Tentu Pendidikan yang dapat memfasilitasi generasi alpha ini adalah pendidikan yang sudah
akrab pula dengan teknologi digital, guru bukan lagi sebagai sumber belajar satu-satunya
melainkan guru menjadi fasilitator yang mampu memfasilitasi belajar anak generasi alpha ini.
Dengan mengkolaborasikan teknologi digital yang membuat pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien, dipadukan dengan aktivitas-aktivitas fisik yang menyenangkan membuat
semangat dan motivasi belajar anak menjadi meningkat. Kak Seto School berkomitmen akan
menjadi pelopor sekolah yang dapat memfasilitasi belajar anak generasi alpha. Sikap-sikap tadi
membuat generasi Alpha memiliki kekuatan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. Ke
depannya, anak-anak generasi paling muda ini diharapkan dapat menjadi perwujudan masa
depan dan dunia yang lebih baik.
Adapun langkah‐langkah pembelajaran dengan Project Based Learning Model adalah sebagai
berikut: (1) Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok kecil dan masing masing
kelompok melaksanakan proyek nyata (connecting the problem); (2) Masing‐masing kelompok
diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab (setting the structure) yang harus
dilakukan oleh kelompoknya dalam praktik; (3) Peserta didik di masing‐masing kelompok
berusaha maksimal untuk mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang
dihadapi sesuai pengetahuan yang dimiliki; (a). mengidentifikasi masalah dengan seksama
untuk menemukan core problem yang sedang dihadapi dan (b) mengidentifikasi cara untuk
memecahkan masalah; (4) Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dari
berbagai sumber (buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar yang
mendampingi untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (revisiting the problem); (5)
Berbekal informasi yang diperoleh peserta didik saling bekerjasama dan berdiskusi dalam
memahami masalah dan mencari solusi (produce the product) terhadap masalah dihadapi dan
langsung diaplikasikan. Pelatih bertindak sebagai pendamping; dan (6) Masing‐masing
kelompok mensosialisasikan pengalaman dalam memecahkan masalah kepada kelompok
lainnya untuk mendapatkan masukan dan penilaian (evaluation) dari kelompok lainnya.
Konsep kunci yang sangat dibutuhkan untuk praktik pendidikan saat ini adalah pemahaman
yang komprehensif terkait fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kehidupan siswa itu
sendiri. Pendidik harus memiliki kepekaan yang tinggi dalam memahami seluk beluk
fenomena sosial siswa. Bukan saatnya lagi pendidik hanya konsen pada konten-konten materi
akademik, masuk kelas untuk menyelesaikan target capaian materi dan keluar begitu selesai.
Pendidik hendaknya memiliki empati yang tinggi agar dapat memahami kebutuhan, keinginan,
preferensi, maupun motif dari para siswa. Dalam hal ini, interaksi serta kedekatan pendidik
maupun calon pendidik dengan masyarakat dapat mendukung upaya penyingkapan sederet
fenomena maupun kebutuhan riil para siswa untuk kemudian diadopsi ke dalam proses
pembelajaran. Beragam informasi seperti tentang bagaimana pola interaksi siswa dengan
teman sebayanya, posisi serta kualitas hubungan dengan keluarga dan masyarakat, bentuk-
bentuk serta tren media sosial, kebiasaan sehari-hari siswa, karakter nasionalisme dan
religiusitas, termasuk bakat dan minat siswa dapat menyediakan pertimbangan yang berharga
untuk kepentingan pembelajaran.