Anda di halaman 1dari 17

UMRAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10
DINDA JELITA 1012017075
GUSTI RAHAYU 1012017081

MATA KULIAH : FIQIH MUQARAN


UNIT/SEM : 3/VII

DOSEN PEMBIMBING : Dr. AMIRUDDIN, S.Pd.I., MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Asuransi”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Umrah ............................................................................2
B. Hukum Dan Dasar Umrah................................................................3
C. Rukun Umrah...................................................................................4
D. Wajib Umrah....................................................................................7
E. Sunnah Umrah..................................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal
ibadah haji dan umrah. Ibadah ini mereka warisi dari nenek moyang terdahulu
dengan melakukan perubahan di sana-sini. Akan tetapi, bentuk umum
pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, wukuf, dan melontar jumrah.
Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan
tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat),
sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.
Sebenarnya antara umrah dan haji itu hampir sama, namun ada sedikit hal
yang membedakan antara keduanya. Mengapa demikian? oleh karena itu kami
akan menjelaskan bagaimana pengertian dari umrah, syarat-syarat, dan rukun-
rukun yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah umrah.
Kini umat Islam di Indonesia dihadapkan kepada masalah asuransi dalam
berbagai bentuknya (asuransi jiwa, auransi kecelakaan, asuransi kesehatan dan
sebagainya) dalam berbagai aspek kehidupannya, baik kehidupan bisnisnya,
kehidupan keagamaannya dan sebagainya

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian umrah ?
2. Apa hukum dan dasar umrah?
3. Apa rukun umrah?
4. Apa wajib umrah?
5. Apa sunnah umrah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Umrah
Umrah secara etimologis adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat
umum. Sedangkan secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam
pengertian khusus.
Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus di
sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan miqat zamani dengan arti ia
dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji. Perbedaannya dengan haji ialah
bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar
jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya
yang lebih sederhana, sehingga sering umrah itu disebut dengan haji kecil.
Umrah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Umrah yang terpisah dari haji (mufradah). Waktunya sepanjang
tahun, menurut kesepakatan semua ulama mazhab. Namun waktu
yang paling utama menurut Imamiyah adalah bulan Rajab.
Sedangkan menurutt yang lain adalah bulan Ramadhan.
2. Umrah yang terpadu atau bersama haji (tamattu’). Orang yang
beribadah (haji) harus melakukan umrah terlebih dahulu, kemudian
melakukan amalan-amalan haji pada satu kali perjalanan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para jamaah haji yang datang dari
berbagai negara yang jauh dari Mekah al-Mukarramah. Waktunya
adalah pada bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Zhulqa’dah dan
Dzulhijjah, menurut kesepakatan mazhab. Namun mereka berbeda
pendapat tentang bulan Dzulhijjah, apakah satu bulan penuh
termasuk haji, atau sepertiga pertama? Menurut orang yang
mengatakan bahwa umrah itu wajib, gugurlah kewajiban itu bila
telah melakukan umrah yang bersama atau terpadu denagn haji.
Sayyid Al-Khui membedakan antara umrah mufradah (berpisah dari haji)
dengan umrah tamattu’ (bersama haji) dengan beberapa hal di bawah ini:

2
1. Waktu umrah tamattu’ dimulai dari awal bulan Syawal sampai pada
hari kesembilan bulan Dzulhijjah. Sedangkan waktu umrah
mufradah adalah sepanjang tahun.
2. Orang yang melakukan umrah tamattu’ hanya diperbolehkan
memendekkan raambutnya saja. Sedengkan orang yang melakukan
umrah mufradah boleh memilih antara memendekkan atau mencukur
rambutnya.
3. Umrah tamattu’ dan haji terjadi dalam satu tahun, tetapi kalau umrah
mufradah tidak.
Dalam buku Al-Din wa Al-Haj ‘ala al-Madzahib Al-Arba’ah karya Al-
kararah dijelaskan bahwa Maliki dan Syafi’i mengatakan: orang yang melakukan
umrah mufradah dihalalkan melakukan apa saja, sampai bergaul dengan istrinya
kalau dia telah bercukur atau memendekkan rambutnya, baik telah membayar
(memberikan) kurban atau belum.
Hambali dan Hanafi: Orang yang melakukan umrah dihalalkan bercukur
atau memendekkan rambut kalau belum memberikan kurban. Kalau tidak, dia
tetap berada dalam keadaan ihram sampai ber-tahallul dari haji dan umrah secara
bersamaan pada hari nahr (hari kurban).

B. Hukum Dan Dasar Umrah


Kalangan ahli fiqh menyepakati legalitas umroh dari segi syara’ dan ia
wajib bagi orang yang disyariatkan untuk menyempurnakannya. Namun mereka
berbeda pendapat mengenai hukumnya dari segi wajib dan tidaknya ke dalam dua
arus pendapat berikut.
Pertama, sunnah mu’akkadah. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Imam
Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad menurut salah satu
versi pendapat, juga Abu Tsaur dan kalangan mazhab Zaidiyah. Pendapat mereka
didasarkan atas sabda Nabi SAW tatkala ditanya tentang umrah, apakah ia wajib
atau tidak? Beliau menjawab,” Tidak. Namun jika kalian umrah, maka itu lebih
baik,”

3
Alasan lain, umrah adalah nask (ibadah) yang pelaksanaannya tidak
ditentukan waktu, maka ia pun tidak wajib sebagaimana halnya thawaf mujarrad.
Kedua, wajib, terutama bagi orang-orang yang diwajibkan haji. Pendapat
ini dianut oleh Imam Asy-Syafi’i menurut versi yang paling sahih diantara kedua
pendapatnya, Imam Ahmad menurut versi lain, Ibnu Hazm, sebagian ulama
mazhab Maliki, kalangan mazhab Imamiyyah, Asy-Sya’bi, dan Ats-Tsauri.
Pendapat ini juga merupakan pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat dan
lainnya, dan mereka bersepakat bahwa pelaksanannya hanya sekali seumur hidup
sebagaimana halnya haji.
Hukum umrah adalah wajib sebagaimana juga hukum haji, karena perintah
untuk melakukan umrah itu selalu dirangkaikan Allah dengan perintah
melaksanakan haji, umpamanya pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 196 dan
158.

C.    Rukun Umrah
Rukun adalah sendi-sendi ibadah umrah. Karena itu, rukun umrah tidak
boleh ditinggalkan. Umrah tidak cukup dan belum sah selagi semua rukun belum
bertepuhi. Misalnya Thawaf atau Sa’i kurang sejengkal atau selangkah atau
memotong rambut kurang seutas. Di samping belum sah, yang bersangkutan juga
belum bisa tahallul (keluar dari ihram) seumur hidup selagi rukun itu belum
terpenuhi. Konsekuensi dari hal itu, ia tetap tidak sah melaksanakan akad nikah,
menjadi wali nikah dan menikahkan. Jika menggauli istinya untuk pertama kena
Dam/denda seekor unta di samping umrah nya batal. Untuk persetubuhan kedua
dan seterusnya , ia kena dam/denda seekor kambing. Dengan kata lain larangan-
larangan ihram masih berlaku bagi orang yang belum menuntaskan rukun umrah
secara sempurna.
Rukun umrah yaitu:
1. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram
krena hal tersebut bagian dari rukun umrah. Dalam ihram ada tiga hal yang wajib
dilakukan yaitu:

4
a. Niat
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat.
Niat sebagai motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari
perbuatan tersebut. Dengan kata lain jika berihram dalam keadaan
lupa atau main-main tanpa niat maka ihramnya batal.
b. Talbiyah
Lafadz talbiyah adalah:“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka
labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal mulka la syarika laka”.
Waktu membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari
waktu ihram dan disunnahkan untuk membaca terus sampai melempar
jumrah `aqobah.
c. Memakai pakaian ihram
Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh
memakai pakaian yang terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak
boleh memakai baju dan celana, dan tidak boleh pula yang menutupi
kepala dan wajahnya. Kalau perempuan harus memakai penutup
kepalanya, dan membuka wajahnya kecuali kalau takut dilihat lelaki
dengan ragu-ragu. Perempuan tidak boleh memakai sarung tangan,
tetapi boleh memakai sutera dan sepatu.
2. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib dilaksanakan,
adapun mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tawaf qudum
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh (bukan orang mekkah
dan sekitarnya) ketika memasuki mekkah. Tawaf ini menyerupai
sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf ini hukumnya sunnah, dan
yang meninggalkannya tidak dikenakan apa-apa.
b. Tawaf ziarah
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh
orang yang haji (bukan orang yang umrah) setelah melaksanakan
manasik di Mina, dinamakan tawaf ziarah karena meninggalkan Mina

5
dan menziarahi Baitullah. Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karena
ia telah kembali dari Mina ke Mekkah.
c. Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh
orang yang haji ketika hendak melakukan perjalanan meninggalkan
mekkah.
3. Sa`i
Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan
sa`i sebelum tawaf maka ia harus mengulangi lagi (ia harus bertawaf kemudian
melakukan sa`i). Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang
melakukan sa`i diantaranya :
a. Disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas
kedua bukit tersebut sekehendak hatinya, baik masalah agama
maupun dalam masalah dunia sambil menghadap ke Baitullah.
b. Melambaikan tangan ke hajar aswad.
c. minum air zam-zam.
d. menuangkan sebagian air ke tubuh.
e. keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad.
f. Naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di
shafa, dan bertakbir kepada Allah sebanyak tujuh kali.
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka sa`i-nya
dianggap batal, tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila ragu-ragu dalam jumlah
maka sa`inya tetap dianggap sah, dan tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.
4. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umrah tamattu`
telah selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun tidak boleh
mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya
telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia harus membayar
kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumrah mufrodah, maka ia boleh
memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia mengeluarkan kurban atau
tidak.

6
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja
sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihram sebelum
menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad.
Maksudnya melakukan amalan-amalan haji, kemudian melakukan umrah
mufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah mengulangi haji
lagi pada tahun yang akan datan

D.     Wajib Umrah
Wajib adalah perbuatan yang wajib dilakuakan, tetapi jika perbuatan wajib
ini ditinggalkan, umrah tetap sah. Namun wajib membayar Dam/denda sebagai
konsekuensi dari kewajiban yang ditinggalkan.
Niat ihram dari Miqat Kamani
Yang dimaksud ‘’Miqat’’ adalah batas pelaksanaan. Miqat dikategorikan
menjadi dua macam, yaitu:
 Miqat Zamani adalah batas waktu pelaksanan umrah. Miqat Zamani umrah
adalah tidak tentu. Maksutnya semua hari dan bulan dalam setahun, bisa
digunakan untuk melaksanakan umrah.
 Miqat Kamani adalah tempat pembatasan dalam memulai ihram umrah. Jadi
seseorang yang hendak berniat ihram, ia harus berada pada tempat-tempat
yang telah ditetapkan sebagai Miqat. Jiak dilanggar maka akan dikenai Dam.
Dalam ketentuan syariat islam, Miqat Makani ditetapkan ada 5 lokasi, yakni:
(1) Bir ali (Miqat bagi penduduk Madinah dan yang melewatinya), (2)
Rabigh/Juhfah (Miqot bagi penduduk Mesir, Syam, dan jamaah yang datang
melalui wilayah itu, (3) Yalamlam (Miqot bagi penduduk Yaman, termasuk
juga penduduk Indonesia karena jalur pesawat terbang dari Indonesia biasa
melintas di atas Yalamlam), (4) Qarnul Manazil (Miqot bagi penduduk Najd
dan orang-orang di sekitarnya dari penduduk teluk dan orang lain yang datang
dari arah Riyadh-Thaif), (5) Dzat ‘Irqin (Miqat bagi penduduk irak dan siapa
saja yang melewatinya).

7
Meninggalkan Larangan Ihram
Larangan-larangan bagi seorang yang ihram untuk diwaspadai, Secara umum
larangan-larangan dalam ihram dibahagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Larangan Yang Dikhususkan Bagi Lelaki Sahaja
a.       Memakai pakaian bersarung/berjahit, baju kemeja, kain pelikat.
 Jika sekiranya seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah
memakai pakaian yang dilarang secara terlupa atau tidak sengaja
hendaklah dia menanggalkan pakaian tersebut dengan segera berganti.
Seseorang tersebut  tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam,  tetapi
jika dia melengah-lengahkan dan pura-pura tidak ingat maka dia
berdosa dan dikenakan Dam (takhyir dan taqdir).
 Seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah boleh memakai
pakaian yang dilarang dalam kategori ini jika ada keperluan. Dia tidak
berdosa akan tetapi diwajibkan membayar Dam (takhyir dan taqdir).
Contohnya : (a)  Memakai sarung lutut yang dipakai untuk
meredakan  sakit lutut, Jika dipakai secara dililit, kemudian disemat
dengan pin maka tidak dikenakan Dam; (b)  Memakai kasut pada kaki
yang sehat untuk mengimbangi kasut yang dipakai pada kaki palsu.
b.      Menutup kepala  atau sebagainya dengan songkok, kopiah, sorban, kain
ihram dan sebagainya.
Seorang lelaki semasa ihram umrah diperbolehkan melakukan perkara-
perkara berikut tanpa wajib menyempurnakan Dam:
(a) Menggunakan payung;
(b) Berteduh di bawah pohon
(c) Berteduh di bawah perkemahan/terop yang telah disediakan.
Jika terlupa atau tidak sengaja melanggar, maka seseorang tersebut tidak
berdosa dan tidak dikenakan Dam,  tetapi jika dia melengah-lengahkan dan
pura-pura tidak ingat  maka dia berdosa dan dikenakan Dam (takhyir &
taqdir).
c.       Memakai sepatu atau kasut yang menutupi jari kaki dan tumit.

8
Seorang lelaki semasa dalam ihram umrah diperbolehkan melakukan perkara-
perkara berikut tanpa wajib menyempurnakan Dam:
(a)  Memakai sepatu yang menampakkan jari-jari kaki;
(b)  Menutup kaki dengan kain ihram;
2.      Larangan Yang Dikhususkan Bagi Wanita Sahaja
a.       Menutup muka 
 Seorang wanita yang berada dalam ihram umrah boleh memakai
penutup hidung dan mulut jika ada suatu keperluan. Akan tetapi tetap
diwajibkan menyempurnakan Dam (takhyir dan taqdir)hanya saja dia
tidak berdosa.
 Boleh menutup muka dan hidungnya dengan tangan untuk
mengelakkan debu agar tidak masuk ke dalam hidung dan mulutnya,
tanpa wajib menyempurnakan Dam. Sedangkan untuk lelaki
dibolehkan menutup mukanya semasa dalam ihram umrah kerana
larangan ini hanya dikhususkan bagi  wanita sahaja.
b.       Memakai sarung tangan atau yang semisal.
3.      Larangan Umum (Lelaki & Wanita)
a.       Memakai sarung tangan. Jika terpaksa boleh melindungi tangan di
sebalik kain tudung  atau kain ihram.
b.      Memakai wewangian di badan, makanan, minuman atau menghirunya.
 Seseorang yang berada dalam ihram umrah boleh mengunakan: (a)
Ubat gigi, sabun mandi, shampoo, minyak angin (walaupun berbau
wangi tapi jika niatnya untuk kebersihan maka tidak dikenai Dam).
 Jika sekiranya seseorang yang berada dalam ihram umrah memakai
atau menghirup wangi-wangian secara terlupa atau tidak sengaja
dan  atau disembur, terciprat dengan minyak wangi pada badan atau
pakaiannya tanpa kerelaanya, hendaklah dia menghilangkan kesan
bau-bauan itu. Seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak dikenakan
Dam tetapi jika dia melengah-lengahkan, maka dia berdosa dan
dikenakan Dam (takhyir & taqdir).

9
 Terhadap Hajar Aswat dan Kelambu Kaabah (yang dilumuri
wewangian). Jika seseorang tersebut tidak mengetahuinya maka dia
tidak berdosa dan tidak dikenai Dam asalkan segera dihilangkannya,
namun jika dia mengetahuinya dan tetap mengecupnya atau
menyentuhnya bahkan mencium baunya maka ia wajib dikenakan
Dam (takhyir dan taqdir).
 Wanita yang memakai wangi-wangian herbal adalah tidak berdosa dan
tidak dikenakan Dam kerana tujuan pemakaiannya adalah untuk
kesehatan bukannya untuk berwangi-wangi.
c.       Memakai minyak di kepala, janggut dan semua bulu muka selain
daripada yang tumbuh di pipi dan dahi.
Memakai losyen pelindung tubuh dari sinar ultra violet dibolehkan dengan
syarat losyen tersebut tidak mengandung wewangian dan tidak untuk
kecantikan.
**Dam takhyir dan taqdir boleh dipilih antara 3 perkara berikut : (1)
Menyembelih seekor kambing di Tanah Haram Makkah yang sah dibuat
korban, atau (2) Bersedekah kepada enam (6) orang fakir miskin di Tanah
Haram Mekah. Setiap seorang dua (2) cupak makanan asli Makkah, atau (3)
Berpuasa tiga (3) hari.
d.       Menanggalkan rambut atau bulu daripada mana-mana anggota badan.
 Jika sekiranya seorang yang berada dalam ihram umrah menanggalkan
rambut atau bulu secara sengaja, tidak sengaja atau terlupa, dia tetap
dikenakan Dam ‘’ untuk 1 utas rambut = 1 mud (6 ons) gandum, 2
utas rambut 2 mud (12 ons) gandum, 3 utas rambut atau lebih = 1 ekor
kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini berlaku secara tidak
sengaja atau terlupa,  tetapi berdosa jika dengan sengaja.
 Tidak dikenakan Dam  atas orang yang berada dalam ihram umrah
yang mendapati rambut atau bulu yang gugur di atas tilam atau bantal
ketika bangun dari tidur.  *Begitu juga keadaannya bagi wanita yang
yang mendapati rambut-rambut yang tertinggal dalam serkup tudung
kepalanya ketika dia menanggalkan serkup kepala tersebut.

10
e.       Mengerat atau memotong kuku.
 Jika seorang yang berada dalam ihram umrah mengerat atau
memotong kuku secara sengaja, tidak sengaja atau terlupa dia tetap
dikenakan Dam ‘’ untuk 1 potong kuku = 1 mud (6 ons) gandum, 2
potong kuku  2 mud (12 ons) gandum, 3 potong kuku  atau lebih = 1
ekor kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini berlaku secara tidak
sengaja atau terlupa. Tetapi berdosa jika dengan sengaja.
 Menghilangkan kuku/rambut yang banyak, kalau dilakukan di tempat
yang terpisah dan di waktu yang berlainan, maka setiap seutas rambut
atau sepotong kuku fidyah/Dam nya tetap 1 mud (6 ons) gandum.
f.       Haram memotong/menebang/mengerat/mencabut/merusak pepohonan
dan rerumputan tanah haram, baik yang dimiliki orang atau tidak.
Kecuali beberapa tumbuhan yang tidak haram, antara lain: tanaman yang
biasa dibuat obat, izkir (sejenis tumbuhan wangi) dan pohon berduri.
Pelaku larangan ini dikenakan Dam kambing untuk I pohon kecil, dan
Dan unta untuk 1 pohon besar.
g.      Memburu binatang buruan darat yang halal dimakan atau
membinasakannya di Tanah Halal atau Haram.
 Jika seseorang memijak seekor belalang hingga mati walaupun secara
tidak sengaja, dia tetap wajib menyempurnakan Dam menurut nilai
belalang tersebut, sedangkan seseorang itu membunuh nyamuk, lalat
dan laba-laba karena serangga-serangga tersebut menganggunya maka
tidak dikenakan Dam.
 Kalau membunuh dengan sengaja atau tidak, dendanya wajib
menganti dengan menyembelih binatang yang seimbang dengan
binatang yang dibunuhnya. Yang dimaksud seimbang adalah hewan
yang seharusnya diganti dengan menyembelih kambing, tidak cukup
diganti dengan menyembelih unta, sekalipun harga unta lebih mahal.
h.       Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan sebelum tahallul awal adalah
membatalkan atau merusak ibadah umrah. Pelakunya wajib membayar
Dam berupa unta. Jika tak mampu atau tak ada unta, ia wajib membayar

11
Dam seharga unta di makkah untuk dibelikan makanan pokok dan
disedekahkan. Kalau tidak mampu bisa digamti dengan puasa (untuk 1
mud/6 ons = 1 hari puasa). Selain Dam itu pelakunya juga wajib meng-
qodho’ umrahnya pada lain waktu. Dan ia masih harus menuntaskan
umrahnya yang rusak atau batal ini hingga selesai agar ia bisa tahallul
(keluar dari ihram). Jika setelah umrah rusak ia tidak
menuntaskan  umrahnya hingga tahallul dan hanya membayar Dam serta
berniat umrah qodho’ di waktu lain, berarti ia tetap berstatus ihram
seumur hidup. Dengan kata lain larangan-larangan ihram lainnya masih
berlaku baginya.
i.        Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan usai tahallul awal, tidak
merusak umrah. Pelakunya hanya dikenai Dam 1 ekor kambing.
Mukadimah jima’ seperti memegang, mencium, merangkul tidak
dikenakan Dam apabila tidak dilakukan dengan syahwat. Bila hal ini
dilakukan dengan syahwat pelakunya dikenakan Dam berupa 1 ekor
kambing.
j.        Orang yang sedang ihram, haram melakukan akad nikah (sebagai
calon suami atau istri), haram juga menjadi wali, atau menjadi wali
wakil/wali hakim. Dalam hal ini tidak ada Dam/fidyah, hanya saja
pelakunya berdosa.

E.    Sunnah Umrah
1. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan rambut
kemaluan.
2. Mandi untuk ihram.
3. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
4. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
5. Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
6. Membaca bacaan Talbiyah.
7. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
8. Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Umrah adalah berpergian menuju ke Baitullah untuk melaksanakan
serangkaian ibadah umrah, yakni tawaf dan sa’i. Atau dengan kata lain datang ke
Baitullah untuk melaksanakan umrah dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Rukun umrah yaitu: Niat ihram umrah, Thawaf, Sa’i, Cukur, Tertib
Wajib umrah yaitu: Niat umrah dari Miqat Makani, Meninggalkan
larangan ihram.
Sunnah umrah yaitu:
 Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan
rambut kemaluan.
 Mandi untuk ihram.
 Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
 Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
 Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
 Membaca bacaan talbiyah.
 Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
 Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi

13
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin, Prof. Dr. Amir. 2010. Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana.

Luth, Thohir. 2004. Syariat Islam Tentang Haji dan Umroh. Jakarta: Rineka
Cipta.

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh
Ibadah. Jakarta: Amzah.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2011. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera.

14

Anda mungkin juga menyukai