Anda di halaman 1dari 7

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND

COMPOSITIONS (CIRC)
A. Definisi Model Pembelajaran CIRC
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish, dari
segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang
mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting (Slavin, 2005). Menurut Abidin (2012:93) pembelajaran yang
menggunakan model CIRC membawa konsep pemahaman inovatif sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar bahasa Indonesia. Pendapat ini senada dengan Suyatno (2009:
68) yang menyatakan bahwa model pembelajaran CIRC membuat siswa termotivasi pada
proses pembelajaran, karena bekerja dalam kelompok. Siswa tidak hanya mengharapkan
bantuan dari guru saja tetapi juga mendapat bantuan dari teman sebaya, serta siswa juga
dapat termotivasi untuk belajar cepat, akurat, dan dapat mencapai ketuntasan belajar dalam
seluruh materi. Model CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
kooperatif-kelompok. Metode pembelajaran ini mengakomodasikan proses kognitif dalam
membaca. Metode pembelajaran CIRC dilakukan secara bertahap, mengaplikasikan proses
kognitif secara nyata untuk membantu siswa dalam memahami bacaan
Pembelajaran CIRC merupakan pembelajaran yang muncul dari konsep bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam bentuk
diskusi sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami segala konsep dalam
pembelajaran. Dalam bentuk kelompok kecil siswa saling membantu memecahkan masalah
yang ada. Pemahaman siswa akan menjadi kuat karena siswa sendiri yang menemukannya
melalui diskusi. Menurut Huda (2013: 221) dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa
bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan
ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk
pemahaman dan pengalaman belajar yang lama.

B. Tujuan Pembelajaran dengan Model CIRC


Menurut Silberman (2014: 203), pembelajaran dengan menerapkan model CIRC
memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Menggunakan tim - tim cooperative untuk membantu para peserta didik mempelajari
kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas;
2) Untuk jauh lebih meningkatkan kesempatan peserta didik untuk membaca dengan keras
dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka dengan membuat para peserta
didik membaca untuk teman satu kelompoknya dan dengan elatih mereka mengenai
bagaimana saling merespon kegiatan membaca mereka; dan
3) Untuk merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi pendekatan proses menulis
pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaakan kehadiran
teman 1 kelas.

C. Ciri-Ciri dan Komponen Model Pembelajaran CIRC


Sharan (2009: 36), saran menjelaskan bahwa model pembelajaran CIRC memiliki
ciri-ciri tersendiri, antara lain:
1) Adanya kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan cerita (menentukan tujuan dari
membaca cerita dengan pasangan, mengidentifikasi karakter, latar belakang, melanjutkan
cerita, memperkenalkan kosakata baru, mencari maknanya, melanjutkan cerita dengan
bahasa sendiri;
2) Peserta didik kelompokkan kedalam beberapa kelompok heterogen;
3) Peserta didik melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama;
4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama;
5) Akan dievaluasi untuk semua;
6) Berbagai kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama; dan
7) Diminta mempertanggung jawabkan individu materi yang ditangani.
Menurut Slavin (Abidin, 2012: 205-212), model pembelajaran CIRC terdiri atas
beberapa komponen, yaitu:
1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;
2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau
berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada
bidang tertentu;
3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan men- ciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya;
4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok
dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya;
5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil
secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan
tugas;
6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok;
7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;
8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CIRC


Ahsan (2012) berpendapat bahwa langkahlangkah model CIRC dapat diterapkan ke
dalam tahaptahap pelaksanaannya seperti berikut :
a) Tahap pertama yaitu orientasi. Pada tahap ini, guru melakukan apresiasi dan
pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga
memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b) Tahap kedua yaitu organisasi. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Setelah mengelompokkan siswa,
kemudian guru membagi bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada
siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus
diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
c) Tahap ketiga yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu
konsep baru yang mengacu pada proses pembelajaran/kegiatan kelompok, pada
kegiatan ini guru menugaskan siswa untuk membaca bahan bacaan yang telah
dibagikan. Setiap anggota kelompok diharuskan untuk mencari pokok permasalahan
yang terdapat dalam bacaan serta sekaligus mengkritik isi (pokok permasalahan), serta
saling berargument dalam kelompok untuk memastikan kritikan mereka sudah tepat
dan memiliki alas an yang tepat.
d) Tahap keempat yaitu tahap publikasi. Siswa mengkomunikasikan hasil
temuantemuannya dan membuktikan di depan kelas. Kelompok yang lain diharuskan
untuk memberi umpan balik atas pembahasan diskusi kelompok yang sedang tampil
dengan cara mengkritik pendapat/kritikan kelompok yang sedang tampil.
e) Tahap kelima yaitu tahap penguatan dan refleksi. Pada tahap ini guru memberikan
penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasanpenjelasan
ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa
diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Slavin (2005: 207), menjelaskan secara detil langkah-langkah pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, yaitu sebagai berikut:
1) Membaca berpasangan Para peserta didik membaca ceritanya dalam hati dan
kemudian secara bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama
pasangannya, bergiliran untuk tiap paragraf. Si pendengar mengoreksi tiap kesalahan
yang dibuat oleh si pembaca. Guru memberikan penilaian kepada kinerja peserta
didik dengan cara berkeliling dan mendengarkan saat para peserta didik saling
membaca satu sama lain;
2) Menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita Para peserta didik diberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan tiap cerita yang menekankan tata bahasa cerita
struktur yang digunakan pada semua narasi. Setelah mencapai setengah dari cerita,
mereka diminta untuk menghentikan bacaan dan diminta untuk mengidentifikasikan
karakter latar belakang kejadian dan masalah dalam cerita tersebut dan untuk
memprediksi bagaimana masalah tersebut akan diselesaikan. Pada akhir cerita para
peserta didik merespons cerita secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf
mengenai topik yang berkaitan dengan itu.
3) Mengucapkan kata-kata dengan keras Para peserta didik diberikan daftar kata-kata
baru atau sulit ynag terdapat dalam cerita mereka harus belajar membaca kata - kata
tidak ragu atau salah mengucapkannya. Para peserta didik berlatih mengucapkan
daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka
bisa membacanya dengan lancar.
4) Makna kata
Para peserta didik diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru dalam
kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata tersebut di dalam
kamus menuliskan definisinya dengan cara yang lebih mudah dipahami dan
menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna kata tersebut.
5) Menceritakan kembali cerita
Setelah membaca ceritanya dan mendiskusikannya dalam kelompok membaca
mereka, para peserta didik merangkum poin - poin utama dari cerita tersebut untuk
pasangannya.
6) Ejaan
Para peserta didik saling menguji daftar ejaan kata - kata satu sama lain tiap minggu
tersebut saling membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut.
7) Pemeriksaan oleh pasangan
Jika peserta didik telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka
memberikan formulir tugas peserta didik yang mengindikasikan bahwa mereka telah
menyelesaikan atau memenuhi kreteria terhadap tugas tersebut.
8) Tes
Pada tes ini peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu. Hasil tes dan
evaluasi dari menulis cerita yang bersangkutan adalah unsur utama dari skor tim
mingguan peserta didik.
9) Pengajaran langsung dalam memahami bacaan
Setelah menyelesaikan tiap pelajaran, para peserta didik melakukan kegiatan
memahami bacaan sebagai sebuah tim. Pertama berusaha meraih kesempatan
terhadap satu rangkaian soal dalam lembar kegiatan dan kemudian saling menilai
satu sama lain, serta mendiskuiskan masalah-masalah yang masih tersisa dalam
rangkaian soal yang kedua.
10) Seni berbahasa dan menulis terintegrasi
Pada semua tugas menulis para peserta didik membuat konsep karangan setelah
berkonsultasi dengan teman satu timnya dan kepada guru mengenai gagasan -
gagasan mereka dan rencana - rencana pengaturan, bekerja sama teman satu tim
untuk merevisi isi karangan mereka, dan kemudian saling menyunting pekerjaan satu
sama lainnya menggunakan formulir penyuntingan teman yang menekankan
pada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa.

E. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran CIRC


Istriani (2011 : 113-114), mengemukakan bahwa model pembelajaran ini memiliki
kelebihan, yaitu:
1. Membuat suasana belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan dalam
kelompok heterogen,
2. Debat membuat anak lebih rilek dalam belajar karena ditempatkan dalam kelompok
yang heterogen.:
3. Dapat meningkatkan kerjasama antara siswa, sebab dalam pembelajaran siswa
diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok:
4. Dengan adanya presentase akan dapat meningkatkan semangat anak untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan.
Sedangkan yang menjadi kelemahan model pembelajaran ini (Istarani, 2011 :
144) yaitu:
1. Tidak mudah guru dalam menentukan kelompok heterogen:
2. Dalam diskusi, adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja, sementara yang
lainnya hanya sekedar pelengkap saja: dan
3. Dalam presentase sering kurang efektif karena memakan waktu yang cukup lama
sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasekan.
Sharan (2009: 43), memberikan penjelasan bahwa model pembelajaran CIRC
memiliki kelebihan dalam pembelajaran, antara lain:
1) Peserta didik dapat memberikan tanggapannya secara bebas,
2) Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain:
3) Menumbuhkan rasa senang yang merangsang peserta didik untuk aktif dalam
kelompok:
4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya,
5) Membentuk kemurnian ungkapan dalam interaksi dan pemecahan masalah yang
kreatif: dan
6) Meningkatkan kualitas gagasan.
Sedangkan kekurangannya (Sharan,2009:43) antara lain:
1) Pada saat presentasi hanya peserta didik yang aktif bertanya
2) Banyak memborokan waktu
3) Persiapan yang perlu dilakukan guru yang akan menggunakan model pembelajaran ini
cukup rumitt
4) Pengelolaan kelas dan pengorganisasian peserta didik lebih sulit

Anda mungkin juga menyukai