di Provinsi DI Yogyakarta
Dosen Pengampu:
Penyusun:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022/2023
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan legislasi dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi
telah dilakukan sebagai bagian dari reformasi yang hendak memberantas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), namun demikian, pilihan kebijakan
legislasi yang ditempuh dilihat secara yuridis formal telah menunjukkan sikap
‘greget’ anti korupsi, tetapi secara yuridis materiil justru sebaliknya memuat
ketentuan yang dapat memperlemah upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. Perlemahan tersebut dapat dilihat dari serangkaian kebijakan legislasi
yang kemudian berujung pada terbitnya Undang-Undang Nomor 46 Tahun
2009 tentang Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, pengganti Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi sebelumnya, merupakan tindak lanjut dari Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006 tanggal 19
Desember 2006, telah membawa perubahan terhadap beberapa hal terhadap
tindak pidana korupsi dan pengadilan tindak pidana korupsi, yaitu tindak pidana
korupsi sebagai tindak pidana biasa (umum) dan, oleh sebab itu, penanganan
tindak pidana korupsi dilakukan melalui prosedur biasa/normal. Tidak lagi ada
Pengadilan Tipikor yang khusus memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh KPK.
Berdasarkan asas kompetensi relatif pengadilan, KPK sekarang
mengajukan perkara tindak pidana korupsi ke pengadilan di tempat mana tindak
pidana terjadi (locus delicti). Penanganan tindak pidana biasa melalui prosedur
luar biasa dan diadili melalui pengadilan yang khusus berpotensi melanggar
hak-hak hukum tersangka. Politik hukum pidana dan politik pemidanaan tindak
pidana korupsi perlu ditinjau kembali agar dibedakan kebijakan pemberantasan
tindak pidana korupsi (eksekutif) dan penegakan hukum terhadap tindak pidana
(yudikatif), karena keduanya berada dalam wilayah pengaturan yang berbeda.
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) sebaiknya hanya diberi wewenang untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang termasuk
luar biasa saja, diajukan ke pengadilan yang dibentuk secara khusus untuk
memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang luar
biasa dengan tetap harus menghormati hak-hak hukum tersangka, karena hal ini
menjadi kewajiban konstitusional bagi aparat penegak hukum manapun pada
semua tingkatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang diperoleh, penulis dapat menentukan rumusan masalah
untuk dianalisis lebih lanjut. Di mana, rumusan masalah tersebut adalah:
Apakah KAD DIY yang ditetapkan mampu mengatasi korupsi di wilayah DI
Yogyakarta?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya analisis mengenai KAD di daerah Yogyakarta
adalah agar penulis dapat mengetahui cara pemirantah daerah Yogyakarta
dalam menangani kasus tindak pidana korupsi
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
2.1.1 Gambaran Umum
Korupsi berasal dari kata corrumpere, corruptio atau corruptus yang
memiliki makna sebagai suatu tindak penyimpangan dari kesucian
(profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan,
ketidakjujuran, atau kecurangan. Kata korupsi juga dapat diartikan sebagai
“dishonest or wicked behaviour (especially law)” yaitu sebuah
ketidakjujuran atau tindak kejahatan seseorang yang melanggar hukum.
Selain itu menurut pandangan KPK, korupsi didefinisikan sebagai suatu
tindakan suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi
yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara.
3.1 Kesimpulan
Dari data yang sudah di olah, di dapatkan kesimpulan bahwa dengan
adanya KAD di provinsi DI Yogyakarta menyebabkan tingkat kasus terjadinya
korupsi perlahan menurun dengan IPAK perlahan meningkat. Dan peluang
untuk parasa usahawan untuk meningkatkan bisnisnya semakin besar.
3.2 Saran
Penulis dapat memberi saran untuk pemerintah agar terus menegakkan
tindak pidana korupsi dengan memanfaatkan KAD di provinsi DI Yogyakarta
dengan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
PEMDA DIY. (2022). “Gubernur DIY Kukuhkan KAD DIY, Perkuat Antisipasi
Korupsi Sektor Usaha” [Online], (https://jogjaprov.go.id/berita/gubernur-diy-
kukuhkan-kad-diy-perkuat-antisipasi-korupsi-sektor-usaha, Diakses pada 28
September 2022).
BPS Yogyakarta. (2021). “Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) menurut Daerah
Tempat Tinggal 2019-2021” [Online],
(https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/34/306/1/indeks-perilaku-anti-korupsi-
ipak-menurut-daerah-tempat-tinggal.html, Diakses pada 28 September 2022).