Tradisi Islam Nusantara
Tradisi Islam Nusantara
Sebagai bangsa yang besar yang terdiri dari suku, agama maupun rasnya. Tentu Indonesia
juga mempunyai beragam tradisi dan kebudayaan yang beragam pula. Berbagai tradisi dan
kebudayaan ini tentu ada sejarahnya tersendiri. Mulai dari kapan mulainya, siapa yang
mengawalinya sampai pesan-pesan apa yang terdapat dalam sejarah tradisi atau budaya
yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita.
Sebagai rakyat Indonesia yang beragama Islam, selayaknya kita juga harus tahu apa-
apa saja tradisi dan budaya Islam yang ada nusantara ini. Hal ini harus kita ketahui, agar
supaya kita tidak melupakan tradisi dan budaya tersebut yang disebabkan oleh derasnya
perkembangan tradisi atau budaya dari luar negeri kita yang saat ini berkembang dengan
begitu cepat dan pesat.
Hal ini tentu sangat diperlukan supaya kelak ketika kita sudah tua nanti masih bisa
menceritakan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan sejarah
tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini bagi anak cucu kita kelak. Terlebih lagi, sebagai
rakyat Indonesia yang beragama Islam tentu sangatlah banyak sejarah tradisi dan budaya
yang mana sampai saat ini masih diteruskan oleh generasi umat Islam sekarang. radisi dan
Budaya Islam di Nusantara
Sejarah tentu pastilah ada yang mengawalinya dan bisa saja sejarah tersebut
dirubah, baik itu untuk hal-hal yang negatif atau bisa juga sejarah tersebut dirubah menjadi
sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Begitu pula dengan sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini. Tentunya
ulama-ulama atau sunan-sunan zaman dahulu yang sudah mendalami ilmu-ilmunya sudah
mengetahui berbagai tradisi dan budaya yang ada pada suatu masyarakat. Apakah itu baik
untuk tetap dilakukan oleh suatu masyarakat, atau memang perlu adanya suatu perubahan
dalam tradisi atau budaya tersebut.
Sehingga dengan ilmu-ilmu yang telah mereka dalami para ulama dan para sunan
terdahulu bisa meluruskan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat tersebut serta
digunakannya sebagai sarana dakwah kepada umat yang ada di bumi tercinta ini. Misalnya
di pulau Jawa, yang mana masyarakatnya begitu kental dengan seni dan budaya Jawanya.
Seperti wayang, kemudian musik (gending), seni bangunan, ukiran kayunya, dan lain
sebagainya.
Para ulama dan para sunan terdahulu sering menggunakan tradisi yang sudah
melekat pada suatu masyarakat tersebut, untuk tujuan dakwah. Mereka menyebarkan
agama Islam melalui kesenian-kesenian yang sudah ada, artinya para ulama’ dan para sunan
terdahulu tetap memperhatikan suatu kesenian yang sudah ada, kemudian sedikit demi
sedikit mereka memasukkan ajaran dakwah pada sebuah acara atau kebudayaan tersebut.
Sebagai tambahan, datangnya Islam ke Indonesia ini tentunya juga mempunyai pengaruh
terhadap tradisi dan budaya yang sudah ada sebelumnya. Karena sebelum Islam datang,
Indonesia juga sudah mempunyai tradisi dan budayanya sendiri. Baik itu karena agama-
agama yang sudah ada sebelumnya atau karena memang masyarakat setempat yang waktu
itu memang mengawali tradisi dan budaya tersebut.
Setelah agama Islam datang ke nusantara, tentu bertambah pulalah tradisi
dan budaya yang ada di nusantara ini, meskipun secara berangsur-angsur, tentunya
hal ini juga merupakan bagian penting dari dakwah para ulama-ulama terdahulu
yang memang sengaja mensyiarkan agama Islam ke seluruh pelosok nusantara.
Dari sinilah kemudian tradisi dan budaya tersebut berpengaruh dengan tradisi dan
budaya yang sudah ada sebelumnya.
AGAMA ISLAM • SMP
5. Tradisi Grebeg.
Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebeg
pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan
Hamengkubuwono ke-1. Grebeg dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat
dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di
selenggarakan 3 tahun sekali yaitu: Pertama grebek pasa-syawal
diadakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan
Ramadhan dan Lailatul Qadr. Kedua grebeg besar, diadakan setiap
tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban. Ketiga grebeg
maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid
Nabi Muhammad saw. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan
pesta grebeg adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.
Indonesia kaya dengan budaya dan tradisi yang dilakukan turun-temurun. Beberapa di
antaranya adalah tradisi yang bersifat religi atau keagamaan dan berkembang baik di
nusantara.
Selain untuk memperkuat ukhuwah, tradisi ini juga dianggap sebagai syiar Islam.
Berikut delapan tradisi religi di Indonesia
1. Halalbihalal
Halalbihalal, tradisi khas Indonesia yang lahir dari sebuah proses sejarah. Biasanya
dilakukan pada bulan Syawal atau momentum Hari Raya Idul Fitri. Halalbihalal dilakukan
dengan silaturahmi, saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Meski namanya agak ke
Araban, tapi halalbihalal hanya ada di Indonesia.
2. Tabot atau Tabuik
Tradisi Tabot atau Tabuik merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu. Tabot
dilakukan untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin
Abi Thalib.
Kedua cucu Rasulullah SAW itu gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada 10
Muharram 61 Hijriah (681 Masehi). Perayaan Tabot di Bengkulu dilaksanakan pertama kali
oleh Syeikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeikh
Burhanudin menikah dengan wanita asal Bengkulu yang keturunannya disebut sebagai
keluarga Tabot.
Upacara Tabot biasanya dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahun. Tabot kini
jadi salah satu festival tahunan yang sering digelar di Bengkulu.
3. Sekaten Surakarta
Tradisi Sekaten atau peringatan yang dinamai Maulid Nabi ini dilaksanakan setiap tahun di
Keraton Surakarta, Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Sekaten masih dilestarikan
sebagai wujud untuk mengenang jasa para Walisongo yang telah berhasil menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa.
Sekaten berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat syahadat). Tradisi ini dikenal sebagai
sarana penyebaran agama Islam yang awalnya dilakukan oleh Sunan Bonang.
Upacara Sekaten biasanya menyuguhkan gamelan pusaka dari peninggalan dinasti Majapahit
yang telah dibawa ke Demak.
4. Grebeg
Grebeg salah satu tradisi yang dilakukan di Keraton Yogyakarta. Grebeg pertama kali
diselenggarakan oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Biasanya, tradisi ini dilakukan saat
Sultan mempunyai hajat berupa menikahkan putra mahkotanya. Tradisi Grebeg di
Yogyakarta diselenggarakan setiap 3 tahun sekali.
Grebeg pertama diselenggarakan setiap 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri, kedua Grebeg
besar biasanya diadakan setiap 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha. Sementara Grebeg
Maulud diselenggarakan pada 12 Rabiul Awal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW.
5. Grebeg Besar Demak
Tradisi Grebeg Besar salah satu upacara tradisional yang selalu diadakan setiap tahun di
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Grebeg besar dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah yang
bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
6. Kerobok Maulid di Kutai
Tradisi Krobok Maulid salah satu upacara yang berasal dari Kedaton Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Kerobok berasal dari bahasa Kutai yang berarti berkerubunan atau
berkerumun. Kerobok Maulid biasanya dipusatkan di halaman Masjid Jami' Hasanuddin,
Tenggarong dalam rangka Maulid Nabi Muhammad pada tiap 12 Rabiulawwal.
Tradisi ini biasanya diawali dengan pembacaan zikir barzanji. Kemudian diisi dengan
persembahan dari Keraton Sultan Kutai serta prajurit Kesultanan yang membawa usung-
usungan berisi kue tradisional, bunga rampai dan astagona.
7. Rabu Kasan
Rabu Kasan salah satu tradisi yang sering dilaksanakan di Desa Air Anyer, Kecamatan
Merawang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung. Biasanya dilakukan tiap Rabu akhir bulan
Safar. Warga menyiapkan ketupat, air dan makanan untuk dimakan. Mereka juga berdoa
memohon perlindungan Allah dan dijauhkan dari bala atau musibah.
8. Dugderan Semarang
Dugderan, salah satu tradisi masyarakat Semarang, Jawa Tengah dalam menyambut atau
memeriahkan masuknya bulan Ramadan. Sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Festival
dugderan dilakukan dengan memukul bedug atau membuat bunyi-bunyian seperti membakar
mercon menjelang masuknya waktu salat magrib atau masuknya 1 Ramadan.
Watak agama sesungguhnya adalah sebagai perekat solidaritas sosial
karena nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan di dalamnya. Sudah tentu,
agama berasal dari tradisi yang dimodifikasi oleh para pembawa pertamanya
disesuaikan dengan apa yang dia yakini berasal dari perintah Tuhan.
Seorang pembawa ajaran agama (nabi) mulanya menganggap agama
adalah persoalan individual, karena jelas apa yang dimaksud oleh perintah
Tuhan hanya dipahami dan dijalankan oleh seseorang yang dipilih-Nya untuk
menjadi penyebar agama kepada masyarakatnya.
Kemunculan sebuah "agama baru" dalam masyarakat tidak mungkin
menjauhkan diri dari beragam tradisi atau nilai-nilai kemasyarakatan yang
dianut. Agama selalu mengikuti dan menyesuaikan dengan berbagai tradisi
yang ada dan bukan memberangusnya sama sekali. Dengan demikian,
agama adalah cerminan dari tradisi masyarakat itu sendiri dan secara lebih
sederhana, agama adalah warisan tradisi bukan sebaliknya.
Islam sebagai agama setelah dibawa oleh Nabi Muhammad
merupakan agama baru dibanding agama-agama kuno lainnya, seperti
Nasrani atau Yahudi. Islam lahir dari sebuah kondisi kebodohan (jahiliyah)
bangsa Arab, dan hampir-hampir waktu itu bangsa Arab tidak mempunyai
peradaban sama sekali. Situasi kekacauan masyarakat yang barbar,
nomaden, penuh dengan kekerasan, tak bermoral adalah ciri utama bangsa
Arab sebelum Islam, kemudian mendorong seseorang bernama Muhammad
mulai peduli untuk memperbaiki "kerusakan total" lingkungan
masyarakatnya.
Muhammad pada awalnya mengisi hari-hari kehidupannya dengan ber-
tahannuts atau berada dalam ruang-ruang keheningan yang sepi dari hiruk-
pikuk masyarakat, berdoa dan memohon kepada Tuhan agar kondisi carut-
marut bangsanya dapat segera terselesaikan. Muhammad seringkali
menyepi di sebuah bukit yang bernama Jabal Nur, beberapa kilometer dari
pusat kota Mekkah untuk sekadar menjauhi keramaian masyarakat Arab.
Masa Nabi Muhammad sudah dikenal istilah "agama" atau dalam bahasa
Arab "ad-diin", dan seluruh masyarakat Arab berbaur dalam nuansa
perbedaan keyakinan dan agama, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat tradisi di
antara mereka. Agama tetap dianggap sebagai warisan dari tradisi nenek
moyang mereka yang tetap dipegang-teguh tanpa adanya paksaan atau
tekanan dari kelompok-kelompok agama lainnya. Oleh karena itu, seorang
ahli bahasa dan antropolog Arab, Ibn al-Mandzur (1232 M) menyebut bahwa
istilah "ad-diin" yang berarti "agama" mengacu pada "suatu adat atau tradisi
yang diikuti" (ad-ddinu huwa al-'aadatu wa as-sya'n).
Agama dan tradisi atau budaya kemudian menjadi pola hidup yang "bernilai"
di tengah masyarakat karena mampu merekatkan kehidupan sosial secara
lebih harmonis. Kita tentu sadar dan tahu bahwa sejarah bangsa Indonesia
sejak dulu tidak pernah ada sama sekali pertentangan soal keberagamaan
yang dihadapkan dengan tradisi. Agama tidak pernah sama sekali menjadi
sekat dalam kehidupan sosial, tetapi agama justru mampu menjadi perekat
tradisi yang "berserakan". Masyarakat beragama tentu saling menghormati
dan menghargai perbedaan tradisi yang ada tanpa harus
mempertentangkannya.
Masyarakat tidak perlu belajar secara mendalam soal agama dari kitab-kitab
keagamaan yang tersedia, mereka cukup mendengar dan
mentaati pitutur para kiai kampung atau ulama setempat tentang bagaimana
bersosialisasi secara baik dengan masyarakat. Cermin masyarakat terdahulu
adalah soal ketaatan mereka terhadap tradisi dan agama, sehingga
beragama benar-benar dipahami sebagai keyakinan yang melekat secara
pribadi ke dalam hati masing-masing pemeluknya, tidak diungkapkan
menjadi "perbedaan" tatkala berada dalam lingkungan masyarakat.
Hal itu selaras bahwa agama pada awalnya adalah masalah individual,
seperti Islam yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad
bercorak "individualistik". Islam secara individu lebih dahulu dipahami dan
diaplikasikan oleh diri Nabi sendiri, sebelum kemudian menjadi bersifat
sosial, ketika agama itu menyebar dan diyakini menjadi "tradisi" oleh
sebagian masyarakat. Persoalan baru muncul justru ketika agama
bersentuhan dengan realitas sosial, karena persoalan yang tadinya individual
kini berubah menjadi entitas sosial sehingga butuh sebuah kebijaksanaan
agar agama tetap berfungsi menjadi perekat dan penguat ikatan-ikatan
sosial.
Bukankah Nabi Muhammad juga sama, mengikuti agama Ibrahim dan tidak
pernah mempersoalkannya? Bahkan Nabi Muhammad bangga dengan
agama yang diwariskan Ibrahim dan menolak ajakan untuk mengikuti agama
Yahudi dan Nasrani yang ditawarkan kepadanya (Lihat misalnya, Surat Al-
Baqarah: 135).
Saya muslim, dan saya beragama karena warisan dari orangtua saya, dan
terus-menerus dari keturunan yang di atasnya hingga sampai kepada Nabi
Muhammad, dan puncak tertinggi adalah agama warisan dari Nabi Ibrahim.
Agama dan tradisi atau budaya jelas tak mungkin dipisahkan karena selalu
"menyesuaikan", dan berakulturasi dalam ruang hidup kemanusiaan. Hampir
dipastikan seluruh agama bermuara pada nenek moyang yang sama, dan
masing-masing diyakini sebagai kebenaran oleh para pemeluknya.
Tuhan pun tidak pernah membedakan manusia karena agama, justru yang
ada adalah perbedaan kesukuan, kekelompokan dan kebangsaan sehingga
manusia dapat saling mengenal (ta'aruf). Agama bukan menjadi "sekat"
dalam kehidupan sosial, apalagi keluar dari "sunnatullah"-nya, sebagai
perekat dan pemersatu realitas sosial secara turun-temurun.
5. Mabbaca-baca
TIDAK kalah unik, ada tradisi masyarakat Dusun Macera, Desa Mammi,
Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, setiap mengawali
puasa yang dikenal dengan nama mabbaca-baca.
Dalam ritual tradisi ini, warga menyajikan nasi ketan, kari ayam, telur, dan
aneka buah segar, serta membakar pallang atau lilin tradisional yang terbuat
dari kapas dan biji kemiri.
Pallang dinyalakan di empat penjuru mata angin, juga dipasang di halaman
rumah, dan disusun di atas tangga. Bahkan, pallang dibakar pula di tempat
penyimpanan beras dan pusat kegiatan keluarga dalam satu rumah.
Lilin yang dibakar angkanya wajib berjumlah ganjil, misalnya 7, 9, 11, dan
seterusnya. Selama dibakar, lilin tidak boleh padam. Warga harus tetap
menjaganya hingga betul-betul padam karena habis terbakar.
Tradisi ini merupakan ungkapan doa agar pemilik rumah diberi petunjuk dan
kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa yang penuh dengan ujian
kesabaran dan kejujuran.
Sejak Rabu (16/5/2018) siang sampai menjelang malam, warga sudah mulai
sibuk di dapur untuk mempersiapkan berbagai makanan yang akan disajikan,
seperti opor ayam, pisang, nasi beras ketan, dan telur.
Sebelum makanan dan buah manis disantap bersama keluarga, sajian ini
terlebih dahulu didoakan oleh khatib atau imam masjid setempat.
“Mabbaca-baca ini merupakan ungkapan doa agar seisi rumah bisa sehat,
kuat, dan mendapat berkah selama menjalankan ibadah puasa,” jelas Wiwi,
ibu rumah tangga Dusun Macera, Polewali Mandar, kepada Kompas.com.
Wiwi mengaku sejak siang sudah sibuk mempersiapkan berbagai keperluan
ritual menyambut Ramadhan.
"Tradisi ini dilakukan sebelum melaksanakan ibadah shalat tarawih," kata dia
TRADISI ISLAM NUSANTARA
BAB I
PENDAHULUAN
TRADISI ISLAM NUSANTARA
A.Pendahuluan
Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut
agama Hindu Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam
harus menyesuaikan diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang
sudah dianut daerah tersebut.
Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Prose ini
menghasilkan budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan
budaya Islam. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda,
oleh karena itu proses akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di
setiap daerah terdapat perbedaan.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang diperkirakan telah
berlangsung selama tiga belas abad, menunjukkan ragam perubahan pola,
gerakan dan pemikiran keagamaan seiring dengan perubahan sejarah
bangsa. Keragaman demikian juga dapat melahirkan berbagai bentuk studi
mengenai Islam di negeri ini yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Islam dilihat dari perkembangan sosial umpamanya, hampir dalam setiap
periode terdapat model-model gerakan umat Islam. Sebagaimana terjadi
pada zaman atau periode modern dan kontemporer yang mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Tradisi Islam nusantara adalah sesuatu
yang menggambarkan suatu tradisi Islam dari berbagai daerah di Indonesia
yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.Sholawat Nabi
Sholawat Nabi yaitu Do’a puji pujian yang di tunjukan kepada Nabi
Muhammad SAW, contohnya adalah sholawat badar yang di iringi dengan
musik yang di lantunkan oleh salah satunya yaitu Majelis Rosululloh. Adapun
ciri-cirinya Sholawat Nabi :
a) Menggunakan alat musik Rebana.
b) Adanya sholawat yaitu do’a dan puji pujian kepada Rosullulloh.
c) Penataan nadanya bernuansakan islam.
d) Sholawatan biasanya terdapat di dalam kitab Barjanji.
Sholawat Burdah
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Aming tada kurijii roni bidii salami
Majad tada azaro min muklati bidami
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Amm habati rihumi tilkoo ikodimati
Waawmadol bar kupi dholmaaimin idhomi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Pamaa liai naika ingkultak pupaa hamat
Wamaa likolbika ingkultas tapik yahimi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Ayahsabu Shobu annalhubba mungkatimun
Maa bai na mung sajimimminhu wamuddorimin
4.Santriswaran
Santriswaran berasal dari lingkungan keraton Surakarta dan sekitarnya,
Santriswaran merupakan salah satu Grup musik yang menggunakan alat
musik terbang, kendang dan kemanak. Nada yang di gunakan mengikuti
tangga nada seledro. Penabuh musik sekaligus sebagai penyanyi. Syair lagu
yang di nyanyikan memuat ajaran islam san budaya jawa yang di sisipi
dengan Sholawat Nabi.
5.Tari Zapin
Tari zapin bisa kita temukan di Riau. Tari ini diiringi irama gambus, yang
diperagakan oleh laki-laki yang berpasangan dengan mengenakan sarung,
kemeja, kopeah hitam dan songket dan ikat kepala lacak/destar. Tari ini
dipentaskan pada saat acara upacara pernikahan, khitanan dan hari raya
islam
6.Tari seudati
Berasal dari Aceh umumnya diperankan oleh laki-laki dengan menari dan
membuat bunyi tabuhan dengan alat music tubuh mereka sendiri, sewaktu
menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertakan jari-jarinya.
7.Suluk
Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa maupun arab yang berisi
pandangan hidup orang jawa. Serat wirid adalah tulisan pujangga jawa yang
berisi bacaan-bacaan baik jawa maupun arab yang dibaca berulang-ulang.
8.Gembyung
Seni ini merupakan pengenvbangan dari kesenian terbang yang hidup di
lingkungan pesantren. Konon kesenian terbang itu salah satu jenis kesenian
yang di pakai sebagai media penyebaran Agama Islam di daerah Cirebon
sekitarnya. Kesenian Gembyung ini biasa di pertunjukan pada upacara-
upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan lahirnya Nabi atau di
sebut juga dengan Muludan, Rajaban dan kegiatan 1 Syuro yang di gelar di
sekitar tempat ibadah. [4]
12. Wayang
Salah satu budaya Jawa hasil akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita
pewayangan diambil dari kitab Ramayana dan Bharatayudha. Setelah terjadi
akulturasi dengan Islam tokoh-tokoh dan cerita pewayangan diganti dengan
cerita yang bernuansa Islam. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai
tontonan, tetapi juga tuntunan karenasarat dengan pesan-pesan moral yang
menjadi filsafat hidup orang Jawa.
1.Penanggalan hijriyah
Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak langsung membawa
pengaruh pada sistem penanggalan. Agama Islam menggunakan perputaran
bulan, sedangkan kalender sebelumnya menggunakan perputaran matahari.
Perpaduan antara penanggalan Islam dengan penanggalan jawa adalah
sebagai berikut:
2.sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama
kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama
Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali
Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi
tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi
dengan membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut
dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.
Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak
dari acara sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung
setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya,
siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak dari
gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya.
Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.
3.Selikuran
Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21
Ramadhan. Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton
Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari kata selikur atau dua puluh
satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut datangnya malam lailatul
qadar, yang menurut ajaran Islam lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan
ramadhan.
4.Suranan
Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan
tersebut masyarakat berziarah ke makam para wali. Selain itu mereka
membagikan makanan khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda
syukur kepada Allah swt. [6]
5.Muludan
Muludan merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya Nabi
Muhammad SAW, yang lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud, biasanya di
bulan Robiul awal banyak yang memperingati hari lahir nya rosullulloh seperti
membaca Barzanzi,Sholawatan . Muludan juga di gunakan Sultan untuk
berkomnikasi dengan rakyatnya dan untuk mensyukuri berkah kepadahan
Tuhan.
6.Grebeg
Upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada
masyarakat berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta
mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 dalam 1 tahun, yaitu Grebeg
Syawal pada saat Hara Raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada Hari Raya Idul
Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di sebut juga dengan sekaten. Sekaten
yaitu mengarak sedekah dari raja yang berupa makan, sayur, buah-buahan
dari kediaman raja ke masjid Agung untuk kemudian di bagikan kepada
pengunjung dan rakyat.
Grebeg Besar Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari
pondopo Kabupaten Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah
Kadilangu. Sewlain Kirab dalam acara tersebut juga di laksanakan memcuci
barang pusaka peninggalan Suanan Kalijaga, Grebeg Besar di lakukan pada
tanggal 10 Djulhijah.
7.Megengan
Upacara menyambut Bulan Suci Romandan Oleh Bupati dan rakyat
Semarang( jawa tengah ). Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug
yang ada di masjid sebagai tanda jatuh nya tanggal 12 Romadon di mulainya
berpuasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah Kudus dan
Semarang.
8.Syawalan
Kegiatan silahturahmi kepada semua umat manusia (muslim) setelah
melaksanakan Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling maaf memaafkan atas
segala kesalahan yang telah di perbuatnya. Pada tradisi tersebut
berlangsung hingga beberapa hari, Bahkan ada yang di ramaikan pada hari
ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran Ketupat.
9.Akekah
Upacara di mana setelah anak lahir atau setelah berumur 7 hari biasanya di
akekahi dengan menyebelih kambing atau domba, kalau anak laki laki
bagusnya 2 kambing atau 2 domba, sedangkan anak perempuan di
perbolehkan satu, setelah proses penyebelihan itu daging akekah nya di
bagi kan pada masarak sekitar atau di hidangkan untuk upacara pemberian
nama. Dan pembacaan Barzanzi atau di sebut juga Marhabaan. [7]
BAB III
KESIMPULAN
E.Kesimpulan
Seni adalah penggunaan imajinasi manusia secara kreatif untuk menikmati
kehidupan. Seni budaya lokal yang benapaskan islam tersebut adalah hasil
para juru dakwah dimasa lalu yang kreatif, dimana para juru dakwah mencari
akal bagaimana supaya masyarakat yang sebelumnya masih kuat
memegang adat dan budaya sebelumnya beralih ke agama islam tanpa
menyinggung perasaan adat budaya sebelumnya yaitu hindu budha. Kita
perlu menghargai dan melestarikan seni budaya adat yang bernafaskan
islam, sepanjang tidak membawa dampak negative bagi aqidah keislaman
dan tidak mengakibatkan syirik dan penyimpangan ajaran.
Tradisi-tradisi islam nusantara sangat banyak sekali macam dan bentuknya,
disini pemakalah membagi menjadi dua bagian yaitu:
1.Seni dan Budaya Nusantara bernafaskan islam yakni seperti: Musik
Gambus dan Rebana, Sholawat Nabi , Japin Bujang Marindu dan Japin
Hadrah, Santriswaran, Tari Zapin, Tari seudati, Suluk, Gembyung, Seni
Arsitektur Keraton dan Kasultanan, Makam atau Nisan, Bentuk Arsitek
bangunan Masjid, Surau, Langgar khas Indonesia, Wayang, Gamelan
Sekaten.
2.Tradisi Upacara Adat yang Bernafaskan Islam yakni seperti: Penanggalan
hijriyah, Sekaten, Selikuran, Suranan, Muludan, Grebeg , Megengan,
Syawalan, Akekah.
Seni budaya dan tradisi di nusantara diatas masih dipakai sampai pada saat
sekarang ini. Seperti didaerah-daerah pedesaan, namun semuanya ini
sudah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.