Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LANDASAN TEORITIS
A. Deskripsi Teori
1
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, UMM Press, Malang, 2005, hlm. 146
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Op. Cit., hlm. 174
3
Agus Suprijono, Cooperative Learning. Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2015, Cet. XIV, hlm. 73
10
11
4
Rusman, Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja
Grafindo Persada, Depok, 2013, hlm. 203
5
Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan. Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, Cet. 2, hlm. 35
6
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Op. Cit., hlm. 68
12
7
Ibid., hlm. 68
8
Ibid., hlm. 68
9
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Op. Cit., hlm. 175
13
10
Agus Suprijono, Cooperative Learning. Teori & Aplikasi PAIKEM, Op.Cit, hlm. 84
14
11
Suryono, Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2015, Cet. 1, hlm. 125
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
1994, hlm. 759
15
13
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 45
14
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1996, hlm. 23
15
S Nasution, Didaktis Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 89
16
16
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,Op. Cit.,, hlm. 44-45
17
Ibid., hlm. 45
18
Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 329
17
19
Ibid. hlm. 330
20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2009, hlm. 61
19
21
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 172-173
20
Bentuk keaktifan
No Keterangan
belajar siswa
22
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,Op. Cit., hlm. 40-41
21
1) Faktor Individual
a) Aspek fisiologis
23
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, TT, hlm. 94-95
24
Ibid., hlm. 95
25
Ibid., hlm. 96
23
d) Bakat belajar
e) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan dan gairah anda yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas belajar seseorang
dalam bidang studi tertentu. misalnya seseorang yang menaruh
minat besar terhadap mata kuliah ilmu falak akan banyak
memusatkan perhatiannya pada mata kuliah ini daripada
matakuliah lainnya. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang memungkinkan ia belajar lebih giat dan
berprestasi pada bidang tersebut.28
f) Motivasi siswa
26
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik) , Pustaka Setia,
Bandung, 2010, Cet. 3, hlm. 72
27
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Setia, Bandung, 2013,
hlm. 180
28
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Op. Cit., hlm. 99
29
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, Kalimedia, Yogyakarta, 2016, Cet. 1, hlm. 94
30
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 132
24
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri peserta didik.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa
yaitu:
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi, dan
teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangat belajar. Para
guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik
dan memperlihatkan perilaku dan teladan yang baikdan rajin,
khususnya dalam hal belajarr, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.31
b) Lingkungan nonsosial
c) Faktor struktural
31
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Op. Cit., hlm. 101
32
Ibid., hlm. 101
33
Ibid., hlm. 102
25
a. Pengertian Fiqih
Menurut bahasa fiqih berasal dari kata يفقه –فقها- ( فقهfaqiha-
yafqahu-fiqhan) yang berarti “mengerti atau faham”.34 Secara etimologis
artinya memahami sesuatu secara mendalam, adapun secara terminologis
fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diperoleh
dari dalil-dalil yang rinci.35 Dari sinilah ditarik perkataan fiqih yang
memberi pengertian kepahaman dalam hukum syari’at yang sangat
dianjurkan oleh Allah dan rasul-Nya. Jadi ilmu fiqih ialah suatu ilmu
yang mempelajari syari’at yang bersifat amaliah (perbuatan) yang
diperoleh dari dalil-dalil hukum yang dita’rifkan ahli ushul, akan dapat
diketahui mana yang disuruh mengerjakan dan mana pula yang dilarang
mengerjakannya. Dan mana yang haram dan yang halal, mana yang sah
dan mana yang bathil dan mana pula yang fasid, yang harus diperhatikan
dalam segala perbuatan yang disuruh harus dikerjakan dan yang dilarang
harus ditinggalkan.
34
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Sinar
Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 1
35
Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MABuku Daros, STAIN Kudus,
Kudus, 2011, hlm. 2
26
36
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 53
28
2. Al-Hadits (sunnah)
Menurut bahasa ialah jalan, peraturan, sikap dalam bertindak. Syekh
Jalaluddin Sayuti dalam kitabnya yang bernama “Itqon fi ulumil
Qur’an” yang mengutip ucapan Juwaini yang dikenal dengan Imamul
Haramain mengatakan bahwa sunah termasuk wahyu dari segi makna
bukan dari segi lafalnya.39
37
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, Cet. 4, hlm. 1
38
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996, hlm. 3
39
Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm. 63
29
3. Ijma’
4. Qiyas
Qiyas berasal dari kata qasa,yaqisu,qaisan,: mengukur dan ukuran,
kata Qiyas diartikan ukuran atau sutan, timbangan dan lain–lain yang
searti dengan itu, atau pengukuran sesuatu dengan yang lainya atau
penyamaan sesuatu dengan yang sejenisnya. 41
َّ قاس
ِ ِِالشيءِبغيره ِاو ِعلىِغيره
40
Ibid., hlm., 65
41
Beni Ahmad Subaeni dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm.
174
30
tersebut, maka seorang guru dituntut agar cermat memilih dan menetapkan
metode yang tepat kepada anak didik.42
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan
mengaplikasikan sebuah metode pengajaran. Seperti: tujuan yang hendak
dicapai, kemampuan guru, anak didik, situasi dan kondisi pengjaran di
mana berlangsung, fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, kebaikan
dan kekurangan sebuah metode.43
42
Ibid., hlm. 40
43
Muhammad Ibnu Qosim, Syarah Fathul Qorib, Maktabah Alawiyah, Semarang , 2002,
hlm. 3
31
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari kemampuan guru
untuk mengembangkan model pembelajaran yang ada. Model pembelajaran
hendaknya berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara
maksimal di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Penggunaan
model pembelajaran yang tepat dapat mendorong berkembangnya potensi yang
dimiliki siswa dan mereka akan lebih aktif dalam proses pembelajaran serta
dapat mencapai tujuan belajar.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Komprehensif (MPKTK) dapat
membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan,
menemukan dan memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam materi
pembelajaran dan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Dalam model
kooperatif tipe komprehensif guru harus konsisten untuk melaksanakan
prosedur yang telah ada dalam pembelajaran, guru harus kreatif, inovatif, dan
aktif dalam menghidupkan suasana kelas dan perlu adanya kerja sama antara
guru dan siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan
maksimal.
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Keaktifan Belajar Siswa
Komprehensif
(MPKTK)
32
D. Hipotesis Penelitian
44
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 67-68