Penyelenggaraan pendidikan nasional juga belum bergeser dari orientasi pasar. Padahal,
dalam dokumen Nawacita, Jokowi hendak menjadikan pendidikan sebagai sarana
pembentukan karakter bangsa. Alih-alih membangun karakter, sekolah di Indonesia hari
ini masih tidak ada ubahnya dengan pabrik: ada jam kerja, disiplin kaku, relasi yang
vertikal, dan lain sebagainya.
Tiga, revolusi mental hanya sebatas jargon
Revolusi mental, yang didengunkan Jokowi sejak kampanye, masih sebatas jargon
belaka. Lebih parah lagi, konsep revolusi mental ala Jokowi masih abstrak: pertama,
mental apa yang hendak kita babat dan mental apa yang mau dibangun; kedua,
bagaimana gagasan itu dibumikan dalam praktek berbangsa dan bernegara hingga
kedalam kehidupan keseharian rakyat banyak; dan ketiga, bagaimana gagasan itu
dimulai.
ketika bicara revolusi mental, yang paling mendesak dibenahi adalah mental
penyelenggara negara. Terutama mentalitas mereka yang selalu rendah diri (inferior) di
hadapan bangsa asing dan ketergantungan terhadap modal asing. Tidak percaya pada
kekuatan dan kemampuan bangsa sendiri. Kalau ini tidak dibabat, sampai kapanpun
bangsa ini tidak akan bisa berdikari.