Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penyebaran :
- Luas gambut di Indonesia sekitar 18.480 ribu hektar, tersebar pada
pulau-pulau besar Kalimantan, Sumatera, Papua serta beberapa
pulau Kecil
Tanah gambut atau tanah Organosol atau tanah organik
mempunyai ciri dan sifat: horizon tidak terjadi deferensiasi secara
jelas, ketebalan lebih dari 0.5 m, warna coklat hingga kehitaman,
tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak
lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya
bersifat sangat asam (pH 4,0) kandungan unsur hara rendah
Terbentuknya gambut pada umumnya terjadi dibawah
kondisi dimana tanaman yang telah mati tergenang air
secara terus menerus, misalnya pada cekungan atau
depresi, danau atau daerah pantai yang selalu
tergenang dan produksi bahan organik yang melimpah
dari vegetasi hutan mangrove atau hutan payau.
Tanah gambut apabila memenuhi salah satu
persyaratan):
1. Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai
kandungan C –organik paling sedikit 18% jika
kandung liatnya >60 % atau mempunyai kandungan
C-organik 2% jika tidak mempunyai liat (O %) atau
mempunyai kandungan C–organik lebih dari 12% + %
liat x 0,1 jika kandungan liatnya antara 0-60 %
2. Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-
organik minimal 2O %.
Fungsi ekologi hutan rawa gambut
Fungsi ekologi hutan rawa gambut sebagai pengendali
suhu, kelembaban udara, dan hidrologi kawasan
Pemanfaatan lahan gambut selama ini hanya
didasarkan pada KEPPRES No. 32 Tahun 1990, yang
menyatakan bahwa ketebalan gambut lebih dari tiga
(3) meter diperuntukkan bagi konservasi atau untuk
kehutanan, dan kurang dari tiga (3) meter dapat
dijadikan kawasan produksi.
Jenis Tanah di Daerah Rawa
Tanah di lahan rawa dapat berupa aluvial atau gambut.
Tanah aluvial merupakan endapan yang terbentuk dari
campuran bahan-bahan seperti lumpur, humus, dan pasir
dengan kadar yang berbedabeda.
Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti
dedaunan, ranting kayu, dan semak dalam keadaan jenuh
air dan dalam jangka waktu yang sangat lama (ribuan
tahun). Di alam, gambut sering bercampur dengan tanah
liat.
Lahan rawa yang tidak memiliki tanah gambut dan
kedalaman lapisan piritnya kurang dari 50 cm disebut
sebagai lahan aluvial bersulfida dangkal atau sering
disebut lahan sulfat masam potensial
Pembentukan gambut
Gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang
berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang membusuk.
Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan
yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa,
cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.
Sumber:
https://pantaugambut.id/pelajar
i/apa-itu-gambut/sejarah-
terbentuknya-gambut
Lahan Gambut dan Bergambut
Tanah gambut secara alami terdapat pada lapisan
paling atas. Di bawahnya terdapat lapisan tanah
aluvial pada kedalaman yang bervariasi. Lahan dengan
ketebalan tanah gambut kurang dari 50 cm disebut
sebagai lahan atau tanah bergambut.
Disebut sebagai lahan gambut apabila ketebalan
gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan
gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut
lebih dari 50 cm.
Perdasarkan kedalamnya, lahan gambut dibagi
menjadi empat tipe, yaitu:
Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan
gambut 50-100 cm;
Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan
gambut 100-200 cm;
Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan
gambut 200-300 cm;
Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan
ketebalan gambut lebih dari 300 cm
Tingkat Kematangan Gambut
Gambut saprik (matang), yaitu gambut yang sudah
melapuk dan bahan asalnya sudah tidak bisa dikenali.
Berwarna cokelat tua hingga hitam dan bila diremas oleh
tangan kandungan seratnya < 15%.
Gambut hemik (setengah matang), yaitu gambut setengah
lapuk dan sebagian bahan induknya masih bisa dikenali.
Berwarna cokelat dan bila diremas bahan seratnya di
kisaran 15-75%.
Gambut fibrik (mentah), yaitu gambut yang belum
melapuk dan bahan induknya bisa dikenali dengan mudah.
Berwarna cokelat dan bila diremas bahan seratnya > 75%.
Potensial Produksi
Gambut yang masih mengandung kayu tinggi (belum
terlapuk) berpengaruh terhadap hasil produksi yang
kurang baik dibandingkan dengan gambut yang telah
termineralisasi. Begitu juga terhadap tingkat
kematangan gambut, hasil penelitian menunjukkan
bahwa jenis gambut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap produksi
Gambut Saprik menunjukkan berbagai hasil antara
19.48 - 22.92 ton/ha dibandingkan dengan gambut
Hemic yang berkisar antara 9.47 - 13.37 ton/ha.
Sumber: Soewandita (2018)
Malaysia bisa 30 ton/ha
Fungsi Lingkungan
Lahan gambut memiliki porositas yang tinggi,
sehingga sebagai tempat penyimpan air (fress water)
Muka air tanah akan turun secara berangsur setelah hujan reda
dengan kecepatan yang semakin lama semakin berkurang. Pada
proses penurunan muka air tanah, faktor-faktor evapotranspirasi
lebih banyak berpengaruh daripada pengaliran air tanah. Pada tanah
terbuka, besarnya angka evapotranspirasi bervariasi setiap harinya,
berkisar antara 0,8 sampai 3,9 mm/hari (Takahashi, 2000)
Irigasi/Drainase
TARG Rembesan
ET Perkolasi
Air Tanah
Tebal
Rm
gambut
mineral
I/H = irigasi pasang atau air hujan
E = evaporasi (penguapan)
Rf = Run off (air yang mengalir dipermukaan tanah)
If = Infiltrasi (air yang meresap ke dalam tanah)
Rm = rembesan
P = Perkolasi (air yang mengalir ke bawah melampaui
daerah perakaran menuju ke groundhttp:/budindra.staff.ipb.ac.id
16/09/2022
water (air tanah)). 27
Presipitasi
Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa
partikelpartikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih.
Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan, akan
tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah
karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga.
Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang
mengkondensasi dan jatuh ketanah dalam rangkaian
proses hidrologi.
Hujan andalan adalah hujan yang selalu tersedia dengan
andalan sebesar 80% dimana probabalitas tersebut
dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut:
Pr = m / (n+1) x 100 %
Untuk menghitung nilai
Evapotranspirasi minimal
harus tersedia data temperatur
Perlu di kunci,
agar tidak dibuka anak-anak
Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah serta
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah
hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
ETc = kc x ETo
koefisien tanaman adalah karakteristik dari tanaman yang
digunakan untuk memprediksi nilai evapotranspirasi. Koefisien
tanaman (Kc) dihitung berdasarkan rasio dari evapotranspirasi yang
terukur berdasarkan pengamatan di suatu lahan dengan kondisi
vegetasi seragam dan air melimpah (ET), dengan evapotranspirasi
referensi (ET0)
Tampilan Sofware ETo
Mulai dengan
File Baru
Isi data informasi
stasiun
300,0
surplus
surplus
250,0
R80
200,0 ETO
150,0 defisit
100,0
50,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tegak lurus saluran sekunder di bangun saluran tersier ( dalam 1,6-2
m, lebar bawah 1,5m dan lebar atas 2,25m)
Secondary
canal
Jalan
Tertiary
canal
7/8/2017
8/17/2017
10/1/2016
11/10/2016
2/22/2017
5/21/2017
6/6/2017
6/30/2017
11/2/2016
1/13/2017
1/29/2017
3/10/2017
9/15/2016
10/17/2016
4/3/2017
5/5/2017
3/26/2017
8/9/2017
8/22/2016
10/9/2016
12/28/2016
1/21/2017
2/6/2017
3/2/2017
4/11/2017
6/14/2017
7/16/2017
5/13/2017
5/29/2017
8/30/2016
11/26/2016
12/4/2016
12/20/2016
1/5/2017
2/14/2017
8/1/2017
9/7/2016
6/22/2017
7/24/2017
9/23/2016
10/25/2016
11/18/2016
12/12/2016
3/18/2017
4/19/2017
4/27/2017
-0,100
-0,200 1 5 913172125293337414549535761656973778185899397101
105
109
113117121
125129
133
137
141
145
149
153
157
161
165
169
173
177
181
185
189
193
197
201
205
209
213
217
221
225
229
233
237
241
245
249
253
257
261
265
269
273
277
281
285
289
293
297
301
305
309
313
317321
325
329
333
337
341
345
349
353
357
361
Kedalaman air tanah (m)
-0,300
Kelapa Sawit D41
-0,400
-0,500
-0,600
-0,700
September.
-20
Tanggal 1
-30
september air
-40
tana -68 cm,
-50
tercapai air tanah
-60 Hujan
dibawah 40 cm
-70
Air Tanah pada tanggal 17
-80
Oktober. Input
hujan pada lahan
sebesar 311 mm.
Pada tanggal 18 Juni Air tanah sudah turun dibawah 40 Imanudin et al.,
cm, sehinga periode kritis terhadap kebakaran dimulai (2017)
tanggal 18 Juni sd 17 Oktober. (empat bulan)
Analisis kelebihan air dalam Zona 40 cm
(Surplus Excess Water 40 cm/SEW-40)