Anda di halaman 1dari 9

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 318

Artikel Penelitian

Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi Fundus


Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Djamil Padang

1 2 3
Nurniati Tianastia Rullynil , Ermawati , Lisma Evareny

Abstrak
Perdarahan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas, dimana 50%-60%
karena kegagalan miometrium berkontraksi secara sempurna. Salah satu asuhan untuk memaksimalkan kontraksi
uterus pada masa nifas adalah dengan melaksanakan senam nifas, guna mempercepat proses involusi uteri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri (TFU) pada ibu
post partum. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Alat yang
digunakan dalam penelitian berupa kaliper pelvimetri. Diberikan perlakuan senam nifas pada kelompok intervensi dan
tidak senam nifas pada kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri hari ke-1, hari ke-3 dan
hari ke-6. Data dianalisa menggunakan Uji General Linier Model (GLM). Rerata TFU hari ke-1 pada kelompok
intervensi 12,37±0,72 dan 12,42±0,54 pada kelompok kontrol. Rerata TFU hari ke-3 pada kelompok intervensi
9,00±0,94 dan 9,87±0,75 pada kelompok kontrol. Sedangkan rerata TFU hari ke-6 pada kelompok intervensi
5,72±0,88 dan 7,37±0,68 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan yang signifikan penurunan tinggi fundus uteri
antara kedua kelompok pada hari ke-3 (p=0,00) dan hari ke 6 (p=0,00). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
senam nifas berpengaruh terhadap penurunan tinggi fundus uteri. Penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok
intervensi lebih turun dibanding kelompok kontrol.
Kata kunci: senam nifas, tinggi fundus uteri, post partum

Abstract
Hemorrhage is a major cause of maternal morbidity and mortality in the puerperium, about 50%-60% of
hemorrhage occurs due to failure of myometrium to contract completely. One care to maximaze uterine contraction
during the puerperium is by implementing parturition gymnastics in order to accelarate the process of uterine
involution. The purpose of this study was to determine the effect of parturition gymnastics on a decreasing of fundal
height of maternal postpartum.This was experimental study with Post Test Only Control Group Design. The tool used
in this study was pelvimetry caliper. Parturition gymnastics was given to intervention group but the control group did
not treated with parturition gymnastics, then fundal height was measured on the first day, third day, and sixth day. Data
were analyzed by using General Linear Model (GLM) test. Mean of fundal height on the first day on the intervention
group was 12.37±0.72 and 12.42±0.54 on the control group. Mean of fundal height on the third day was 9.00±0.94 on
the intervention group and 9.87±0.75 on the control group. Meanwhile, mean of fundal height on the sixth day on the
intervention group was 5.72±0.88 and 7.37±0.68 on the control group. There was significant decrease of fundal height
between the two groups on the third day 3 at (p=0.00) and the sixth day at (p=0.00). From the research results, it can
be concluded that parturition gymnastic has an effect on the decreasing of fundal height. The decline of fundal height
on the intervention group is more decreasing than that of on the control group.
Keywords: parturition gymnastics, fundal height, postpartum

Affiliasi penulis : 1. Prodi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Prodi Kebidanan Poltekkes
Universitas Andalas Padang, 2. Bagian Kebidanan FK UNAND / Kemenkes Padang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 319

Korespondensi : Nurniati Tianastia Rullyni, email: 6.7


pada ibu nifas.
nurniatitr@yahoo.co.id, Telp: 081364388817
Proses pemulihan organ reproduksi pada
masa nifas merupakan hal yang sangat penting. Hal
PENDAHULUAN
inilah yang mendasari kebutuhan untuk melakukan
Penyebab terbanyak perdarahan setelah per-
observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan derajat
salinan 50% - 60% karena kelemahan atau tidak
kontraksi uterus. Uterus yang berkontraksi dengan
adanya kontraksi uterus. Kegagalan miometrium ber-
baik secara bertahap akan berkurang ukurannya,
kontraksi secara sempurna akan menimbulkan gang-
sampai tidak dapat dipalpasi lagi diatas simpisis pubis.
guan serius sehingga terjadi perdarahan hebat setelah
Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari perubahan
melahirkan. Untuk itu penting dilakukannya pelayanan 10-13
fisiologi yang luar biasa terjadi selama kehamilan.
nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar utama dalam
Diantara faktor yang berperan dalam kontraksi uterus
1-3
startegi penurunan Angka Kematian Ibu(AKI).
adalah kadar Hb, kadar kalsium, volume intauterin,
Masa nifas adalah masa setelah plasenta
menyusui dan senam nifas. Senam nifas sebagai
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
salah satu upaya untuk meningkatkan kontraksi uterus
seperti keadaan sebelum hamil. Proses pemulihan
masa post partum, maka ibu post partum didorong
kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang
untuk melakukan senam nifas dalam rangka
sangat penting bagi ibu setelah melahirkan, sebab 4.5.17
mempercepat proses involusi uterus.
selama masa kehamilan dan persalinan terjadi
Asuhan essensial diperlukan pada ibu post
4.5
perubahan fisik, terutama organ reproduksi.
partum agar dapat mengoptimalkan kontraksi uterus
Upaya Departemen Kesehatan (Depkes)
dalam membantu proses involusi uteri, salah satunya
untuk mempercepat penurunan AKI adalah dengan
dengan melaksanakan senam nifas.
mendekatkan pelayanan kebidanan pada setiap ibu,
Senam nifas merupakan aktifitas atau latihan
sehingga diharapkan setiap ibu mendapat akses
peregangan otot yang dilakukan setelah melahirkan
terhadap pelayanan kebidanan. Untuk itu penting
meliputi ambulasi dini dan latihan fisik yang dimulai
adanya standar pelayanan kebidanan dalam
dari latihan yang sederhana dilanjutkan dengan latihan
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, 4.14
yang lebih berat.
termasuk standar pelayanan nifas meliputi pelak-
Tujuan penelitian ini adalah untuk
sanaan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas pela-
mengetahui pengaruh senam nifas terhadap
yanan. Bidan memberikan pelayanan selama nifas
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum.
melalui kunjungan rumah pada 24 jam pertama, hari
ke-3, hari ke-6, minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah
METODE
6.7
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu.
Penelitian ini merupakan penelitian
Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan
eksperimental dengan menggunakan Post Test Only
dan pelayanan kebidanan selama periode post
Control Group design untuk mengetahui pengaruh
partum, mencakup pemenuhan kebutuhan ibu selama
perlakuan pada kelompok intervensi dengan cara
masa nifas, untuk itu penting pengembangan standar
membandingkan dengan kelompok kontrol. Tempat
pelayanan kebidanan untuk meningkatkan kualitas
penelitian adalah di ruang nifas RSUP Dr. M. Djamil
pelayanan kebidanan. Berdasarkan perubahan fisio-
Padang. Waktu penelitian dilakukan dari September
logi selama kehamilan, maka perlu dilaksanakan lati-
2013 sampai dengan April 2014.
han selama post partum dengan latihan rutin dan
Populasi penelitian ini adalah semua ibu post
bertahap sesuai kemampuan fisik, sebagai bentuk
8.9
partum spontan yang dirawat di ruang nifas RSUP Dr.
upaya preventif dan promotif.
M. Djamil Padang. Subjek penelitian yang dipilih
Masa nifas merupakan proses fisiologis,
adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi
sehingga bagaimana upaya yang dilakukan supaya
dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
kondisi yang fisiologis tidak jatuh ke keadaan patologis
adalah ibu post partum spontan, bertempat tinggal di
adalah dengan memberikan asuhan kebidanan ke-
kota Padang dan bersedia menjadi subjek penelitian.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 320

Kriteria eksklusi adalah ibu post partum spontan Tabel1. Karakteristik Responden pada Kelompok
dengan komplikasi dan ibu post partum spontan yang Intervensi dan Kelompok Kontrol
berencana ke luar kota Padang. Karakteristik Intervensi Kontrol p

Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan (n=20) (n=20)

rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi Mean ± SD Mean ± SD


15 Usia 28,90 ± 4,98 30,75 ± 4,25 0,21
independen. Simpang baku kedua kelompok adalah
Paritas 1,90 ± 1,02 2,55 ± 1,19 0,07
0,38. Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah
IMD 50% 50%
sampel sebesar 17 orang, ditambah drop outb15%
menjadi 20 orang.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa

n1=n2=2 (Zα+Zβ)S 2 karakteristik responden pada kelompok intervensi


(X1-X2) menurut usia didapatkan rerata usia responden adalah
28,90 tahun dengan standar deviasi 4,98, sedangkan
Keterangan :
rata rata usia responden pada kelompok kontrol
n = jumlah sampel untuk kelompok perlakuan dan
adalah 30,75 tahun dengan standar deviasi 4,25.
kontrol
Sedangkan berdasarkan paritas, didapatkan rata-rata
x1-x2 = perbedaan klinis yang diinginkan 0,5
paritas pada kelompok intervensi adalah 1,90 dengan
Zα = tingkat kemaknaan (α = 5% Zα = 1,96)
standar deviasi 1,02. Rerata paritas pada kelompok
Zβ = power penelitian (β = 20% Zβ = 0,84 )
16
kontrol adalah 2,55 dengan standar deviasi 1,19.
S = 0,38.
Untuk kedua kelompok semuanya melaksanakan
inisiasi menyusui dini.
Tinggi fundus uteri diukur menggunakan alat
Perbedaan rerata karakteristik kedua
kaliper pelvimetri. Alat telah ditera oleh Dinas
kelompok responden dengan distribusi normal maka
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera
berdasarkan hasil uji statistik dengan uji beda rerata
Barat.
menunjukan bahwa usiadan paritas kedua kelompok
Pengukuran yang dilakukan adalah
responden didapatkan nilai p>0,05 artinya tidak
pengukuran tinggi fundus uteri ibu post partum hari ke-
terdapat perbedaan rerata usia dan paritas antara
1, hari ke-3 dan hari ke-6 pada kelompok yang
kelompok yang diberikan perlakuan senam nifas
melakukan senam nifas dan kelompok yang tidak
dengan kelompok kontrol,begitu juga dengan inisiasi
melakukan senam nifas.
menyusui dini (IMD), sama pada kedua kelompok.

HASIL
Tabel 2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Hari ke-
Penelitian telah dilakukan terhadap 40
1, Hari ke-3 dan Hari ke-6 pada Kelompok Kontrol
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
dan Kelompok intervensi
yang terdiri dari dua kelompok (kelompok A sebanyak Klpk TFU 1 TFU 3 Penurunan TFU 6 Penurunan

20 responden dan kelompok B sebanyak 20 TFU TFU


Mean± SD Mean±SD TFU 1-TFU 3 Mean±SD TFU 1-TFU 6
responden). Kelompok A merupakan kelompok yang Kontrol 12,42±0,54 9,87±0,75 2,55 7,37±0,68 5,05
diberikan perlakuan dengan melaksanakan senam Intervensi 12,37±0,72 9,00±0,94 3,37 5,72±0,88 6,65

nifas dan kelompok B merupakan responden yang


tidak diberikan perlakuan senam nifas. Tabel 2 menunjukkan penurunan rata-rata
tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol yaitu dari

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 321

12,42 cm dengan standar deviasi 0,54 pada Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,00 berarti pada
pengukuran TFU hari ke-1 menjadi 9,87 cm dengan alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rerata
standar deviasi 0,75 pada pengukuran TFU hari ke-3 tinggi fundus uteri antara kelompok intervensi dan
dan 7,37 cm dengan standar deviasi 0,68 pada kelompok kontrol.
pengukuran TFU hari ke-6. Penurunan TFU hari ke-1 Rerata tinggi fundus uteri pada hari ke-6
dengan TFU hari ke-3 didapatkan penurunan 2,55 cm pada kelompok intervensi adalah 5,72 cm dengan
dan penurunan TFU hari 1 dengan TFU hari ke-6 standar deviasi 0,88 cm, sedangkan rerata tinggi
didapatkan penurunan 5,05 cm. fundus uteri hari ke-6 pada kelompok kontrol adalah
Penurunan rata-rata tinggi fundus uteri pada 7,37 cm dengan standar deviasi 0,68 cm. Pengukuran
kelompok Intervensi yaitu dari 12,37 cm dengan tinggi fundus uteri hari ke-6 antara kelompok intervensi
standar deviasi 0,72 pada pengukuran TFU hari ke-1, dan kelompok kontrol terdapat perbedaan 1,65 cm.
menjadi 9,00 cm dengan standar deviasi 0,94 pada Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,00 berarti pada
pengukuran TFU hari ke-3 dan 5,72 cm dengan alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-
standar deviasi 0,88 pada pengukuran TFU hari ke-6. rata tinggi fundus uteri antara kelompok intervensi dan
Penurunan TFU hari 1 dengan TFU hari ke-3 kelompok kontrol.
didapatkan penurunan 3,37 cm dan penurunan TFU Pada kelompok intervensi maupun kelompok
hari 1 dengan TFU hari ke-6 didapatkan penurunan kontrol terjadi penurunan tinggi fundus uteri pada hari
6,65cm. ke-1, hari ke-3 dan hari ke-6, namun terlihat
penurunan rerata tinggi fundus uteri lebih turun pada
Tabel 3. Perbedaan Rerata Penurunan Tinggi Fundus kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.
Uteri pada Hari 1, Hari ke-3 dan Hari ke-6 Post Partum Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ini.
Variabel Intervensi Kontrol Perbedaan p
(n=20) (n=20) Penurunan
TFU
Mean±SD Mean±SD
TFU 1 12,37 ± 0,72 12,42 ± 0,54 0,05 0,80
TFU 3 9,00 ± 0,94 9,87 ± 0,75 0,87 0,00
TFU 6 5,72 ± 0,88 7,37 ± 0,68 1,65 0,00

Tabel 3 menunjukan penurunan rerata tinggi


fundus uteri pada hari ke-1 pada kelompok intervensi
adalah 12,3 cm dengan standar deviasi 0,72 cm,
sedangkan rerata tinggi fundus uteri hari 1 pada
kelompok kontrol adalah 12,42 cm dengan standar
deviasi 0,54 cm. Pengukuran tinggi fundus uteri hari 1
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
terdapat perbedaan 0,05 cm. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,80 berarti pada alpha 5% terlihat
Gambar .1 General Linier Model
tidak ada perbedaan yang signifikan rerata tinggi
fundus uteri antara kelompok intervensi dan kelompok
Hasil penelitian pada gambar 1 dengan
kontrol.
menggunakan uji statistik General Linier Model terlihat
Rerata tinggi fundus uteri pada hari ke-3
ada perbedaan penurunan tinggi fundus uteri ibu post
pada kelompok intervensi adalah 9,00 cm dengan
partum pada kelompok intervensi dan kelompok
standar deviasi 0,94 cm, sedangkan rerata tinggi
kontrol sesuai dengan intervensi dan jangka waktu
fundus uteri hari ke-3 pada kelompok kontrol adalah
intervensi.
9,87 cm dengan standar deviasi 0,75 cm. Pengukuran
Karakteristik responden dari kedua kelom-
tinggi fundus uteri hari ke-3 antara kelompok intervensi
pok menunjukkan tidak ada perbedaan baik dari segi
dan kelompok kontrol terdapat perbedaan 0,87cm.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 322

usia, paritas maupun IMD dengan p>0,05. dilepas dari kelenjer hipofisis memperkuat dan
Karakteristik responden baik kelompok intervensi mau- mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
pun kelompok kontrol sudah homogen, dengan darah dan membantu hemostasis. Hal inilah yang
demikian variasi usia, paritas dan IMD tidak mendasari terjadinya involusi uterus pada ibu post
mempengaruhi proses involusi uterus. partum, yang dapat dinilai dengan penurunan tinggi
Rerata tinggi fundus uteri antara kelompok fundus uteri. Fundus turun kira-kira 1 cm sampai 2 cm
4.17
intervensi dan kelompok kontrol terjadi penurunan. Hal setiap 24 jam.
ini terjadi diduga terjadi proses involusi uterus yaitu Penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok
adanya perubahan retrogresif pada uterus yang intervensi terlihat lebih turun dibanding kelompok
4.5
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Segera kontrol. Ini terlihat pada pengukuran tinggi fundus uteri
setelah pengeluaran plasenta terjadi kontraksi uterus, hari ke-1 dengan pengukuran tinggi fundus uteri hari
sehingga ukuran masing-masing sel menurun secara ke-3 terdapat perbedaan penurunan sebanyak
bermakna yaitu 50-90 µm kali 2,5-5 µm masa post 3,37cm, sedangkan pengukuran tinggi fundus uteri
partum. Segera setelah pengeluaran plasenta tinggi hari ke-1 dengan pengukuran tinggi fundus uteri hari
fundus uteri menjadi 2 jari dibawah pusat, pada hari ke-6 menunjukan perbedaan penurunan tinggi fundus
ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm uteri sebanyak 6,65 cm. Artinya penurunan tinggi
atas simpisis atau setengah simpisis pusat. Terjadinya fundus uteri pada kelompok intervensi lebih banyak
perubahan miometrium yang bersifat proteolisis, dibanding penurunan tinggi fundus uteri pada
reorganisasi dan eksofiliasi tempat perlengketan kelompok kontrol.
plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan Penambahan 1 frekuensi setiap hari pada
5.17
berat uterus. tiap gerakan senam nifas, juga akan lebih mening-
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi fundus katkan terjadinya kontraksi uterus sehingga membantu
uteri pada kelompok intervensi maupun pada proses involusi uterus. Hal ini terlihat dari rata-rata
kelompok kontrol, terlihat pada pengukuran tinggi penurunan tinggi fundus uteri pada hari 1, hari 3 dan
fundus uteri hari ke-1 dengan pengukuran tinggi hari 6 semakin turun dan semakin menunjukkan
fundus uteri hari ke-3 pada kelompok kontrol terdapat perbedaan tinggi fundus uteri pada setiap pengukuran.
perbedaan penurunan tinggi fundus uteri sebanyak Dengan dilaksanakannya senam nifas secara teratur
2,55 cm dibandingkan dengan penurunan tinggi sesuai dengan teknik yang diajarkan membantu
fundus uteri hari 1 dengan pengukuran tinggi fundus menguatkan kontraksi otot rahim, mengakibatkan
uteri hari ke-6 terdapat perbedaan penurunan tinggi terjadinya ischemia dengan terkompresinya pembuluh
fundus uteri sebanyak 5,05 cm. Keadaan ini darah sehingga aliran darah ke uterus berkurang.
menggambarkan bahwa semakin bertambah hari post Jaringan mengecil diikuti dengan penurunan ukuran
16
partum semakin turun TFU. Hal ini terjadi oleh karena uterus.
setelah melahirkan, uterus akan kembali ke keadaan Menurut Harrison (2000), bahwa perubahan
sebelum hamil disebut dengan involusi. Proses ini yang luar biasa terjadi selama masa nifas, yang
ditandai segera setelah plasenta keluar akibat memungkinkan tubuh akan kembali ke keadaan tidak
4.5 19
kontraksi otot polos uterus. hamil. Uterus akan mengalami proses involusi yang
Pada periode post partum, penurunan kadar dapat dinilai melalui tinggi fundus uteri, namun dengan
hormon estrogen dan progesteron menyebabkan diberikan intervensi berupa senam nifas kepada ibu
terjadinya autolisis yaitu perusakan secara langsung post partum akan membantu mempercepat proses
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Perubahan lain involusi uterus.
yang terjadi pada uterus adalah intensitas kontraksi Hasil uji statistik dengan General Linier
uterus meningkat secara bermakna segera setelah Model, dari masing masing kelompok baik kelompok
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap inter-vensi maupun kelompok kontrol terjadi
penurunan volume intrauterin. Hormon oksitoksin yang penurunan tinggi fundus uteri pada pengukuran hari

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 323

ke-1, hari 3 dan hari 6. Ada perbedaan bermakna terutama dari cairan ekstraseluler, selanjutnya akan
rerata penurunan tinggi fundus uteri antara kelompok terjadi serangkaian reaksi biokimia yaitu kolmodulin
intervensi dan kelompok kontrol. (protein sel) berikatan dengan kalsium akan
Pengukuran tinggi fundus uteri hari ke-1 mengakibatkan kinase rantai ringan miosin menjadi
walaupun terdapat perbedaan rerata tinggi fundus aktif sehingga jembatan silang miosin terfosforilasi
uteri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sehingga terjadi pengikatan aktin dan miosin, maka
23.24
secara uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang terjadilah kontraksi.
signifikan didapatkan nilai p=0,80, berarti tidak ada Senam nifas sebagai salah satu bentuk
perbedaan yang signifikan rerata tinggi fundus uteri latihan fisik, akan memberi dampak terhadap sistem
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada kardiovaskuler, aliran darah otot dan curah jantung
hari ke-1, sedangkan pengukuran tinggi fundus uteri meningkat begitu pula pada sistim pernafasan dan
pada hari ke-3 juga terdapat perbedaan antara sistem metabolik dalam perubahan ATP dan ADP
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, secara dengan pelepasan energi ke otot untuk ber-
22.24
statistik didapatkan nilai p=0,00 berarti ada kontraksi.
perbedaan yang signifikan rata-rata tinggi fundus uteri Kontraksi pada uterus akan mempercepat
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, proses involusi uterus yaitu perubahan retrogresif
begitu juga pada tinggi fundus uteri pada hari ke-6 pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran
didapatkan perbedaan tinggi fundus uteri antara uterus. Uterus yang berkontraksi dengan baik secara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, secara bertahap akan berkurang ukurannnya, sampai tidak
5.11
statistik didapatkan nilai p=0,00 berarti ada perbedaan dapat dipalpasi lagi diatas simpisis pubis.
yang signifikan rerata tinggi fundus uteri antara Transformasi miometrium ini berhubungan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. erat dengan aktivitas protein intraseluler yaitu
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat contraction associated proteins pada sel otot polos
pengaruh yang bermakna pada kelompok intervensi. miometrium yang terdiri dari membrane cell receptors,
Hal ini membuktikan teori bahwa pelaksanaan senam ionic chanels, gap junction proteins dan contractile
30.34
nifas pada ibu post partum dapat membantu proteins.
mempercepat proses involusi uteri yang salah satunya Dasar mekanisme kontraksi uterus adalah perubahan
dapat dinilai melalui pengukuran terhadap tinggi aktivitas elektrik. Perbedaan potensial elek-trik
5.20
fundus uteri ibu post partum. diantara membran plasma (membran potensial)
Pelaksanaan latihan fisik (senam nifas) pada karena distribusi yang tidak sama ion antara intra dan
ibu post partum, maka sel otot akan terangsang ekstra sel. Kondisi ini terjadi karena biomolekul yang
secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk bermuatan negatif intraseluler dalam jumlah besar
membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan yang tidak dapat keluar dan kanal membran plasma
sepanjang membran sel, dengan adanya potensial yang selektif. Ion-ion akan bergerak dengan arah yang
aksi maka akan terjadi mekanisme kontraktil oleh ditentukan oleh perbedaan konsentrasi dan potensial
35
protein kontraktil aktin dan miosin, sehingga mengu- membran.
bah energi hasil hidrolisis ATP menjadi gerakan suatu Miometrium mengalami perubahan ritmik
21.24 2+
komponen seluler disepanjang komponen lainnya. membran potensial, dengan masuknya Ca melewati
+
Peregangan mekanis akan memodifikasi membran plasma melalui voltage Ca2 channels. Gap
+
permiabilitas saluran Ca di membran plasma dan junction sebagai kanal intraseluler yang bila terbuka
retikulum sarkoplasma, ini membuat ion kalsium akan menfasilitasi komunikasi elektrik dan metabolik
masuk ke dalam sel sehingga terjadi kontraksi otot diantara sel miometrium. Fungsi gap junction
22.24
uterus. diregulasi oleh jumlah gap junction dan kecepatan
Latihan fisik (senam nifas) akan degradasinya. Pada miometrium, gap junction mening-
menyebabkan terjadinya eksitasi otot, yang akan kat jumlahnya pada persalinan spontan, namun akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kalsium sitosol secara cepat menghilang sesudah persalinan sebagai

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 324

akibat dari proses internalisasi, endositosis dan diiringi hidup ibu post partum. Terdapat pengaruh yang
dengan penurunan eksitabilitas dan kontrakstilitas otot signifikan pada kelompok ibu yang melakukan latihan
2+
polos miometrium. Peningkatan Ca intraseluler akan fisik terhadap kesejahteraan fisik ibu post partum.
34.35
memicu kontraksi otot. Latihan fisik teratur merupakan faktor penting untuk
Myosin otot polos merupakan suatu protein, menjaga kesehatan fisik juga mempertahan fungsi
ketika myosin berinteraksi dengan aktin, aktivitas ATP- dan kekuatan otot secara maksimal termasuk organ
27
ase pada myosin akan teraktivasi. Energi yang dibang- reproduksi.
kitkan sebagai hasil hidrolisis dikonversi sebagai Hammer (2000) menyatakan bahwa dengan
energi yang memungkinkan kepala myosin bergerak, adanya program latihan selama post partum dapat
kemudian terlepas dan melekat kembali pada sisi yang memperkuat pemulihan otot yang terbebani selama
31.33
lain pada filamen aktin bila mengalami reaktivasi. hamil dan persalinan, serta meningkatkan kesehatan
Interaksi aktin dan myosin diregulasi oleh dan kebugaran ibu post partum. Kesimpulan dari
2+ 2+
Ca . Efek dari kalsium dimediasi oleh suatu Ca dan analisis ini menggambarkan bahwa program latihan
2+
kolmodulin. Komplek Ca berikatan dengan kol- yang dilaksanakan masa nifas akan memulihkan
modulin akan meningkatkan aktivasi MLCK. hampir seluruh organ tubuh dan proses involusi ini
28
Selanjutnya MLCK akan memfosforilasi myosin. Fos- sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.
forilasi myosin berhubungan dengan suatu pening- Penelitian Surtiati dan Nawati (2010);
katan aktivitas ATP-ase dan menfasilitasi interaksi menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada ibu
31.32
aktin dan myosin. post partum berpengaruh terhadap pemulihan fisik
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sembilan kali lebih baik pada ibu yang diberi intervensi
Larson (2002), tentang efek senam nifas pada masa senam nifas dibandingkan dengan ibu yang tidak
post partum, mengalami pengkerutan pada rahim yang diberikan intervensi senam nifas. Latihan fisik berupa
18
lebih kuat. Penelitian Azizah pada tahun 2013, senam nifas pada masa post partum berpengaruh
menyatakan bahwa terdapat perbedaan involusi terhadap pemulihan fisik ibu post partum lebih cepat.
uterus antara kelompok yang melakukan senam nifas Keterangan ini menandakan bahwa pemulihan fisik
14
dengan kelompok yang tidak melaksanakan senam termasuk involusi uterus.
nifas. Senam nifas akan merangsang kontraksi otot
uterus sehingga proses involusi berjalan lebih cepat. KESIMPULAN
Latihan fisik berupa senam nifas dapat menimbulkan Ada pengaruh senam nifas terhadap
rangsangan sehingga meningkatkan aktivasi kimiawi, penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum.
terjadi peningkatan metabolisme mitokondria untuk Penurunan tinggi fundus uteri lebih cepat pada
26
menghasilkan ATP sebagai energi untuk kontraksi. kelompok senam nifas dibandingkan dengan
Penelitian Emily (2010); menyatakan bahwa kelompok yang tidak senam nifas, yang sangat
senam nifas sangat efektif dalam meningkatkan bermakna secara statistik.
kesejahteraan ibu dan dapat mengurangi masalah
jangka panjang pada masa nifas. Penelitian ini UCAPAN TERIMA KASIH
menggunakan latihan fisik selama 30 menit Penulis mengucapkan terima kasih kepada Poltekkes
dilaksanakan 2 kali seminggu dengan kombinasi Kemenkes Tanjungpinang atas kesempatan yang
latihan aerobik memperlihatkan pengaruh yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan. Kepada
signifikan pada kelompok yang melaksanakan latihan RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagai tempat penelitian
fisik pada masa pospartum terhadap kesejahteraan atas fasilitas yang telah diberikan. Kepada dr.
29
ibu. Ermawati, SpOG(K) dan Lisma Evareny, S.Kep, MPH
Bahadoran (2006); menyatakan bahwa senam nifas sebagai pembimbing atas masukan dan bimbingan
mempengaruhi aspek fisik guna meningkatkan kualitas dalam menyelesaikan tesis ini.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 325

DAFTAR PUSTAKA loss as guides to postnatal recovery 2- the


1. Syaifuddin AB. Buku panduan praktis blipp study. Practising Midwife; 1999.
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. 13. Fraser M D, Cooper M. Myles textbook for
Jakarta: YBP-SP; 2009. midwives. Edisi ke-14. Elsevier; 2004.
2. Coat J, Melyn D. Anatomi fisiologi untuk 14. Surtiati E, Nawati. Pengaruh senam nifas
bidan (terjemahan). Jakarta: EGC; 2007. terhadap pemulihan fisik ibu post partum
3. Kementerian Kesehatan RI. Kualitas spontan di rumah sakit PMI dan Salak kota
pelayanan kesehatan ibu di Indonesia. Bogor. Bandung: Risbinakes Poltekkes
Jakarta: Kemenkes RI; 2012. Bandung; 2010.
4. Bobak IM, Lowdermilk D, Jensen M, Perry S. 15. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi
Buku ajar keperawatan maternitas Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
(terjemahan). Jakarta: EGC; 2004. 16. Tambunan Y. Pengaruh senam nifas
5. Varney H, Kriebs M, Gegor C. Buku ajar terhadap involusi uterus ibu nifas. Medan:
asuhan kebidanan (terjemahan). Volume 2. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Jakarta: EGC; 2007. Utara; 2009.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 17. Cuningham FG, Leveno K, Bloom SL, Hauth
Standar pelayanan kebidanan. Jakarta: C, Rause D, Spong CY. Obstetri Williams
Depkes RI; 2005. (terjemahan). Jakarta: EGC; 2012.
7. PP IBI. 50 Tahun ikatan bidan Indonesia 18. Larson M. Effect of postpartum exercise on
bidan menyongsong masa depan. Jakarta: mothers and their offspring: a review of the
PP IBI; 2004. literature. Obesity research. 2002;10:841-53.
8. Tapiwa M. An evaluation of the quality of care 19. Harrison J. Physiological changes of the
midwives provide during the postpartum puerpureum. British Journal of Midwifery.
period in Northern Botswana (thesis). 2000;8(8):483-8.
Botswana: Institute of General Practise and 20. Brayshaw E. Senam hamil dan nifas
Community Medicine, The Faculty of pedoman praktis bidan. Jakarta: EGC; 2008.
Medicine, University Oslo; 2001. 21. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran.
9. Evensen K. Towards an understanding of Review of Medical Physiology. Edisi ke-20.
change in physical activity from pregnancy Jakarta: EGC; 2002.
through postpartum. NIH Public Acces 22. Guyton A, Hall J. Buku ajar fisiologi
Aouthor Manuscript. Psychal Sport kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
Exerc;12(1):36-45. 23. Murray R, Granner DK, Roodwell V. Biokimia
10. Anderson B, Torvin L, Sorensen T. Harper. Jakarta: EGC; 2009. hlm. 582-604.
Metylergometrin during the early puerpureum: 24. Sheerwood. Fisiologi manusia dari sel ke sel.
a prospective randomised double blind study. Jakarta: EGC; 2011.
Acta Obstetricia et Gynekology 25. Charles A. The reability and validity of fundal
Scandinavia;1998: 54-7. height measurement. Eviden based Clinical
11. Cluet E R, Alexander J, Pickering R. What is Practice Guideline. Student Projects; 2001.
the normal patern of uterine involution ? an 26. Azizah. Involution post partum mothers with a
investigation of postpartum involution history of spontaneus labor complication
measured by distance between the when i-ii extend maternity room RSD Kalisat
symphysis pubis and the uterine fundus using (thesis). Jember: Fakultas Ilmu Kesehatan.
a tape measure midwifery. 1997;13:9-16. Universitas Muhammadiyah; 2013.
12. Merchant S, Alexande J, Garcia J. How does 27. Bahadoran B, Abbasi F, Yousefi A,
it feel to you? uterine palpation and lochea Kargarfard M. Evaluating the effect of

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 326

exercise on the postpartum quality of life. 32. Wray S, Jones K, Matthew A, Noble K,
Iranian journal of Nursing and Midwifery Kupittayanant, Li Y. Calcium signalling and
research (INMR) Winter.2006;12(1). uterine contractility. J Sac Gynecol Investig.
28. Hammer R, Parkins, Parr R. exercise during 2001; (10): 252-64.
the childbearing year. The Journal of 33. Parkington HC, Tonta MA, Coleman HA.
Perinatal Education. 2000;9(1). contractile activity, membrane potencial and
29. Emily N, Margaret S, Richard H, Mary P. An cytoplasmic calcium in human uterine smooth
exercise and education improves well-being muscle in the third trimester of pregnancy and
of new mothers: a randomized controlled trial. during labor. Am J Obstet Gynecol; (181):
American Physical Therapy Association. 1445-51.
2010; 90(3). 34. Buxton L. Regulation of uterine function : a
30. Anwer K. Calcium-activated channels as biochemical conundrum in the regulation of
modulators of human myometrial contractile smooth muscle relaxation. Mol pharmacol.
activity. Am J Physiol Cell Physiol.2000;265. 2004;(65): 1051-59.
31. Sanbora BM. Hormon and calcium : 35. Cole HA. Changes in the mechanism
mechanism controlling uterine smooth muscle involved in uterine contraction during
contractile activity. The Litchfield Lecture Exp pregnancy in guineapigs. J Physial. 2000;
Physiol; 86:223-37. (253):785-98.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Anda mungkin juga menyukai