Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

PENGARUH RENDAM AIR GARAM EPSOM HANGAT TERHADAP NYERI


SENDI KLIEN GOUT ARTHITHIS DI UPTD PUSKESMAS GUBUG 2
KABUPATEN GROBOGAN

Oleh :
Soviana Hapsari1, Suryani2, Sutiyono3

1. Mahasiswa Stikes An Nur Purwodadi, email: sovianahapsari98@gmail.com


2. Dosen Stikes An Nur Purwodadi, email :suryanilatifa@gmail.com
3. Dosen Stikes An Nur Purwodadi, email : ono@unan.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang; Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh yang timbul jika
terdapat jaringan yang rusak, sehingga menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan nyeri. Prevalensi penyakit gout arthithis dan angka kekambuhannya
terus meningkat. Kekambuhan gout arthithis biasanya di sertai dengan nyeri sehingga
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan nyeri tersebut. Terapi rendam air hangat
garam epsom dapat menjadi salah satu terapi non farmakologi yang dignakan untuk
menurunkan skala nyeri.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Rendam
Air Garam Epsom Hangat Terhadap Nyeri Sendi Klien Gout Arthithis Di UPTD
Puskesmas Gubug 2 Kabupaten Grobogan.
Metode: metode penelitian ini menggunakan quasy eksperimen dengan pre-test and
post-test with control group design. Pengambilan sampel menggunakan metode
Probability Sampling dengan Random sampling atau sampling acak yang memenuhi
kriteria inklusi dan eklusi. Jumlah sample penelitian ini sebanyak 30 responden.
Hasil: Data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, uji statistik untuk pengaruh
menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai p = 0,005 (<0,05).
Kesimpulan: Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan
terapi rendam air garam epsom hangat terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dan
sesudah pemberian terapi. Didapatkan hasil hasil nilai p value 0,005 < signifikan 0,05
dapat diartikan Ha : diterima dan H0 : ditolak, yang berarti ada pengaruh pemberian
rendam air garam epsom hangat terhadap nyeri sendi klien gout arthithis di UPTD P
uskesmas Gubug 2 Purwodadi.
Keyword: nyeri gout arthithis, kontras bath, epsom salt

PENDAHULUAN
Gout merupakan penyakit peningkatan asam urat pada seseorang yang ditandai
meningginya kadar asam urat dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl Fandi (2014). Penyakit gout
merupakan akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraselular. Kasus gout banyak terjadi di dunia.

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
111
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

Data World Health Organization (2016) dilaporkan prevalensi gout arthitis di


dunia adalah 13,6% pria dan 6,4% perempuan. Pada tahun 2015 jumlah penderita gout
arthitis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi
WHO (2015).
(Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018) prevalensi
penyakit sendi di Indonesia adalah 6,1% laki-laki dan 8,5% perempuan. (Laporan Provinsi
Jawa Tengah Riskesdas 2018 i, 2018) prevalensi penyakit sendi di Jawa tengah adalah
5,69% laki-laki dan 7,83% perempuan. Data jumlah kunjungan pasien gout arthithis di
UPTD Puskesmas Gubug 2 bulan Februari terdapat 27 pasien, bulan Maret 30 pasien dan
bulan April 33 pasien, jumlah tersebut terus terjadi peningkatan Hal ini merupakan pola
hidup yang tidak baik, yang nantinya berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan
menurunkan kualitas hidup dari masing-masing penderita.
Kadar normal asam urat dalam darah adalah 7,0 mg/dl pada laki-laki dan 5,7 mg/dl
pada perempuan Sari (2018) . Kadar asam urat dalam urine 24 jam adalah 1000 mg/dl.
Pada kondisi tertentu dapat menyebabkan penumpukan atau kelebihan asam urat dalam
darah, dari penumpukan inilah dapat menimbulkan atau memicu rasa nyeri yang hebat
pada penderita gout arthitis Setiawan (2017).
Nyeri adalah suatu perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
dimana hal ini berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan yang potensial ataupun
aktual (International Association for the study of pain (IASP) 1979 dalam Zakiyah (2015).
Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh yang timbul jika ada jaringan yang
rusak sehingga menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan perasaan
nyeri tersebut menurut Arthur C. Curton 1983 dalam Adarmoyo (2013).
Penanganan gout arthitis ini di fokuskan pada pengontrolan nyeri karena hal
tersebut sering di alami oleh penderita gout arhtitis. Penanganan untuk gout arthitis
meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis Mellinda (2017) . Salah satu tindakan
non farmakologis untuk penderita gout arthitis adalah kompres air hangat dan rendam
garam Nuridayanti (2018). Terapi air hangat juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk
mengurangi nyeri. Secara fisiologis air hangat mempunyai efek hidrostatik dan efek
hidrodinamik. Air hangat dapat menurunkan adrenalin yang ada dalam tubuh kita karena
air hangat dapat menciptakan suatu perasaan rileks dengan pendekatan lowtecb yang

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
112
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

dimana ketika kulit menyentuh air, dapat mengendurkan otot-otot pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga dapat mengurangi nyeri yang ada (Dilianti, 2017). Terapi dengan
air hangat dimana bagian yang nyeri akan dicelupkan atau direndam ke air hangat dalam
suhu (40-41°C) Riawati (2016).
Terapi rendam air hangat ini juga dapat di kombinasikan dengan menggunakan
epson salt (garam epsom), garam epsom mengandung 2 mineral alami yaitu Magnesium
dan Sulfat (MgSO4). Terapi ini biasanya digunakan dengan konsep mirip dengan kontras
bath, yaitu dengan tehnik rendaman. Magnesium pada garam epsom ini merupakan suatu
elektrolit yang penting bagi tubuh kita, tubuh kita akan menyerap ion-ion yang selanjutnya
ion yang telah diserap itu akan menghambat pengiriman sinyal ke reseptor nyeri sehingga
nyeri akan berkurang Waring (2012).
Terapi rendaman air hangat garam epsom ini sangat mudah untuk dilakukan. Air
hangat bisa kita dapatkan air buat sendiri di rumah, sedangkan untuk garam epsom ini juga
mudah kita dapatkan di apotik-apotik terdekat atau kita bisa pesan lewat toko online.
Berdasarkan kasus gout arthithis di Kabupaten Grobogan di Puskesmas Gubug 2
sebanyak 30 kasus pada bulan Januari dan ada 33 kasus pada bulan Februari. Angka
kejadian gout arthithis di Puskesmas Gubug 2 cenderung mengalami kenaikan.Dari pasien
gout mengeluhkan nyeri pada sendi dan adanya 10 pasien yang sudah mengalami
pengapuran sendi.
Berdasarkan studi pendahuluan di UPTD Puskesmas Gubug 2 pada 10 pasien
didapatkan 5 pasien mengalami keluhan nyeri ringan , 4 pasien mengalami nyeri sedang
dan 1 pasien mengalami keluhan nyeri berat. Dalam hal penatalaksanaan non farmakologi
terapi rendam air garam Epsom untuk mengurangi rasa nyeri belum di ketahui dan
tindakan yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri biasanya dengan analgesik namun
menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa tidak semua nyeri harus diatasi dengan
analgesik. Efek yang biasa ditimbulkan jika mengonsumsi obat analgesik dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan kejadian reaksi obat yang tidak di inginkan
(ROTD) Halim, prayitno, & Wibowo (2018). Efek lain yang ditimbukan adalah gangguan
pencernaan Sund et al., (2017). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai “Pengaruh rendam air garam epsom hangat terhadap nyeri sendi klien gout
arthithis di UPTD Puskesmas Gubug 2 Kabupaten Grobogan.

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
113
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy eksperimen
dengan menggunakan rancangan two group pre and post test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita gout arthithis di UPTD Puskesmas Gubug
2 Kabupaten Grobogan, sebanyak 30 responden. mengambil sampel dengan menggunakan
teknik random sampling atau sampling acak. Adapun sampel dalam penelitian ini yang
digunakan adalah kriteria inklusif yaitu batasan karakteristik umum pada subjek penelitian.
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Probability Sampling dengan Random
sampling atau sampling acak. Analisa data menggunakan Uji Wilcoxon dengan nilai
signifikan < 0,05 dikatakan terdapat pengaruh. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Mei
2020 di rumah responden. ). Instrumen penelitian ini menggunakan Standar Operasional
(SOP) rendam air hangat dengan garam epsom serta lembar observasi menggunakan alat
ukur nyeri numerik dengan menggunakan skala 0-10 dimana dikategorikan 0 tidak nyeri 1-
3 nyeri ringan 4-6 nyeri sedang 7-10 nyeri berat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


pengaruh pemberian terapi rendam air garam epsom hangat terhadap nyeri sendi klie gout
arthithis.

Tabel 1

kategori kasus kontrol


n % n %
Laki-laki 6 40% 4 26,7%
Jk
perempuan 9 60% 11 73,3%
sd 6 40,0% 7 46,7%
smp 4 26,7% 5 33,3%
pendidikan
sma 3 20,0% 3 20,0%
pt 2 13,3% 0 0%
IRT 5 33,3% 7 46,7%
Pekerjaan petani 5 33,3% 4 26,7%
Buruh PNS 3 20,0% 4 26,7%
2 13,3% 0 0
36-45 tahun 2 13,3% 6 40,0%
usia
46-55 tahun 7 46,7% 4 26,7%
56-65 tahun 6 40,0% 5 33,3%

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
114
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

Tabel 2
Kategori Kasus kontorol
sebelum sesudah sebelum sesudah
Tidak nyeri (0) 0 2 0 0

Ringan (1-3) 9 13 9 9

sedang (4-6) 6 0 6 6

Berat (7-10) 0 0 0 0

Total 15 15 15 15

Tabel 3
N Mean Rank Sum of Rank Nilai P

Kategori nyeri Negative Ranks 8 4.50 36.00

Kategori nyeri Positif Ranks 0 .00 .00


0,005

Ties 7
Total 15

Tabel 1 menunjukan angka tertinggi jenis kelamin yaitu perempuan pada

kelompok kasus 9 responden 60% dan kelompok kontrol 11 responden 73,3%. Kategori
pendidikan tertinggi baik kelompok kasus maupun kontrol tertinggi adalah pendidikan
taraf SD yaitu kelompok kasus 6 responden 40,0% dan kelompok kontrol 7 responden
46,7%. Untuk kategori pekerjaan tertinggi IRT kelompok kasus 5 responden33,3% dan
kelompok kontrol 7 responden 46,7%. Untuk kategori usia terbanyak di pada kelompok
kasus di umur 46-55 tahun sebanyak 7 responden 46,7% sedangkan pada kelompok
kontrol tertinggi di usia 36-45 sebanyak 6 responden 40,0%.

Tabel 2 menjelaskan kategori nyeri dimana hasil menunjukan pada kelompok kasus
nyeri sebelum kategori tidak nyeri 0 responden (0%) nyeri ringan 9 responden (60%) Nyeri
sedang 6 responden (40%) nyeri berat 0 responden (0%) dan hasil sesudah pemberian
terapi rendam air garam epsom hangat didapatkan hasil dengan kategori tidak nyeri 2
responden (13,3%) nyeri ringan 13 responden (86,7%) nyeri sedang 0 responden (0%) dan
nyeri berat 0 responden (0%). Pada kelompok kontrol didapatkan nyeri sebelum kategori

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
115
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

tidak nyeri 0 responden (0%) nyeri ringan 9 responden (60%) Nyeri sedang 6 responden

(40%) nyeri berat 0 responden (0%) dan hasil sesudah pada kelompok kotrol didapatkan
hasil dengan kategori tidak nyeri 0 responden (0%) nyeri ringan 9 responden (60%) nyeri
sedang 6 responden (40%) dan nyeri berat 0 responden (0%).
Tabel 3 Hasil uji wilcoxon menunjukan dimana nilai p (0,005) < taraf signifikan (0,05)
dapat di artikan bahwa Ha di terima dan H0 ditolak atau ada pengaruh rendam air garam
epsom hangat terhadap nyeri sendi klien gout arthithis.
Menurut peneliti terapi non farmakologis seperti rendam air garam epsom hangat ini
dapat menjadi alternatif dalam menurunkan nyeri sendi dimana garam epsom sendiri
memiliki kandungan magnesium dan sulfat secara efektif diserap oleh tubuh melalui kulit
sehingga kadar magnesium dan sulfat dalam tubuh akan terisi ulang atau bertambah, hal ini
sesuai dengan sifat garam epsom yaitu resistensi perifir yang bekerja pada otot polos yang
dimana memiliki efek kontraksi otot, dengan bertambahnya kadar magnesium dan sulfat
dalam tubuh kontraksi otot akan menjadi stabil karena kadar mineral yang ada dalam tubuh
terpenuhi jadi nyeri dapat berkurang.
Terapi air hangat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi nyeri. Secara
fisiologis air hangat mempunyai efek hidrostatik dan efek hidrodinamik. Air hangat dapat
menurunkan adrenalin yang ada dalam tubuh kita karena air hangat dapat menciptakan
suatu perasaan rileks dengan pendekatan lowtecb yang dimana ketika kulit menyentuh air,
dapat mengendurkan otot-otot pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga dapat mengurangi
nyeri yang ada (Dilianti, 2017). Terapi air hangat dapat dikombinasikan dengan garap
epsom, Garam epsom sendiri memiliki kandungan magnesium dan sulfat secara efektif
diserap oleh tubuh melalui kulit sehingga kadar magnesium dan sulfat dalam tubuh akan
terisi ulang atau bertambah, hal ini sesuai dengan sifat garam epsom yaitu resistensi perifir
yang bekerja pada otot polos yang dimana memiliki efek kontraksi otot, dengan
bertambahnya kadar magnesium dan sulfat dalam tubuh kontraksi otot akan menjadi stabil
karena kadar mineral yang ada dalam tubuh terpenuhi (Adebamowo et ai., 2015).
Garam epsom memiliki efek hidrodinamik yang mana hal ini membantu melancarkan
peredaran darah dalam tubuh. Selain memperlancar peredaran darah dalam tubuh garam
epsom yang diserap oleh tubuh menghasilkan serotinin, yang dimana serotinin ini akan
meningkatkan perasaan rileks (Srebro et al., 2018).
Efek rileks yang diciptakan dari garam epsom ini meningkatkan ikatan serotinin yang
dapat menghambat reseptor nyeri ke otak sehingga rasa nyeri akan berkurang (Gröber et al.,
This article was published on
Available Source: https://theshinejournal.org/
116
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

2015).

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Novia. F. A, 2019) dengan
judul “Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Garam Epsom Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pergekangan Kaki Pada Pekerja Konveksi” yang meyatakan hasil bahwa data yang
diperoleh berdistribusi tidak normal selanjutnya di uji statistik uji penyaruh menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (<0,05) yang artinya terdapat penurunak skala nyeri
pergelangan kaki setelah dilakukan terapi rendam air hangat garaam epsom.
Hal tersebut dikarenakan air hangat memiliki efek hidrodinamik yang mana suhu
hangatnya berfunngsi melancarkan peredaran darah , juga garam epsom yang memiliki
kandungan mineral alami yaitu magnesium dan sulfat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
untuk menstabilkan kontraksi otot.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa setelah
dilakukan terapi rendam air garam epsom hangat terdapat perbedaan skala nyeri sebelum
dan sesudah pemberian terapi. Didapatkan hasil hasil nilai p value 0,005 < signifikan 0,05
dapat diartikan Ha : diterima dan H0 : ditolak, yang berarti ada pengaruh pemberian
rendam air garam epsom hangat terhadap nyeri sendi klien gout arthithis di UPTD P
uskesmas Gubug 2 Purwodadi.

DAFTAR PUSTAKA
Adarmoyo, S. S. K. M. K. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. (R. KR, Ed.).
Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Adebamowo, S. N., Spiegelman, D., Willett, W. C., & Rexrode, K. M. (2015). Association
between intakes of magnesium , potassium , and calcium and risk of stroke : 2 cohorts of
US women, (1), 1269–1277.
Auliya Novitasari. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Tali (Gigantochloa apus
(Schult. & Shult. f.) Kurz.) Terhadap Penurunan Kadar Asam urat Darah Mencit
Jantan Balb-C (Mus musculus L.) Hiperurisemia dan Pemanfaatannya Sebagai Karya
Ilmiah Populer. Digital Repository Universitas Jember, 109.
Dilianti, Candrawati, & Adi. (2017). Efektifitas Hidroterapi Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Lansia Penderita Hipertensi.
Fandi, W. (2014). Artritis Gout dan Perkembangannya. Jurnal Keperawatan STIKES
Manado, 10(2).
Gröber, U., Schmidt, J., & Kisters, K. (2015). Magnesium in prevention and therapy.
Nutrients, 7(9), 8199–8226.
Ikawati, Z. (2016). Farmakologi Mulekuler Target Aksi Obat dan Mekanisme
Molekulernya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
117
Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-ISSN (Cetak): 2461-1174

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama


Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. Laporan
Provinsi Jawa Tengah Riskesdas 2018 i. (2018).
Mellynda. (2017). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. STIKES
Manado.
Nuridayanti, A. (2018). Pengaruh Rendam Air Garm Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Penderita Gout Di Desa Toyoresmi Kecepatan Gampengrejo Kabupaten
Kediri. Jurnal Kesehatan.
Riawati, E.M. (2016). Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan hipertensi di Panti Sasana
Tresna Wredha Dharma Bakti Wonogiri, 1-104.
Sari, indah komala. (2018). Pengaruh Jus Sirsak Terhadap Kadar Asam Urat
Setiawan. (2017). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. (Alfabeta, Ed.).
Bandung: Alfabeta.
Srebro, D., Vučkovic, S., Milovanovic, A., Vujovic, K. S., & Prostran, M. (2018).
Evaluation of prophylactic and therapeutic effects of tramadol and tramadol plus
magnesium sulfate in an acute inflammatory model of pain and edema in rats.
Frontiers in Pharmacology, 9(NOV), 1–11.
Waring, D. R. (2012). Report on Absorption of magnesium sulfate (Epsom salts) across the
skin, 25-27.
WHO. (2015). A Global Brief On Uric Acid. Geneva.
Zakiyah, A. M. K. (2015). Nyeri-Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik
Keperawatan Berbasis Bukti. (P. P. Lestari, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Selemba Medika.

This article was published on


Available Source: https://theshinejournal.org/
118

Anda mungkin juga menyukai