Anda di halaman 1dari 8

Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Korupsi

di Provinsi DI Yogyakarta

Dosen Pengampu:

Dr. Muryani, SE.,M.Si.,MEMD.

Penyusun:

Faradilla Dwi Rahmawati (042111133157)

Rendy Dwiki Bachtiar (042111133161)

Made Abdiasze Bramastha (042111133166)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2022/2023
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan legislasi dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi
telah dilakukan sebagai bagian dari reformasi yang hendak memberantas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), namun demikian, pilihan kebijakan
legislasi yang ditempuh dilihat secara yuridis formal telah menunjukkan sikap
‘greget’ anti korupsi, tetapi secara yuridis materiil justru sebaliknya memuat
ketentuan yang dapat memperlemah upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. Perlemahan tersebut dapat dilihat dari serangkaian kebijakan legislasi
yang kemudian berujung pada terbitnya Undang-Undang Nomor 46 Tahun
2009 tentang Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, pengganti Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi sebelumnya, merupakan tindak lanjut dari Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006 tanggal 19
Desember 2006, telah membawa perubahan terhadap beberapa hal terhadap
tindak pidana korupsi dan pengadilan tindak pidana korupsi, yaitu tindak pidana
korupsi sebagai tindak pidana biasa (umum) dan, oleh sebab itu, penanganan
tindak pidana korupsi dilakukan melalui prosedur biasa/normal. Tidak lagi ada
Pengadilan Tipikor yang khusus memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh KPK.
Berdasarkan asas kompetensi relatif pengadilan, KPK sekarang
mengajukan perkara tindak pidana korupsi ke pengadilan di tempat mana tindak
pidana terjadi (locus delicti). Penanganan tindak pidana biasa melalui prosedur
luar biasa dan diadili melalui pengadilan yang khusus berpotensi melanggar
hak-hak hukum tersangka. Politik hukum pidana dan politik pemidanaan tindak
pidana korupsi perlu ditinjau kembali agar dibedakan kebijakan pemberantasan
tindak pidana korupsi (eksekutif) dan penegakan hukum terhadap tindak pidana
(yudikatif), karena keduanya berada dalam wilayah pengaturan yang berbeda.
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) sebaiknya hanya diberi wewenang untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang termasuk
luar biasa saja, diajukan ke pengadilan yang dibentuk secara khusus untuk
memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang luar
biasa dengan tetap harus menghormati hak-hak hukum tersangka, karena hal ini
menjadi kewajiban konstitusional bagi aparat penegak hukum manapun pada
semua tingkatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang diperoleh, penulis dapat menentukan rumusan masalah
untuk dianalisis lebih lanjut. Di mana, rumusan masalah tersebut adalah:
Apakah KAD DIY yang ditetapkan mampu mengatasi korupsi di wilayah DI
Yogyakarta?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya analisis mengenai KAD di daerah Yogyakarta
adalah agar penulis dapat mengetahui cara pemirantah daerah Yogyakarta
dalam menangani kasus tindak pidana korupsi
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
2.1.1 Gambaran Umum
Korupsi berasal dari kata corrumpere, corruptio atau corruptus yang
memiliki makna sebagai suatu tindak penyimpangan dari kesucian
(profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan,
ketidakjujuran, atau kecurangan. Kata korupsi juga dapat diartikan sebagai
“dishonest or wicked behaviour (especially law)” yaitu sebuah
ketidakjujuran atau tindak kejahatan seseorang yang melanggar hukum.
Selain itu menurut pandangan KPK, korupsi didefinisikan sebagai suatu
tindakan suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi
yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara.

Sumber: ICW (Indonesia Corruption Watch, 2021)

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat jika DI Yogyakarta berada pada


urutan ke 31 dengan 2 kasus korupsi. Berdasarkan data dari ICW
(Indonesia Corruption Watch) Tahun 2021 Diketahui juga kerugian atas
kasus korupsi tersebut sebesar 227,8 Juta Rupiah.
Sumber: BPS Prov D.I. Yogyakarta 2022

Indeks Perilaku Anti Korupsi ini merupakan indeks untuk mengukur


tingkat pemahaman masyarakat terkait prinsip anti korupsi. Artinya
semakin tinggi angka IPAK maka akan semakin sedikit kasus korupsi
yang terjadi, dan semakin rendah IPAK maka akan semakin tinggi kasus
korupsi yang terjadi. Di Yogyakarta sendiri, angka IPAK cenderung
menurun dari tahun 2019 hingga 2021, sehingga dapat disimpulkan jika
kejadian korupsi di D.I. Yogyakarta juga meningkat dari tahun ke tahun.
KAD adalah forum diskusi antara pelaku usaha dengan pemerintah
daerah yang membahas isu-isu strategis dalam kaitannya dengan upaya
pencegahan korupsi khususnya pada sektor bisnis. Dengan adanya KAD,
diharapkanakan memberikan dampak baik bagi kondisi daerah, baik
dipandang dari sisi regulator/pemerintah daerah maupun dari sudut
pandang pelaku usaha. Adapun proyeksi manfaat yang diperoleh
pemerintah daerah dengan adanya KAD adalah meningkatkan investasi
dan pendapatan asli daerah, menggerakkan perekonomian, serta membuka
lapangan usaha bar
2.1.2 Analisis dan Pembahasan
KAD Dapat Menurunkan Kasus Korupsi Dengan adanya KAD di
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menekan kasus korupsi yang ada di
Yogyakarta. Berdasarkan jumlah perkara yang ditangani KPK selama
2004 hingga 2020 hanya sebanyak 3 kasus yang terhitung di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Bentuk Kegiatan KAD dalam Menekan Angka Kasus Korupsi
Berdasarkan buku saku Komisi Advokasi Nasional dan Daerah, terdapat
4 kegiatan yang dilakukan dalam menekan kasus korupsi:
1. Anti Corruption Working Group
Forum kelompok kerja antikorupsi dengan membahas isu
strategis menghasilkan rekomendasi.
2. Knowledge Sharing
Pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai bisnis
berintegritas serta nilai antikorupsi.
3. Sosialisasi Profesi API
Pembentukan Ahli Pembangun Integritas (API) dalam rangka
peningkatan kapasitas.
4. Sosialisasi Regulasi
Sosialisasi regulasi bersama Kamar Dagang terkait dengan
korporasi dan pelayanan publik
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari data yang sudah di olah, di dapatkan kesimpulan bahwa dengan
adanya KAD di provinsi DI Yogyakarta menyebabkan tingkat kasus terjadinya
korupsi perlahan menurun dengan IPAK perlahan meningkat. Dan peluang
untuk parasa usahawan untuk meningkatkan bisnisnya semakin besar.
3.2 Saran
Penulis dapat memberi saran untuk pemerintah agar terus menegakkan
tindak pidana korupsi dengan memanfaatkan KAD di provinsi DI Yogyakarta
dengan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

KPK. (2022). “Statistik TPK Berdasarkan Wilayah” [Online],


(https://www.kpk.go.id/id/statistik/penindakan/tpk-berdasarkan-wilayah,
Diakses pada 28 September 2022).

PEMDA DIY. (2022). “Gubernur DIY Kukuhkan KAD DIY, Perkuat Antisipasi
Korupsi Sektor Usaha” [Online], (https://jogjaprov.go.id/berita/gubernur-diy-
kukuhkan-kad-diy-perkuat-antisipasi-korupsi-sektor-usaha, Diakses pada 28
September 2022).

BPS Yogyakarta. (2021). “Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) menurut Daerah
Tempat Tinggal 2019-2021” [Online],
(https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/34/306/1/indeks-perilaku-anti-korupsi-
ipak-menurut-daerah-tempat-tinggal.html, Diakses pada 28 September 2022).

Anda mungkin juga menyukai