Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Micro Konseling

Program Studi : PGMI A


Semester : VI (enam)
Pertemuan Ke- : II (Dua)
Nama/NIM Mahasiswa : Muhammad Reza/1209.19.08751
Dosen Pengampu : Atih Asfami, S.Pd., M.Pd

BAB 1

MIKRO KONSELING

A. Pengertian Mikro Konseling


Secara etimologis “Bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari
kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin
(leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan
(governing), dan memberi nasihat (giving advice). Surya (1988) mengutip pendapat Crow
& Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai pribadi baik dan
pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk
menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
arah pandangnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri
(Tohirin, 2011: 17).
Kata “konseling” (counseling) secara etimologis merupakan upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar
konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia
dan efektif perilakunya. Menurut Tohirin (2011:22), Konseling merupakan proses
pertemuan tatap muka atau atau relasi timbal balik antara pembimbing (konselor) dengan
klien. Dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau
pembicaraan yang disebut dengan wawancara konseling. Sedangkan Menurut Mortensen
(1964) di dalam (Tohirin, 2011: 22) mengemukakan bahawa “konseling merupakan
proses hubungan antar pribadi dimana orang yang satu membantu orang yang
lainnyauntuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalah.
Berdasarkan makna diatas, bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang
sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli
sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri
sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.
Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian konseling mikro, terIebih dahulu
disajikan pengertian pengajaran mikro. Pengajaran mikro merupakan salah satu cara
latihan praktik mengajar yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar, yang dimikrokan
untuk membentuk/mengembangkan keterampilan mengajar (La Solu, dkk, 1983: 6).
pengertian konseling mikro atau mikro konseling dapat diartikan sebagai program
latihan konseling yang bersifat mikro, yang mempertinggi kemampuan keterampilan
'komunikasi antarpribadi dalam upaya pemberian bantuan penyelesaian masalah yang,
dihadapi konseli.
Mikro konseling adalah suatu cara memberikan penguasaan teknik-teknik
konseling tunggal kepada calon konselor. Setiap teknik konseling dilatihkan satu persatu
secara bertahap. Latihan dilengkapi dengan perekeman video dan rekaman tape recorder.
Pada akhir latihan di adakan evaluasi dan diskusi setelah menonton atau mendengar kaset
video dan rekaman suara. Pengamat dan pembimbing memberikan pula penilaian dan
masukan untuk bahan diskusi.(Willis,2010)

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua macam yaitu tujuan umum
dam tujuan khusus, antara lain:
1. Tujuan umum

Secara garis besar tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah membantu
individu mewujudkan dirinya menjadi jiwa yang lebih baik. Seperti halnya tujuan umum
dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
tahun 1989 atau (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas,
yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
(Depdikbud, 1994:5)

Selanjutnya, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa: Tujuan umum


bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti:
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk
menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan,
interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri
sendiri dan lingkungannya.
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling adalah untuk membantu siswa
agar mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek antara lain: pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri
dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.

a. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi – sosial layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
 Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal
kekhususan yang ada pada dirinya.
 Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang
mereka senangi.
 Membuat pilihan secara sehat
 Mampu menghargai orang lain
 Memiliki rasa tanggung jawab
 Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi
 Dapat menyelesaikan konflik
 Dapat membuat keputusan secara efektif
b. Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
 Dapat melaksanakan ketrampilan atau belajar secara efektif
 Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
 Mampu belajar secara efektif
 Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian.
c. Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
 Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di
dalam lingkungan kerja
 Mampu merencanakan masa depan
 Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
 Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat
 Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.

C. Prinsip Bimbingan dan Konseling


prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.. Adapun prinsip –
prinsip dari bimbingan dan konseling, antara lain :
a. Prinsip – prinsip umum, meliputi
 Bimbingan berhubungan dengan sikap, tingkah laku dan lainnya dari individu
yang terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
 Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
 Masalah yang tidak dapat dipecahkan di sekolah harus diserahkan pada individu
atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
 Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang
dirasakan oleh individu yang dibimbing.
 Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang
bersangkutan.
 Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
 Terhadap program bimbingan harus ada penilaian yang teratur.
b. Prinsip – prinsip khusus, meliputi
 Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
 Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita;
baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang
digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari
pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
 Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
 Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.
Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah
konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
 Bimbingan menekankan hal yang positif.
 Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
 Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
 Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
 Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling.
 Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya
dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan
bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan
diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan,
tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
 Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan.
 Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah,
tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan
bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.

D. Asas Dalam Bimbingan dan Konseling


1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini,
guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan
baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor)
terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan
bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta
didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat
sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya
guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang
lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)
untuk maju

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
Jakarta: Depdiknas

Amti, Erman dan Prayitno. 2004. Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang:
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang

S.L. La Solu. dkk. 1983. Pengajaran Mikro. Jakarta: Dirjendikti; Depdikbud.

Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas).
Jakarta: Grafindo Persada.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 atau (UU No.
2/1989) Depdikbud, 1994:5
Willis, Sofyan S. 2010. Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai