Penyakit periodontal adalah penyakit peradangan periodonsium kronis dan bentuk
lanjutnya ditandai dengan hilangnya ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar di sekitarnya. Ada sekitar 800 spesies bakteri yang teridentifikasi di rongga mulut 3 dan dihipotesiskan bahwa interaksi kompleks antara infeksi bakteri dan respons pejamu, yang dimodifikasi oleh faktor perilaku seperti merokok, dapat menyebabkan penyakit periodontal
Prevalensi penyakit periodontal, hubungannya dengan penyakit sistemik dan
pencegahannya Penyakit periodontal adalah penyakit peradangan periodonsium kronis dan bentuk lanjutnya ditandai dengan hilangnya ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar di sekitarnya. Menurut theCanadianHealthMeasures Survey 2007-2009, pengukuran kehilangan perlekatan ligamen periodontal dianggap sebagai standar emas dalam melaporkan prevalensi penyakit periodontal. Skor indeks CPI berkisar dari 0 sampai 4 dan menggambarkan kondisi periodontal individu pada tingkat populasi. Skor CPI 0 menunjukkan tidak ada penyakit periodontal; skor 1 berarti perdarahan gingiva saat probing; skor 2 menunjukkan adanya kalkulus dan perdarahan; skor 3 menunjukkan kantong periodontal dangkal 4-5 mm; skor 4 menunjukkan poket periodontal dalam 6 mm atau lebih tinggi.
Faktor Risiko Penyakit Periodontal
A. Faktor Risiko yang Dapat Diubah 1. Merokok Penurunan prevalensi penyakit periodontitis terkait dengan penurunan angka merokok. Perokok 3 kali lebih mungkin menderita penyakit periodontal yang parah dibandingkan bukan perokok. Perokok juga menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kehilangan tulang alveolar dan prevalensi kehilangan gigi yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok. 2. Kebersihan mulut yang buruk kurangnya menyikat gigi yang benar serta tindakan kebersihan mulut lainnya dapat mendorong pengendapan bakteri dan penumpukan plak gigi pada gigi dan gusi yang dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan periodontal. 3. Perubahan hormonal wanita wanita hamil paling sering menunjukkan perubahan gingiva, gingivitis, dan terkadang pertumbuhan jaringan gingiva yang terlokalisasi. Kekurangan estrogen mengurangi kepadatan tulang setelah menopause yang dapat berujung pada kehilangan tulang alveolar dan akhirnya gigi lepas. 4. Diabetes mellitus Cairan sulkus gingiva dan saliva memiliki konsentrasi mediator inflamasi yang lebih tinggi termasuk jenis sitokin yang berbeda di antara pasien diabetes dengan periodontitis dibandingkan dengan individu non-diabetes dengan penyakit periodontal. 5. Pengobatan Beberapa obat (fenitoin, siklosporin, dan nifedipine) dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal jaringan gingiva yang sering mempersulit pencabutan gigi dan semakin memperburuk penyakit periodontal yang ada. B. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi 1. Usia Prevalensi penyakit periodontal yang tinggi terlihat pada populasi lansia. AL (attachment loss) secara signifikan lebih tinggi pada i individu yang berusia antara 60-69 tahun dibandingkan dengan kelompok usia 40-50 tahun. 2. Turun – temurun Berhubungan dengan faktor genetik, faktor lingkungan, dan juga faktor etnis (ras, suku, dan kebiasaan) diduga menjadi salah satu faktor utama periodontitis. Salah satu contohnya adalah ras dan kebiasaan orang – orang tertentu yang terjadi secara turun – temurun.
C. Asosiasi Penyakit Periodontal dengan Kondisi Medis lainnya
1. Penyakit kardiovaskular: menyebabkan peningkatan 19% risiko penyakit kardiovaskular dan peningkatan risiko relatif ini mencapai 44% di antara individu berusia 65 tahun ke atas. 2. Penyakit metabolic: telah dikatakan bahwa penyakit periodontal memperburuk resistensi insulin, suatu kondisi kronis yang berperan dalam patogenesis penyakit metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. 3. Kehamilan : Terkait dengan kejadian kelahiran prematur 4. Artritis reumatoid (RA): individu dengan RA memiliki prevalensi tinggi kerusakan tulang alveolar dan kehilangan gigi yang juga merupakan gejala sisa dari penyakit periodontal. 5. Penyakit pernapasan: mikroorganisme oral dan periodontal terlibat dalam pneumonia bakterial. 6. Penyakit ginjal kronis: individu yang memiliki penyakit ginjal kronis dengan periodontitis memiliki risiko kematian 35% lebih besar dibandingkan dengan pasien ginjal kronis tanpa penyakit periodontal 7. Kanker Risiko: kanker lidah meningkat 5,23 kali lipat dengan setiap milimeter kehilangan tulang alveolar. 8. Penurunan fungsi kognitif: AL (attachment lose) dapat meningkatkan akumulasi amiloid β di otak yang dapat menyebabkan disfungsi kognitif.
Pencegahan Penyakit Periodontal
1. Kebersihan mulut: menyikat gigi secara teratur, dan flossing gigi paling efektif dalam mencegah penyakit mulut dan periodontitis. 2. Diet: pola makan yang buruk dapat berdampak negatif pada jaringan periodontal yang menyebabkan perkembangan penyakit yang cepat, asupan vitamin C yang buruk (Vitamin C dan E memiliki sifat antioksidan yang membantu mengurangi produksi radikal oksigen reaktif yang terbentuk selama proses inflamasi) 3. Penggunaan fluorida 4. Penggunaan agen antimikroba: Klorheksidin, triclosan, obat kumur dan gel digunakan untuk mengendalikan bakteri periodontal serta plak. 5. Penghentian merokok 6. Implementasi kebijakan promosi kesehatan mulut di tingkat lokal, nasional dan internasional dapat membantu mengurangi beban penyakit periodontal secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kesimpulan dan rekomendasi
Penurunan insiden dan prevalensi penyakit periodontal dapat menurunkan penyakit sistemik dan komplikasi yang terkait. Program pencegahan untuk penyakit periodontal harus menggunakan pendekatan risiko umum untuk mengurangi besarnya penyakit kronis lainnya. Penyedia layanan kesehatan harus terbiasa dengan hubungan perio-sistemik dan harus dapat mendiagnosis dan merujuk pasien ke perawatan gigi atau periodontal khusus untuk meningkatkan kualitas hidup pasien