Tadi Sia
bersikeras mau menginap di rumah Evans untuk menjaga Evans. Tapi ada saja balasan tajam dari Evans.
Akhirnya setelah tak tahan mendengar kata-kata pedas nan dingin dari Evans, Sia memutuskan untuk
pulang saja. Daripada hatinya terbakar amarah nantinya.
Sesampai dirumahnya Sia bergegas mencuci tangan dan kakinya kemudian berbaring di balkon
kamarnya. Sambil menyesap es yang tadi sempat dibelinya, Sia memainkan hp nya. Ada beberapa pesan
yang masuk ke hapenya. Dan Sia lebih tertarik membuka pesan dari Bela. Bela mengiriminya link video
youtube. Sia dengan sabar membukanya.
Video itu ternyata video wawancara Evans dengan salah satu media. Terlihat Evans yang duduk santai di
sofa mini. Sia kenal jas itu. Bukan hanya jas itu, Sia juga kenal jam yang Evans gunakan. Itu adalah jas dan
jam tangan yang ia berikan saat ulangtahun Evans tujuh tahun lalu.
Seketika hatinya menghangat. Walaupun dengan tatapan tajam dan suaranya yang lebih dingin dari
tujuh tahun lalu, Sia masih mampu melihat kehangatan dimata Evans.
Saat pertama kali bertemu dengan Evans beberapa minggu yang lalu, Sia sangat kesulitan menemukan
tatapan hangat Evans dulu. Bahkan ia membutuhkan waktu yang cukup lama agar terbiasa dengan
tatapan dingin itu. Butuh waktu yang cukup lama juga agar Sia berhasil melihat tatapan hangat Evansnya
itu.
Dan saat ini, Sia berhasil menemukan tatapan yang ia rindukan itu. Kini Sia percaya Evans belum
berubah. Tidak, Evans tak pernah berubah. Hanya saja Evans menutupi dirinya yang dulu. Sehingga
dirinya yang dulu terkubur sangat dalam.
Apa yang sudah Evans lalui selama tujuh tahun ini sehingga membuat dia menunjukkan dirinya yang lain
ini? Apakah sebegitu dalam luka yang Evans rasakan? Apakah ia bisa menyembuhkan luka itu? Ntah
mengapa Sia sangat ingin membawa Evans dalam pelukannya saat ini.
Matanya masih dengan focus memperhatikan wawancara Evans. Sepertinya ini adalah wawancara yang
dilakukan untuk mempromosikan mobil yang akan segera diluncurkan oleh perusahaan Evans itu.
“Jadi Mr. Pratama, saya mendengar mobil ini khusus didesign oleh anda. Apa yang menginspirasi anda
dalam membuat design mobil ini?” tanya MC acara itu.
“Ada seseorang yang menginspirasi saya dalam mendesign mobil ini. Dia berjalan dengan penuh percaya
diri dalam setiap langkahnya. Walaupun dia sangat sederhana tapi dia tetap terlihat elegan dan cantik.
Dia tak memerlukan hal hal mewah untuk menjadi orang yang menarik. Dia wanita yang unik”
“Wahh selama setengah jam saya berbicara dengan anda, ini adalah kalimat terpanjang yang anda
ucapkan kepada saya. Sepertinya dia sangat special bagi anda”
“saya mencurahkan waktu hingga tujuh tahun dalam mendesign dan menyelesaikan semuanya. Jadi
tentu saja sangat special” jawabnya
Tak lama wawancara itu selesai. Kemudian Sia kembali ke room chatnya dengan Bela
Gua dukung lu. Pokoknya lu harus cepet-cepet nyusul gua sama Arcel buat married
Apakah bisa yakin kalau wanita yang dimaksud Evans adalah dirinya? Rasanya dia tidak memiliki hak,
melihat bagaimana cara Evans memperlakukannya. Sangat berbeda dengan tujuh tahun lalu.
***
Mala mini Sia ingin menghabiskan malamnya sendiri. Memberikan waktu kepada hatinya untuk jujur dan
melepaskan topeng yang selalu menyangga wajahnya.
Setidaknya hari ini dia ingin jujur bagaimana rasa rindunya pada Evans membuncah. Setelah video
wawancara Evans itu beredar dan Sia menontonnya, Sia tidak pernah bertemu dengan Evans. Bahkan
berbincang saja dia tidak bisa.
Sia selalu menahan dirinya untuk mencari Evans duluan. Dia ingin Evans yang lebih dulu mencarinya.
Tak bisakah Evans sekarang menemuinya? Ia sudah sangat rindu. Ia ingin menanyakan kemana Evans
selama tujuh tahun ini. Selama tujuh tahun Evans rasanya sudah hilang ditelan bumi.
Sia ingin menceritakan bagaimana resah dan kalutnya dia saat Evans tiba-tiba mengucapkan selamat
tinggal dan menghilang.
Saat ulangtahunnya yang ketujuh belas tahun Arcel pernah memberikannya kado yang dititipkan oleh
Evans. Katanya ada seseorang suruhan Evans yang mengirim kado itu kerumahnya.
Kenapa tidak langsung diberikan pada Sia? Bela pernah menjawab ‘ya kan rumah lo sepi. Kali aja Evans
pernah kesana tapi malah sepi’
Bagi Sia itu hal yang tidak mungkin. Tidak mungkin Evans datang kerumahnya. Untuk apa? Dia saja yang
meninggalkan Sia lebih dulu.
Kadonya berisikan album foto mereka. Foto-foto yang pernah ambil Evans secara tiba-tiba atau bahkan
secara diam-diam.
Album penuh kenangan itu. Sia bisa saja memandang album itu dengan senyuman dibibirnya dan air
mata yang mengalir.
Sebegitu semerawutnya fikiran Sia. Sia bahagia sampai tersenyum tapi foto itu berisikan kenangan yang
membuatnya merasakan pedih hingga menangis.
Jujur saja Sia tidak pernah merasa menyesal pernah dipertemukan dengan Evans. Sebagaimanapun
pedihnya hidup yang dijalaninya selama tujuh tahun ini, dia selalu menerimanya. Anggap saja ini
hukuman karena pernah membuat Evans menunggunya didepan rumah semalaman saat itu. Pelajaran
untuknya karna pernah mendiami Evans.
Pernahkah kalian berfikir kenapa Sia tidak mendiami atau cuek saja pada Evans saat bertemu
dengannya? Bukannya seharusnya Sia yang cuek karena Evans meninggalkannya?
Bagi Sia, dia tak ingin melakukan kesalahan nya yang dulu lagi. Sia pernah kekanak-kanakan mendiami
Evans selama semalaman itu. Harusnya Sia tidak melakukan itu.
Penyesalan terbesarnya memang saat ia mendiami Evans dulu. Ia tak akan menjadi kekanakan seperti
dulu.
Matanya menyusuri setiap foto yang ada pada album itu. Berpuluh puluh kali Sia merapalkan kata
rindunya. Air matanya sudah merembes tanpa henti
Hingga akhirnya ia mulai mengantuk setelah lelah menangis. Sia mematikan lampu dan bergerak
memeluk album itu dan pergi kedunia mimpinya.
“Vans, Sia rindu. Bisa nggak kamu kesini?. Tak apa hanya dalam mimpi. Sia akan sangat senang bisa lihat
kamu lagi”