Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR – DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


ALAT-ALAT PENGENDALIAN DAN APLIKASINYA

ANDRE IGNATIUS EMMANUEL PINEM


05011281924088

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman sangat tinggi, sementara
itu tuntutan kualitas produk yang sehat semakin tinggi juga.Salah satu
alternatifnya adalah pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
(Nabati & Tanam, 2015).
Pestisida yang masuk ke Indonesia saat itu adalah jenis organoklorin,
yaitu DDT, BHC, heptaklor, aldrin, dan dieldrin. . Selama beberapa tahun
penggunaan pestisida tersebut cukup sukses dan OPT dapat dikendalikan dengan
baik. Namun, penggunaan satu jenis pestisida secara terus-menerus atau lebih dari
10 tahun dapat menimbulkan resistensi pada hama sasaran (Kardinan, 2011).
Untuk pengaplikasian pestisida memerlukan alat-alat untuk
mengaplikasikannya kepada tanaman. Adapun konstruksi alat-alat pengendalian
terdiri dari beberapa macam yang didasarkan pada formulasi pestisida dan
pertimbangan-pertimbangan teknis. Alat-alat untuk mengaplikasikan pestisida
terdiri dari semprot atau sprayer dan penghembus atau duster (Bartlett, 2013).
Peran alat aplikasi pestisida juga sangat penting mengingat pestisida
merupakan zat kimia berbahaya juga untuk memudahkan penggunaan pestisida
tersebut. Alat-alat aplikasi pestisida memiliki berbagai macam jenis dengan fungsi
yang berbeda-berbeda tergantung sasaran yang akan dikendalikan. Pengetahuan
tentang bagian-bagian alat aplikasi pestisida beserta mekanisme kerjanya penting
untuk diketahui agar saat aplikasinya nanti dapat lebih efisien dan efektif (Flisia,
2013).
Alat semprot udara memiliki cara kerja adalah cairan yang ada di dalam
tangka berada di bawah tekanan yang diahsilkan oleh pompa udara di dalam
tangka. Alat-alat semprot ini memiliki tipe otomatis karena pemompaan tidak
dilakukan pada waktu melakukan penyemprotan (Mahyuni, 2015).
Pengendalian hama dan penyakit pertanian sering dilakukan secara kimia
dengan menggunakan sprayer, salah satunya adalah sprayer semi-otomatis
(knapsack sprayer). Sumber tenaga dan kendali pada knapsack sprayer berasal
dari tenaga manusia. Operator harus memompa cairan yang terdapat pada tangki
dan menyemprotkannya ketanaman. Hal ini sering kali menyebabkan kelelahan
otot di antara para pekerja. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis terkait beban kerja
petani saat pengaplikasian knapsack sprayer. (Fil’aini & Sari, 2020).
Di dunia industry khusunya dalam bidang pertanian tentunya sudah
mengenal alat semprot hama (sprayer).Sprayer untuk keperluan pertanian dikenal
dengan 3 jenis sprayer, yakni knapsacksprayer, motor sprayer, dan CDA sprayer
(Gonzalez-de-Soto et al., 2016).
Pengendalian gulma pada saat tunas tebu muncul, pada saat umur tebu
masih muda, dan pada saat umur tebu lebih dari 45 hah setelah tanam dapat
dilakukan secara chemis (kimiawi) dengan menggunakan berbagai jenis sprayer,
seperti: knapsack sprayer, knapsack power sprayer, dan boom sprayer.Oleh karena
sifatnya yang dinamis dan tidak terkendala oleh umur pertumbuhan tebu, maka
metode khemis ini banyak dipilih oleh beberapa perusahaan tebu di Indonesia
untuk melaksanakan herbiciding (pengendalian gulma menggunakan herbisida).
(Pramuhadi, 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan bisa
mengaplikasikan alat-alat pengendalian dan mampu menghitung kebutuhan
pestissida dilapangan.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum kali ini dilakukan pada tanggal 23 April 2021 dan
dilaksanakan pada tempat di kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara.
2.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Carilah di internet alat-alat pengendalian yang akan diamati oleh praktikan
2. Uraikan bagian-bagian alat pertanian tersbut dan cara kerjanya
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
Adapun hasil dari praktikum kali ini tentang alat pengendalian dan
aplikasinya adalah :
Alat penyemprot(Sprayer)adalah alat/mesin yang berfungsi untuk
memecah suatu cairan, larutan atau suspense menjadi butiran cairan (droplets)
atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan
dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama &penyakit tumbuhan.
Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan
dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan
(Hermawan, 2012).
3.1 Knapsack Sprayer

Gambar 3.1. Knapsack Sprayer


Prinsip kerjanya adalah: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari
adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan
penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki
menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat.
3.2 Power Sprayer

Gambar 3.2.Power Sprayer


Prinsip kerjanya adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya
tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan
penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki
menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat.
3.3 Compressed Air Sprayer

Gambar 3.3. Compressed Air Sprayer


Cara penggunaannya dengan memasukkan cairan yang akan digunakan
kedalam tabung penampung lalu menyesuaikan droplet yang akan digunakan
untuk penyemprotan lalu memompa sprayer dengan menggunakan pelatuk yang
telah ada. Cara perawatannya dengan membersihkan alat dengan menggunakan
air setelah pemakaian lalu membalikkan alat agar kotoran tidak masuk kedalam
alat, sering-sering mengecak nosel yang telah digunakan sehingga hasil droplet
sesuai dengan diharapkan dan menggunakan alat seperlunya saja.

3.4 Swingfog

Gambar 3.4. swingfog


Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog yang
dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah
atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman
maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Aplikasi
Pestisida dengan pengasapan, menggunakan alat pengasap yang sering disebut
swing fog. Hanya digunakan untuk pestisida yang dapat dicampur dengan minyak
tanah / solar sehingga akan membentuk dropet yang berbentuk asap. Cara
pengasapan ini cukup efektif, terutama untuk pengendalian OPT di ruang tertutup
atau gudang. Apabila cara pengasapan ini akan digunakan di pertanaman terbuka,
maka pelaksanaannya sebaiknya pada saat pagi hari sebelum banyak angin (Siwi,
Retno Palupi Yonni, 2017).
3.5 Power Duster

Gambar 3.5. Power Duster


Duster adala alat penghembus pestisida dalam bentuk tepung. Alat ini
terdiri dari bagian tempat tepung nbagian penghembus dan bagian ujung
penghembus yang berbentuk ekor ikan (nozzle). Penggunaannya hanya terbatas
pada areal kecil atau kebun disekitar rumah. Kapasitas tabung tebung kira2 1/2 - 2
liter dan biasanya hanya diisi tepung 2/3nya.
DAFTAR PUSTAKA
Bartlett, J. &. 2013. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Fil’aini, R., & Sari, T. N. 2020. Analisis Beban Kerja Petani Pada Pengoperasian
Knapsack Sprayer. Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of
Agricultural Engineering), 9(2), 131–139. https://doi.org/10.23960/jtep-
l.v9i2.131-139
Flisia, P. dkk. 2013. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Petani
Penyemprot Pada Penggunaan Pestisida Di Desa Sugihen Kecamatan Dolat
Rayat Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1–10.
Gonzalez-de-Soto, M., Emmi, L., Perez-Ruiz, M., Aguera, J., & Gonzalez-de-
Santos, P. 2016. Autonomous systems for precise spraying – Evaluation of a
robotised patch sprayer. Biosystems Engineering, 146, 165–182.
https://doi.org/10.1016/j.biosystemseng.2015.12.018
Hermawan, W. 2012. Kinerja Sprayer Bermotor Dalam Aplikasi Pupuk Daun Di
Perkebunan Tebu. Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(2), 21831.
Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(4), 262–278.
file:///C:/Users/MUTI/AppData/Local/Mendeley Ltd./Mendeley
Desktop/Downloaded/Menuju, Pertanian - 2011 - KEARIFAN LOKAL
DALAM PENGENDALIAN HAMA.pdf
Mahyuni, E. L. 2015. Faktor Risiko Dalam Penggunaan Pestisida Pada Petani Di
Berastagi Kabupaten Karo 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of
Public Health), 9(1), 79–89. https://doi.org/10.12928/kesmas.v9i1.1554
Nabati, P., & Tanam, P. 2015. Potensi pestisida nabati dan pola tanam
tumpangsari dalam mengurangi serangan hama pada tanaman cabai. 11(2).
Pramuhadi, G. 2012. Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering. Jurnal
Pangan, 21(3), 221–231.
Siwi, Retno Palupi Yonni, and Y. T. 2017. Studi Pelaksanaan Program Fogging
Pada Penanggulangan Dbd Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Bone
Bolango. Global Health Science. 2(3), 2i20–225.

Anda mungkin juga menyukai