Anda di halaman 1dari 12

Makalah Pengembangan sains keperawatan

Makalah Pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara


pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan dalam pengembangan sains
keperawatan

1.1 Latar Belakang

Sains keperawatan merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan


perkembangan respon manusia terhadap lingkungannya. Perkembangan sains
keperawatan didasari oleh falsafah dan paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan secara holistik. Sains keperawatan
memiliki falsafah berupa keyakinan dan kerangka berpikir secara sistematis dan
ilmiah yang mendasari suatu gambaran yang berdasarkan pada realitas dan logika
sehingga menjadi panduan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan
secara profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki paradigma keperawatan sebagai
kerangka ilmu untuk berfokus pada pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan yang
terdiri dari manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan.

Pelayanan keperawatan profesional merupakan area yang dapat memunculkan


berbagai perkembangan ilmu dan teori keperawatan. Hal ini didukung dengan
perkembangan sains keperawatan yang diintegrasikan dalam pendidikan, pelayanan/
praktik, dan riset keperawatan. Ketiga hal tersebut memiliki peran masing-masing
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan memberikan
manfaat kepada masyarakat. Hasil dari pemberian pelayanan keperawatan profesional
dengan pendekatan sains keperawatan dapat menjadi solusi dari fenomena
keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengembangan sains keperawatan memiliki
hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan
sebagai ilmu terapan yang memiliki otonomi profesional.

Melalui makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang pengembangan sains
keperawatan dan hubungan antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset
keperawatan dalam pengembangannya.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisis pengembangan sains keperawatan dan hubungan


interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam
pengembangan sains keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

§ Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara pengembangan sains


keperawatan dengan pendidikan

§ Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara pengembangan sains


keperawatan dengan pelayanan

§ Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara pengembangan sains


keperawatan dengan riset keperawatan

§ Mahasiswa mampu mengetahui pengembangan sains keperawatan dan hubungan


interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam
pengembangan sains keperawatan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui,


menganalisis, dan menerapkan pengembangan sains keperawatan di pendidikan,
pelayanan, dan riset keperawatan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan
profesional.
TINJAUAN TEORI

2.1 Sains Keperawatan

Sains keperawatan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan ilmu


di bidang lain. Selain itu, sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma
keperawatan yang mendasari berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan profesional di bidang pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset
keperawatan (Ali, 2001). Sehingga, sains merupakan tubuh pengetahuan yang
sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran tentang dunia melalui
proses perbaikan diri yang berkesinambungan yang melibatkan perkembangan teori
dan uji empiris.

Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang
memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan koheren,
memiliki hubungan dengan tanggung jawab ilmuwan, bersifat universal, memiliki
objektifitas tanpa disisipi oleh prasangka prasangka subjektif, dapat dikomunikasikan,
kritis, terbuka dan berguna sebagai wujud hubungannya antara teori dan praktek
(Hidayat, 2008). Hidayat (2008) juga menjelaskan bahwa keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada
individu, keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.

2.2 Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses “long life education” sangat


penting bagi perawat dalam rangka sebagai sarana untuk mencapai profesionalisme
dan peningkatan kinerja perawat. Perkembangan perawatan sebagai pelayanan
profesional didukung juga oleh IPTEK yang didapatkan dari pendidikan dan
pelatihan. Dari berbagai aspek pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang
pendidikan merupakan bagian yang paling mendasar dalam pengembangan sumber
daya manusia.
Pengembangan pendidikan keperawatan profesional dengan landasan yang kokoh
perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan serta kerangka konsep
pendidikan. Pengembangan pendidikan terutama berpedoman pada kebijakan
pendidikan tinggi, khususnya UU No. 2 tahun 1989 dan PP No. 30 tahun 1990 serta
Undang Undang kesehatan No. 23 tahun 1992. Pengembangan pendidikan
keperawatan profesional diselenggarakan dalam berbagai jenjang dan jenis sesuai
kebutuhan masyarakat.

Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan harus dilandasi dengan


kerangka konsep yang kokoh yang memiliki karakteristik pendidikan akademik-
profesional yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan,
penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional,
belajar aktif, mandiri serta pendidikan di lingkungan masyarakat.

2.3 Pelayanan Keperawatan

Praktik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui


kolaborasi dengan pasien dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan
ini menggunakan pengetahuan teoritik yang kuat dari berbagai ilmu dasar (biomedik,
fisika, biologi, sosial, perilaku) dan ilmu keperawatan sebagai landasan dalam
melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan, melaksanakan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan serta mengadakan penyesuaian
rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Keperawatan sebagai suatu profesi diharapakan mampu mengembangkan ilmu yang


dimiliki agar dapat diaplikasikan dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan
profesional. Perawat harus mampu menganalisis informasi dan mengambil keputusan
dalam memecahkan masalah klien.

2.4 Riset Keperawatan

Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan adalah metode sistematis dari
hasil eksplorasi, deskripsi, penjelasan dari fenomena yang ada yang berhubungan
dengan berbagai faktor yang menyebabkan perubahan dari suatu fenomena tersebut
dan bagaimana fenomena tersebut mempengaruhi fenomena yang lain. Aktivitas
pelayanan keperawatan adalah substansi sehingga menghasilkan hasil yang valid dan
reliabel untuk klien baik secara individu, keluarga, group, maupun komunitas yang
didapat dari berbagai riset keperawatan yang memiliki kerangka pengetahuan (body
of knowledge).

Carper (1978, 1992) dalam Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan
harus memiliki empat pola fundamental. Empat pola fundamental tersebut antara lain
bersifat empirik: menggunakan riset sebagai hal yang menjelaskan, mendeskrisikan,
dan memprediksikan, etikal: memperluas pengetahuan untuk menilai, mengklarifikasi,
dan advokasi, personal: berfokus pada diri dan orang lain, serta estetik:
menginterpretasi, mensintesis dari suatu pengetahuan.

Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan memiliki berbagai manfaat


untuk pengembangan sains keperawatan. Manfaat tersebut antara lain memperkuat
dasar – dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dala kegiatan praktik
klinik, pendidikan, dan manajemen keperawatan. Selain itu, dapat meningkatan
kualitas pelayanan keperawatan melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembiyaan pelayanan keperawatan, serta
memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan,
memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Interaktif Antara Pendidikan Dalam Pengembangan Sains Keperawatan

Florence Nightingale merupakan salah satu tokoh keperawatan yang berjasa dalam
perkembangan sains keperawatan dalam bidang pelayanan dan pendidikan. Florence
juga membuat standar pada pendidikan keperawatan dan standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efisien serta membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran
dan perawatan pada orang sakit dengan orang sehat. Dan masih banyak tokoh lainnya
yang mengemukakan Teori Model Keperawatan demi perbaikan mutu pelayanan dan
pendidikan keperawatan demi tercapainya profesoinalime.

Berkembangnya sains keperawatan maka akan mempengaruhi perkembangan di


bidang pendidikan ataupun sebaliknya. Pendidikan dan pengembangan sains
keperawatan saling mempengaruhi. Pengembangan ilmu keperawatan dalam
pendidikan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi
ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang
ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada
tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus
atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan. Sehingga teori-
teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang
ilmu perawatan. Menurut Gaffar (1999) pendidikan khusus berbasis keahlian pada
jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang studi/pendidikan keperawatan,
penyusunan kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang digunakan dan
penyusunan kompetensi perawat di pendidikan tinggi adalah merupakan
pengembangan sains keperawatan dalam pendidikan hingga diharapan mampu
menjadi mitra kerja dalam memberikan standar pelayanan kesehatan yang profesional.

Dalam sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan
kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki
sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan
keperawatan. Kemudian juga, berkembangnya standar kompetensi dalam pendidikan,
metode/sistem pembelajaran berdasarkan “student center learning” sehingga
mahasiswa diajarkan mampu untuk berfikir kritis, menganalisa dan mengambil
keputusan, berorientasi pada perkembangan pelayanan keperawatan secara global
serta menyiapkan para lulusan akedemika yang mampu bekerja secara profesional
baik ditingkat regional, nasional dan dunia (Siswanto, 2009).

Keperawatan di Indonesia juga mengalami kemajuan yang signifikan. Melalui


lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI
dan DPP PPNI (1983) yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional
(profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi
(professional education) serta ditetapkannya definisi, tugas, fungsi dan kompetensi
tenaga perawat professional di Indonesia. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan
menghasilkan tenaga keperawatan professional yang dapat mengadakan pembaharuan
, menjadi change agent, model keperawatan (nursing model) dan perbaikan mutu
pelayanan/ asuhan keperawatan secara komprehensif dan holistik, serta penataan
perkembangan pendidikan tinggi keperawatan.

Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pengembangannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu wadah yang
mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai
hal yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan,
standar praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain
yang berkaitan dengan profesi keperawatan. Hal ini mengakibatkan profesi
keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
pengembangan profesionalime keperawatan dan peningkatan sistem pelayanan.

Melalui pendidikan tinggi keperawatan diharapkan terjadi percepatan proses transisi


keperawatan yang awalnya sebagai okupasional menjadi profesional. Berdasarkan
RUU Keperawatan level keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu perawat vokasional,
profesional, spesialis dan konsulen. Penekanan pengembangan dan pembinaan
pendidikan tinggi keperawatan lebih diarahkan pada upaya meningkatkan mutu
pendidikan pada masa mendatang sehingga lulusan benar-benar menunjukkan sikap
profesional, menguasai ilmu keperawatan secara optimal dan juga menguasai
keterampilan keperawatan secara professional. Pada Mei 2006, diadakan pertemuan
antara AIPNI dan PPNI untuk menyepakati Standar Kompetensi Ners dan Penetapan
Kurikulum Inti. Kurikulum inti 60% (87 sks) untuk program akdemik 25 sks untuk
program profesi. Program alih jenjang untuk akedemik 60-70 sks dan profesi 25 sks.

3.2 Hubungan Interaktif AntaraPelayanan/ Praktik Keperawatan Dalam


Pengembangan Sains Keperawatan

Perkembangan sains keperawatan saat ini sudah berkembang cukup pesat terutama
dalam bidang pelayanan. Pengembangan ini didukung dengan adanya riset yang
dilakukan, sehingga hasilnya dapat digunakan dalam bidang pelayanan. Praktik
keperawatan berorientasi pada pelayanan yang bersifat membantu (assistive in nature)
dan pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan Penerapan
manajemen asuhan keperawatan profesional dapat menjadi salah satu contoh dalam
pengembangan sains keperawatan di bidang pelayanan/praktik.

Tingkat praktik perawat secara langsung berhubungan dengan tingkat pengetahuan,


pengalaman dan keahlian perawat. Menurut Bener yang dikutip Christensen dan
Kenney dalam Potter & Perry (2009) terdapat lima tingkatan keahlian perawat, yaitu:
pemula, pemula lanjut, kompeten, terampil dan ahli. Perawat pemula bekerja
berdasarkan pedoman/peraturan dalam melakukan tindakan. Sedangkan perawat
pemula lanjut menggunakan prosedur yang telah dipelajari untuk menentukan suatu
tindakan. Kemudian, perawat kompeten memiliki pengalaman lebih banyak, sehingga
mereka memiliki kepercayaan diri untuk mengenali masalah dan melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai.

Perawat terampil memiliki kemampuan untuk mengenali lebih lanjut kondisi kliennya
karena telah memiliki pengalaman yang lama dalam merawat pasien. Mereka lebih
peka terhadap perubahan status klien, mengintepretasi situsi baru lebih cepat serta
memahami perubahan halus pada pola klien dengan lebih baik. Sedangkan, perawat
ahli dengan cepat memahami aspek-aspek penting dari situasi klien dan dapat
mengidentifikasi perubahan-perubahan penting. Mereka memiliki kemampuan intuisi
yang tinggi untuk mengenali faktor-faktor tersembunyi yang berinteraksi,
mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dan melakukan tindakan yang sesuai.
Pemahaman mereka tidak didasarkan atas pengetahuan formal, meskipun hal ini tetap
ada dalam latar belakang pendidikan mereka, namun demikian mereka tidak
mengabaikan fakta-fakta penting dan tidak hanya bergantung pada intuisi mereka
untuk mengambil keputusan.

Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan,


perawat mampu mengintegrasikan dan mensintesis pengalaman mereka dengan
menggunakan model keperawatan untuk diaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
Seorang perawat diharapkan mengetahui isue-isue keperawatan yang berkembang,
tidak hanya berfokus pada individu tapi juga pada keluarga, kelompok atau
komunitas.

Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu memberikan dampak pada


sistem pelayanan keperawatan. Oleh karena itu terjadi pergeseran dalam pelayanan
keperawatan. Dahulu, pelayanan keperawatan hanya didasarkan oleh keterampilan
saja, namun setelah berkembangnya sains keperawatan, pelayanan yang diberikan
telah didasari oleh ilmu pengetahuan dan teknolgi keperawatan.

Adanya kecenderungan perkembangan penyakit degeneratif saat ini mendorong


pergeseran peran perawat yang dahulunya memiliki peran kuratif yang didominasi
dokter menjadi peran preventif dan promotif. Adanya perkembangan sains juga
menjadikan keperawatan saat ini terfragmentasi menjadi beberapa bidang pelayanan
keperawatan, seperti bidang pelayanan keperawatan medikal bedah, anak, jiwa,
maternitas, komunitas dan keperawatan gerontik. Pelayanan keperawatan harus
dilandasi penguasaan iptek serta kiat keperawatan dalam memecahkan masalah klien.
Oleh karena itu dibutuhkan tenaga keperawatan yang berkualitas.

3.3 Hubungan Interaktif Antara Riset Keperawatan Dalam Pengembangan Sains


Keperawatan

Riset keperawatan sebagai salah satu unsur penunjang dalam pengembangan ilmu
keperawatan yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah. Riset keperawatan itu sendiri
merupakan suatu usaha yang sistematis, terkendali dan empiris dalama pengembangan
ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah. Riset keperawatan juga merupakan
proses ilmiah yang sangat berguna dalam menvalidasi pengetahuan yang ada dan
membangun pengetahuan baru baik langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi
praktik keperawatan. Selain itu riset keperawatan juga dapat digunakan sebagai proses
pencarian kebenaran secara sistematis yang di desain untuk meningkatkan
pemahaman kita tentang isu – isu yang terkait dengan keperawatan.

Pengembangan riset itu sendiri sangat berkaitan dengan pengembangan sains


keperawatan dimana keterkaitan tersebut dapat menjadi hubungan timbal balik yang
saling menopang dalam keberhasilan riset keperawatan. Pengembangan sains
keperawatan dalam bidang penelitian/riset ini mampu mengembangkan mengenai
teori-teori model keperawatan yang berguna bagi pengembangan profesi keperawatan.

Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan
berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan
praktik ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan
mampu diaplikasikan dalam tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah
yang terus memberikan kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang
berfokus pada proses keperawatan.

Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan
berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan
praktik ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan
mampu diaplikasikan dalam tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah
yang terus memberikan kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang
berfokus pada proses keperawatan.

Riset yang dikembangkan berdasarkan sains keperawatan memiliki pengembangan


domain yang berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya. Berdasarkan National
Iinstitutes of Health Clinical Center Nursing and Patient Care Services, riset
keperawatan memiliki pengembangan domain yang terdiri dari manajemen kasus,
praktik klinik, koordinasi dan kesinambungan perawatan, berkontribusi kepada sains
keperawatan, dan proteksi manusia sebagai subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan
menjadi hal yang substansi untuk pengembangan sains keperawatan. Hal ini
dikarenakan, riset keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan dari
setiap fenomena yang akan memiliki pengaruh dibidang pendidikan dan pelayanan
keperawatan profesional.

3.4 Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/praktik dan Riset Keperawatan


dalam Pengembangan Sains Keperawatan.

Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan saling berkaitan dan
mempengaruhi pengembangan sains keperawatan. Dalam pendidikan, sains
keperawatan menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum sehingga dapat
memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran analitis untuk menjawab fenomena-
fenomena yang ditemukan di pelayanan/praktik. Melalui pendidikan, metodemetode
ilmiah dipelajari dan teori keperawatan dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam
melakukan riset keperawatan.

Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan pendidikan dan


riset. Pelayanana, dapat dijadikan sumber fenomena keparawatan yang terjadi,
sehingga dapat menghasilkan model praktik keperawatan yang sesuai dengan teori
yang dikembangkan di pendidikan dan telah dibuktikan melalui riset keperawatan.
Sedangkan riset keperawatan menjadi hal substansi dalam pengembangan sains
keperawatan, karena melalui riset keperawatan dapt dibuktikan suatu teori yang
dikembangkan di pendidikan sehingga dapat bermanfaat dan dipraktekkan di
pelayanan kesehatan. Seperti pada Journal Advance Nursing pada perawatan luka
dengan balutan madu, telah membuktikan bahwa balutan madu memiliki keuntungan
klinis pada perawatan luka yaitu dapat mempersingkat penyembuhan luka sebesar
46% dibandingkan dengan merawat luka menggunakan balutan konvensional
(Robson, 2009). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelayanan dan riset
keperawatan saling memiliki hubungan interaksi yang tidak dapat dipisahkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pendidikan tinggi keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan memiliki


peran dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan sains
keperawatan sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dalam keperawatan

2. Pelayanan keperawatan menjadi sumber untuk pengembangan sains keperawatan


karena pelayanan keperawatan menjadi model untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan profesional
3. Riset keperawatan merupakan hal substansi untuk pengembangan sains
keperawatan karena riset keperawatan memiliki bukti empirik, menggunakan metode
sistematis dan ilmiah untuk menjelaskan berbagai fenomena berdasarkan falsafah dan
paradigma keperawatan yang dapat mempengaruhi pendidikan dan pelayanan
keperawatan profesional.

4. Pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan memiliki hubungan interaksi yang


saling mempengaruhi dalam pengembangan sains keperawatan

4.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pendidikan tinggi keperawatan profesional, diperlukan


pembinaan dari organisasi profesi, kementerian kesehatan dan kementerian
pendidikan dan budaya serta lintas sektoral lainnya dalam pelaksanaan pendidikan
tinggi keperawatan.

2. Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, diperlukan perawat profesional untuk


melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan teori keperawatan

3. Untuk meningkatkan riset keperawatan, diperlukan berbagai usaha baik dari


pendidikan tinggi keperawatan maupun pelayanan. Dikembangkanya penelitian yang
akan menjadi evidence based nursing di pendidikan dan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai