Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN TUMOR OTAK /

TUMOR SEREBRI

Oleh :

NANANG JANUANWAR

NIM 2031800073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN- UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON PROBOLINGGO

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR OTAK / TUMOR INTRA KRANIAL

A.    PENGERTIAN
Tumor intrakranial atau tumor otak adalah suatu massa abnormal dari
jaringan didalam kranium, dimana sel-sel tumbuh dan membelah
dengan tidak dapat dikendalikan oleh mekanisme yang mengontrol
sel-sel normal (Simamora & Zanariah, 2017).

Tumor intrakanial dapat mengarah pada defisit lokal tergantung pada


lokasinya. Lesi pada lobus frontalis tergantung pada sering mengarah
pada penurunan progresif intelektual, perlambatan aktivitas mental
dan gangguan personalitas. Lesi pada lobus temporalis dapat
mengarah pada depersonalisasi, gangguan emosi, gangguan sikap,
gangguan lapang pandang, ilusi audiotorik atau halusinasi auditorik.
Lesi pada lobus parietalis dapat mengakibatkan gangguan sensasi
kontralateral, kejang dan penurunan sensorik. Lesi pada lobus
oksipitasis dapat menghasilkan gangguan lapang pandang persial
(Andini & Hanriko, 2016).

B.     KLASIFIKASI
Menurut American Association of Neurological (2020) dan Cancer
Research UK (2020), tumor intracranial terbagi atas 2 jenis, yakni:
1. Tumor Primer
Tumor ini berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang berada di
dekatnya, seperti di selaput otak (meningens), saraf kranial, kelenjar
pituitary atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dimulai ketika sel-
sel normal mengalami kesalahan mutasi dalam DNA mereka. Mutasi
ini kemungkinan sel untuk tumbuh dan membelah dengan laju yang
meningkat sehingga sel yang sehat akan mati.
Hasilnya, membentuk sel abnormal yang membentuk tumor. Ada
beberapa jenis tumor primer, yaitu:
a) Meningioma
Meningioma adalah jenis tumor otak yang terjadi di meningens, yaitu
lapisan jaringan yang mengelilingi bagian luar otak dan sumsum tulang
belakang. Jenis tumor ini dapat bermula di bagian otak manapun, tetapi
umumnya di otak besar dan otak kecil.
b) Adenoma pituitary
Adenoma pituitari atau tumor hipofisis adalah jenis tumor otak yang
tumbuh pada kelenjar pituitari, yaitu kelenjar yang mengontrol berbagai
fungsi tubuh serta melepaskan hormon ke dalam aliran darah. Jenis tumor
ini biasanya ditemukan pada orang dewasa, dan umumnya memiliki
tingkat keganasan yang rendah (jinak).
c) Neuroma akustik (Schwannoma)
Neuroma akustik atau schwannoma vestibular adalah jenis tumor otak
jinak yang bermula di sel Schwann. Penyakit neuroma akustik umumnya
terjadi di sel Schwann yang berada di bagian luar saraf vestibulocochlear,
yaitu saraf yang menghubungkan otak ke telinga dan berfungsi
mengontrol pendengaran dan keseimbangan. Tumor neuroma akustik
umumnya tumbuh secara lambat dan bersifat jinak. Oleh karena itu,
penderitanya mungkin tidak memiliki gejala dalam beberapa waktu.
d) Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor otak kanker yang dimulai di bagian
belakang otak atau otak kecil. Karena menyerang otak kecil, tumor
ini dapat memengaruhi koordinasi, keseimbangan, dan pergerakan
otot.
e) Craniopharyngioma
Craniopharyngioma atau kraniofaringioma adalah jenis tumor otak yang
terjadi di area otak yang berdekatan dengan mata atau sekitar bagian
bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar pitutari. Jenis tumor ini
bersifat jinak (non-kanker).
f) Tumor kelenjar pineal
Jenis tumor otak ini bermula di kelenjar pineal atau jaringan di
sekitarnya. Kelenjar pineal berada di tengah otak, tepat di belakang
batang otak, serta berfungsi memproduksi hormon melatonin yang
mengontrol tidur.
2. Tumor Sekunder
Tumor yang berasal dari kanker di bagian lain tubuh dan kemudian
menyebar (bermestatasis) ke otak. Setiap kanker dapat menyebar ke otak,
tetapi jenis-jenis yang termasuk umum adalah kanker payudara,
kanker usus besar, kanker ginjal, kanker paru-paru dan melanoma.

C. Etiologi

Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Adapun
beberapa faktor secara umum penyebab tumor sebagai
berikut(Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Herediter: Pada riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga
jarang ditemukan kecuali anggota sekeluarga.
2. Sisa-sisa sel embrional: Sel embrional yang tertinggal dalam tubuh
akan menjadi ganas dan merusak, sehingga menjadi perkembangan
abnormal, terutama intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi: Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma
Menurut Brunner, & Suddarth (2013), penyebab terjadinya tumor
intracranial yaitu:
1. Riwayat trauma kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan
saraf pusat belum diketahui gejala klinis.
2. Faktor genetic
Tujuan susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari
beberapa gangguan yang diturunkan sebagai kondisi autosomal,
dominan termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik dan virus.
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.

Patofisiologi
• Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. •
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh
dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan
intracranial.
• Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron.
• Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak
• Peningkatan tekanan intrakranial : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
• Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial.
• Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus
. • Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi),
dan gangguan pernafasan.
KLASIFIKASI • Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus
persarafan
• Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak)
• Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar

A. Tanda gejala klinis


Tumor intra cranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan peningkatan
tekanan intrakranial. Manifestasi tumor tergantung dari lokasi, displacement otak,
gejala umum yang timbul antara lain sakit kepala, mual muntah, perubahan
mental, papill edema, gangguan visual (diplopia), kerusakan fungsi sensorik
dan motorik,
serta kejang. Gejala peningkatan tekanan intrkranial disebabkan oleh tekanan
yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Tumor
intrakranial juga dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien
lansia.
Menurut Brunner & Suddart (2013), tanda dan gejala yang dapat muncul
antara lain:
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
2. Gejala terlokalisasi (spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena):
a) Tumor korteks motorik: gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
satu sisi tubuh (kejang jacksonian)
b) Tumor lobus oksipital: hemianopsia homonimus kontralateral (hilang
penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan
dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
c) Tumor serebelum: pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerakan mata berirama dan tidak disengaja)
d) Tumor lobus frontal: gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
e) Tumor sudut serebelopontin: tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.

Komplikasi
Adapun komplikasi yang sering muncul yaitu (Meagher & Lutsep, 2013)
1.Gangguan fungsi neurologis:
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada
serebelum maka akan menyebabkan pusing, ataksia(kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan
jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan ristagmus
( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan
horizontal.
2. Gangguan kognitif:
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan
sehingga dampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan
memerhatikan juga akan menurun.
3. Gangguan tidur & mood: Tumor otak bisa menyebabkan gangguan
pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin menurun
akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi, dan
penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.
4. Disfungsi seksual:
Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas
prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau
galaktorea (kelebihan atau aliran spontan susu). Pada pria dengan
prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan hipogonadisme.
5. Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan
perubahan
tingkat kepuasan. Adapun komplikasi tambahan dari tumor intrakranial,
yaitu Gangguan penglihatan, komplikasi ini sering muncul pada
penderita tumor intrakranial dan paling sering dirasakan setelah
nyeri kepala muncul. Gejala yang paling sering muncul pada
penderita yaitu penurunan ketajaman penglihatan (low vision sampai
kebutaan) serta gangguan lapang pandang, sedang tanda yang paling
dijumpai adalah atrofi n.optikus dan papilledema. Gangguan penglihatan
pada pasien tumor otak terjadi karena terjadinya neuropati saraf
optik, akibat pengaruh tekanan langsung pada saraf mata, jaras
penglihatan (visual pathway), jaringan sekitar bola mata ataupun
karena pengaruh tidak langsung dari peningkatan tekanan
intrakranial (Prasetya, 2014).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges, Moorhouse, & Murr (2010), pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis Sol Intrakranial antara lain:
1. CT Scan:
Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentang sistem vaskuler. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis
kranii. Gambaran CT Scan pada tumor intrakranial umumnya
tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong
struktur otak disekitarnya. Penekanan dan perubahan bentuk
ventrikel. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang
terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi,
perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya
karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat
lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT scan disertai dengan
pemberian zat kontras. Efek terhadap tulang berdekatan misalnya
hiperostosis akibat meningioma. Lesi yang multiple kemungkinan
adanya metastasis.
2. MRI:
Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran
yang menggunakan CT Scan. MRI lebih unggul dibanding CT scan
dengan kontras karena MRI lebih baik dalam memperlihatkan
jaringan lunak. MRI juga lebih sensitif dalam mendeteksi tumor
kecil, memberikan visualisasi yang lebih detil, terutama untuk
daerah dasar otak, batang otak, dan daerah fossa posterior.
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak
tumor
5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Black & Hawks (2014), penatalaksanaan tumor intrakranial
dapat meliputi:
1. Pembedahan: Jika hasil CT-Scan didapati adanya tumor, dapat
dilakukan pembedahan. Ada pembedahan total dan parsial, hal ini
tergantung jenis tumornya. Pada kasus abses seperti loculated
abscess, pembesran abses walaupun sudah diberi antibiotik yang
sesuai, ataupun terjadi impending herniation. Sedangkan pada
subdural hematoma, operasi dekompresi harus segera dilakukan jika
terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5 mm.
Operasi juga direkomendasikan pada subdural hematoma akut
dengan ketebalan lebih dari 1 cm.
2. Radioterapi: Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap
radioterapi, seperti low grade glioma. Selain itu radioterapi juga
digunakan sebagai lanjutan terapi dari pembedahan parsial.
3. Kemoterapi: Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi
untuk oligodendroglioma dan beberapa astrocytoma yang berat,
kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi tambahan.
4. Antikolvusan: Mengontrol kejang merupakan bagian terapi yang
penting pada pasien dengan gejala klinis kejang. Pasien SOL sering
mengalami peningkatan tekanan intrakranial, yang salah satu gejala
klinis yang sering terjadi adalah kejang. Phenytoin (300-400mg/kali)
adalah yang paling umum digunakan. Selain itu dapat juga
digunakan carbamazepine (600-1000mg/hari), phenobarbital (90-
150mg/hari) dan asam valproat (750-1500mg/hari).
5. Antibiotik: Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka
antibiotic merupakan salah satu terapi yang harus diberikan. Berikan
antibiotik intravena, sesuai kultur ataupun sesuai data empiris yang
ada. Antibiotik diberikan 4-6minggu atau lebih, hal ini disesuaikan
dengan hasil pencitraan, apakah ukuran abses sudah berkurang atau
belum. Carbapenem, fluorokuinolon, aztreonam emiliki penetrasi
yang bagus ke sistem saraf pusat, tetapi harus memperhatikan dosis
yang diberikan (tergantung berat badan dan fungsi ginjal) untuk
mencegah toksisitas.
6. Kortikosteroid: Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan
mengurangu tekana intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala
dengan cepat. Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilh
karena aktivitas
9
mineralkortikoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari
16mg/hari, tetapi dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi
untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala
neurologik. 7. Head up 30-45˚: Berfungsi untuk mengoptimalkan
venous return dari kepala, sehingga akan membantu mengurangi
TIK.
8. Menghindari terjadinya hiperkapnia: PaCO2 harus dipertahankan
dibawah 40
mmHg, karena hiperkapnia dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
aliran darah ke otak sehingga terjadi peningkatan TIK, dengan cara
hiperventilasi ringan disertai dengan analisa gas darah untuk
menghindari global iskemia pada otak..
9. Diuretika Osmosis: Manitol 20% dengan dosis 0,25-1 gr/kgBB
diberikan cepat dalam 30-60 menit untuk membantu mengurangi
peningakatan TIK dan dapat mencegah edema serebri. Pilihan terapi
tumor otak seperti halnya pada kanker jenis lain, yaitu operasi,
kemoterapi, dan radioterapi.
 Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk
mengontrol edema otak atau akumulasi cairan,  Diuretik untuk
mengurangi pembengkakan otak,
 Analgesik untuk mengurangi rasa sakit
 Antasida untuk mengurangi stres ulkus

 Antikonvulsan untuk mengurangi kejang.

ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian
- Keluhan Utama - RPS ( Riwayat Penyakit Saat ini )
- RPD ( Riwatay Penyakit Dahulu )
- Pemeriksaan Saraf Cranial
- Pemeriksaan Fisik

MASALAH KEPERAWATAN
 Gangguan perfusi cerebral
 Nyeri akut
 Resiko cidera
 Gangguan mobilitas fisik
 Ansiet
 Resiko kekurangan nutrisi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENGKAJIAN
1. Riwayat keluarga tumor
2. Terpapar radiasi berlebih
3. Adanya riwayat masalah visualhilang ketajaman penglihatan dan
diplopia
4. Kecanduan Alkohol,
5. Perokok berat
6. Gangguan kepribadian / halusinas
i 1. Riwayat epilepsy
2. Nafsu makan hilang
3. Adanya mual, muntah selama fase akut
4. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
5. Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

1. Perubahan pola berkemih dan


2. Buang air besar (Inkontinensia)
3. Bising usus negative
1. Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot,
2. Gangguan tingkat kesadaran
3. Resiko trauma karena epilepsy
4. Hamiparase, ataksia
5. Gangguan penglihatan
6. Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia) Susah untuk
beristirahat dan atau mudah tertidur B. Pola Nutrisi metabolik
C. Pola Eliminasi
D. Pola Aktivitas dan Latihan
E. Pola tidur dan istirahat
A. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
Note: 6 Brain Tumor Management:
One Day Symposium and Workshop 16 December 2017
1. Pusing
2. Sakit kepala
3. Kelemahan Tinitus, Afasia motorik
4. Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
5. Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
6. Penurunan memori, pemecahan masalah
7. kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
8. Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
9. Tidak mampu merekam gambar
10. Tidak mampu membedakan kanan/kiri
1. Perasaan tidak berdaya dan putus asa
2. Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
1. Masalah bicara
2. Metidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi
verbal/ bicara pelo)
1. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
2. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

F. Pola persepsi kognitif dan sensori


G. Pola persepsi dan konsep diri
H. Pola peran dan hubungan dengan sesama
I.Reproduksi dan Sesualitas

1. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah


2. Mekanisme koping yang biasa digunakan
3. Perasaan tidak berdaya, putus asa
4. Respon emosional klien terhadap status saat ini
5. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
6. Mudah tersinggung Apakah kegiatan ibadah terganggu

DP PRE-OPERASI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
pada otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan
pergerakan dan kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

DP POST OPERASI
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa
depan yang tidak pasti. J. Pola Mekanisme koping dan toleransi
terhadap stres K. Sistem Kepercayaan Agama yang dianut
I.Reproduksi dan Sesualitas

RENCANA KEPERAWATAN
Dp. Pre- Operasi Dp
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2. Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan
hilang
 Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
Nutrisi klien terpenuhi, Mual berkurang sampai dengan hilang.

 Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat. R/
Makanan yang hangat menambah nafsu makan
. 2. Kaji kebiasaan makan klien
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan
klien.
2. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi
mual.
3. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak
Dp 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan
pergerakan dankelemahan
Tujuan: Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan
dilakukannya kembali aktifitas
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan (0-4)
R /: seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko
kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karena tekanan.

R /: Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada


seluruh tubuh
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R /: Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi

4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai


kemampuan
R /: Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma
kepala, keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan


kerusakan sirkulasi serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan
dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil : - Mengindikasikan pemahaman tentang masalah
komunikasi
- Membuat metode komunikasi dimana
- Menggunakan sumber-sumber dengan tepat Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata
atau mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/: Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang
terjadi dan kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses
komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/: Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan
yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan
tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/: menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/: menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan
respon pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu

5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,


perubahan peran, perubahan citra diri.
6. Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan
penyakitnya. Intervensi:
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan
penanganannya R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan
perawatan di rumah.
R/: Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan
/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan
penyakit setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab dan komplikasi penyakitnya.
Rencana Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab tumor dan
penanganannya.
R /: Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi otak dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat
pemahaman klien
R /: Menambah pengetahuan pasien.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan
akibat penyakit.
R /: Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan: Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan
pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
medic
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan

Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6
jam
R/: Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/: Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/: Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai
keinginan pasien R/: Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik
dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/: Membantu dalam penyembuhan pasien

Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan
penanganannya. R /: Untuk mempermudah dalam proses
pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R /: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan
4. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan
perawatan di rumah.
5. R /: Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi
di rumah
6. 4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
7. R /: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam
proses adaptasi. DP
8. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan
keperawatan Kriteria Hasil :
Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya

DP POST OPERASI
DP 1: Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kriteria Hasil :
– Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
– Ekspresi wajah rilek
– Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang

DP 2: Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan


masa depan yang tidak pasti.
Tujuan: Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kriteria Hasil :
Kecemasan berkurang.
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R /: Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan
membuka cara penyelesaiannya
2. . 2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah
R /: Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R /: Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R /: Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R /: Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.

KESIMPULAN
1. Untuk membuat renpra yang baik membutuhkan data yang
akurat
2. Data yang akurat diperoleh dari hasil pengkajian yang tepat
3. Keterampilan dalam melakukan PF penting bagi perawat
4. Askep yang baik dan tepat dapat meningkatkan kenyamanan1)
Nyeri akut
RENCANA KEPERAWATAN

NO
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil INTERTVENSI
DX
1 1. Nyeri berhubungan dengan 2. Tujuan : Nyeri berkurang Manajemen Nyeri (l.08238) Obsevasi:
2.1 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
proses pertumbuhan sel-sel sampai hilang setelah dilakukan
2.2 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
kanker tindakan keperawatan Hasil 2.3 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
yang diharapkan : Nyeri sebelum memulai mobilisasi
2.4Monitor kondisi umum selama melakukan
berkurang sampai dengan hilang mobilisasi
Terapeutik
2.5 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2.6 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
2.7 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
2.8 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2.9Anjurkan melakukan mobilisasi dini
2.10Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur).

2 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat  Rencana tindakan :


dari kebutuhan terpenuhi setelah dilakukan 7. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
tubuh berhubungan dengan mual, keperawatan R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan
muntah dan Hasil yang diharapkan: . 2. Kaji kebiasaan makan klien
Nutrisi klien terpenuhi, Mual

23
tidak nafsu makan.). berkurang sampai dengan hilang. R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan
nafsu makan klien.
8. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan
mengurangi mual.
9. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut
dalam lemak

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Collu, C., Alessando, F., Paola, C.,Gianni , T., Claudio, F., Giovanni, S. 2018. A
Case-Report Of A Pulmonary Tuberculosis With Lymphadenopathy
Mimicking A Lymphoma. International Journal Of Infectious Diseases. 70:
38-41

Glaziou,P., Philippe, K, F., & Mario C, R. 2018. Global Epidemiology of


Tuberculosis. Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine. 39 (3) :
271–285

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pusat Data Dan Informasi (Infodatin) Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. [Serial Online]
Https://Pusdatin.Kemkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Inf
odatin-Tuberkulosis-2018.Pdf

Kenedyanti, E. dan L. Sulistyorini. 2017. Analisis mycobacterium tuberculosis


dan kondisi fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 5(2):152–162.

Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2015. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan


tuberkulosis di indonesia (konsensus tb). Pedoman Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia (Konsensus TB). 1–55

Rosdiana. 2018. Faktor Yang Berkaitan dengan Kejadian Kasus Tuberkulosis Paru
Di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal KesehatanMasyarakat. Volume 8, No. 1

Utama, S. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.Yogyakarta:


Deepublish.

Wahyuningsih, S. P., dan Kusmiyati Y. 2017. Buku ajar Kebidanan Anatomi Fisiologi. Jakarta :
BPPSDM Kemenkes RI

26

Anda mungkin juga menyukai