Nomor:
TENTANG
KEBIJAKAN KOORDINASI ANTAR UNIT PELAYANAN DAN TRANSFER
INFORMASI ANTAR DPJP DI RS WISMA RINI
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Pertama : Keputusan Direktur RS Wisma Rini tentang Kebijakan Koordinasi Pelayanan dan
Transfer informasi di RS Wisma Rini
Kedua : Setiap dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien di RS Wisma Rini harus
berkoordinasi dengan profesi lain atau unit lain demi terlaksananya kesinambungan
pelayanan, keselamatan dan kesembuhan pasien
1
Ketiga : Dalam melaksanakan koordinasi dan transfer informasi antar profesi atau
antar unit, RS Wisma Rini harus mengacu pada Kebijakan sebagaimana
terlampir dalam surat keputusan ini.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 25 Juli 2010
RS. Wisma Rini
2
Lampiran Surat Keputusan Direktur RS WISMA RINI
Nomor :
Tanggal : 25 Juli 2010
I. PETUNJUK UMUM
Koordinasi dan transfer informasi di RS Wisma Rini dilaksanakan secara tertulis,
didokumentasikan pada berkas rekam medis, menggunakan bahasa Indonesia, ditulis
dengan tulisan jelas dan dapat dibaca oleh penulis maupun orang lain. Hindari penggunaan
huruf, lambang, istilah yg dapat mengakibatkan interpretasi berbeda.
Pada kondisi tertentu dimana transfer informasi tidak dapat dilaksanakan tertulis, maka
dapat dilaksanakan secara lisan dengan catatan:
a. Penyebutan nama harus diulang atau dieja terutama nama yang mirip ucapannya
b. Penyebutan bilangan, angka, dosis dan besaran ukuran diucapkan dua kali dan
penerima pesan harus menirukan.
c. Penerima pesan harus menuliskan pada dokumen rekam medis, dibubuhi tanggal
dan paraf dan nama pemberi pesan
Permintaan pendapat (second opinion) adalah upaya memperoleh informasi dari dokter
lain dengan kompetensi sama atau berbeda terhadap suatu kasus. Permintaan pendapat
dimungkinkan berasal dari inisiasi dokter, pasien atau kedua belah pihak.
3
II. TRANSFER INFORMASI DOKTER DENGAN PERAWAT/BIDAN
Transfer informasi antar dokter dengan perawat/bidan dilaksanakan secara tertulis, berupa
instruksi kerja dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa lain yang dapat
dipahami, didokumentasikan pada rekam medis.
Pada kondisi dimana tidak memungkinkan transfer informasi dilaksanakan secara tertulis,
dapat dilaksanakan secara lisan dengan memperhatikan petujuk umum.
Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 25 JuliH 2010
RS. Wisma Rini
4
RUMAH SAKIT KOORDINASI PELAYANAN DAN TRANSFER INFORMASI ANTAR
WISMA RINI DPJP DALAM PROGRAM KESELAMATAN
PASIEN RS. WISMA RINI
5
1. Komite Medis
UNIT TERKAIT 2. Bidang Keperawatan.
3. Instalasi Rawat Inap .
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi rekam Medik
6
RUMAH SAKIT ALUR DAN TATA LAKSANA KOORDINASI PELAYANAN
WISMA RINI (PERPINDAHAN PASIEN) DAN TRANSFER INFORMASI ANTAR DPJP
DAN ANTAR UNIT PELAYANAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur 1. Serah terima pasien antar ruangan atau rujukan dilakukan secara tertulis
2. Setelah terdaftar di tempat pendaftaran, pasien mendapat catatan medik
(rekam medik) dari petugas rekam medis untuk dilayani di ruangan poliklinik
atau ruang rawat inap.
3. Pemeriksaan laboratorium dengan membawa surat permintaan dari dokter dan
hasil pemeriksaan ditulis dilembar hasil.
4. Pemeriksaan radiologi dengan membawa surat permintaan pemeriksaan dari
dokter, hasil pemeriksaan radiologi ditulis di lembar hasil pemeriksaan
radiodiagnostik.
5. Pengambilan obat dilakukan melalui lembar resep dari dokter
6. Perpindahan pasien dari poliklinik atau IGD ke rawat inap disertai oleh
catatan medik dan instruksi dokter.
7. Konsultasi dokter dilakukan secara tertulis, dalam keadaan gawat darurat boleh
dilakukan secara lisan namun disusulkan dengan menulis dalam rekam medis
7
8. Sewaktu pulang, pasien mendapat penjelasan tertulis tentang rencana tindak
lanjut dirumah dan biaya yang harus dibayarkan ke kasir.
9. Apabila dirujuk, pasien membawa surat rujukan.
8
RUMAH SAKIT KOORDINASI PELAYANAN DAN TRANSFER INFORMASI
WISMA RINI ANTAR TENAGA PROFESI DAN ANTAR UNIT PELAYANAN UNTUK
MENDUKUNG PROGRAM KESEMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Pengertian 1. Transfer Informasi adalah kominikasi tertulis memuat proses pelayanan pasien
yang dilakukan antar DPJP dan antar profesi kesehatan (konsul
permintaan pendapat, second opinion).
2. Koordinasi adalah pengaturan tentang bagaimana hubungan fungsional antar
penanggung jawab pelayanan diatur dalam kaitannya dengan pelaksanaan
program keselamatan pasien termasuk fungsi dan tanggung jawab profesi
kesehatan (Rawat Bersama antar DPJP, rujuk antar DPJP).
1. DPJP menulis semua catatan dan dokumen pasien pasien dalam rekam medis
Prosedur 2. Semua petugas kesehatan yang memberikan pelayanan langsung pada pasien
mencatat dengan lengkap, akurat dan benar dalam rekam medis sehingga
memungkinkan transfer informasi secara tertulis
3. Koordinasi pelayanan (Pengaturan hubungan fungsional antar DPJP dan antar
DPJP dan petugas yang memberikan pelayanan langsung pada pasien) sbb:
a. Disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelaikan sumber daya pada
seluruh tahap pelayanan secara sinambung sehingga transisi antar pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar
b. Mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan
primer, rujukan, keperawatan, konsultasi, dukungan keluarga, pelayanan
sosial dan tindak lanjut lainnya
9
4. Transfer informasi (konsultasi atau second opinion) yang dilakukan secara lisan
seperti melalui tilpon atau mendidik pasien dicatat dalam rekam medis
5. Serah terima pasien antar ruangan atau merujuk antar DPJP atau keluar sarana
pelayanan dilakukan secara tertulis.
10
RUMAH SAKIT PEMILIHAN DPJP UTAMA DALAM PROGRAM
WISMA RINI KESELAMATAN PASIEN
PENGERTIAN Pemilihan DPJP Utama adalah penentuan koordinator DPJP untuk memimpin
asuhan medis yang dilakukan oleh beberapa DPJP sesuai kebutuhan pasien.
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam asuhan medis pasien yang karena kondisi kesehatannya
memerlukan sekaligus beberapa DPJP untuk rawat bersama.
2. Untuk memaksimalkan asuhan medis sesuai standar
3. Untuk meningkatkan kepuasan pasien
4. Untuk mempermudah koordinasi pelayanan
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang dirawat di RS berhak memilih DPJP untuk memberi
asuhan medis sesuai dengan penyakitnya
2. Bila kondisi kesehatan pasien memerlukan asuhan bersama, maka DPJP
Utama ditentukan berdasarkan hal-hal berikut:
a. berdasarkan atas kasus penyakit yang sulit dan berat yang mengancam
yang jiwa pasien
b. berdasarkan keluhan utama pasien
c. Atas permintaan pasien sendiri.
3. Bila dalam perjalannya kondisi pasien menjadi lebih dominan dengan bidang
spesialistik lainnya maka DPJP Utama pertama harus mengalihkan asuhan
pasien pada bidang spesialistik yang sesuai untuk mejadi DPJP Utama
berikut atas persetujuan pasien
4. Setelah DPJP Utama dipilih, maka koordinasi pelayanan dilaksanakan
sesuai dengan rencana asuhan bersama.
11