Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER

MATA KULIAH LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“MEREKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


MELALUI PENGUBAHAN SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN
DI SEKOLAH DAN KELUARGA”

Dosen Pengampuh : Ummul Qura, Dra., M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 6


1. Fahmi Hidayatullah (2201045002)
2. Nurazizah Rahmah (2201045006)
3. Robiatul Adawiyyah (2201045023)
4. Hesty Sawitri (2201045042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Swt. karena berkat rahmat dan
hidayatnya, kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa paper yang berjudul “Merekonstruksi
masyarakat dan kebudayaan melalui pengubahan sistem pengelolaan pendidikan di sekolah dan
keluarga”. Karya tulis ini kami susun sebagai sarana pemenuhan tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa beruba tugas Mata Kuliah Landasan Ilmu Pendidikan yang ampu oleh Ibu Umum
Qura, Dra., M.Pd.
Paper ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses internet.
Selain pemenuhan tugas, tujuan paper ini adalah untuk perluasan wawasan serta pengetahuan
bagi peserta diskusi pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kami mengucapkan
terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan paper ini,
sehingga paper ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna dalam segi
penyusunan maupun materi dan mungkin beberapa pandangan kami sedikitnya belum teruji
kebenaranya, Namun, harap kami semoga karya tulis sederhna ini membawa sedikit manfaat,
tertutama untuk kami sebagai penyusun dan teman-teman yang membaca karya tulis ini. Perlu
kita pahami bahwa ‘Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan karya tulis ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun,
yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis ini.

Jakarta, 17 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
2. Permasalahan............................................................................................................. 2
3. Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

A. Merekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan Melalui Pengubahan Sistem


Penggelolaan Pendidikan Di Sekolah
1. Misi pendidikan persekolahan serta peran sekolah sebagai sarana rekonstruksi
masyarakat ........................................................................................................ 3
2. Perlunya paradigma pendidikan atau pembelajaran........................................... 4
3. Hasil pendidikan (sekolah) di daerah dewasa ini............................................... 6
4. Pengaruh eksternal dan internal dalam pengelolaan pendidikan di daerah........ 6
5. Pendidikan sekolah di daerah dengan sistem desentralisasi............................... 7
6. Program kegiatan yang perlu dikedepankan....................................................... 7

B. Merekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan Melalui Pendidikan Di Keluarga


1. Peran keluarga dalam pendidikan...................................................................... 8
2. Perkembangan pendidikan keluarga, masyarakat, dan kebudayaan.................. 9
3. Keluarga sebagai sarana rekonstruksi masyarakat dan kebudayaan.................. 10
4. Hasi pendidikan (sekolah) di Indonesia dewasa ini................................ ........... 10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... v

iii
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada Abad ke-21 yang tidak hanya disebut sebagai abad baru tetapi juga peradaban
baru mau tidak mau mengantarkan bangsa Indonesia turut serta dalam rekonstruksi global
dunia yang sedang berjalan. Hal ini ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan dalam
semua aspek kehidupan baik di negara maju tidak terkecuali juga negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Rekonstruksi global ini juga membawa masalah berupa krisis
moneter dan ketidakstabilan politik, Krisis yang sangat kompleks ini menjadi tantangan berat
bagi masyarakat Indonesia sehingga menyadarkan kita bahwa system Pendidikan yang
merupakan bagian dari aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa
suatu negara yang selama ini diterapkan ternyata belum mampu menciptakan pribadi yang
Tangguh, dan berpemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis ekonomi yang sedang
terjadi.
Di sisi lain tidak dapat kita pungkiri bahwa Krisis moral yang terjadi di lingkup
masyarakat seperti pembantaian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar dan perampasan hak
orang lain yang masih terjadi dimana mana menjadi persoalan yang belum bisa terpecahkan
oleh Indonesia. Dilihat dari sudut pandang Pendidikan, Krisi moral yang terjadi ini
menandakan bahwa belum berhasilnya Lembaga Pendidikan yang bentuk implementasinya
adalah Sekolah untuk membentuk pribadi anak bangsa yang Tangguh dan bermartabat.
Bahkan setelah dibangunya sekolah diseluruh pelosok tanah air yang seharusnya
bersifat menggembirakan bagi bangsa, karena harapan bahwa kaum terpelajar akan dapat
ditemukan dimana mana sebagai bentuk implementasi dari tercapainya misi Pendidikan dirasa
masih belum memuaskan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kritik yang terlontar pada
sekolah. Yang Sebagian besarnya menyinggung tentang ketidakmampuan lulusan sekolah
menggunakan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi karena salahnya pengertian mengenai
pemerolehan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan Uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Indonesia dirasa
masih belum mampu menciptakan sumber daya manusia yang mampu berkontribusi untuk
pembangunan dan memecahkan persoalan bangsa. Mengapa demikian?, Sejujurnya yang
berhak untuk menjawab problematika Pendidikan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab
negara untuk menyelesaikannya namun juga menjadi tanggung jawab kita Bersama sebagai
generasi penerus bangsa.

2. Permasalahan
Berdasarkan Latar Belakang diatas, Permasalahan yang dijawab dan di bahas dalam
tulisan ini adalah :

a. Apa Mmsi pendidikan persekolahan dan bagaimana peran sekolah dan keluarga
sebagai sarana dalam rekonstruksi masyarakat dan kebudayaan ?
b. Seberapa pentingkah paradigma pendidikan/pembelajaran ?
c. Bagaimana hasil pendidikan (sekolah) di daerah dewasa ini ?
d. Apa saja pengaruh eksternal dan internal dalam pengelolaan pendidikan di daerah ?
e. Bagaimana pengaruh Pendidikan sekolah di daerah dengan sistem desentralisasi ?

1
f. Program kegiatan apa saja yang diperlukan untuk merekonstruksi kebudayaan ?
g. Sepenting apa peran keluarga dalam dunia pendidikan ?
h. Bagaimana Perkembangan pendidikan keluarga, masyarakat, dan kebudayaan di masa
sekarang ?

3. Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan untuk menjadi bahas diskusi dalam pertemuan
kelas mata kuliah landasan Pendidikan serta memperluas wawasan penyusun dan pembaca
terkait segala aspek mengenai Rekonstruksi Masyarakat dan Kebudaayaaan Melalui
Pengubahan Sistem Pengelolaan Pendidikan di Sekolah dan keluarga.

2
II. PEMBAHASAN

A. Merekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan Melalui Pengubahan


Sistem Pengelolaan Pendidikan Di Sekolah

1. Misi Pendidikan Persekolahan Serta Peran Sekolah Sebagai Sarana Rekonstruksi


Masyarakat
Banyaknya sekolah yang di bangun di tiap daerah diharapkan mampu menciptakan
banyak kaum terpelajar. Yang berarti bahwa di daerah tersebut misi Pendidikan telah
tercapai. Perlu kita ketahui bahwa Misi Pendidikan lembaga sekolah ada tiga, yaitu :

1) Pendidikan Kepribadian, dalam misi ini sekolah membantu dan bekerjasama


dengan keluarga dan Lembaga agama.
2) Pendidikan Kewarganegaraan, dalam misi ini sekolah bekerjasama dengan
Lembaga pemerintahan dan masyrakat.
3) Pendidikan Intelektual, dalam misi ini sekolah melaksanakannya secara
mandiri meskipun ada bantuan dari Lembaga lain, sebab misi Pendidikan
intelektual adalah kekhususan sekolah. Misi ini dilakukan secara bertahap
sejak pembelajar memasuki Taman Kanak-Kanak hingga ke Perguruan
Tinggi.
Namun, sayangnya harapan terbentuknya kaum terpelajar yang menjadi tolak ukur
pencapaian keberhasilan misi Pendidikan belum mencapai tahap yang di cita-citakan. Hal
ini karena banyaknya kritik yang ditujukan kepda sekolah karena ketidakmampuannya
menciptakan lulusan yang belum mahir menggunakan ilmu pengetahuannya.
Hal ini bisa terjadi karena salahnya pengertian tentang pemahaman konsep
pemerolehan ilmu pengetahuan. Banyak dari pelajar tidak mngerti bahwa ilmu
pengetahuan merupakan hasil penelitian. Karena jika seorang pembelajar mengetahui
tentang bagimana memperoleh pengetahuan tentang masyaraakat maka ia juga akan dapat
memahami perilaku manusia dalam masyarakat, dan ikut serta memperbaiki perilaku
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Sebab ciri keterpelajaran adalah
berpartisipasi memecahkan masalah dalam masyarakat.
Untuk menciptakan pribadi yang terpelajar Pendidikan sekolah di daerah
memerlukan suatu landasan karena keggiatan Pendidikan merupakan peristiwa sosial,
gejala rohani, dan Tindakan manusiawi dalam hubungannya dengan alam, manusia, dan
system nilai. Pada umumnya unsur material Pendidikan terhimpun dalam satuan tindak
mendidik (paedagogis) yang secara mikro dikenal sebagai situasi Pendidikan atau secara
makro yang dikenal sebagai program-program kegiatan Pendidikan.
Analisis keilmuan kegiatan Pendidikan di daerah secara makro, menunjukan
bahwa program-programnya memerlukan landasan sebagai cabang ilmu pengetahuan
secara interdisiplinier. Karena sebagai objek ilmiah kegiatan Pendidikan merupakan gejala
rohani, peristiwa sosial, dan hubungan nilai norma. Sementara itu, Muatan Pendidikan
yang diberikan di sekolah dapat diakumulasikan dalam lima materi keilmuan yakni ide
abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, dan peristiwa soasial. Pada dasarnya
Pendidikan adalah upaya pembentukan pembelajran menjadi manusia yang memiliki

3
pribadi yang bermoral, intelektual, serta mampu berinteraksi sosial baik dengan sesama
manusia ataupun dengan lingkungan.
Sebagai upaya untuk mewujudkan misi Pendidikan, negara Indonesia membangun
sekolah sekolah di daerah yang juga menjadi sarana merekonstruksi masyarakat. Namun,
sebagai Lembaga yang ada di tengah tengah masyarakat sekolah hanya akan berhasil jika
masyarakat dan keluarga juga berperan di dalamnya. Sekolah merupakan suatu kesatuan
dari pribadi-pribadi yang saling berinteraksi yang melakukan hubungan organis yang
bersistem di tandai dengan munculnya cara interaksi sosial yang khas di dalamnya.
Adapun ciri perwujudan sistem sekolah sebagai organisasi sosial yaitu :
a. Memiliki suatu penghuni yang tetap
b. Memiliki struktur politik atau kebijakan umum tentang kehidupan sekolah\
c. Memiliki inti jaringan hubungan sosial s
d. Mengembangkan perasaan atau Semangat kebersamaan sekolah
e. Memiliki suatu jenis kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri
Peran sekolah dalam merekonstruksi masyrakat berarti sekolah merekonstruksi
berbagai tata nilai yang sebelumnya telah ada bahkan mengakar di masyarakat yang
Menurut Malindoski di sebut sebagai upaya mengembangkan kebudayaan, ada tujuh
sistem nilai atau kebudayaan yang secara Universal dikembangkan, yaitu:
a. Bahasa
b. Sistem teknologi
c. Sistem mata pencarian hidup dan ekonomi
d. Organisasional
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian

2. Perlunya Paradigma Pendidikan atau Pembelajaran

Paradigma atau kerangka berfikir adalah bagian yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Dan diharapkan pola fikirnya mendekati pola fikir yang ideal. Aspek yang
mendasari atas 4 paradigma sebagai berikut:
• Pemberdayaan manusia seutuhnya;
• Pembelajaran sepanjang hayat yang berpusat pada peserta didik;
• Pendidikan untuk semua; dan
• Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan atau pembangunan
berkelanjutan (PuP3b).
Akhir-akhir ini menunjukkan bahwa Pendidikan dan pembelajaran yang
diberikan belum mampu menyentuk pribadi dan watak anak bangsa. terkesan
pembentukan pola pikir anak dalam pembentukan konsep diri serta interaksi personal
cendrung membuat anak terbelenggu. Hal ini disebabkan karena Pendidikan di
Indonesia tidak terkecuali didaerah masih menggunakan paradigma lama.

4
Perbedaan paradigma lama dan paradigma baru sebagai berikut:
1. Perilaku guru mengajar
-Mentransfer pengetahuan
-Sumber ilmu
-Berorientasi pada kurikulum

2. Perilaku siswa
-Pasif
-Individual
-Berbasis fakta

Dalam merubah pembaharuan paradigma lama ada beberapa perubahan yang


perlu diperbaharui, salah satunya disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Seperti:
Apakah pendidikan yang di lakukan di daerah hanya terjadi di sekolah atau bisa
terjadi dimana-mana? Dalam pandangan kami, Pendidikan di daerah bisa terjadi di
mana-mana selagi ada guru yang membimbing pendidikan akan terlaksana dengan baik.
Tetapi,kembali lagi dengan perbedaan suasana sekolah di desa dan di perkotaan.
Fasilitas sekolah perkotaan relative lebih maju, tidak seperti yang ada di desa, Gedung
sekolahnya saja banyak yang masih memprihatinkan. Disekolah perkotaan anak-anak
berseragam,cantik dan tampan ,bersepatu dan wangi. Sementara disekolah pedesaan,
masih menjadi pamandangan sehari-hari bagaimana anak-anak sekolah berseragam
aneka warna, ada yang tidak mengenakan alas kaki dengan wajah kuyu dan Lelah,
karena tidak jarang sampai sore hari masih harus membantu kegiatan orang tuanya.

Apakah pendidikan yang dilakukan di daerah sebagai proses pembelengguan atau


proses pembelengguan? Dalam pembukaan UUD 1945 tertera tujuan bangsa ini, yaitu
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia….. dan ditegaskan pada Pasal 28C bahwa “setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidpnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.”

Apakah pendidikan yang dilakukandi daerah sebagai proses pembodohan atau


proses pencerdasan? Menjadi cerdas atau bodoh adalah sebuah pilihan, semuanya
tergantung sang penerima apakah dia siap menerimannya atau tidak? Jika iya maka ia
akan mempersiapkan apa yang terjadi kedepannya. Dan tidak selamanya hasil yang
didambakan dapat memberikan semua kesempurnaan.

Apakah pendidikan dilakukan di daerah sebagai proses perampasan hak anak-


anak atau justru menjunjung tinggi hak anak-anak? Menjunjung tinggi hak anak.
Karena indonesia memili HAM yang didalamnya terdapat hak untuk anak bebas
mengekspresikan pandangannya.

5
Apakah pendidikan yang dilakukan di daerah menghasilkan tindakan kekerasan
atau menghasilkan tindakan perdamaian? Pendidikan di daerah menghasilkan tindakan
perdamaian untuk mencegah tindakan kekerasan.

Apakah pendidikan yang dilakukan di daerah sebagai proses pengebirian potensi


manusia atau pemberdayaan potensi manusia? Pengebirian potensi manusia. Karena
jika di suatu institusi pendidikan ketika kekurangan pengajar seni maka yang dicari
adalah orang yang berpengalaman dalam bidang itu.

3. Hasil Pendidikan (Sekolah) di Daerah Dewasa Ini

Umumnya hasil dari pendidikan adalah ijazah. Tapi tidak hanya ijazah yang
dihasilkan seseorang di sekolah, tetapi juga ilmu dan apa yang ia peajari di sekolah.
Dan tujuan dari pendidikan adalah media dalam mengembangkan kemampuan pelajar
dan mencerdaskan agar siap menghadapi kehidupan di masa depan. Dan kegiatan ajar
mengajar adalah kegiatan sebab-akibat di bidang pendidikan. Agar siswa
memperhatikan apa yang pengajar sampaikan, diharap pengajar memahami apa yang
sebenarnya dibutuhkan pelajar.

4. Pengaruh Eksternal dan Internal Dalam Pengelolaan Pendidikan di Daerah

Pengaruh atau permasalahan eksternal, yaitu:


• Globalisasi
Berpengaruh kuat pada masa ini, terutama pada sektor pendidikan.
Globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam
pendidikan dunia. Globalisasi membuat peluang sekolah atau belajar di luar negeri
menjadi mudah, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan
permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya
mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan
menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan
masa kini.

• Perubahan sosial
Masalah eksternal yang selalu hadir di bidang pendidikan adalah masalah
perubahan sosial. Sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu perkembangan
dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan sosial berjalan jauh lebih
cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai
akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol,
tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991:
28). Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa negara-negara yang tidak
mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-
angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai
negara yang merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan
mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan
keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi
agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional.

6
5. Pendidikan Sekolah di Daerah Dengan Sistem Desentralisasi

Desentralisasi pendidikan merupakan upaya mendelegasikan sebagian atau


seluruh wewenang di bidang pendidikan, yang seharusnya dilakukan oleh pejabat pusat
pada unit atau pejabat di bawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, atau pemerintah kepada masyarakatnya. Salah satu wujud desentralisasi ialah
terlaksanya proses otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan.

6. Program kegiatan yang perlu dikedepankan


Setelah terjadinya orde baru, ternyata sector Pendidikan turut tereformasi.
reformasi Pendidikan adalah sebuah rekayasa besar,yang tidak mungkin dikerjakan
setengah-setengh,juga tidak cukup dengan terpenggal-penggal, dan melimpahkan
kesalahan pada berbagai faktor yang menjadai objek kritikan.
Adapun jalan yang harus dilakukan untuk meniti jalan reformasi Pendidikan adalah
sebagai berikut,:
a. Membongkar berbagai tabu
b. Meluruskan jalan dan praktik yang serong
c. Mengikis habis mitos yang mengesalkan

Selain itu ada 13 hal yang harus diperhatikan untuk pertimbangan bagi reformasi
Pendidikan,yaitu:

1. Perlu disadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang unik,dan mempunyai
bakat yang berbeda-beda
2. Pendididkan tidak dimulai selepas sekolah menengah,yaitu pada tingkat
universitas
3. Perlunya sebuah sistem penilaian yang mncerminkan prestasi murid dengan
melihat berbagai kelebihan dan kekurangan
4. Perlu disadari bahwa (system) Pendidikan tidak bebas dinilai
5. Sekolah bukanlah suatu tempat semacam “bengkel reparasi” bagi semua
kerusakan masyarakat
6. Perlu dikoreksi keyakinan bahwa isi Pendidikan bisa diatur lewat birokrasi,dan
sedapat mungkin harus diseragamkan.
7. Tidak tepat bahwa Lembaga Pendidikan yang baik,selalu Pendidikan milik
negara
8. Sistem Pendidikan,sebaiknya berorientasi pada nilai(wert orientied)
9. Sistem Pendidikan sebaiknya terkait dengan dunia praksis (praxisbezogen)
10. Sistem pendidik sebaiknya tetap beragam
11. Diperlukan sebuah sistem pendidik yang memberikan ruang bagi anak didik
unruk bersaing dan berkreasi secara fair
12. Dibutuhkan sebuah sistem yang efisien dalam pengelolaan waktu
13. Sistem Pendidikan didaerah sebaiknya bersifat internasional

7
B. Merekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan Melalui Pendidikan di
Keluarga
1. Peran Keluarga dalam Pendidikan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terbentuk berdasarlan
cinta dan sukarela antara dua subjek manusia yang disebut dengan (Suami-Istri). Ki
Hajar Dewantara yang merupakan bapak Pendidikan Indonesia beliau mengatakan
bahwa sebagai pendidik, orang tua hendaklah mengabdi kepada anak. Pengabdian ini
domotivasi semata mata demi cinta kasih yang kodrati. Karena di dalam suasana cinta
dan kemesraan inilah proses Pendidikan berlangsung.

Menurut M. Dimyati, lingkungan Pendidikan meliputi : Keluarga, Sekolah,


Lembaga Agama, Organisasi-organisasi pemuda dan sosialisasi yang terjadi di
masyarakat. Sementara itu, banyak sumber yang menyebutkan bahwa secara garis besar
lingsungan Pendidikan di bagi menjadi tiga yaitu : lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Karenanya di dalam kebijakan kita yang termuat dalam propenas
menetapkan prinsip Pendidikan yang berbunyi :
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu Pendidikan adalahbtanggung jawab
Bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan”.

Keluarga merupakan masyarakat Pendidikan utama bagi anak. Dalam


lingkungan Pendidikan anak dipersiapkan menjalani tingkatan-tingakatan
perkembangan untuk memasuki dunia orang dewasa dalam Bahasa, adat istiadat, dan
seluruh isi kebudayaan orang tua. Menurut Sigmund Freud kepribadian seseorang telah
terbentuk pada akhir tahun ke-5 dari umur seseorang. Maka dari itu peranan orang tua
terutama ibu sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

Menurut errickson : “Persaan aman hidup di dunia hanya mungkin dipunyaai


anak apabila sejak ia lahir diliputi oleh suasana cinta kasih, serta diterima oleh ibunya
dengan kegembiraan dan keikhlasan. Maka dari itu, segala sesuatu yang dilakukan
keluargaa merupakan pembinaan kebiasaan pada anak yang akan tumbuh menjadi
Tindakan moral dikemudian hari.

a) Fungsi Keluarga
Menurut pendekatan budaya, keluarga sekurang-kurangnya memiliki 7 Fungsi
sebagai berikut :
1) Fungsi Biologis
Fungsi ini memberi kesempatan hidup pada setiap anggotanya. Keluarga
menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan, sandang, dan papan.
2) Fungsi Ekonomis
Fungsi ini menunjukan bahwa keluarga merupakaan kesatuan ekonomis.
Fungsi ini berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan
anggaran biaya baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
3) Fungsi Pendidikan
Fungsi ini mengharuskan orang tua untuk mengondisikan kehidupan
keluarga menjadi situasi Pendidikan sehingga terjadi proses saling belajar di antara

8
anggota keluarga. Dalam fungsi ini orang tua adalaah peran utama. Kegiatan dari fungsi
ini adalah melalui asuhan, bimbingan, contoh, dan teladan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk membantu perkembangan kepribadian anak yang mencakup ranah
kognisi, afeksi, dan skill.
4) Fungsi Religius
Fungsi ini berkaitan dengan kewajiban oraang tuau untuk mengenalkan,
membimbing, memberi teladan dan melibatkan seluruh anggota keluarga mengenai
kaidaah kaidah agama dan perilaku keagamaan.
5) Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi ini berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota
masyarakat yang baik. Keluarga bberperan sebagai penghubung antara kehidupan anak
dengan kehidupan sosial dan norma norma yang berlaku.
6) Fungsi Rekreatif
Fungsi ini tidah harus dalam bentuk kemewahan, serba ada, dan pestapora.
Tetapi melalui penciptaan suasan kehidupan yang tenang dan harmonis.
7) Fungsi Kasih Sayang
Dalam fungsi ini keluarga dapat menjalankan tugas menjadi Lembaga
interaksi dalam ikatan batin yang kuatt antara anggotanya. Ikatan batin yang ad aini
harus dapat dirasakan oleh setiap anggota sebagai bentuk kasih saying.

Kesemua Fungsi tersebut merupakan bekal sekaligus menjadi landasan


Pendidikan anak dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan dating

2. Perkembangan Pendidikan Keluarga, Masyarakat, dan Kebudayaan

a) Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Tradisional


Dalam menyampaikan isi Pendidikan kepada anak anaknya orang tua
kadang sadar dan kadang tidak. Namun pada dasarnya pengasuhan anak dalam
keluarga dilandasi oleh kebudayaaan yang diturunkan dari leluhurnya.
Pembentukan watak dan pribadi anak yang merupakan tugas utama dari
keluarga sebagai masyarakat Pendidikan primer yang membentuk watak dan
pribadi anak. Namun, keluarga besar dalam masyarakat sederhana (primitive)
seringkali menjadi masyarakat yang kurang memperhatikan anak-anaknya.

b) Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Modern


Masyarakat dan kebudaayaan senantiasa berkembang dari sederhana ke
dalam yang lebih kompleks. Di era kini, ada dua kekuatan yang memicu
kehidupn manusia untuk tiba pada modernisasi, yakni perkembangan dan
kemajuan teknologi, maka dari itu, mau tidak mau hal ini juga berdampak pada
pendidikan di indonesia. Masyarakat yang dulu mengaggap bawa pendidikan
adalah sarana penghamburan uang kini mulai melek karena Pendidikan. Secara
transcendental, Keluarga dari suasana hidup secara tradisional dan secara
Bersama sama berubah menjadi elite-elite sosial yang mampu melihat system
sosial yang berlaku sekaligus dapat membuat hal-hal baru untuk memperbaiki
system sosial demi tercapai tujuan masyarakat.

9
3. Keluarga Sebagai Sarana Rekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan
Perlu kita pahami Bersama bahwa pembentukan kepribadian anak dalam
keluarga ternyata mewarnai kehidupan anak dimasa depan. Jika nilai yang dianut
masyaarakat tidak ingin punah maka masyarakat harus menularkan apa yang
dimilikinya itu kepada generasi muda dan jalan untuk melaksanakan usaha itu adaalah
dengan Pendidikan.

Pendidikan mengajarkan masyarakat konsep-konsep dan sikap-sikap dan


pergaulan hidup serta mengajarkan bagaimana caranya bertingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat. Sementara Keluarga maelakukan bentuk kegiatan
Pendidikan terhadap anak, diseimbangkan dengan masyarakat yang yang memberi
sosialisasi. Namun, apabila dalam keluarga ditemukan ketidakmampuan dalam
mendidik, maka dalam masyarakat juga dipastikan akan ditemukannya penyimpangan
sosial.

4. Hasil Pendidikan (Sekolah) di Indonesia Dewasa ini


Secara Kuantitatif dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Indonesia mengalamin
kemajuan. Indicator ini daapat dilihat berdasarkan kemampuan baca tulis masyarakat
yang mencapai 67,24%. Namun, secara kualitatif Pendidikan di Indonesia belum
berhasil membangun anak bangsa yang cerdas dan kreatif dan unggul.

Banyaknya lulusan Lembaga Pendidikan formal di Indonesia bait dari tingkat


sekolah menengah maupun perguruan tinggi terkesan belum mampu mengembangkan
kreaativitas daalam kehidupan mereka hal ini dikarenakan keahlian dan professional
yang melekat pada Lembaga Pendidikan tinggi terkesan hanyalah symbol belaka yang
lulusannya tidak professional.

10
III. KESIMPULAN
Perubahan sosial yang hendak dicapai baru akan dapat terwujud bila berlangsung
suatu proses modernisasi pada hampir semua bidang kehidupan masyarakat. Berbagai
pranata perlu memainkan peranan dalam proses perubahan yang diperlukan itu dan pranata
keluarga tradisional dianggap tidak mendorong terbinanya jenis-jenis kepribadian yang
dapat menjadi agen-agen dari perubahan sosial yang diperlukan.
Meskipun misi Pendidikan telah di implementasikan, dalam bentuk sekolah namun
tidak dapat kita pungkiri bahwa Pendidikan sebagai suatu aspek dari kehidupan manusia
mengandung berbagai persoalan, yang menjadi tugas kita Bersama untuk menemuka
solusidari persoalan tersebut. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemajuan
bangsa dan negara. Pendidikan dikatakan berkualitas atau bermutu, bila peroses
pembelajaran berlangsung secara efektif, peserta didik menunjukan penguasaan materi
yang tinggi, memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya, dan produk pendidikan merupakan individu-
individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa
Secara garis besar lingkungan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah (masyarakat). Tugas
utama keluarga sebagai masyarakat pendi dikan primer adalah membentuk watak dan
pribadi anak pada dasarya. Untuk itu pendidikan di lingkungan keluarga perlu membahas
persoalan persoalan yang fundasional, struktural dan operasional.
Walaupun pendidikan keluarga mempunyai tujuan dan persoalan yang disadari,
namun cara berperilkunya hanya menurut keadaan yang timbul. Pada masyarakat dan
keluarga tradisional yang kurang memper hatikan pendidikan anak-anaknya, di mana
tanggung jawab pendidikan diserahkan pada sekolah dengan segala keterbatasannya, tidak
akan dapat mengimbangi tuntutan-tuntutan masyarakat modern.
Terjadinya proses demokratisasi dalam keluarga, yaitu bahwa hubungan suami istri
menjadi lebih sederajat dan menjadi hubungan antar pribadi di mana pola-pola komunikasi
lebih memungkinkan suami menja di mitra sejajar dengan istri, juga percakapan antara
orang tua dengan anak, pertukaran pikiran, malahan pertentangan pendapat, ini semua
memungkinkan timbulnya keluarga-keluarga modern.
Keluarga-keluarga modern inilah yang akan menjadi kelompok pengintegrasi
masyarakat karena didukung oleh individu-individu yang berkekuatan sosial, yaitu individu
yang memiliki wawasan luas dan mampu mengatasi persolakan dirinya dan keluarganya.
Secara transen dental individu-individu ini keluar dari suasana hidup keluarga tradisional
dan secaa bersama-sama berubah menjadi elite-elite sosial yang mampu melihat sistem
sosial yang berlaku dan sekaligus dapat membuat hal-hal yang baru untuk memperbaiki
sistem sosial demi tercapainya tujuan masyarakat.

iv
IV. DAFTAR PUSTAKA

B Uno, Hamzah. Nina, Lamatenggo (2016). Landasan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Zulfikar. (2020). Rekonstruksi Pendidikan Keluarga Pada Masa Pandemi (Studi Pada
Walimurid SMPI Al Hasanah Kota Bengkulu). An-Nizom Vol. 5, 123-130.

Rahmah, st. (2016). Peran Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak. Alhiwar Jurnal Ilmu dan
Teknik Dakwah, (4)7, 13-23.

Ridwan, Iwan. & Sumirat, Ratna, Iin. (2021). Kebijakan Desentralisasi Pendidikan Di Era
Otonomi Daerah. Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ), (7)1, 87-110.

Jaya, Arta, Kadek, I. (2021). Merekonstruksi Pendidikan Karakter Melalui Peran Guru Dan
Orang Tua Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Disekolah. JAPAM (Jurnal Pendidikan
Agama), (1)2, 103-116.

https://karya-wahyu-siswanto.blogspot.com/2016/03/makalah-merekonstruksi-masyarakat-
dan.html (di akses pada tanggal 22 oktober 2022).

Anda mungkin juga menyukai