam medik digunakan untuk penggunaan pribadi pasien.
b. Impersonal yaitu rekam medik digunakan untuk studi penelitian atau uji klinis.
Informasi yang terkandung di dalam rekam medik memberikan kegunaan tersendiri
untuk masing-masing pihak. Adapun nilai rekam medik bagi pihak tersebut adalah:
a. Bagi pasien, menyediakan bukti asuhan keperawatan, merupakan data untuk
pengobatan selanjutnya dan memberikan perlindungan hukum dalam kasus-kasus
tertentu.
b. Bagi fasilitas layanan kesehatan, memiliki data untuk pekerja tenaga medis, bukti
untuk tagihan pembayaran, mengevaluasi sumber daya, mengevaluasi mutu
pelayanan, dan membantu dalam membuat perencanaan dan pemasaran.
c. Bagi pemberi pelayanan, menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga
medis, membantu dokter dalam menyediakan data perawatan dan sebagai data untuk
penelitian.
2.4. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap
Standar pelayanan minimal (Kepmenkes 129 Tahun 2008) adalah ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis
tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum.
Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan
Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi
pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan. Pelaksanaan pelayanan di
instalasi rawat inap berkaitan dengan pelayanan medis dan penunjang klinis meliputi
rekam medis dan kegiatan pemeliharaan sarana.
Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik, pasien di rawat
inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses penyembuhannya. Adapun SPM
untuk jenis layanan rawat inap, rekam medis dan pemeliharaan sarana berdasarkan
ketentuan Depkes seperti pada
Selain menentukan SPM, Depkes juga menentukan indikator pelayanan rumah sakit
yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut terbagi untuk masing-masing unit. Indikator
yang diperlihatkan pada
Tabel 2.2 untuk unit rawat inap antara lain:
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu.
2. ALOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar.
E. Metode pelaksanaan
1. Tempat dan waktu
Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan mulai dari tanggal 24 juni sampai
dengan 19 juli 2019. Dilanjutkan bimbingan mulai dari tanggal 20 juli
sampai dengan 24 agustus 2019 di Universitas Bhakti Kencana Bandung.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini observasional deskriptif yaitu menggambarkan
fenomena .....
3. Definisi oprasioal
Alat
Ukur
Definisi Skala
No Variabel Dan Hasil Ukur
Oprasional Ukur
Cara
Ukur
6. Pengumpulan data
Data yang didapatkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada petugas kesehatan. Data yang di kumpulkan
adalah data sekunder yang didapat dari hasil laporan komite surveilans
PPI RSHP, Laporan jumlah indikator pelayanan di RSHP tshun 2019 dan
data laporan 10 besar penyakit yang ada di RSHP.
7. Analisa data
Dari hasil data di atas tergambar bahwa kepatuhan terhadap hand hygine
dan penggunaan APD petugas kesehatan di RSHP masih belum memenuhi
target yang diharapkan yaitu 100%. Sedankan untuk data indikator
pelayanan di RSHP yang di peroleh sudah rendah maka dapat di katakan
unruk indikator pelayanan sudah baik.
8. Identifikasi Masalah kesehatan
Hasil dari analisa data di atas berdasarkan temuan di data sekunder dan
primer ditemukan beberapa masalahkesehatan diantaranya adalah
kurangnya tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunakan dan
melakukan hand hygine karyawan di RSHP.
9. Penentuan Prioritas masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan sumberdaya manusia, biaya, tenaga,
teknologi dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas. Dalam
menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan metode
USG (Urgency,Seriousness,Growth). Metode USG merupakan salah satu
cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring
1-5 dan dengan mempertimbangkan 3 komponen dalam metode USG.
Dari masalah di atas dilakukan penentuan prioritas masalah
berdasarkan metode USG. Metode ini mengacu pada 3 indikator sebagai
berikut :
1. Urgency (mendesaknya)
2. Seriousness (kegawatannya)
3. Growth (Perkembangannya)
Masing- masing indikator diberi skor 1-5 Hal tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan dalam memberikan penilaian pada setiap masalah
yang ada.
1. Urgency (mendesaknya)
Nilai 1 : Tidak Mendesak
2 : Kurang Mendesak
3 : Cukup mendesak
4 : Mendesak
5 : Sangat Mendesak
2. Seriousness (kegawatannya)
Nilai 1 : Tidak Gawat
2 : Kurang Gawat
3 : Cukup Gawat
4 : Gawat
5 : Sangat Gawat
3. Growth (perkembangannya)
Nilai 1 : Sangat Kurang
2 : Kurang
3 : Cukup Besar
4 : Besar
5 : Sangat Besar
1 Pelayanan RS 21 18 24 63 III