METODE PENELITIAN
26
27
Tabel 3.1. Definisi Operasional hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di Rumah
Sakit Jiwa Naimata Kupang
205
n=
1.5425
n = 132
29
rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Burns & Grove,
1999 dalam Nursalam, 2015).
3.6.1. Proses pengumpulan data
1. Prosedur Administratif
a. Pengurusan surat ijin penelitian di Universitas Citra Bangsa.
b. Pengurusan ijin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang.
c. Mendapatkan ijin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang.
2. Prosedur Teknis
a. Setelah mendapat ijin dari pimpinan Universitas Citra
Bangsa Kupang, ketua fakultas keperawatan Universitas
Citra Bangsa Kupang, dan direktur Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang maka peneliti akan melakukan
pengumpulan data.
b. Peneliti melakukan pendekatan kepada keluarga pasien
sebagai penanggung jawab pasien untuk mendapatkan
persetujuan sebagai responden penelitian dengan
menggunakan surat persetujuan responden.
3.6.2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik sehingga lebih muda diolah (Saryono, 2011).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan alat ukur berupa anket atau kuesioner dengan
beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010).
1. Untuk mengukur variabel kepatuhan minum obat peneliti
menggunakan kuesioner dari penelitian “Hubungan Pengetahuan
keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien skizofrenia pasien
gangguan jiwa yang mengalami relaps di RSJD Provinsi Sumatera
Utara” pada tahun 2011 oleh Destiny Octrina Butar dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 10
31
2. Coding
Pada tahap ini peneliti memberikan kode sesuai dengan jawaban
responden dengan kode yang telah ditetapkan.
a. Kepatuhan minum obat
Diberi kode 1 : Patuh
Diberi kode 2 : Tidak patuh
b. Kekambuhan pasien gangguan jiwa
Diberi kode 1 : Pernah kambuh
Diberi kode 2 : Tidak pernah kambuh
3. Scoring
Dalam penelitian ini scoring yang digunakan untuk tiap variable
adalah sebagai berikut:
a. Kepatuhan minum obat menggunakan pilihan jawaban untuk
pernyataan positif: Ya = 1, Tidak = 0, dan pernyataan negatif: Ya =
0, Tidak = 1. Dengan penilaian: Patuh minum obat jika skor 100%
dan tidak patuh minum obat jika <100%.
b. Kekambuhan pasien menggunakan pilihan jawaban: Tidak pernah
kambuh = 0, Pernah kambuh = 1
4. Tabulating
Tabulasi data dalam penelitian ini didasarkan pada kuesioner hasil
pengukuran hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan
pasien gangguan jiwa di RSJ Naimata Kupang. Setelah itu peneliti
melakukan pengolahan data dengan menggunakan Mc. Office Excel.
3.7.2. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap – tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus:
33
f
P= ×100 %
N
Ket:
P : Persentase dari variabel yang diteliti.
f : Frekuensi
N : Jumlah Sampel Penelitian (Sastroasmoro, 2008).
2. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan untuk melihat hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa. Untuk
menguji ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menggunakan uji chi square.
a. Rumus Uji Chi Square
Uji chi square (x2) digunakan apabila data penelitian berupa
frekuensi – frekuensi dalam bentuk kategori nominal atau
ordinal, uji ini juga digunakan untuk menentukan signifikansi
dua variabel atau lebih. Pengujian dengan chi-square
menggunakan α = 5% dan Confidence Interval (CI) 95%.
Rumus chi-square yaitu:
Ʃ(0−E)²
x2 =
E
Ket:
Ʃ : jumlah.
x2 : statistik chi square .
O : nilai frekuensi yang di observasi
E : nilai frekuensi yang diharapkan.
Populasi Target:
Keluarga pasien gangguan jiwa yang datang berkunjung ke Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang pada bulan Agustus 2020 sebanyak 205 orang
Populasi Terjangkau:
Semua keluarga pasien gangguan jiwa yang melakukan kunjungan ke Poli Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Naimata Kupang pada bulan Agustus 2020 sebanyak 132 orang yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut:
1. Keluarga dari pasien gangguan jiwa yang datang berkunjung ke poli jiwa.
2. Keluarga yang bertanggung jawab atas pasien.
3. Keluarga yang bersedia menjadi responden
4. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.
Informed consent
Editing
Coding
Scoring
Tabulating
Hasil
Kesimpulan
35
BAB 4
Pada tanggal 1 juni 2018 pelayanan rawat inap mulai dibuka walaupun
terdapat banyak kendala dan kekurangan tapi bukan menjadi suatu alasan.
38
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang dipimpin oleh seorang dokter spesialis
kesehatan jiwa yaitu dr. Dickson A. Legoh, SpKJ dengan jabatan Plt
Direktur. Luas area RSJ Naimata Kupang adalah 50.000m² dan luas bangunan
3.200m². Nomor surat ijin RSJ Naimata Kupang
445.10/04/DPM/-PTSP/2017, kode RS 5371059 (Kemenkes, 2017).
Penelitian ini dilakukan di Poli Jiwa RSJ Naimata Kupang.
Poli Jiwa merupakan salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang yang melayani pelayanan rawat jalan untuk pasien gangguan
kesehatan jiwa. Di ruangan poli jiwa memiliki 2 dokter spesialis kesehatan
jiwa dan 4 perawat yang bertugas melayani pasien dan keluarga pasien yang
melakukan kontrol dan rawat jalan diruangan tersebut. Jadwal pelayanan di
Poli Jiwa RSJ Naimata dibuka setiap hari Senin – Jumat jam 08.00 – 14.00
Wita.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Poli
Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Agama Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Pasien Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kekambuhan Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat
Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020
Kekambuhan Total
Tidak
Kambuh Kambuh
Kepatuhan Patuh
94 1 95
Minum Obat
Tidak
4 33 37
Patuh
Total 98 34 132
Sumber: Data Primer, Desember 2020
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.
diberikan pada waktu yang telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien.
Pasien skizofrenia dikatakan patuh dalam minum obat apabila pasien patuh
lima benar obat.
Menurut peneliti kepatuhan minum obat sangat penting untuk pasien
gangguan jiwa untuk membantu proses pemulihan dan mencegah
kekambuhan. Kepatuhan minum obat pasien harus mematuhi lima benar
obat tersebut. Apabila dari kelima benar obat tersebut salah satunya tidak
dipatuhi oleh pasien gangguan jiwa maka pasien tersebut dinyatakan tidak
patuh dalam minum obat. Hal ini sesuai dengan teori Hakim (2008),
menyatakan seseorang dikatakan patuh dalam minum obat apabila
memenuhi 5 hal seperti benar pasien untuk obat yang diberikan, dosis yang
diminum sesuai dengan yang dianjurkan, durasi waktu minum obat yang
dianjurkan, benar obat yang diambil untuk diminum dan tidak mengganti
dengan obat lain yang tidak dianjurkan, dan benar cara untuk diminum.
Oleh karena itu, kepatuhan minum obat sangatlah penting bagi pasien
gangguan jiwa untuk mencegah kekambuhan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2014), bahwa yang
paling banyak menyebabkan kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah
karena faktor ketidakpatuhan minum obat, untuk itu perlu adanya dukungan
dari keluarga, orang terdekat dan lingkungan sekitar melalui pengawasan
secara intensif kepada penderita gangguan jiwa untuk selalu mengkonsumsi
obat dalam mencegah kekambuhan berulang.
Peneliti juga berpendapat bahwa mengapa masih ada pasien yang
tidak patuh dalam minum obat. Hal ini karena keluarga tidak membantu
pasien untuk minum obat secara teratur, keluarga tidak memperhatikan
pasien untuk minum obat sesuai dosis yang benar, sehingga pasien minum
obat pada waktu sakit (kambuh) saja, dan keluarga tidak mengingatkan
pasien untuk minum obat sehingga pasien lupa dengan jadwal minum obat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmadi (2015), menyatakan bahwa lebih
dari setengah responden (54,3%) memiliki kepatuhan rendah dalam
meminum obat karena banyak pasien yang lupa meminum obat sehingga
akhirnya pasien tidak meminum obat.
46
4.2.2 Kekambuhan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Naimata Kupang.
minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri
pengobatan tanpa persetujuan dokter, kurangnya dukungan dari keluarga
dan masyarakat serta adanya masalah kehidupan yang berat dan membuat
stres. Pasien gangguan jiwa yang berhenti minum obat akan muncul gejala
seperti halusinasi, waham, isolasi sosial karena terjadi peningkatan kadar
neurotransmitter dopamine. Antipsikotik yang diminum oleh pasien
mempunyai cara kerja menghambat reuptake dopamine neurotransmitter
sehingga terjadi keseimbangan kembali neurotransmitter dopamine (Astuti,
dkk., 2017).
Pengobatan ini berfokus pada mengurangi gejala psikosis dengan
cepat pada fase akut dan mencegah terjadinya kekambuhan atau
pengulangan gejala yang lebih buruk. Selain itu, pada pengobatan yang
teratur pasien dapat kembali kedalam lingkungan sosialnya dalam waktu
yang lebih cepat. Pasien yang menjalani pengobatan secara rutin selama satu
tahun memiliki resiko lebih kecil untuk mengalami kekambuhan
(Naafi,dkk., 2016)
Peneliti berpendapat bahwa hubungan kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa, karena pasien yang tidak patuh minum
obat akan lebih cenderung mengalami kekambuhan. Dapat disimpulkan
bahwa semakin tidak patuh pasien untuk minum obat maka semakin
beresiko pula terjadi kekambuhan pada pasien. Kepatuhan minum obat
merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa, akan tetapi diperlukan dukungan dari anggota
keluarga dan petugas kesehatan untuk memotivasi pasien untuk patuh dalam
meminum obat, sehingga prevalensi kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa akan berkurang.
49
BAB 5
Pada Bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
mengenai “Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Pasien
Gangguan Jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang”.
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 132 responden, yaitu keluarga
pasien gangguan jiwa yang melakukan kontrol di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang, maka disimpulkan bahwa:
5.1.1 Frekuensi responden yang patuh minum obat adalah sebanyak 95 orang
(72%), dan frekuensi responden yang tidak patuh sebanyak 37 orang
(28,0%).
5.1.2 Frekuensi responden yang tidak kambuh sebanyak 98 orang (74,2%), dan
frekuensi responden yang kambuh sebanyak 34 orang (25,8%).
5.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan:
50
DAFTAR PUSTAKA
Amelia., Diny, R., Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia, JIPT. Vol.
1. No. 01:52-64 http://ejournal.umm.ac.id. Diakses 02 Februari 2020
Chaurotia, V.K., Verma, K. K., & Baniya, G.C. (2016). A study of psychosocial
factors related with relapse in schizophrenia, IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (IOSR-JDMS), 15(4), 26-34 ver. XIV, e-ISSN:2279-
0861. www.iosrjournals.org. Diakses 14 April 2020
Nasir, A., & Muhith. (2011). Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
NTT DKP. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2018. Ir.Erlina
R.Salmun, M.Kes, editor, Kupang: Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur; 2018
O’Brien, P.G. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik: Teori & Praktik.
Jakarta: EGC
Pramana., Elita, V., Dewy, A. (2018). Faktor – faktor yang berhubungan dengan
motivasi keluarga dalam mencegah kekambuhan klien gangguan jiwa.
Jurnal penelitian dan kajian ilmiah. Vol 9, Jilid 2, No 77:1-9
Wardani, I.Y., Hamid, A.Y.S., Wiarsih, W., & Susanti, H.(2012). Dukungan
Keluarga: Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Klien. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 15(1), 1-6.
Lampiran 1
57
Lampiran 2
58
Kepada Yth.
Bapak/lbu calon responden penelitian
Lampiran 3
59
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, atas nama sendiri menyatakan
setuju atau bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai peserta penelitian dengan
judul “Hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.“ yang dilakukan oleh
Naomi Johana Lema dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswi
Universitas Citra Bangsa Program Studi Ners.
Atas dasar pemikiran bahwa penelitian ini dilakukan untuk
pengembangan ilmu keperawatan dan bagi kesehatan, maka saya memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
= =
Lampiran 4
60
No. Responden:
I. Karakteristik Responden
a. Tanggal pengisian :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Jenis Kelamin :
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :
g. Agama :
i. Tinggal serumah :
61
No Pernyataan Ya Tidak
Benar Pasien
1. Keluarga selalu memastikan obat itu benar –
benar untuk pasien saat mendapatkan obat
dari dokter
Benar Obat
3. Pasien tidak patuh mengkonsumsi obatnya
karena tidak mengerti instruksi penggunaan
obat
Benar Dosis
6. Pasien pernah minum obat tidak sesuai
dengan dosis yang diberikan dari dokter
62
Benar Cara/Rute
8. Pasien meminum obat pada saat sakit (tanda
dan kekambuhan) muncul saja
Benar Waktu
10. Pasien meminum obat secara teratur tanpa
diingatkan oleh keluarga
Penjelasan:
Apa itu kekambuhan?
Kekambuhan adalah kembalinya gejala – gejala yang sama yang
sebelumnya sudah membaik pada pasien gangguan jiwa. Gejala –
gejala yang dimaksud seperti mengamuk, berperilaku kasar,
menghancurkan barang – barang, menyendiri, melukai diri sendiri dan
orang lain.
Pertanyaan:
1. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini pasien pernah kambuh?
a. Pernah kambuh
b. Tidak pernah kambuh
Jika pernah kambuh, dalam satu tahun ini pasien mengalami
kekambuhan ...... kali
64
Lampiran 5
65
66