OLEH :
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan
oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat
manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang berpikir. Proses
berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakan-
dobrakan pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang
didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada
prinsip-prinsip keilmuan.
Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah
menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan
keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para
filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan
kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiran-
pemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi.
Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas
dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan
kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas
dunia baginya.
Kemudian Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary
vocal symbols by means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai
alat untuk berkomunikasi). Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured
system of arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact
(bahasa adalah suatu sistem yang berstrukturdari sibol-simbol bunyi arbiter yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain).
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh
karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya:
Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang
menyatakan sesuatau yang lain. Sebagai contoh adalah awan hitam dan turunnya
hujan, di amana awan hitam adalah awal turunnya hujan. Jika dikatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa uacapan si
pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam
dunia praktis.
Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol
vokal, yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama
berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan. Tapi tidak semua bunyi
yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasa
ataupun lambang-lambang kebahasaan. Bersin, dengkur, batuk dan lain sebagainya,
biasanya tidak mengandung niai simbolis. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai
makna tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu.
Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan
yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Misalnya,
untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris
menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda dan
orang Arab hison. Semua ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah
konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan
secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna
tertentu.
Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang
terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan
bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan 2
permulaan yang teratur rapi.
Yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain.
Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Fungsi bahasa
memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat
dapat mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan
bagian dari ilmu sosiologi.
a. Fungsi Bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai
sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran
sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk perubahan
masyarakat (Bakhtiar: 2004).
Menurut Haliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi
bahasa adalah sebagai berikut:
1) Fungsi instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku.
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan oraang lain.
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak
sesuai dengan realita (dunia nyata).
7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan pemikiran
dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.
Matematika
Matematika digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika yang
sangat sederhana maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya dengan
fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmu-
3
ilmu pengetahuan semuanya mempergunakan matematika.
Matematika digunakan sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi
sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, dan sebagai berpikir deduktif.
a. Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat “artifisial” artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu
matematika merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk
dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik,
dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa numeric yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan
bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman
melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).
Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan- pernyataan
mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam
bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam semua pemikiran deduktif
maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang
mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam peranan
deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah system silogisme, dan
silogisme Ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.
Statistik
a. Pengertian
Awalnya, kata statistik diartikan sebagai keterangan – keterangan yang
dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara (Anto Dajan, Pengantar Metode
Statistik, Jilid I, Pustaka LP3ES Indonesia, 2000, hlm. 2).
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang artinya negara.
Namun, dalam bahasa Inggris, ada dua kata yaitu statistics yang artinya ilmu
statistik dan kata statistic yag dapat diartikan sebagi ukuran yang diperoleh atau berasal
dari sample, yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi.
Ditinjau dari segi terminologi, statistik setidaknya memiliki 4 pengertian. Yaitu,
Pertama, memiliki arti sebagai data statistik, adalah kumpulan bahan keterangan
berupa angka atau keterangan.
Kedua, adalah kegiatan statistic
Ketiga, dimaksudkan juga sebagai metode statistic
Keempat, dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”.
b. Sejarah Perkembangan Statistik
Konsep statiska sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu dan salah satunya adalah Thomas Simpson yang menyimpulkan
terdapat sesuatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel
dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827)
mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson lebih lanjut dan menemukan
distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan paling banyak 4
dipergunakan dalam analisis statistika di samping teori peluang.
Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk
rata-rata (the standard error of the mean) dikembangkan Karl Friedrich Gauss (1777-
1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep
regesi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statiska untuk data kualitatif
Pearson menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalam filsafat
ilmu. William Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “Student”,
mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh.
Di Indonesia, kegiatan dalam hal penelitian juga cukup meningkat, baik kegiatan
akademik maupun maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang
baik untuk pendidikan statistika. Dengan masyarakatnya berpikir secara ilmiah, maka
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir
statistik akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis
(Ibid).
c. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statiska
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain (Ibid., hlm. 167).
Jika ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu, proses penalaran ilmiah menyandarkan diri
kepada proses logika deduktif dan induktif. Matematika berperan penting dalam
berpikir deduktif dan statistika memiliki peranan yang penting dalam berpikir induktif
(Ibid).
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Dan itu semua harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap valid kalau prosesnya menggunakan suatu cara tersebut, yang biasa
dinamakan logika. Logika ini dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir
secara sahih”. Cara lainnya adalah dengan logika induktif yang memiliki hubungan
erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan umum, atau dapat juga dengan logika deduktif yang menarik kesimpulan
dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual (Ibid., hlm. 46 -
48).
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai penalaran secara induktif dandeduktif.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang
lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan
memakai pola berpikir silogismus.
d. Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Hal ini dapat dibagi menjadi dua golongan, yang secara kasar dapat dirumuskan
sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Dalam bidang statistika,
perbedaan dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan
praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkantelah diketahui, dimana
konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi
berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi. Di lain pihak, kegiatan
statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang
konsekuensinya sama sekali belum diketahui.
e. Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan
ilmiah adalah sesuai faktual. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata
rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan yang lain. 5
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual.
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis
yang digunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah.
Sedangkan penalaran induktif, meski premisnya benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tetapi, memiliki
peluang untuk benar. Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan
untuk memproses pengetahuan secara ilmiah.
f. Peranan Statistika dalam Tahap-Tahap metode Keilmuan
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Dan
mengenai langkah-langkah dalam kegiatan keilmuan, rinciannya adalah sebagai
berikut:
1) Observasi. Mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini statistika memiliki peranan untuk
mengemukakan secara rinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam
observasi dan tafsiran apa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.
2) Hipotesis. Untuk menjelaskan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada
dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori yang menggambarkan sebuah pola,
yang menurut anggapan ditemukan dalam data tersebut. Disini, statiska membantu
kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi
dalam bentuk yang dapat dipahamidan memudahkan kita dalam mengembangkan
hipotesis.
3) Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Nilai dari suatu teori
tergantung dari kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru
tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, yaitu menduga apa yang akan terjadi
berdasarkan syarat-syarat tertentu.
4) Pegujian kebenaran. Ilmuwan mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran
ramalan yang dikembangkan dari teori. Jika teorinya didukung sebuah data, maka
akan mengalami pengujian yang lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang
lebih spesifik dan memiliki jangkauan lebih jauh, hingga akhirnya ramalan ini diuji
kembali kebenarannya sampai ilmuwan tersebut menemukan penyimpangan yang
memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, bila dikemukakan
bertentangan dengan fakta, ilmuwan tersebut menyusun hipotesis baru yang sesuai
dengan berbagai fakta yang dia kumpulkan. Lalu hipotesis baru tersebut kembali
diuji kebenarannya lewat “langkah perjanjian” seterusnya.
Dalam tahap ini, sebuah hipotesis dianggap teruji kebenarannya jika ramalan
yang dihasilkan berupa fakta. Statiska adalah relevan dalam keadaan tersebut
karena masalah pokok yaitu menentukan apakah data yang diobservasi itu sesuai
dengan ramalan atau tidak (Ibid).
g. Penerapan Statistika
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan
dalam bidang manajemen. Diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih
banyak lagi.
.
PENUTUP
Berpikir adalah hakikat seorang manusia. Inilah yang membedakan manusia (homo
sapiens) dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki kemampuan untuk
menyampaikan, mengembangkan dan menemukan serta mengolah ilmu pengetahuan
melalui suatu proses rumit yang dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tentunya berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsip-
prinsip keilmuan adalah proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis
dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam proses
berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar kegiatan ilmiah dapat berjalan
dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah terdirr dari empat hal yaitu bahasa,
matematika, statistic dan logika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai sarana
berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana berpikir
deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada sarana berpikir induktif.