Anda di halaman 1dari 3

1.

Jelaskan konsep Generasi Z dan Generasi Alpha yang bapak/Ibu fahami


2. Salah satu hasil penelitian tentang generasi Z dan Alpha adalah menyiapkan pembelajaran berbasis
web, apakah bapak/ibu setuju dengan penelitian tersebut?
3. Apakah bapak/ibu sudah siap melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi? Jelaskan Apa yang harus
disiapkan oleh guru untuk menyongsong era globalisasi dalam pembelajaran PAI?
4. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah kita sebagai guru dapat “Menciptakan generasi milenial
berkarakter menyongsong era globalisasi” melalui pembelajaran PAI?
5. Jelaskan bagaimana menghadapi Generasi Z dan Generasi Alpha dalam pembelajaran PAI
6. Jelaskan bagaimana proses pembelajaran PAI yang dilakukan agar dapat difahami oleh siswa Generasi
Z dan Generasi Alpha dan berikan contoh

Tentu Pendidikan yang dapat memfasilitasi generasi alpha ini adalah pendidikan yang sudah
akrab pula dengan teknologi digital, guru bukan lagi sebagai sumber belajar satu-satunya
melainkan guru menjadi fasilitator yang mampu memfasilitasi belajar anak generasi alpha ini.
Dengan mengkolaborasikan teknologi digital yang membuat pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien, dipadukan dengan aktivitas-aktivitas fisik yang menyenangkan membuat
semangat dan motivasi belajar anak menjadi meningkat. Kak Seto School berkomitmen akan
menjadi pelopor sekolah yang dapat memfasilitasi belajar anak generasi alpha. Sikap-sikap tadi
membuat generasi Alpha memiliki kekuatan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. Ke
depannya, anak-anak generasi paling muda ini diharapkan dapat menjadi perwujudan masa
depan dan dunia yang lebih baik.
Adapun langkah‐langkah pembelajaran dengan Project Based Learning Model adalah sebagai
berikut: (1) Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok kecil dan masing masing
kelompok melaksanakan proyek nyata (connecting the problem); (2) Masing‐masing kelompok
diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab (setting the structure) yang harus
dilakukan oleh kelompoknya dalam praktik; (3) Peserta didik di masing‐masing kelompok
berusaha maksimal untuk mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang
dihadapi sesuai pengetahuan yang dimiliki; (a). mengidentifikasi masalah dengan seksama
untuk menemukan core problem yang sedang dihadapi dan (b) mengidentifikasi cara untuk
memecahkan masalah; (4) Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dari
berbagai sumber (buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar yang
mendampingi untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (revisiting the problem); (5)
Berbekal informasi yang diperoleh peserta didik saling bekerjasama dan berdiskusi dalam
memahami masalah dan mencari solusi (produce the product) terhadap masalah dihadapi dan
langsung diaplikasikan. Pelatih bertindak sebagai pendamping; dan (6) Masing‐masing
kelompok mensosialisasikan pengalaman dalam memecahkan masalah kepada kelompok
lainnya untuk mendapatkan masukan dan penilaian (evaluation) dari kelompok lainnya.
Konsep kunci yang sangat dibutuhkan untuk praktik pendidikan saat ini adalah pemahaman
yang komprehensif terkait fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kehidupan siswa itu
sendiri. Pendidik harus memiliki kepekaan yang tinggi dalam memahami seluk beluk
fenomena sosial siswa. Bukan saatnya lagi pendidik hanya konsen pada konten-konten materi
akademik, masuk kelas untuk menyelesaikan target capaian materi dan keluar begitu selesai.
Pendidik hendaknya memiliki empati yang tinggi agar dapat memahami kebutuhan, keinginan,
preferensi, maupun motif dari para siswa. Dalam hal ini, interaksi serta kedekatan pendidik
maupun calon pendidik dengan masyarakat dapat mendukung upaya penyingkapan sederet
fenomena maupun kebutuhan riil para siswa untuk kemudian diadopsi ke dalam proses
pembelajaran. Beragam informasi seperti tentang bagaimana pola interaksi siswa dengan
teman sebayanya, posisi serta kualitas hubungan dengan keluarga dan masyarakat, bentuk-
bentuk serta tren media sosial, kebiasaan sehari-hari siswa, karakter nasionalisme dan
religiusitas, termasuk bakat dan minat siswa dapat menyediakan pertimbangan yang berharga
untuk kepentingan pembelajaran.

Nilai-nilai dan sikap positi yang


ditimbulkan di era milenial yaitu, suka belajar,
bekerja dengan lingkungan inovatif, aktif
berkolaboras, berani mengungkapkan pendapat tanpa
ragu, pandai bersosialisasi selain sejalan dengan
akhlak Islami, juga ada yang sejalan dengan nilai-
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
di Indonesia yang berasal dari empat sumber, yaitu
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu sikap kerja keras, kreatif, mandiri
dan demokratis, rasa ingin tahu, dan menghargai
prestasi (Zubaedi, 2011, 75-76).
Sedangkan nilai-nilai dan

1. Konsep Generasi Z dan Generasi Alpha


Generasi Z adalah mereka yang lahir di tahun 1995-2012.  Tumbuh di
lingkungan yang serba digital membuat generasi ini tumbuh menjadi pribadi
dengan karakteristik yang beragam, baik dari sisi hubungan interpersonal
maupun akademis. 
Bagi individu yang lahir di atas tahun 2012 sampai 2025, mereka inilah yang
disebut sebagai generasi Alpha. Mengingat generasi ini masih berada di usia
anak-anak, maka karakteristik umumnya belum terlihat jelas. Diperkirakan
generasi Alpha tak jauh berbeda dengan generasi Z yang sama-sama melek
teknologi. 
2. Menurut saya pembelajaran berbasis web sangat penting karena sangat
membantu siswa dan guru dalam pembelajaran yang sangat cocok untuk latihan
dan remedial teaching, memberikan informasi secara lengkap dan cepat,
fleksibel dalam pembelajaran dan dapat diatur sesuai yang diharapkan, dan
dapat menampilkan penilaian secara cepat. Tetapi ketika diterapkan di wilayah
yang akses internetnya belum lancar atau fasilitas computer di sekolah yang
belum ada, pembelajaran berbasis web ini tidak bisa di terapkan.
3. Sudah siap
Yang harus saya persiapakan:
a. Mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis
web
b. Mencoba sendiri terlebih dahulu
c. Bekerja bersama pengajar lain
d. Perbanyak strategi dalam pembelajaran
e. Perbanyak literasi tentang teknologi
4. Pendidikan karakter Islam bagi siswa diera milenial mutlak diperlukan, karena
siswa merupakan aset bangsa yang menjadi agen perubahan (agent of change)
dan calon pemimpin di masa yang akan datang. Sikap negative yang
ditimbulkan di era millennial, yaitu malas, tidak mendalam, serba instant, tidak
membumi, cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegiatan gotong
royong, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial, cenderung ke-Barat-
baratan, tidak memperhatikan etika dan aturan formal, adat istiadat serta tata
krama, menjadi pribadi yang malas. Oleh karenanya dibutuhkan formulasi
pendidikan karakter yang sesuai dengan keadaan jaman dan dalam menghadapi
tantanganya.
5. Cara menghadapi Generasi Z dan Generasi Alpha dalam pembelajaran PAI
adalah pemahaman yang komprehensif terkait fenomena-fenomena yang terjadi
di sekitar kehidupan siswa itu sendiri. Pendidik harus memiliki kepekaan yang
tinggi dalam memahami seluk beluk fenomena sosial siswa. Bukan saatnya lagi
pendidik hanya konsen pada konten-konten materi akademik, masuk kelas
untuk menyelesaikan target capaian materi dan keluar begitu selesai. Pendidik
hendaknya memiliki empati yang tinggi agar dapat memahami kebutuhan,
keinginan, preferensi, maupun motif dari para siswa. Dalam hal ini, interaksi
serta kedekatan pendidik maupun calon pendidik dengan masyarakat dapat
mendukung upaya penyingkapan sederet fenomena maupun kebutuhan riil para
siswa untuk kemudian diadopsi ke dalam proses pembelajaran. Beragam
informasi seperti tentang bagaimana pola interaksi siswa dengan teman
sebayanya, posisi serta kualitas hubungan dengan keluarga dan masyarakat,
bentuk-bentuk serta tren media sosial, kebiasaan sehari-hari siswa, karakter
nasionalisme dan religiusitas, termasuk bakat dan minat siswa dapat
menyediakan pertimbangan yang berharga untuk kepentingan pembelajaran.
6. Proses pembelajaran PAI yang dilakukan agar dapat difahami oleh siswa
Generasi Z dan Generasi Alpha. Guru harus melakukan inovasi serta
pengembangan guna meningkatkan mutu pembelajaran. Memperbanyak model-
model pembelajaran yang berbasis teknologi. Karna anak memiliki daya
eksplorasi yang tinggi maka pembelajaran harus lebih dominan terhadap
kontekstualisasi dari pada teori. Contohnya untuk menstimulus peserta didik
menonton video yang berhubungan dengan pelajaran PAI misalnya video
gempa bumi yang merupakan contoh kiamat kecil.

Anda mungkin juga menyukai