Anda di halaman 1dari 5

Sistem Jaringan Listrik

Jaringan listrik diawali oleh pembangkit seperti PLTA,PLTD,PLTP,PLTG,PLTU dan


juga PLTGU yang diakhiri sampai ke konsumen-konsumen seperti rumah tangga dan
industry. Secara garis sederhana sistem tenaga listrik dibagi atas 4 yaitu sistem Pembangkit,
Sistem Transmisi dan Gardu Induk (High Voltage, Extra High Voltage, atau Ultra High
Voltage), Sistem Distribusi (Medium Voltage, 20 kV) dan juga Sistem Sambungan pelayanan
(Low Voltage, 220/380 Voltage)

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan range 11
kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV yang kemudian disalurkan melalui transmisi.
Tujuannya dinaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi dengan memperkecil arusnya.

Saat jaringan sampai pada saluran transmisi, tegangan kembali diturunkan menjadi
20 kV dengan trafo penurun tegangan pada gardu induk distribusi primer. Dari saluran
distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan
menggunakan trafo distribusi menjadi tegangan rendah yakni 220 atau 380 volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen seperti pabrik, industry
dan rumah tangga. (Andi, Fatimah, Hasrawanti, 2017)

A. Klasifikasi Saluran Distribusi


1. Menurut nilai Tegangannya
a. Distribusi Primer yakni 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (Sesuai standard PLN).
b. Saluran Distribusi Skunder yakni 220/380 V atau 440/550 Volt.
2. Menurut bentuk tegangannya
a. Saluran DC (Direct Curent).
b. Saluran AC (Alternating Curent).
3. Menurut Jenis/Tipe Konduktornya
a. Saluran Udara (Kawat bila konduktornya tanpa isolator atau kabel bila
konduktornya menggunakan pembungkus isolator).
b. Saluran Bawah Tanah
B. Manuver Jaringan Distribusi
Manuver jaringan Distribusi ialah serangkaian kegiatan membuat modifikasi
terhadap operasi normal dari jaringan akibat/dari adanya gangguan atau pekerjaan
jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat
mengurangi pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik
yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam Manuver jaringan
antara lain:
1. Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan
bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian-bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan
bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya

Keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh


konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan.
Peralatan yang dimaksud adalah peralatan-peralatan jaringan yang berfungsi
sebagai peralatan hubung antara lain:

a. Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus tenaga adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik baik dalam kondisi normal
(sesuai rencana), abnormal (gangguan) atau pun manuver sistem sehingga
dapat memonitor kontinuitas sistem tenaga listrik dan keandalan pekerjaan
pemeliharaan.
b. Disconnector Switch (DS)/ Sakelar Pemisah
Sakelar Pemisah adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup
dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat
dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang
dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu. Jika DS
dipaksa berkerja secara langsung maka akan menimbulkan busur api yang
dapat berakibat fatal. Yang dimaksud berkerja/pengoperasian secara langsung
ialah saat DS masih dialiri tegangan.
c. Air Break Switch (ABSw) dan Handle ABSw
Alat ini ialah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa
dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang
dilengkapi dengan peredam busur api /interrupter berupa hembusan udara.
ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk
meredam busur api yang timbul pada saat membuka/melepas pisau ABSw
yang dalam kondisi bertegangan.
d. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch atau sakelar pemutus beban adalah peralatan hubung yang
digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga nominal. Proses
pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang dan
tidak dapat berkerja otomatis saat terjadi gangguan karena hanya berfungsi
untuk manipulasi beban.
e. Recloser (Penutup Balik Otomatis / PBO)
Alat ini merupakan peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat
gangguan dengan cara membuka aliran pada sisi hilirnya secara otomatis dan
akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung
penyetelannya sehingga akan membuka secara permanen bila gangguan masih
belum hilang. Hal ini juga dapat berperan untuk melokalisir daerah yang
terganggu. Pernormalan Recloser dapat dilakukan secara manual maupun
sistem remote. (Andi, Fatimah, Hasrawanti, 2017)

C. Sistem Proteksi pada Jaringan Distribusi

Proteksi distribusi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran


daya dari suatu tempat ke tempat yang lain. Proteksi tenaga listrik merupakan
jaminan keamanan dalam penyaluran atau distribusi yang berfungsi sebagai
pengaman distribusi dari gangguan seperti arus hubung singkat dan beban lebih,
baik yang datang dari dalam maupun gangguan luar. Gangguan dalam yang
dimaksud ialah gangguan yang disebabkan dari sistem listrik itu sendiri seperti
korona, tegangan tembus dan flash over. Sedangkan gangguan luar adalah
gangguan listrik yang disebabkan dari luar seperti bencana alam, perubahan cuaca,
iklim, pohon tumbang dan sebagainya. (Wahyono et al., 2014)

Dalam system proteksi juga perlu dilakukannya koordinasi proteksi, yakni


pemilihan alat pelindung dan penentuan setelan waktu (seperti delay )guna
menentukan daerah perlindungannya terhadap gangguan sementara dan
mengkoordinasikan alat-alat perlindungan. (Hasyim et al.,2010).
Macam Macam Gangguan pada jaringan Distribusi:

1. Hubung singkat ialah Gangguan yang terjadi disebabkan penghantar


bertegangan berhubungan dengan penghantar netral (ground) yang
menyebabkan kenaikan arus listrik. Short circuit ini dapat diatasi dengan
menggunakan alat proteksi listrik arus lebih seperti FCO (Fuse Cut Out) pada
jaringan distribusi. (Sri Lestari, 2017)
Contoh gangguan yang terjadi pada jaringan penyulang ialah Groudn
Faulting yang menyebabkan sympathetic tripping yakni kondisi salah satu
phasa pada bus penyulang mengalami hubung singkat dengan netral sehingga
menjadikan penyulang lain yang kondisinya baik namun terhubung dengannya
juga terganggu.
Contoh kasus lain yang ada pada kubikel ialah Korona yakni situasi
dimana arus ac mengaliri konduktor dari sebuah saluran transmisi dengan
jarak antara konduktor ke konduktor lain yang lebih besar dibandingkan
dengan diameter konduktor itu sendiri. Biasanya terjadi pada kubikel
disebabkan heater atau pemanas pada kubikel rusak sehingga kondisinya
menjadi lembab.
2. Jika sebelumnya ialah hubung singkat yang menyebabkan arus meningkat,
selanjutnya ada overload yang terjadi akibat beban mengonsumsi energi listrik
melebihi daya yang tersedia.
Misalnya pada perumahan yang menggunakan beban berupa peralatan
listrik dengan total komsumsi daya 1000 watt sedangkan KWh metenya hanya
berkapasitas 900 watt maka terjadi beban lebih. Gangguan beban lebih ini juga
akan menyebabkan kenaikan arus yang besar melebihi batas maksimum
sistem. Apabila gangguan tidak dihilangkan dan alat proteksi tidak bekerja
maka kenaikan arus tersebut dapat merusak peralatan listrik sistem.
3. Selanjutnya ialah Overvoltage, Gangguan over voltage atau tegangan lebih
adalah suatu gangguan listrik yang terjadi ketika nilai tegangannya melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan. Tegangan lebih ini bisa disebabkan oleh
pelepasan beban secara besar-besaran dan mendadak akibat adanya gangguan
pada sistem. Hal tersebut menyebabkan kenaikan tegangan dari sisi
pembangkit. Untuk mengatasi gangguan tersebut komponen pada jaringan
dapat dipasangi oleh Over Voltage Relay.
4. Selanjutnya masalah yang ada pada jaringan listrik ialah under voltage dan
drop voltage. Under voltage ialah kondisi yang nilai tegangannya lebih rendah
dari tegangan minimum yang diizinkan. Kasus ini Biasanya terjadi akibat
pengkawatan yang tidak baik yang dapat menyebabkan peralatan elektronik
rusak. Kasus ini dapat dicegah dengan menggunakan under voltage relay.
Sedangkan Drop Voltage atau tegangan jatuh ialah kondisi saat nilai
tegangan pada ujung saluran distribusi lebih rendah dari gardu distribusinya.
Biasanya disebabkan overload atau penyaluran yang terlalu Panjang. Untuk
mengatasi gangguan jatuh maka dapat dilakukan dengan evaluasi-perencanaan
serta perbaikan untuk jaringan distribusi ini.
5. Yang terakhir ada Under Frequency (Frekuensi Rendah) dan juga Over
Freuquency (Frekuensi Lebih). Sesuai namanya, gangguan ini terjadi apabila
nilai frekuensi melewati atau kurang dari 49,5 Hz – 50,5 Hz sesuai dengan
frekuensi kebijakan SPLN. Hal ini disebabkan ketidak seimbangan antara
beban yang dipakai dengan daya yang dihasilkan suatu pembangkit. Cara
mengatasi gangguan ini dapat menggunakan relay OFR ataupun UFR
(Over/Under Frequency Relay). Ashar Arifin, 2022)

Anda mungkin juga menyukai