Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Disusun Oleh:

AHMAD FADHIL POHAN

218140024

A1

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
hidayat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Praktikum Fisika Dasar” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Fisika Dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pemahaman tentang prosedur dan langkah pengerjaan serta persiapan
sebelum dilakukannya suatu praktikum. Melalui pemahaman dan wawasan tersebut,
pembaca dan juga penulis dapat memperoleh manfaat yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Terlebih dahulu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moranain
Mungkin, ST., M.Si., selaku dosen Fisika Dasar yang telah memberikan tugas ini
sehingga saya dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung dan membantu
proses penyelesaian laporan praktikum ini dengan baik.
Kemudian, saya menyadari bahwa laporan praktikum yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun guna memyempurnakan laporan ini
agar dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, 27 Juni 2022


Penulis

Ahmad Fadhil Pohan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM.....................................iv

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA......................................................v

M-I HUKUM ARCHIMEDES........................................................................6

M-II NILAI KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN...................................12

M-III NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE JOULE............19

M-IV KOEFISIEN GESEKAN........................................................................27

M- V AYUNAN BANDUL SEDERHANA....................................................35

M-VI KONSTANTA PEGAS..........................................................................41

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................55

...................................................................................................... 56

iii
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Mahasiswa (praktikan) yang diperkenankan menggunakan laboratorium dan


melakukan praktikum adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik.
2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan lebih
dari 10 menit sejak praktikum dimulai, maka praktikan dianggap tidak hadir dan
tidak boleh mengikuti praktikum.
3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan tertulis
dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.
4. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas praktikum.
5. Praktikan wajib membawa kartu asistensi. Buku panduan peralatan tulis dan
lainnya yang dibutuhkan.
6. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok dan foto selfie
didalam laboratorium selama praktikum berlangsung.
7. Praktikan tidak boleh bersenda gurau yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran praktikum.
8. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang digunakan saat praktikum,
kebersihan meja masing-masing dan lantai disekitarnya.
9. Jika alat yang digunakan rusak, praktikan wajib menggantinya dengan merk dan
spesifikasi yang sama.
10. Setelah menggunakan peralatan, praktikan wajib meletakkan kembali pada
tempat yang semula.
11. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta izin
kepada dosen pelaksana praktikum, atau laboran atau asisten.

iv
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.


2. Sediakan alat-alat yang akan digunakan diatas meja praktikum dan simpan yang
tidak digunakan pada tempatnya.
3. Gunakan peralatan kerja seperti jas laboratorium dan kaos kaki untuk melindungi
pakaian dan kulit.
4. Dilarang menggunakan perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
5. Dilarang menggunakan sandal atau sepatu.
6. Pelajari dan pahami cara penggunaan alat ukur yang akan digunakan agar tidak
terjadi kesalahan.
7. Sebelum menggunakan alat ukur selalu dilakukan kalibrasi.
8. Ulangi setiap pengukuran dengan alat ukur setidaknya 2 kali untuk menghindari
kesalahan.
9. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
10. Apabila meja praktikum tumpah, harap untuk langsung dibersihkan dan
dikeringkan dengan kain.
11. Dilarang menyentuh atau memegang peralatan ketika sedang dalam keadaan
hidup ataupun berjalan terutama peralatan yang menggunakan arus listrik.

v
MODUL I

HUKUM ARCHIMEDES

I. Tujuan
1. Membuktikan keberlakuan hukum Archimedes.
2. Menyelidiki hubungan gaya keatas dengan berat zat cair yang dipindahkan.
3. Membuktikan dan menentukan apakah benda akan terapung, melayang, dan
tenggelam pada jenis fluida.

II. Teori

Hukum Archimedes mengatakan bahwa “Jika suatu benda dicelupkan ke dalam


sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat gaya ke atas yang sama besarnya
dengan beratnya zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”.

Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah


berkurang. Peristiwa ini tentu bukan berarti ada massa benda yang hilang, namun
disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan
arah berat benda. Seorang ahli Fisika yang bernama Archimedes mempelajari hal ini
dengan cara memasukkan dirinya pada bak mandi. Ternyata, ia memperoleh hasil,
yakni beratnya menjadi lebih ringan ketika di dalam air. Gaya ini disebut gaya apung
atau gaya ke atas (Fa). gaya apung sama dengan berat benda di udara dikurangi
dengan berat benda di dalam air.

Persamaan Hukum Archimedes :


Fa = wu - wf

Keterangan:
F = gaya apung atau gaya ke atas (N)
wu = gaya berat benda di udara (N)
wf = gaya berat benda di dalam air (N)

Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak atau
dipindahkan oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin
besar pula gaya apungnya. Hasil penemuannya dikenal dengan Hukum

Archimedes yang menyatakan bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam


zat cair, baik sebagian atau seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya ke
atas) yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesaknya (dipindahkan) oleh
benda tersebut. Secara matematis ditulis :
F a = wf Fa = ρf . g . vbf

6
Keterangan:

Fa = Gaya keatas yang dialami benda (N)


ρf = Massa jenis zat cair (kg/m3)
vbf = Volume benda tercelup
(m3) g = Percepatan gravitasi
(m/s2)

A. Keadaan Benda

Dalam konsep hukum Archimedes ada tiga keadaan benda di dalam zat cair :

1. Benda terapung

Benda dikatakan terapung jika berat jenis benda lebih kecil daripada berat jenis zat
cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.

Benda terapung Pada peristiwa mengapung, hanya sebagian


volume benda yang tercelup di dalam fluida sehingga volume
fluida yang berpindah lebih kecil dari volume total benda yang
mengapung. Karena vbf (volume benda yang tercelup) lebih kecil
daripada vb (volume benda total), maka syarat benda mengapung
adalah:

vb> vbf ρb< ρf

2. Benda Melayang

Benda dikatakan melayang jika berat jenis benda sama dengan berat jenis zat cair
dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.

Pada peristiwa melayang, volume fluida yang dipindahkan


(volume benda yang tercelup) sama dengan volume total benda
yang melayang. Karena vbf (volume benda yang tercelup) sama
dengan vb (volume benda total), maka syarat benda melayang
adalah:

vb = vbf ρb = ρf

3. Benda Tenggelam

Benda dikatakan tenggelam jika berat jenis benda lebih besar


daripada berat jenis zat cair dan berat benda lebih besar daripada
gaya ke atas zat cair. perbedaan benda terapung tenggelam dan
melayang dapat dibuatkan tabel berikut ini.

7
Pada peristiwa tenggelam, volume benda yang
tercelup di dalam fluida sama dengan volume total
benda yang mengapung, namun benda bertumpu
pada dasar bejana sehingga ada gaya normal dasar
bejana pada benda sebesar N.

Karena vbf (volume benda yang tercelup) sama


dengan vb (volume benda total), maka syarat benda
tenggelam adalah :

vb = vbf ρb> ρf

III. Alat dan Bahan

Percobaan Tabel 1.1 Peralatan dan


No. Alat dan Bahan Fungsi
fungsinya
Untuk menegakkan buret, corong dan peralatan
1. Tiang statif
gelas lainnya.
Untuk menjepit peralatan gelas agar memempel
2. Klem
pada tiang statif.
Sebagai alat timbangan untuk melakukan berat suatu
3. Neraca pegas
benda.
Untuk mengetahui bobot/massa suatu benda atau
4. Neraca digital
sebagai alat ukur berat.
Sebagai alat ukur volume cairan yang tidak
5. Beaker glass
memerlukan ketelitian yang tinggi.
6. Gelas berpancuran Untuk mengukur volume dari suatu benda.
7. Balok kayu Sebagai beban 1 yang akan dimasukkan kedalam air.
Sebagai beban 2 yang akan dimasukkan kedalam air
8. Balok besi
dan sebagai pembanding terhadap beban 1
Sebagai bahan percobaan untuk mengetahui benda
9 Air
melayang, mengapung, ataupun tenggelam.

IV. Prosedur Percobaann


1. Dipersiapkan seluruh peralatan percobaan hukum Archimedes
2. Diukur berat benda 1 di udara dengan menggunakan neraca pegas Kemudian
hasil perolehan dicatat.
3. Diisi gelas berpancuran dengan air hingga ke bibir pancuran.
4. Dicelupkan benda 1 ke dalam air seluruhnya, dalam kondisi ini diukur dan
dicatat beratnya.
5. Diukur massa dan volume fluida yang dipindahkan.
8
6. Diganti benda 1 dengan benda yang lainnya, lalu dilakukan langkah 1 – 4
secara beurutan.

9
7. Dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Data Hasil Perolehan Berdasarkan Praktikum


Berat Benda (N) Volume Massa
Gaya
Jenis Sebelum Sesudah fluida yang fluida yang
keatas
Benda dicelup dicelup tumpah tumpah
( Fa )
(wbu) (wbf) ( m3 ) ( kg )
Balok kayu 0,15 0 0,15 1,5 x 10 -5 1,5 x 10 -2
Balok besi 0,75 0,65 0,1 9 x 10 -6 9 x 10 -3

V. Analisa Data

Percobaan kali ini berjudul Hukum Archimedes, yang bertujuan untuk


mengetahui hubungan antara gaya ke atas (Fa) dengan gaya berat di udara ( wbu ) dan
berat benda di dalam air ( wbf ), mengetahui hubungan antaragaya ke atas (Fa) dengan
gaya berat air yang di pindahkan ( Wf ), serta mengetahui hubungan antara gaya ke
atas (Fa) dengan volume air yang dipindahkan (“V).

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah neraca pegas untuk mengukur
berat benda diudara ( Wbu ) dan berat benda di dalam zat cair (Wbf), gelas ukur
untukmengukur volume benda yang di celupkan dalam zat cair (“V).

1. Perbedaan apakah yang nampak dalam pengukuran berat benda sebelum dan
sesudah dicelupkan?
Dalam pengukuran berat benda yang dilakukan dalam percobaan tersebut
diperoleh bahwa berat benda sebelum dan sesudah dicelupkan dalam air memiliki
berat yang berbeda.
2. Apakah massa benda yang tumpah sama dengan volume benda yang
dicelupkan?
Saat benda dimasukkan kedalam gelas berpancuran yang telah diisi air, maka
dapat dilihat bahwa air akan tumpah sebanyak massa dari benda tersebut.
3. Jelaskan secara rumus hasil percobaan yang dilakukan terhadap masing-
masing benda, sehingga terbukti bahwa benda tersebut mengapung, melayang
atau tenggelam!

 Data I:

Jenis benda = Balok Kayu


Jenis fluida = Air
Massa gelas kosong (mk) = 100 gram
 Kondisi benda sebelum dicelup:
Berat benda di udara ( wbu ) = 0,15 N
Massa benda di udara ( wbf ) = 15 gram

 Kondisi benda setelah dicelup:

10
Berat benda di dalam fluida(wbu) =0N

11
Massa benda di dalam fluida(mbu) = 0 gram

mk + fluida yang tumpah = 115 gram


massa fluida(mf) = (mk + fluida yang tumpah) - mk
= (115 – 100) gram
= 15 gram
Fa(gaya Archimedes) = wu - wf
= 0,15 N – 0 N = 0,15 N
15
massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) =
1000 gram = 1,5 x 10 -2 kg
𝑚𝑓
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) = 1,5 𝑥 10 −2
=
𝜌𝑓 1 𝑥 10 3
= 1,5 x 10 -5
m3
 Data II:
Jenis benda = Silinder Besi
Jenis fluida = Air
Massa gelas kosong (mk) = 100 gram
 Kondisi benda sebelum dicelup:
Berat benda di udara ( wbu ) = 0,75 N
Massa benda di udara ( wbf ) = 75 gram

 Kondisi benda setelah dicelup:


Berat benda di dalam fluida (wbu) = 0,65 N
Massa benda di dalam fluida (mbu) = 65
gram

mk + fluida yang tumpah = 109 gram


massa fluida(mf) = (mk + fluida yang tumpah) - mk
= (109 – 100) gram
= 9 gram
Fa(gaya Archimedes) = wu - wf
= 0,75 – 0,65= 10 N
9
massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) =
1000 gram = 9 x 10 -3kg
𝑚𝑓
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) = 9 𝑥 10 −3
=
𝜌𝑓 1 𝑥 10 3
12
= 9 x 10 -6 m3

13
4. Jelaskan jenis aplikasi apa saja yang tercipta dari penerapan Hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari hari?
Beberapa penerapan hukum Archimides dalam kehidupan sehari-hari, antara lain,
pada hidrometer, kapal selam, dan kapal laut. diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, adanya hukum Archimedes menyebabkan benda yang dimasukkan ke dalam
akan mengalami tiga kemungkinan, yaitu terapung, melayang, dan tenggelam.

VI. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan


bahwa:

1. Berat benda di udara lebih besar dibandingkan berat benda di dalam air. Hal
ini dikarenakan faktor yang memepengaruhinya. Berat benda di udara hanya
dipengaruhi oleh gaya gravtasi, sedangkang berat benda di dalam air
dipengaruhi oleh gaya gravitsi dan gaya ke atas (gaya apung).
2. Gaya apung atau gaya ke atas dapat diketahui dengan rumus:
Fa = wu - wf
3. Hukum Archimedes berbunyi “gaya apung yang bekerja pada benda
yangdimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang
dipindahkannya”
4. Hubungan gaya ke atas dengan berat zat dapat diketahui dari berat zat cair
(fliuda) yang tumpah.

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Hukum archimedes ini, guna


membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Dalam pelaksanaan praktikum tentang hukum archimedes, sebaiknya


praktikan telah memahami betul langkah kerja guna kelancaran dan hasil
praktikum.
2. Praktikan harus lebih teliti dalam mengukur massa dan perhitungannya guna
memperoleh hasih yang lebih akurat.

14
MODUL II

NILAI KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN

I. Tujuan
1. Menentukan koefisien kekentalan (Coeficient of Viscosity) cairan, dengan
mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kefisien kekentalan
suatu cairan.

II. Teori

Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi
kakas yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah benda
berbentuk bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu medium (cairan
atau gas) yang tepat sifat-sifatnyany, maka besar gaya kekentalan adalah:

Fv = - 6 π η r v....................(1)
Dimana : Fv = gaya yang melawan gerakan
(N) η = koefisien kekentalan (Pa.s)
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola relatif terhadap medium (m. s-1)

Tanda minus menunjukan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini dikenal
sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum Stokes tersebut
diatas:

a. Ruangan tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup besar)


b. Tidak ada turbulensi (penggelinciran) pada medium. Praktisnya ini berarti
kecepatan v tidak besar.

Satuan SI untuk η adalah Newton meter-2 atau N.m-2. Nilai η bergantung pada
jenis cairan dan terpengaruh suhu. Dalam metode bola jatuh, sebuah bola kecil
dijatuhkan dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya rendah
tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga kakas Fv
bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi Fg (kebawah), gaya
apung Fb (keatas) dan gaya gesekan Fv (keatas) dan pada suatu nilai kecepatan
tertentu, akan terjadi keseimbangan :

Fg + Fb + Fv = 0..............(2)
Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan menjadi nol. Maka
kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai maksimum atau nilai akhir
yang dinotasikan sebagai Va. Kecepatan ini juga disebut kecepatan akhir (terminal
velocity). Gaya Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari-jari bola R, rapat bola ρo
15
dan rapat cairan ρc :

16
Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua persamaan setelah
Substitusi kedalam pers. (1) dan (2) diperoleh :

Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat dihitung
menurut pers (5) perbandingan R2/va seharusnya konstan dan percobaan juga dapat
membuktikan besar tidaknya hal ini.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


pengukuran kekentalan dengan metode ini adalah:

a) Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang


diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).
b) Rumus (1) di atas hanya berlaku jika bola
jatuh lebih kecil dari ukuran tabung
(paling tidak1/10) dari diameter tabung.
c) Suhu harus konstan, khususnya untuk
jenis-jenis minyak.

Kekentalan atau viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan zat alir (fluid)
yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan
hanya untuk zat alir), kekentalan adalah "ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh
karena itu, air yang "tipis", memiliki kekentalan lebih rendah, sedangkan madu yang
"tebal", memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah
kekentalan suatu zat alir, semakin besar juga pergerakan dari zat alir tersebut.
Kekentalan menjelaskan ketahanan internal zat alir untuk mengalir dan mungkin
dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran zat alir. Sebagai contoh,
viskositas yang tinggi dari magma akan menciptakan statovolcano yang tinggi dan
curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mendingin, sedangkan
viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan
lebar. Seluruh zat alir (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan
oleh karena itu disebut kental, tetapi zat alir yang tidak memiliki ketahanan tekanan
dan tegangan disebut zat alir ideal.
Kajian dari bahan yang mengalir disebut Rheologi, yang termasuk kekentalan dan
konsep yang berkaitan.

17
Asal Kata
Kata "viskositas" berasal dari bahasa Latin "viscum alba", berarti mistletoe putih.
Lem kental yang bernama "birdlime" dibuat dari buah mistletoe dan digunakan pada
ranting lemon untuk menangkap burung.[2]
Bahan dan kebiasaannya]
Ikhtisar

Laminar shear of fluid between two plates. Friction between the fluid and the moving
boundaries causes the fluid to shear. The force required for this action is a measure of
the fluid's viscosity. This type of flow is known as a Couette flow.

Laminar shear, the non-constant gradient, is a result of the geometry the fluid is
flowing through (e.g. a pipe).
Secara Umum, pada setiap aliran, lapisan-lapisan berpindah pada kecepatan yang
berbeda-beda dan viskositas fluida meningkat dari tekanan geser antara lapisan yang
secara pasti melawan setiap gaya yang diberikan. Hubungan antara tekanan geser dan
gradiasi kecepatan dapat diperoleh dengan mempertimbangkan dua lempeng secara
dekat dipisahkan dengan jarak y, dan dipisahkan oleh unsur homogen. Asumsikan
bahwa lempeng sangat besar dengan luas penampang A, dan efek samping dapat
diabaikan, dan lempeng yang lebih rendah tetap, anggap gaya F dapat diterapkan
18
pada

19
lempeng atas. Jika gaya ini menyebabkan unsur antara lempeng mengalami aliran
geser dengan gradien kecepatan u/y, unsur disebut fluida.
Teori Newton
Ketika sebuah tekanan shear diterapkan kepada sebuah benda padat, badan itu akan
berubah bentuk sampai mengakibatkan gaya yang berlawanan untuk mengimbangkan,
sebuah ekuilibrium. Namun, ketika sebuah tekanan shear diterapkan kepada
sebuah fluid, seperti angin bertiup di atas permukaan samudra, fluid mengalir, dan
berlanjut mengalir ketika tekanan diterapkan. Ketika tekanan dihilangkan, umumnya
aliran berkurang karena perubahan internal energi.
Pengukuran viskositas
Viskositas dapat diukur dengan berbagai tipe dari viskometer dan rheometer.
Rheometer digunakan untuk fluida yang tidak dapat ditentukan dengan nilai
viskositas tunggal dan oleh karena itu memerlukan lebih banyak parameter untuk
ditetapkan dan diukur. Kontrol suhu yang dekat dari fluida sangat penting untuk
memperoleh pengukuran yang akurat, terutama pada bahan seperti pelumas, yang
viskositasnya dapat berlipat ganda dengan perubahan hanya 5 ° C.[3]
Salah satu instrumen yang paling umum untuk mengukur viskositas kinematik adalah
viskometer kapiler kaca.
Dalam industri pelapis, viskositas dapat diukur dengan mangkuk di mana waktu
efflux diukur. Ada beberapa jenis cangkir - seperti cangkir Zahn dan cangkir
viskositas Ford - dengan penggunaan masing-masing jenis yang bervariasi terutama
sesuai dengan industrinya. Waktu efflux juga dapat diubah menjadi viskositas
kinematik (centistoke, cSt) melalui persamaan konversi.
Juga digunakan dalam pelapis, viskometer Stormer menggunakan rotasi berbasis
beban untuk menentukan viskositas. Viskositas dilaporkan dalam satuan Krebs (KU),
yang unik untuk viskometer Stormer.
Viskositas ekstensional dapat diukur dengan berbagai rheometer yang
menerapkan tegangan ekstensional.
Volume viskositas dapat diukur dengan rheometer akustik.

20
III. Alat dan Bahan Percobaan

Tabel 2.1 Peralatan dan fungsinya


No Alat dan Bahan Fungsi
Sebagai wadah zat cair (minyak gorong) dan
Tabung berisi zat
1. digunakan untuk tempat percobaan memasukkan bola
cair
padat.
Sebagai objek percobaan untuk mengetahui
Bola-bola kecil
2. kekentalan zat cair dalam tabung melalui waktu yang
padat
diperlukan.
Untuk mengukur diameter bola-bola padat yang
3. Micrometer sekrup
akan diamati.
Jangka sorong, Untuk mengukur jarak setiap lintasan dalam tabung
4.
mistar cairan yang akan dilalui bola.
Untuk mengukur suhu cairan yang digunakan
5. Thermometer
sebelum dan sesudah percobaan.
Untuk menghitung lamanya bola jatuh pada jarak-
6. Stopwatch
jarak tertentu didalam tabung zat cair.
7. Magnet Untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung
8. Klem Sebagai penjepit tabung.
9. Statif Sebagai dudukan dan penyangga tabung.
10. Areometer Untuk mengukur rapat zat cair.
Untuk mengukur volume cairan yang akan digunakan
11. Gelas ukur
dalam percobaan viskositas.
Untuk menimbang massa cairan, massa bola dan
12. Neraca
massa gelas ukur.

IV. Prosedur Percobaan


1. Diukur diameter tiap-tiap bola, masing-masing pengukuran dilakukan
beberapa kali (dengan menggunakan mikrometer sekrup).
2. Ditimbang tiap-tiap bola dengan neraca analog atau digital.
3. Dicatat temperatur cairan sebelum dan sesudah percobaan.
4. Diukur rapat cairan itu dengan areometer. Jika tidak ada rapat cairan
diperoleh, maka dengan cara sebagai berikut:
a) Ditimbang gelas ukur, kemudian dicatat massa gelas kosong.
b) Dimasukkan cairan dan dicatat volumenya
c) Ditimbang kembali gelas ukur + cairan lalu dicatat massanya. (Rapat cairan
).
5. Ditempatkan satu kawat pada jarak ± 20 cm dibawah permukaan cairan dan
kawat kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.

21
6. sDiambil satu bola dengan pinset atau sendok agar suhu tidak naik, kemudian
dilepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm di atas permukaan cairan
dipertengahan tabung. Diukur waktu jatuh t dari kawat atas ke-kawat bawah.
7. Diubah jarak d menjadi 0,9; 0,8; 0,7; 0,4 meter dan mengukur waktu (t) untuk
setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Diulangi prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda
diameternya.
V. Analisis Data
Jenis cairan = Minyak goreng (Bimoli
Spesial) Bola 1 = Bola 2 = Bola 3
Diameter = 2 R2 = 0.00684 mm
Jari-jari R1 = 0,00342 mm
Massa bola m1 = 0,001 kg
Rapat cairan ρ0 = 845 kg. m –3
Suhu semula T0 = 31 oC
Suhu akhir T1 = 31 oC

Tabel 2.2 Hasil Percobaan


Waktu rata-
Jarak Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
rata
X (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata-rata
0,8 1,10 1,35 1,24 1,16
0,6 0,75 0,83 0,80 0,79
0,4 0,49 0,48 0,46 0,48
0,2 0,28 0,37 0,34 0,36

 Grafik x -vs- untuk setiap bola.

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Jar
ak

0.3
0.2
0.1
0

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4


Waktu
t (s)

Δ𝑥 𝑥2−𝑥1
Slope (Vt) = =
Δ𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡2−𝑡1
0,9−0,25 0,9−0,25
= = = 0.62 m. s -1
1,4−0,35
22
1,4−0,35

23
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
𝑚
ρ =
𝑣 0,001
0 = 0,0000001674
= 5971,6 kg/m3
2 𝑟2 𝑔
2 𝑟2 𝑔
Vt =
9 (𝜌0 − 𝜌𝑐) 𝜂 = (𝜌0 − 𝜌𝑐)
𝑦 𝑉𝑡
9

𝜂 2 0,003422 𝑥 10 (5.971,6 – 845) 𝜂 = 1,22 𝜂 = 0,22 N/m2 s

=
9 0,62 5,58
VI. Kesimpulan dan Saran
Suatu benda yang bergerak dalam suatu fluida akan mendapat beberapa penagruh
gaya seperti gaya archimedes, gaya gesek fluida atau biasa disebut gaya stokes, dan
gaya gravitasi yang menimbulkan adanya gaya berat dalam fluida. Gaya stokes akan
menghambat gerakan benda sehingga beda atau bola pejal akan melambat sampai
jarak tertentu.
Gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak dalam fluida berkaitan dengan
kekentalan fluida tersebut. Selain itu, pergerakan benda dalam fluida dipengaruhi juga
oleh gaya Archimedes dan Gaya Berat. Dari hasil percobaan diketahui bahwa jarak
yang ditempuh oleh bola pejal berbanding lurus dengan waktu yang dipergunakan
untuk menempuh jarak tersebut. Namun yang memepengaruhi waktu tempuh bola
pejal untuk mencapai dasar tabung adalah diameter bola pejal tersebut. Semakin
diameter bola pejal, maka semakin besar juga kecepatannya dan waktu tempuhnya
akan semakin kecil.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan harus menguasai materi dan langkah
percobaan sehingga percobaan berjalan dengan lancar dengan tingkat
kesalahan yang rendah.
2. Saat melakukan pengambilan data, perlu ketepatan dan ketelitian dalam
menggunakan stopwatch serta kefokusan dalam pengamatan praktikum.

24
MODUL III

NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE JOULE

I. Tujuan
1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
2. Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
II. Teori

Dalam sebuah kawat penghantar yang dialiri arus listrik terjadi pemanasan
akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh
arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t, energi
panas yang dihasilkan adalah :

E = V . I . t........................................................(1)

Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (atau
cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut
teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk memanaskan sesuatu benda
bermassa m melalui suhu adalah :

E = m . c . ΔT............................................................. (2)

Dimana c disebut nilai bahang benda tersebut.

Bila diterapkan pada kalorimeter massa dan nilai bahang yang berisi air
bermassa dengan nilai bahang maka persamaan (2) menjadi.

E = (ma . ca + mk . ck) ΔT............................(3)

Bila disamakan energi listrik pers (1) dengan


persamaan (3) maka diproleh :

V. I . t = (ma . ca + mk . ck) ΔT......................(4)

Nilai dapat ditentukan dalam eksperimen


dimana diketahui dan semua besaran lain diukur.

Gambar 3.1 Bejana kalorim

25
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat)
bergantung pada 3 faktor:

1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu

Gambar Peralatan metode Joule

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

Q = m.c.(T2 – T1) (2.1)

Dengan :

Q : kalor yang dibutuhkan (J)

m : massa benda (kg)

c : kalorjenis (J/kgC)

(T2 – T1) : perubahansuhu

(C)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu,

1. kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu.


2. kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan
26
yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam

Q = m.U dan Q = m.L.

27
Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg).

Dalam pembahasan kalor ada dua konsep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu
kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

H = Q/(T2 – T1) (2.2)

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg
zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis
adalah kalorimeter.

c = Q/m. .(T2 – T1 ) (2.3)

Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor jenis suatu zat. Salah satu bentuk
kalori meter adalah kalorimeter campuran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bejana
logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan didalam bejana
lain yang agak lebih besar kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan
gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai isolator agar penukaran kalor
dengan sekitar kalori meter dapat dikurangi. Pertukaran energi kalor merupakan dasar
teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran
kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter. Pada teknik yang dikenal
sebagai “metodecampuran”, satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi
yang diukur dengan akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter.
Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterimaoleh air dan kalorimeter.
Dengan mengukur suhu akhir campuran tersebut, maka, dapat dihitung kalor jenis zat
tersebut.

Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanaskan sampai suhu tertentu. Dengan
cepat zat itu dimasukkan kedalam kalori meter yang berisi air dengan suhu dan
massanya sudah diketahui. Kalori meter diaduk sampai suhunya tidak berubah lagi.
Dengan menggunakan hukum kekekalan energi, kalor jenis yang dimasukkan dapat
dihitung.

Dalam sebuah kawat hambatan yang dialiri listrik terjadi pemanasan akibat energi
listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh arus DC (I) melalui
tegangan (V) sama dengan I dikali V, maka dalam waktu t, energi panas yang
dihasilkan adalah

E = V.I.t (2.4)

Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (cairan lain)
di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut teori kalor dasar,
energi E yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda bermassa m, melalui
suhu
∆T adalah E = m.c.∆T

Dimana c disebut nilai bahang benda tersebut. Bila diterapkan pada kalorimeter
28
yang berisi air maka persamaannya menjadi

E = (mA.cA + mK.cK) ∆T (2.6)

29
Dengan :

mA = massa air (kg)

c A = kalorjenis air (Jkg-1C⁰-1 ) atau (Jkg-

1K-1) mK = massakalorimeter (kg)

cK= kalorjenisbahankalorimeter (Jkg-1C⁰-1 ) atau (Jkg-1K-1)

∆T = perubahansuhu (C⁰atau K-1)

Bila disamakan energi listrik, makadiperoleh

V.I.t = (mA.cA + mK.cK) ∆T (2.7)

Nilai cA dapat ditentukan dalam eksperimen dimana ck diketahui dan semua


besaran lain diukur. Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang
bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai
terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat
dirumuskan :

Q lepas = Q terima

Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor
adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan
diperoleh :

m1.c1.(T1 – Ta) = m2.c2.(Ta-T2) (2.8)

Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan Asas Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan (T1 – Ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah
digunakan (Ta-T2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas
bergantung pada soal yang dikerjakan.

30
III. Alat dan Bahan

Percobaan Tabel 3.1 Peralatan


No Alat dan Bahan Fungsi
dan fungsinya
Magnetik Stirrer Sebagai alat pemanas bejana kalorimeter yang berisi
1.
air.
Termometer Untuk mengukur suhu air yang digunakan sebelum
2
dan sesudah percobaan (tiap 30 sekon).
Tabung kalorimeter Sebagai wadah untik air yang akan dihitung nilai
3..
perubahan kalor (panas) nya.
4. Pengaduk Untuk meratakan suhu air dalam tabung kaloromeer.
Stopwatch Untuk menghitung waktu tiap 30 sekon untuk sekali
5.
pengukuran kenaikan suhu.
6. Es batu Sebagai pendingin.
Neraca Untuk mengukur berat kalorimeter.
7.
digital/analog

IV. Prosedur Percobaan


1. Ditimbang bejana kalorimeter (yang di dalam) bersama pengaduknya.
2. Diisi bejana kalorimeter dengan air dingin (sebaiknya di bawah 150C sampai
± 2 cm di bawah tepi bejana). Kemudian ditimbang kembali untuk
menentukan massa air.
3. Dipasang peralatan seperti Gambar 3.1
4. Dipersiapkan stopwatch dan ditekan saklar Heat pada posisi (I) seraya
menghidupkan stopwatch. Selanjutnya diamati suhu yang diukur oleh
termometer setiap 30 sekon selama 360 sekon dan dicatat hasil yang diamati.
5. Ditekan saklar (O) seraya mematikan stopwatch-nya setelah waktu
menunjukkan 360 sekon
6. Diminta pada asisten berapakah nilai tegangan dan arus dari alat pemanas
magnetic heated stirrer agar dapat menentukan daya listrik P(W).
7. Dibuat Tabel seperti berikut:
Jenis cairan = Air
Suhu kamar = 31 oC
Nilai kalor spesifik kalorimeter ( = 386 J/kg oC
Massa kalorimeter serta pengaduk ( ) = 0,081 kg
Massa air + massa kalorimeter ( + ) = 0,219 kg
Massa air = 0,138 kg

31
Tabel 3.2: Hasil percobaan
Waktu Suhu Daya Listrik
t (s) T (oC) P (W)
0 31 25
30 32 25
60 33 25
90 34 25
120 37 25
150 39 25
180 41 25
210 43 25
240 45 25
270 47 25
300 48 25
330 49 25
360 50 25
Ket: Kalor jenis Air = 4.200 J/kgoC

V. Analisa Data
Grafik (T -vs- t). Tandai suhu kamar.
400
350
300
250
200
150
Wak

100
tu

50 Δt = t2-t1
0
= 360-5
= 355 s

0 10 20 30 40 50 60
Suhu T (0c)

ΔT= T2-T1
= 50-32,5
= 17,5 oC
Nilai Slope (Kemiringan grafik):
Δ𝑡 𝑡2−𝑡1
Slope = =
Δ𝑇 𝑇2−𝑇1
360−5 355
= = = 20,3
50−32,5 17,5
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
Ca Experiment:

32
Ca = 𝑃 𝑥 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒−(𝑚𝑘 𝑥 25 𝑥 20,3−(0,081 𝑥 386)
=
𝑐𝑘) 0,138
𝑚𝑎
507,5−31,3
=
0,138 = 3.451 J/kg0c

Maka :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑎𝑘


Error % = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑎𝑘 x 100 %
3.451 𝑜ℎ𝑚−4.200 𝑜ℎ𝑚
= x 100 %
4.200 𝑜ℎ𝑚
= -20 %
Selisih ini dianggap sebagai besar perbedaan antara nilai perkiraan dan estinasi.
Nilai ini menunjukkan seberapa jauh perbedaan hasil yang diharapkan dengan yang
sebenarnya terjadi. Oleh karena rumus menggunakan nilai absolute selisih,
maka”tanda negatif boleh dibuang, sehingga Nilai Absolut 9-20) ditulis sebagai |-20|
yaitu 20”.
Akurasi = (100 %) – (Error %)
= 100 % - 20 %
= 80 %
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai Error (kesalahan)
sebesar 20 %. Sehingga dapat diperoleh nilai keakuratan hasil percobaan yaitu sekitar
80 % dari nilai Eksak atau 3.451 Ohm dari 4.200 Ohm.

VI. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini,diperoleh bahwa nilai kalor jenis air secara praktikum adalah
3.451 J/kg ⁰C. Jika dibandingkan dengan nilai kalor jenis air secara teori,maka hasil
ini berbeda dengan hasilnya secara teori (Ca = 4200 J/ kg ⁰C). berdasarka data
tersebut, diperoleh nilai Error sebesar 20 % yang mengakibatkan keakuratan hasil
percobaan ini sebesar 80 %.

Dalam percobaan ini,dapat diperoleh hubungan bahwa kalor merupakan suatu


bentuk energi, hal ini dapat dibuktikan melalui hasil percobaan, dimana ternyata kalor
yang terjadi sama dengan usaha yang dilakukan. Ini dapat dilihat dari kenaikan
temperatur air di dalam kalorimeter seiring dengan bertambahnya jumlah waktu yg
digunakan. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai bahang jenis air ialah:

1. Tegangan (V)
2. Kuat arus (I)
3. waktu (S)
4. Massa air
33
5. Suhu (⁰ C)

34
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Sebaiknya praktikan telah mengetahui dan mengusai prosedur percobaan dan


teorinya agar mudah melakukan praktikum
2. Sebaiknya praktikan memahami cara menggunakan alat-alat ukur yang
digunakan dalam percobaan
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pembacaan skala alat yang digunakan
agar hasilnya lebih akurat

35
MODUL IV

KOEFISIEN GESEKAN

I. Tujuan
1. Memahami pengertian koefisien gesekan
2. Menentukan koefisien gesekan berbagai jenis benda dengan metode bidang
miring.
II. Teori

Sebuah benda bermassa m diluncurkan di atas permukaan yang datar dan rata
dengan kecepatan awal v0, benda akhirnya berhenti. Hal ini berarti, bahwa dalam
geraknya, benda mengalami percepatan dan kecepatan rata-rata yang berlawanan
arah dengan arah gerakannya. Jika dikaitkan dengan inersia, pada suatu benda
yang dipercepat, maka pada geraknya selalu dikaitkan dengan gaya yang sesuai
dengan hukum Newton II. Dalam hal ini permukaan bidang datar melakukan gaya
gesek (friction) pada benda yang meluncur yang nilai rata-ratanya adalah :

Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda yang lain,
maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu sama lainnya.
Gaya gesekan pada masing-masing benda ini berlawanan arah dengan gerak
relatifnya terhadap benda lainnya. Dengan perkataan lain gaya gesekan akan
melawan gaya geraknya. Walaupun tidak ada gerak relatifnya, tetap ada gaya
gesekan antar permukaan, contoh benda tetap berada pada posisi stabilnya.
Gesekan dapat menimbulkan keausan pada benda yang bergerak, sebaliknya tanpa
gesekan suatu benda tidak akan stabil pada posisi dimana benda berada.

Gaya gesekan dinyatakan dengan:

Dimana : fc : Gaya gesekan


μ : Koefisien gesekan
N : Gaya normal

Sedangkan koefisien gesekan terdiri dari koefisien gesekan statis μs dan


koefisien gesekan kinetis μk

36
Sudah mulai
N Bergerak
N N bergerak N

fc F fc F fc F

fs < μsN fs= μsN fk= μkN


W W W W

Gambar 4.1: Gesekan pada bidang datar

Balok dalam keadaan diam (setimbang) yang terletak pada permukaan datar
dipenga-ruhi oleh gaya N dan W. Balok tidak akan bergerak bila gaya F kecil,
balok tidak bergerak bila gaya F < gaya gesekan antara benda dan bidang datar.
Jika gaya F diperbesar, pada suatu saat benda akan mulai bergerak. Sekali gerak
telah dimulai, gaya F akan menghasilkan percepatan. Gaya gesekan antara dua
permukaan yang diam disebut gaya gesekan statik. Gaya gesekan statik yang
maksimum sama dengan gaya minimum untuk membuat benda bergerak. Untuk
menentukan koefisien gesekan suatu benda, dapat digunakan metode bidang
miring. Benda diletakkan pada bidang miring yang kemiringannya dapat diatur,
lihat Gambar 4.2.

Benda akan meluncur pada saat μk =


gerak N
tg Ɵ. Atau dapat disimpulkan bahwa fk
koefisien gesekan kinetik = tg Ɵ dimana W sin Ɵ
Ɵ adalah sudut kemiringan bidang miring. (ff = μkN)

Metode merupakan cara yang sederhana W cos Ɵ


untuk menentukan koefisien gesekan Ɵ W
kinetik secara eksperimental
Gambar 4.2: Benda pada bidang

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat,
melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah
benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara
benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.

Di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis
dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada benda
dalam fluida. Gaya gesek dapat merugikan atau bermanfaat. Akan tetapi tanpa
gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya
akan menggelincir di atas lantai. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil
dengan jalan, mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak.

37
Asal Gaya Gesek

Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang
saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik
pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus
akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih
kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi pada masa
kini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda
dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat
membasahinya

Jenis Jenis Gaya Gesek

Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling bergerak
lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara titik-
titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser).
Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang
disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar
tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek spin (spin
friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai gaya Coriolis-
Stokes atau gaya viskos (viscous force).

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya
dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan
gaya normal f = μs Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat
memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil
dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda
akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun
berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan
menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak
lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan
gaya gesek kinetis.

Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu
sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama.

38
III. Alat dan Bahan

Percobaan Tabel 4.1 Peralatan dan


No Alat dan Bahan Fungsi
fungsinya
Papan percobaan Sebagai lintasan bidang miring terhadap benda yang
1.
koefisien gesekan akan diukur besar gaya geseknya.
Busur derajat Untuk mengukur sudut dari lintasan yang dilalui
2.
benda.
Balok kayu Sebagai sampel benda 1 yang akan diukur besar
3.
koefisien gaya geseknya.
Balok kaca Sebagai sampel benda 2 yang akan diukur besar
4. koefisien gaya geseknya dan menjadi
pembanding
terhadap benda 1.
Stopwatch Untuk menghitung waktu yang diperlukan benda 1
5.
dan 2 ketika melintasi bidang miring.

Busur derajat Benda

Gear box motor

DC Power supply

Gambar 4.3 : Papan percobaan koefisien gesekan

IV. Prosedur Percobaan


1. Diperiksa apakah jarum penunjuk pada busur derajat dapat bergerak bebas.
2. Diletakkan benda di atas bidang miring papan percobaan, dicatat jenis bahan
(kayu, karet dan sebagainya) dan jenis permukaan benda (licin, kasar dan
sebagainya)
3. Dihubungkan gear box motor dengan power supply khusus.
4. Dinaikkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna merah)
sampai benda mulai bergerak. Kemudian dicatat sudut yang terbaca pada
busur derajat.
5. Diturunkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna hijau).
6. Diulangi percobaan beberapa kali (sesuai petunjuk pelaksana praktikum)
7. Diulangi percobaan untuk benda-benda yang lain dengan permukaan yang
berbeda (kasar dan halus)
39
8. Dibuat tabel seperti berikut:

40
Benda I : Balok Kayu Kasar

Tabel 4.2 Hasil percobaan balok kayu kasar


ϴ Benda 1 µk µk rata-rata
No.
1. 30 0,58
2. 29 0.55
3. 29 0,55 0,57
4. 30 0,58
5. 31 0,60

Benda II : Balok Kaca

Tabel 4.3 Hasil percobaan balok kaca


Benda 2
No.
ϴ µk µk rata-rata
1. 25 0,47
2. 22 0.47
3. 24 0,44 0,46
4. 25 0,47
5. 24 0,44
Cacatan: 1. μk = tg Ɵ
∑𝜇
2. μk rata-rata =
𝑛

V. Analisa Data
1. Jelaskan dengan singkat hukum Newton II
Hukum II Newton, menyatakan bahwa : “Sebuah benda dengan massa m
mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama
dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik
terhadap m”.
Setiap benda cenderung mempertahankan keadaannya selama tidak ada resultan
gaya yang bekerja benda tersebut. Apa yang terjadi jika resultan gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak sama dengan nol? Hasil eksperimen Newton menunjukkan
bahwa gaya yang diberikan pada benda akan menyebabkan benda tersebut mengalami
perubahan kecepatan. Ketika gaya tersebut searah dengan gerak benda, kecepatannya
bertambah dan ketika gaya tersebut berlawanan dengan gerak benda, kecepatannya
berkurang. Dengan kata lain, jika resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama
dengan nol, benda akan bergerak dengan suatu percepatan.

41
2. Apa yang dimaksud dengan koefisien gesekan.
Gaya gesek (friction force) adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan benda
yang saling bersentuhan atau bersinggungan. Arah gaya gesek berlawanan arah
dengan kecenderungan arah gerak benda. Gaya gesek disimbolkan dengan huruf f
dan satuannya adalah Newton. Gaya gesek bekerja pada garis singgung kedua benda.
Koefisien gesekan merupakan suatu nilai yang dihasilkan dari gaya gesek terhadap
gaya normal pada kedua permukaan yang saling bergesekan.
3. Apa perbedaan koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan kinetis?
Jelaskan dengan singkat.
Koefisien gesekan statis digunakan untuk menentukan berapa gaya gesekan benda
itu ketika diam, sehingga diketahui seberapa besar gaya yang diperlukan untuk
menariknya sehingga berhasil digerakkan. Sedangkan,
Koefisien gesekan kinetis digunakan untuk menentukan berapa besar gaya gesekan
benda ketika sudah bergerak.
4. Bagaimana cara untuk mengurangi gaya gesekan pada benda yang
bergerak?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurang besarnya gaya gesekan
pada suatu benda yang bergerak, yaitu:

1. Memperkecil Luas Permukaan


Gaya gesek dapat diperkecil dengan memperkecil luas, contohnya bentuk haluan
pesawat terbang. Bentuk yang ramping dan runcing membuat gesekan udara dengan
badan pesawat kecil, sehingga pesawat mudah bergerak melewati udara.

2. Memberi Roda pada Benda


Pemberian roda pada bidang sentuh merupakan salah satu upaya untuk
memperlicin permukaan yang bersentuhan, sehingga gaya gesekan yang terjadi dapat
diperkecil. Penggunaan roda ini merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan
gerak bergulir, sehingga menghindari gaya yang besar.

3. Memperhalus Permukaan Benda


Permukaan yang halus membuat benda lebih mudah bergerak. Misalnya, jalan
beraspal bertujuan untuk memperkecil gesekan antara ban kendaraan dan jalan,
sehingga kendaraan lebih mudah meluncur.

5. Apakah koefisien gesekan bergantung pada berat benda? Jelaskan.


Berdasarkan factor yang mempengaruhi, gaya gesek dipengaruhi oleh Gaya
Normal. Gaya Normal berkaitan dengan massa suatu benda, sehingga berat benda
juga berpengaruh pada besarnya gaya gesek. Namun tidak berlaku pada koefisien
gesekan statis.
6. Tentukanlah koefisien gesekan kinetis dari hasil percobaan yang saudara
lakukan.

42
Berdasarkan perhitungan terhadap perolehan data dari percobaan Koefisien
gesekan ini, maka diperoleh nilai koefisien gesekan kinetis dari masing masing benda
denga n sudut yang berbeda. Nilai koefisien gesekan kinetis masing-masing benda
dapat dilihan pada table berikut.

Tabel 4.4 Koefisien gesekan kinetis


Benda 1 Benda 2
N0.
Ɵ μk Ɵ μk
1. 30 0,58 25 0,47
2. 29 0.55 22 0.47
3. 29 0,55 24 0,44
4. 30 0,58 25 0,47
5. 31 0,60 24 0,44

VI. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Koefisien Gesekan ini, maka
dapat disimpulkan:

1. Koifisien Gesekan merupakan suatu nilai yang dihasilkan dari gaya gesek
terhadap gaya normal pada kedua permukaan yang saling bergesekan.
2. Koefisien gesekan statis digunakan untuk menentukan berapa gaya gesekan
benda itu ketika diam, sehingga diketahui seberapa besar gaya yang
diperlukan untuk menariknya sehingga berhasil digerakkan. Sedangkan,
3. Koefisien gesekan kinetis digunakan untuk menentukan berapa besar gaya
gesekan benda ketika sudah bergerak.
4. Permukaan landasan yang digunakan mempengaruhi besar koefisien
gesekstatis benda. Sehingga besar koefisien gesekan benda bergantung pada
tingkat kekasaran permukaan bidang yang dilewati benda maupun permukaan
benda itu sendiri.
5. Kemiringan landasan mempengaruhi besar koefisien gesek statis dan
kinetik.Semakin besar sudut kemiringannya maka semakin besar koefisien
gesekstatisnya, namun untuk koefisien gesek kinetik terjadi sebaliknya.
6. Massa mempengaruhi besar koefisien gesek kinetik, baik massa bahan atau
beban yang diberikan.

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,


guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Praktikan mempersiapkan materi sebelumnya mengenai percobaan yang akan


dilakukan terutama langkah kerja dan prosedur kerja yang akan dilakukan dan
memperhatikan intruksi dari asisten.
2. Praktikan juga harus mengecek kesiapan barang yang akan digunakan agar
tidak terjadi kesalahan data.
43
3. Saat melakukan pengambilan data dari gaya gesek kinetis, perlu ketepatan dan
ketelitian dalam menggunakan stopwatch serta kefokusan dalam pengukuran
saat melakukan pengambilan data dari gaya gesek statis.
4. Kebersihan juga harus diperhatikan, agar setelah melakukan percobaan
laboratorium tetap bersih dan rapi.

44
MODUL V

AYUNAN BANDUL SEDERHANA

I. Tujuan
1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi.
2. Menentukan nilai Periode ayunan bandul sederhana.

II. Teori

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Hukum gravitasi Newton dirumuskan sebagai
berikut:

“Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis
yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan
perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua massa titik tersebut”.

Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya tarik
untuk saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda dengan massa
m1 selalu mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa m 2 ).
Misalnya partikel satu dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik. Contoh
yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam
bidanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_klasikmekanika klasik bahwa benda
apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi, yang kemudian banyak dikenal
sebagai fenomena benda jatuh.

Gaya tarik menarik gravitasi ini dinyatakan


olehhttps://id.wikipedia.org/wiki/Isaac_NewtonIsaac
Newtonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Isaac_Newtonmelalui tulisannya di
journalhttps://id.wikipedia.org/wiki/Philosophi%C3%A6_Naturalis_Principia_Mathematica

Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal 5 Juli 1687 dalam bentuk
rumus sebagai berikut:
Gambar 5.1: Formula hukum gravitasi

Dimana : f = Besarnya gaya gravitasi antara dua massa tersebut,


g = Konstanta gravitasi (6,67 10-11 N m2 kg-2)
45
m1 = Massa dari benda pertama
m2 = Massa dari benda kedua
r 2
= Jarak antara dua massa tersebut.
g = Percepatan gravitasi

Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai suatu partikel yang terletak di
pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali lentur pada sebuah titik tetap. Bila
benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang cukup kecil
terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda akan berayun
disekitar titik setimbangnya pada sebuah bidang datar vertikal dengan frekuensi tetap.
Sistem yang demikian itu disebut bandul sederhana atau bandul matematis (Herman,
2014).

Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa, yang
digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke samping
dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam bidang
vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak osilasi dan periodik
(Giancoli, 2001).

a. Gerak Harmonis Sederhana

Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda
akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan,
maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan
terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas
melakukan gerak harmonik sederhana.

b. Periode

Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki


periode. Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan
satu getaran. Benda dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik
dimana benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Satuan
periode adalah sekon atau detik.

c. Amplitudo

Amplitudo adalah pengukuran scalar yang non negatif dari besar osilasi suatu
gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak terjatuh dari garis
kesetimbangan dalam gelombang sinusoidal yang kita pelajari pada mata pelajaran
fisika dan matematika. Pada bandul matematis, periode dan frekuensi sudut pada
bandul sederhana tidak tergantung pada massa bandul, tetapi bergantung pada
panjang tali dan percepatan gravitasi setempat.

Rumus periode ayunan bandul sederhana :

𝒕 𝒕
T =𝒏 f
=
46
𝒏
Hubungan antara Periode (T) dan Frekuensi Getaran (f), Dari definisi periode dan
frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :

𝟏 𝟏 𝟏 𝒈 f = 2π √ 𝒍
T= f =
f= √
𝟐𝝅𝒍 𝒈
𝒇 𝑻
Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
g = percepatan grafitasi
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
π = 3,14
l = panjang tali (m)

Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak


harmonik sederhana. Gerak harmonik sederhana
adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya. Titik terjauh dari kesetimbangan
yang disebut amplitudo (A). Sedangkan jarak benda
yang bergetar dari titik kesetimbangan disebut
simpangan (x), yang berubah secara periodik dalam
besar dan arahnya. Kecepatan (V) dan percepatan (a)
benda juga berubah dalam besar dan arah. Selama
benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke
posisi setimbang. Untuk itu ada gaya yang bekerja
pada benda untuk mengembalikan benda ke posisi setimbang. Periode adalah selang
waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap. Sedangkan kebalikan
dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini disebut gaya pemulih
(restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.

Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya pegas . Gaya
pegas selalu sebanding dengan simpangan dan berlawanan arah dengan arah
simpangan . Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan
arah dengan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulihan. Gaya pemulihan
menyebabkan benda bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangannya (gerak
harmonik sederhana). Gaya pemulihan selalu berlawanan arah dengan arah posisi
(arah gerak) benda.

47
Bandul sederhana berupa benda dan tali sepanjang . Bila diberi simpangan kecil
kemudian dilepaskan, akan bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangan. Untuk
bandul sederhana dengan panjang, diperoleh Periode (T) sehingga, Grafitasi dapat
dihitung dengan persamaan:

Ket:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
l = Panjang tali (m)
T= Perioda (s)
π = 3,14

III. Alat dan Bahan Percobaan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktukum ini, antara
lain:

Tabel 5.1 Peralatan dan fungsinya


No Alat dan Bahan Fungsi
1. Benang Sebagai gantungan terhadap benda 1,2, dan 3.
2. Statif Sebagai penyangga gantungan tali dan benda.
3. Mistar Untuk mengukur panjang tali yang akan digunakan.
4. Bandul Sebagai alat untuk percobaan nilai grafitasi.
5. Klem penjepit Unuk menjepit busur derajat terhadap tiang statif.
6. Busur derajat Untuk mengukur besarnya sudul dari ayunan tali.
Untuk menghitug waktu yang dibutuhkan benda 1,2,
7. Stopwatch
dan 3 dalam percobaan.
8. Gunting Untuk memotong tali yang akan digunakan.

IV. Prosedur Percobaan

Adapun beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan prektikum


ini, yaitu:

1. Dipersiapkan alat dan bahan.


2. Dipasang rangkaian seperti gambar disamping.
3. Diikatkan benang pada penjepit dengan simpul mati.
4. Digantungkan bandul yang sudah terikat dengan tali
tersebut sepanjang 10 cm pada gantungan klem
penjepit.
5. Diayunkan bandul dengan cara menarik bandul
pada simpangan 100 saat melepaskan bandul seraya
menghidupkan stopwatch.
6. Hitunglah waktu yang dibutuhkan oleh bandul
untuk melakukan 10 getaran.

48
7. Ulangilah percobaan yang sama dari nomor 4 sampai nomor 6 dengan panjang
tali berikutnya adalah 10 cm, 20 cm dan 30 cm.

Tabel Data Hasil Percobaan :


N=10 Getaran

1. 10 cm T=t/n T2 = 0,7772 g= 4π2. L/T2


7,77 sekon T=7,77/10 =4 . 9,86 . 0,1/0,7772
= 0,777 = 0,6 = 39,44 . 0,1/0,6
=39,44 . 0,16
= 6,31 m/s2

2. 20 cm 10,30 sekon T=t/n T2 = 1,032 g= 4π2. L/T2


T= 10,30/10 =4 . 9,86 . 0,2/1,032
= 1,06
= 1,03 =39,44 . 0,2/1,06
= 39,44 . 0,18
= 7,09
= 7 m/s2

3 30 cm 12,51 sekon T=t/n T2 = 1,2512 g= 4π2. L/T2


T= 12,51/10 = 1,56 = 4 . 9,86 . 0,3/ 1,2512
= 1,251 sekon =39,44 . 0,3/1,56
=39,44 . 0,19
= 7,49 m/s2
= 7,5 m/s2

Rata-rata nilai gravitasi = 5,76+8,99+9,4 / 3 = 8,05 m/s2

49
IV Kesimpulan dan Saran

Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya. Titik terjauh dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik kesetimbangan disebut simpangan (x),
yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.

 Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan arah.
 Selama benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang.
 Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk mengembalikan benda ke
posisi setimbang.

Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran
lengkap. Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya
(F) ini disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Ayunan Bandul Sederhana ini,
maka dapat disimpulkan:

1
1. Untuk menyelidiki frekuensi alamiah (f), digunakan rumus f = 𝑛
𝑡
𝑇 =𝑡
2. Untuk mencari Periode (T), digunakan rumus T = , dimana, n adalah jumlah
𝑛
getaran (10 getaran) dan t adalah waktu untuk melakukan 10 getaran.
3. Untuk mencari percepatan gravitasi masing-masing percobaan, digunakan
4𝜋2𝑙
rumus g =
𝑇2
4. Hasil percobaan ternyata berbeda dengan hasil literatur nilai gravitasi sebesar
9,8 m/s2 , hal ini membuktikan bahwa setiap tempat memiliki nilai gravitasi
yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya rata-rata nilai gravitasi yang ada di
bumi adalah antara 9 m/s2 sampai dengan 10 m/s2 .
5. Apabila panjang tali yang digunakan lebih pendek maka waktu yang
diperlukan untuk menghitung waktu ayunan bandul lebih sedikit dan
sebaliknya.
6. Jumlah pengulangan percobaan sangat berpengaruh terhadap akurasi hasil
pengukuran. Semakin banyak jumlah pengulangan maka semakin mendekati
nilai sebenarnya.

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Hukum archimedes ini, guna


membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Pada saat bandul berayun, statif tidak boleh bergerak. Agar statif tidak
bergerak, dapat kita lakukan dengan cara memegang tiang penyangganya.
2. Pelepasan bandul dan dimulainya penghitungan waktu pada stopwatch
dilakukan pada waktu yang sama, serta penghentian stopwatch yang pas pada
saat bandul sudah melakukan 10 getaran.
3. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi tiap-
50
tiap orang agar pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.

51
MODUL VI

KONSTANTA PEGAS

I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas
2. Menentukan besar konstanta elastisitas pegas

II. Teori

Pendekatan yang baik untuk berbagai gaya F dari pegas sebanding dengan
perpindahan d ujung bebas pegas dari posisinya ketika pegas dalam keadaan relaks.
Robert Hooke ilmuan Inggris di akhir tahun 1600-an. Tanda minus pada persamaan
Hukum Hooke menandakan bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan arah dengan
perpindahan ujung bebas pegas. Konstanta k disebut dengan konstanta pegas dan ini
merupakan ukuran kekakuan pegas.Semakin besarnilai k, semakin kaku pegas; ini
menandakan bahwa semakin besar k semakinkuat tarikan atau dorongan pegas untuk
perpindahan tertentu. Satuan SI untuk k adalah newton per meter
(Halliday/Resnick/Walker.1960. 163 ).

Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis.
Pegas biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil.
Pada Mobil Pegas memiliki fungsi menyerap kejut dari jalan dan getaran roda agar
tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga berguna
untuk menambah daya cengkerem ban terhadap permukaan jalan. Penggunaan pegas
dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan pada teknik mesin, teknik elektro, alat-
alat transformasi,dan lain-lain.Dalam banyak hal, tidak terdapat alternative lain yang
dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas dalam kontruksi dunia keteknikan.
harus dapat berfungsi dengan baik, terutama dari segi persyaratan,keamanan dan
kenyamanan.

Adapun fungsi pegas adalah memberikan gaya,melunakan tumbukan dengan


memanfaatkan sifat elastisitas bahannya, menyerap dan menyimpan energi dalam
waktu yang singkat dan mengeluarkanya kembali dalam jangka waktu yang lebih
panjang, serta mengurangi getaran. Cara kerja pegas adalah kemampuan menerima
kerja lewat perubahan bentuk elastic ketika mengendur, kemudian menyerahkan kerja
kembali kedalam bentuk semula, hal ini disebut cara kerja pegas.

Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada ujung
bagian bawah seperti pada Gambar 8.1 berikut:

52
Gambar 6.1 Pengaruh gaya pada pegas

Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar Δx
kemudian dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik
kesetimbangannya secara berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu besar.
Dengan kata lain, pegas melakukan getaran. Getaran ini disebut gerak harmonis
sederhana. Pegas dapat melakukan gerak harmonik sederhana karena adanya gaya
pegas yang berfungsi sebagai gaya pemulih yang selalu melawan arah simpangan.
Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :

F = - k . ∆x
dengan : F = Gaya pegas (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
∆x = Pertambahan panjang pegas (m)

Tanda minus pada hukum hooke timbul karena gaya pegas berlawanan arah
dengan simpangan. Dengan menggunakan persamaan hukum kedua newton maka
akan didapatkan bahwa percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan dengan
simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik sederhana.
Susunan pegas terbagi dua, yaitu :

Rangkaian Pegas Seri

Jika rangkaian seri maka konstanta pegas totalnya adalah

Gambar 6.2 Nilai pada rangkaian seri pegas

Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:

53
𝟏𝟏𝟏 𝟏
=++ ….. + 𝒌𝒏
𝒌𝒔𝒌𝟏𝒌𝟐

Rangkaian Pegas Paralel

Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah seluruh
konstanta pegas yang disusun pararel.

Gambar 6.3 Nilai k pada rangkaian pegas paralel.

Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:

𝑲𝒑 = 𝑲𝟏 + 𝑲𝟐 + ⋯ + 𝑲𝒏

III. Alat dan Bahan


Tabel 6.1 Peralatan dan fungsinya
No Alat dan Bahan Fungsi
Sebagai alat untuk mengukur massa beban yang
1. Neraca Ohaus
digunakan.
2. Penggantung Sebagai alat untuk penhubung beban terhadap pegas.
3. Pegas Sebagai alat yang akan diukur nilai konstanta nya.
4. Statif Sebagai tempat dam penyangga klem.
Untuk menjepit pegas yang digantungkan pada ujung
5. Klem
statif.
Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah
6. Mistar 30 cm
diberikan beban.
Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah
7. Mistar 100 cm
diberikan beban.
8. Benda 20 gram Sebagai Beban I pada pegas.
9. Benda 40 gram Sebagai Beban II pada pegas.
10. Benda 50 gram Sebagai Beban III pada pegas.
11. Benda 90 gram Sebagai Beban IV pada pegas.

54
IV. Prosedur Percobaan

1. Dipasang rangkaian peralatan seperti Gambar 6.5


di atas, yakni sebagai berikut :
2. Dipasang balok pendukung pada batang statif.
3. Dipasang jepitan penahan pada balok pendukung,
kemudian menggantungkan satu pagas spiral.
4. Diukur massa beban dan gantungkan 1 beban pada
pegas (f0)
5. Diukur panjang awal (L0) pegas dan catat hasilnya
pada tabel.
6. Ditambahkan satu beban dan mengukur kembali panjang akhir pegas (L1).
Kemudian dicatat hasil pengamatan pada tabel.
7. Dihitung pertambahan panjangnya (∆x).
8. Diulangi langkah di atas dengan setiap kali menambah 1 beban untuk
melengkapi tabel pengamatan.

Panjang Pegas mula-mula (L0) = 0,08 M


Tabel 8.2 Data hasil percobaan konstanta pegas :

Massa Beban Gaya Tarik Pegas Akhir L1 Pertambahan


No.
(kg) (N) (m) Panjang ∆x (m)

1. 0,05 kg 0,5 N 0,22 m 0,14 m


2. 0,06 kg 0,6 N 0,25 m 0,17 m
3. 0,07 kg 0,7 N 0,285 m 0,205 m
4. 0,08 kg 0,8 N 0,31 m 0,23 m

V. Analisa Data :
1. Hitunglah masing-masing nilai konstanta pegas untuk beban sebesar 0,05 kg
s.d 0,08 kg!
 Untuk beban 0,05 kg

k1= F1 / Δx1

k1 = 0,5 N / 0,14 m
k1 = 3,57 N/m

55
 Untuk beban 0,06 kg

k2= F2 / Δx2

k2 = 0,6 N / 0,17 m
k2 = 3,52 N/m

 Untuk beban 0,07 kg

k3= F3 / Δx3

k3 = 0,7 N / 0,205m

k3 = 3,41 N/m

 Untuk beban 0,08 kg

k4= F4 / Δx4

k4 = 0,8 N / 0,23 m
k4 = 3,47 N/m

Rata Rata Konstanta


= 3,57+3,52+3,41+3,47 / 4
= 13,97 / 4
= 3,4925 N/m

2. Buatlah grafik hubungan antara gaya tarik pegas (F) terhadap pertambahan
panjang (∆x)!

Gambar 6.4 Grafik gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang (Δx)

56
VI. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan praktikum pegas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


gaya yang diberikan kepada pegas berpengaruh terhadap pertambahan panjang pada
pegas dengan kata lain gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus dengan
pertambahan panjangnya. Semakin besar pertambahan panjang pegas, maka semakin
besar pula gaya pada pegas. Begitupun pertambahan panjang juga sangat dipengaruhi
oleh massa beban, karena pada praktikum yang telah dilakukan massa bebanlah yang
menjadi gaya yang diberikan kepada pegas, semakin besar massa beban (gaya) pada
pegas maka semakin besar pula pertambahan panjang yang dialami pegas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Komstanta Pegas ini, maka dapat
disimpulkan:

1. Setiap benda apapun itu, pasti memiliki nilai konstanta pegas yang berbeda-
beda.
2. Sebuah pegas yang diberi suatu gaya, maka pegas tersebut akan kembali ke
bentuk semula. Hal ini sesuai dengan sifat pegas itu sendiri yang sangat lentur
atau elastis. Nilai besaran konstanta yang dimiliki pegas dan Δx nya akan
memberikan pengaruh pada besaran energy potensial pegas tersebut.
3. Perubahan nilai panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier dengan
gaya tekan maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut. Jika beban berat
suatu benda semakin besar, maka konstanta pegasnya juga akan semakin
besar.

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Konstanta Pegas ini, guna


membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Pada saat mengukur panjang pegas awal dan akhir, dilakukan cara pengukuran
yang sama dan dalam keadaan pegas diam. Agar pegas tidak berayun,
sebaiknya pegas dipegang sampai ayunan pegas berhenti.
2. Pengukuran dilakukan seakurat mungkin pada pegas awal dan setelah diberi
beban. Nilai hasil pengukuran panjang pegas dengan mistar sebaiknya sejajar
mata sehingga angka yang diperoleh lebih akurat.
3. Dalam melaksanakan praktikum dan pengulahan data praktikum diperlukan
ketelitian dan ketepatan.
4. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi tiap-
tiap orang agar praktikum berjalan dengan efektif dan efisien.

57
DAFTAR PUSTAKA

D. Halliday, R. Resnick, J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition.


Penerbit: John Wiley & Sons

Herma dan asisten. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR.


Makassar: Laboratorium Fisika Dasar

Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Penerbit: Institut Teknologi Bandung

Mono. (2015). Bunyi Hukum Archimedes. Diakses pada tanggal 9 Desember


2021 dari http://www.pakmono.com/2015/04/bunyi-hukumarchimedes.html

Tipler.2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Percobaan Ayunan Bandul Sederhana https://youtu.be/CuTcozk50u8

Percobaan Fisika Koefisien Gesekan https://youtu.be/d_kVBCu6-4U

Percobaan Hukum Archimedes https://www.youtube.com/watch?


v=e_3NHv0aRpg&t=301s

Percobaan Konstanta Pegas


https://www.youtube.com/watch?v=pS41OcBLzjg

Percobaan Nilai Kalor Spesifik Air dengan Metode


Joule https://youtu.be/0FxLMS0GSVo

Percobaan Nilai Koefisien Cairan https://www.youtube.com/watch?


v=I3_7sxNaV9o&t=2s

Pengantar Praktikum Fisika https://youtu.be/tfLeRQsGef0

58

Anda mungkin juga menyukai