Anda di halaman 1dari 14

1.

Lobo (Rumah Adat Suku Kulawi)


Lobo memiliki bentuk empat persegi panjang, berfungsi tempat
musyawarah, melaksanakan pesta adat, menyambut tamu-tamu kehormatan
dan sebagai tempat penginapan bagi orang-orang yang melanjutkan
perjalanan.
Lobo dimasa pemerintahan raja-raja berfungsi sebagai pusat kesatuan
adat, pemerintahan dan kebudayaan. Para bangsawan (maradika) sebagai
pemegang tampuk pemerintahan, para ahli cendekiawan adat dan orang-orang
penting mengadakan musyawarah di dalam bangunan ini untuk membicarakan
masalah yang berkaitan dengan:
- Perumusan suatu undang-undang, peraturan-peraturan adat
- pelaksanaan pemerintahan yaitu dalam hal-hal memberangkatkan dan
menerima pasukan perang
- pemutusan/mengadili perkara-perkara terhadap setiap pelanggaran,
penyelewengan dan kejahatan. Pelaksanaan hukuman bisa dilaksanakan di
Lobo atau di tempat lain misalnya di pohon kayu ditengah hutan atau di
pinggir-pinggir kali, menurut jenis dan macamnya perbuatan
- dalam hal-hal yang menyangkut perekonomian: kapan dimulai membuka
kebun,sawah atau ladang; kapan dimulai bertanam, menuai, pengaturan
perairan dsb.
- disamping hal-hal tersebut Lobo juga menjadi tempat dilaksanakannya
pesta-pesta adat, sehubungan dengan:
 keselamatan kampung, supaya terhindar dari berbagai macam penyakit
menular, bala serta kutukan dewa akibat adanya perbuatan sumbang.
 pengucapan syukur berhubungan dengan hasil panen yang baik
 menyambut/memberangkatkan pasukan perang
 menyambut tamu-tamu terhormat dari luar daerah
Ruangan Lobo telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya yang
serbaguna. Lantai terdiri dari tiga tingkat, bagian tengah adalah ruangan
berbentuk segi panjang dengan tiang raja di tengah-tengahnya yang disebut
"padence", diperuntukkan bagi rakyat biasa duduk, tempat mengatur
makan/minum, dan tempat menari dan menyanyi. Dibagian kiri kanan pintu
menyebelah berbentuk seperti panggung / balai-balai (± 60 cm diatas padence)
adalah khusus diperuntukkan bagi para kaum bangsawan pemerintah dan
pemangku adat, ruangan ini disebut "palangka".
Dibagian samping menyebelah ada lagi palangka yang tingginya ± 40 cm
diatas padence diperuntukkan bagi para tamu dari luar kampung yang
dianggap terhormat.
Satu hal yang penting diketahui bahwa tidak sembarang orang
diperkenankan masuk dalam Lobo, kecuali dalam hal-hal tertentu yang
dianggap amat penting. Dengan demikian Lobo bukanlah bangunan yang
berfungsi sosial, bahkan oleh sebagian orang dianggap bagunan yang keramat,
agung dan suci. Patutlah kalau peneliti berkebangsaan Swedia, Dr. W. Kaudern
menyebutnya dengan istilah "temple".

Lobo mempunyai bentuk yang sederhana, tetapi cukup unik. Alat-alat


modern belumlah terlalu banyak campur tangan dalam proses pembuatannya.
Belandar tiangnya dari kayu-kayu bundar asli dari hutan, dikupas kulit luarnya
kemudian dihaluskan dengan parang. Kayu bundar tersebut berdiameter rata-
rata 40 cm.
Dinding, tiang badan rumah keliling, belandar bagian atas umumnya dari
balok/papan dengan ukuran rata-rata ± 40 X 10 cm, demikian juga lantainya.
tapnya dibuat dari papan, semacam sirap tetapi lebar dan sedikit tebal,
dibagian atas (bumbungan) ditutup dengan ijuk.
Semua pertemuan tiang dengan belandar, belandar dengan belandar,
dinding, lantai, bahkan konstruksi bangunan Lobo belum mempergunakan
paku (besi), semuanya serba cuak, sistim lidah-lidah, kait mengait dan tali
temali pakai rotan. Tiang-tiang dipinggir dari kedua pintu muka dan belakang
serta semua tiang-tiang penongkat belandar badan bangunan berbentuk papan
lebar dan tebal yang dihiasi pahatan kepala kerbau berbagai motif terletak
dibagian dalam dan luar. Pahatan kepala kerbau ini adalah langsung senyawa
dengan tiang/dinding.
Tiang-tiang tersebut diatas sekaligus merupakan sebagian dinding Lobo
yang diantara-antaranya dimasukkan papan melintang lebar ± 40 cm dua
lembar adalah merupakan dinding yang juga berpahatkan kepala kerbau.
Tangga Lobo terbuat dari kayu balok antere yang dibelah dengan model tangga
bertrap-trap terdiri dari 5 sampai 7 trap. Bagian akhir tangga melangkah
keruang padance model pahatan kerbau tertidur.Setiap pendatang yang masuk
langsung menginjak pada pahatan itu sebelum masuk pada ruang padence.
Batang-batang kayu bercabang sebesar lengan terpancang disamping tiang
pintu masuk dan dibeberapa tiang lainnya tegak terikat adalah tempat bambu-
bambu saguer digantungkan.
Hal-hal lain yang sering orang tidak perhatikan adalah bahwa tiang tidak
boleh terbalik, balok atau belandar-belandar yang letaknya melintang harus
berlawanan dengan arah jarum jam atau berputar kekanan (ujung pohon
dibagian kanan). Hanya satu bagian putar kiri yaitu kayu pengikat kaso bagian
bawah (dibawah atap paling akhir), ini maksudnya ialah untuk mematikan
apabila yang sudah terpasang.
Inilah sebagian dari keunikan konstruksi Lobo, semuanya serba diatur,
diperhitungkan menurut petunjuk para ahli adat dan bangunan, demi
keselamatan rakyat dan pemerintah yang membangun dan memanfaatkan
Lobo. Konstruksi Lobo:
- Perawatu: batu-batu yang berfungsi sebagai alas bangunan Lobo
seluruhnya
- Pangoto: empat balok bendar menumpang diatas parawatu ikut lebar
badan Lobo
- Paduncu: memanjang ikut badan Lobo 2 buah balok bundar menumpang
diatas pangoto
- Palangka: tiang-tiang yang menongkat balok memanjang ikut badan Lobo,
tertancap diatas 2 buah pangoto sebelah menyebelah pinggir kanan dan
kiri dan paduncu
- Pangketi: balok segi empat yang ditongkat tiang palangka
- Pomulu: diatas pangketi melintagn lagi balok-balok agak lebih kecil bundar
- Pembiti-Pomulu: balok bundar besar diatas momulu yang berfungsi
sebagai penjepit/penekan pomulu
- Pomulu-langa: balok diatas pembiti-pomulu memanjang ikut panjang
badan Lobo
- Pomulu-late: melintang diatas pomulu-langa.
- Perlengkapan yang ada di dalam Lobo antara lain adalah:
 Beberapa buah tambur besar tergantung dibagian dalam
 Beberapa buah karatu, semacam gendang panjang mempunyai
pinggang dibagian belakang
 Tombak, dan
 Perisai
- Palava
Palava adalah rumah panggung berbentuk empat persegi panjang.
Digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat suku Kaili. Pada bagian atas
terdiri dari serambi, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Pada bagian
kolong rumah tempat menyimpan alat transportasi tradisional gerobak
dan peralatan pertanian.
- Kataba
Kataba adalah rumah panggung berbentuk empat persegi panjang dengan
konstruksi tiang merupakan landasan (pondasi), sehingga kelihatannya
bertingkat. Rumah ini berfungsi sebagai rumah tinggal suku Kaili. Didiami
keluarga besar yang biasanya dihuni tiga sampai empat keluarga.
Lobo merupakan salah satu bangunan adat sulawesi tengan. Bangunan ini terdapat
di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Saat ini Lobo masih tetap difungsikan di beberapa
desah. Desah – desah tersebut antara lain ada di desa Namo, desa Tavu, dan desah
Boladangko. Adapun topologi dari masing – masing lobo yang ada pada beberapa desah
tersebut sedikit berbeda.

TOPOLOGI BANGUAN LOBO

TANGGA LOBO

 Jumlah tangga satu buah


 Jumlah anak tangga lima buah
 Tangga dari batang kayu bukat yang di pahat
 Pada bagian atas mengecil
 Posisi tangga di tengah bagian depan
Lobo yang dibangun sebelumnya (pada tahun 1908) memiliki dua buah tangga yang
menurut kepercayaan masyarakat setempat salah satunya difungsikan sebagai jalan masuk
mahluk halus.

ATAP LOBO

 Menggunakan atap sirap yang terbuat dari bahan kayu yang dibelah kecil
 Bahan atap terbuat dari kayu (alipaa)
 Bagian yang dilapisi ijuk hanya pada bagian – bagian pinggir atap (panapiri)

LANTAI LOBO

Lantai Bagian Bawah (Daula)

 Pada lantai bawah menggunakan material papan


 Tidak menggunakan paku, hanya menggunakan balok untuk menjepit papan
 Ditengah perkembanganya akhirnya lobo menggunakan paku
 Lebar papan digunakan 25 cm
 Luas lantai 660 X 520 cm

Lantai Atas (Tahu Kanavaria)

 Material yang digunakan terbuat dari kulit kayu dari pohon nibin
 Pengikatnya menggunakan rotan
 Lebar tahu kanavaria 140 cm
Dinding Lobo

Dinding Bawah

 Material yang digunakan berupa kayu yang disusun sebanyak 2 buah


 Sebagian pengikatnya menggunakan rotan
 Tinggi dinding bawah 50 cm
 Panjang dinding kiri depan 210 cm
 Panjang dinding samping kanan dan kiri 530 cm
 Panjang dinding belakang 840 cm

Dinding Atas

 Material yang digunakan adalah papan yang dibilah-bilah


 Sebagian pengikatnya juga menggunakan rotan
 Tinggi dinding atas 50 cm
 Panjang dinding kiri depan 380 cm
 Panjang dinding kiri dan kanan 765 cm
 Panjang dinding belakang 110 cm
 Sebagia penutup dinding tas terdapat kayu bulat yang berfungsi sebagai penahan
tangan orang yang duduk dan dinamakan “rindinukeke”

Ornamen Lobo
Pada desah toro, ornamenya hanya terdapat pada tiang tengah bangunan sebagai simbol
bahwa jika ada yang melakukan pelanggaran dan harus menerima hukuman, dapat diganti
dengan denda seekor kerbau.

Tiang Lobo

 Bentuk tiang secara keseluruhan yaitu lingkatan


 Terdapat perbedaan dimensi antar tiang tengah dan tiang pinggir/tepi
 Struktur tiang tidak menerus ke tanah hanya sampai paada lantai
 Tiang berdiri diatas pondasi yang disusun berupa kayu secara bersilang
 Struktur tiang pada terdiri dari balok jepit yang diikat dengan rotan
 Dimensi tiang tengah yaitu diameter kurang lebih 20 cm
 Diameter tiang pinggir 15 cm
 Tinggi tiang 3 m dari lantai dan balok jepit

Tampak sambungan tiang dan balok dalam struktur atap yang terdapat pada bagian tepi,
dengan menggunakan rotan yang berlapis – lapis sebagai pengikatnya.

Anda mungkin juga menyukai