Anda di halaman 1dari 41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian pada dasarnya merupakan strategi untuk


mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis
atau untuk menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk
mengontrol atau mengendalikan variabel yang berpengaruh dalam penelitian
(Nursalam, 2016). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan desain penelitian analitik korelasi yang bertujuan mencari
hubungan antara variabel independen (kepatuhan minum obat) dengan
variabel dependen (kekambuhan pasien gangguan jiwa).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini variabel
kepatuhan minum obat dan kekambuhan diukur hanya satu kali pada saat
yang bersamaan.

3.2. Defenisi Operasional


Definisi operasional adalah penjelasan semua variable dan istilah yang
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
memudahkan pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
Definisi operasional ini diperlukan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden)
yang satu dengan responden yang lain disamping variabel harus di definisi
operasionalnya juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil ukur,
atau kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan (Notoatmodjo,
2012).

26
27

Tabel 3.1. Definisi Operasional hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di Rumah
Sakit Jiwa Naimata Kupang

Variabel Definisi operasional Parameter Instrumen Skala Skor


Independen: Perilaku pasien gangguan jiwa 5 benar pemberian obat: Untuk pernyataan positif
Kepatuhan minum yang menunjukkan sikap taat, 1. Benar pasien Kuesioner Ordinal Ya : 1
obat teratur dan tertib dalam 2. Benar obat Tidak : 0
3. Benar dosis Untuk pernyataan negatif
pengobatan.
4. Benar cara/rute Ya : 0
5. Benar waktu Tidak : 1
Dengan penilaian:
1. Patuh jika skor 100%
2. Tidak patuh jika skor
˂100%
Dependen: Kembalinya gejala – gejala yang Pasien menunjukkan tanda
Kekambuhan sama seperti sebelumnya dan gejala seperti: 0. Tidak pernah kambuh
Kuesioner Ordinal
(mengamuk, menghancurkan 1. Mengamuk 1. Pernah kambuh
2. Melukai diri
barang – barang, melukai diri
sendiri/orang lain
sendiri dan orang lain, 3. Menyendiri
menyendiri) pada pasien 4. Menghancurkan barang
gangguan jiwa. – barang
28

3.3. Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan data yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2011).
1) Populasi target dalam penelitian ini adalah keluarga pasien
gangguan jiwa yang datang berkunjung ke poli jiwa RSJ
Naimata Kupang pada bulan Agustus 2020 sebanyak 205 orang.
2) Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua keluarga
pasien yang berkunjung ke poli jiwa RSJ Naimata Kupang pada
bulan Agustus 2020 sebanyak 132 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 132 keluarga pasien, diambil dari
jumlah pasien yang melakukan kunjungan ke poli jiwa RSJ Naimata pada
bulan Agustus 2020.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil Peneliti
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 5%,
berikut rumus Slovin yang dikemukakan oleh Husein Umar (2013):
N N N N N
n= n= n= n=
1+ N (e ²) 1+ N ( e ²) 1+ N (e ²) 1+ N ( e ²) 1+ Nd ²

205 103 103


n= n= n=
1+217 (0.05)² 1+103(0.0025) 1+103(0.0025)

205 103 103


n= n= n=
1+205 (0.0025) 1+103( 0.0025) 1+103(0.0025)
103 49 49 56
n= n=
1+103(0.0025) 1+ 49(0.0025) 1+ 49(0.0025) 1+ 56(0.01)

205
n=
1.5425

n = 132
29

Jadi, setelah dilakukan perhitungan didapatkan besar sampel sebanyak 132


responden.

Pemilihan sampel juga berdasarkan kriteria inklusi yang ditentukan


oleh peneliti, yaitu:
a) Keluarga dari pasien gangguan jiwa yang datang berkunjung
ke poli jiwa
b) Keluarga yang bertanggung jawab atas pasien
c) Keluarga yang bersedia menjadi responden
d) Keluarga yang bisa membaca dan menulis
3.3.3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar – benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi dengan menetapkan ciri – ciri khusus yang
sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian (Nursalam, 2013).
3.4. Identifikasi variabel penelitian
3.4.1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah kepatuhan
minum obat.
3.4.2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kekambuhan
pasien gangguan jiwa.
3.5. Rencana waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dengan
mengambil tempat penelitian di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang.
3.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah – langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
30

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Burns & Grove,
1999 dalam Nursalam, 2015).
3.6.1. Proses pengumpulan data
1. Prosedur Administratif
a. Pengurusan surat ijin penelitian di Universitas Citra Bangsa.
b. Pengurusan ijin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang.
c. Mendapatkan ijin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang.
2. Prosedur Teknis
a. Setelah mendapat ijin dari pimpinan Universitas Citra
Bangsa Kupang, ketua fakultas keperawatan Universitas
Citra Bangsa Kupang, dan direktur Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang maka peneliti akan melakukan
pengumpulan data.
b. Peneliti melakukan pendekatan kepada keluarga pasien
sebagai penanggung jawab pasien untuk mendapatkan
persetujuan sebagai responden penelitian dengan
menggunakan surat persetujuan responden.
3.6.2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik sehingga lebih muda diolah (Saryono, 2011).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan alat ukur berupa anket atau kuesioner dengan
beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010).
1. Untuk mengukur variabel kepatuhan minum obat peneliti
menggunakan kuesioner dari penelitian “Hubungan Pengetahuan
keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien skizofrenia pasien
gangguan jiwa yang mengalami relaps di RSJD Provinsi Sumatera
Utara” pada tahun 2011 oleh Destiny Octrina Butar dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 10
31

pernyataan dengan nilai reabilitas adalah 0,701, dan dimodifikasi


dari MARS questionnaire oleh Dr. Katherine Thompson, dalam
penelitian “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Poli Klinik Jiwa
RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang” pada tahun 2016 oleh
Maya M. Malelak dari Stikes CHMK. Kuesioner tersebut telah
dilakukan uji validitas dan reabilitas di ruangan bangsa jiwa RSUD.
Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang dengan nilai r: 0,776 sehingga
dinyatakan kuesioner tersebut reliabel. Kuesioner tersebut terdiri dari
14 pernyataan dengan lima kategori yaitu benar obat, benar pasien,
benar dosis, benar waktu, dan benar cara pemberian.
2. Untuk mengukur variabel kekambuhan peneliti menggunakan
kuesioner dari penelitian Muhammad Ali (2014) dengan judul
“Analisis faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di RSKD Sulawesi Selatan.” Kuesioner dalam bentuk
multiple choice untuk menentukan frekuensi kekambuhan pasien.

3.7. Analisa Data


Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan
pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat
menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah
penelitian. Sehingga peneliti merasa penting untuk mengelola data yang
telah didapat dalam penelitian ini.
3.7.1. Pengolahan Data
1. Editing
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner mengenai kelengkapan pertanyaan (sudah
terisi), kejelasan dari tulisan atau dapat terbaca, jawabannya relevan
dengan pertanyaannya atau tidak. Jika jawaban responden tidak
lengkap maka data tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam
32

pengolahan “data missing” (Notoatmodjo, 2010). Pada proses editing,


peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2. Coding
Pada tahap ini peneliti memberikan kode sesuai dengan jawaban
responden dengan kode yang telah ditetapkan.
a. Kepatuhan minum obat
Diberi kode 1 : Patuh
Diberi kode 2 : Tidak patuh
b. Kekambuhan pasien gangguan jiwa
Diberi kode 1 : Pernah kambuh
Diberi kode 2 : Tidak pernah kambuh
3. Scoring
Dalam penelitian ini scoring yang digunakan untuk tiap variable
adalah sebagai berikut:
a. Kepatuhan minum obat menggunakan pilihan jawaban untuk
pernyataan positif: Ya = 1, Tidak = 0, dan pernyataan negatif: Ya =
0, Tidak = 1. Dengan penilaian: Patuh minum obat jika skor 100%
dan tidak patuh minum obat jika <100%.
b. Kekambuhan pasien menggunakan pilihan jawaban: Tidak pernah
kambuh = 0, Pernah kambuh = 1
4. Tabulating
Tabulasi data dalam penelitian ini didasarkan pada kuesioner hasil
pengukuran hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan
pasien gangguan jiwa di RSJ Naimata Kupang. Setelah itu peneliti
melakukan pengolahan data dengan menggunakan Mc. Office Excel.
3.7.2. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap – tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus:
33

f
P= ×100 %
N

Ket:
P : Persentase dari variabel yang diteliti.
f : Frekuensi
N : Jumlah Sampel Penelitian (Sastroasmoro, 2008).

2. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan untuk melihat hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa. Untuk
menguji ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menggunakan uji chi square.
a. Rumus Uji Chi Square
Uji chi square (x2) digunakan apabila data penelitian berupa
frekuensi – frekuensi dalam bentuk kategori nominal atau
ordinal, uji ini juga digunakan untuk menentukan signifikansi
dua variabel atau lebih. Pengujian dengan chi-square
menggunakan α = 5% dan Confidence Interval (CI) 95%.
Rumus chi-square yaitu:

Ʃ(0−E)²
x2 =
E

Ket:
Ʃ : jumlah.
x2 : statistik chi square .
O : nilai frekuensi yang di observasi
E : nilai frekuensi yang diharapkan.

3.8. Kerangka Kerja (Frame Work)


Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah – langkah dalam
aktivitas ilmiah yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dari awal
34

sampai akhir (Nursalam, 2011). Kerangka kerja dalam penelitian ini


sebagai berikut:

Populasi Target:
Keluarga pasien gangguan jiwa yang datang berkunjung ke Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang pada bulan Agustus 2020 sebanyak 205 orang

Populasi Terjangkau:
Semua keluarga pasien gangguan jiwa yang melakukan kunjungan ke Poli Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Naimata Kupang pada bulan Agustus 2020 sebanyak 132 orang yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut:
1. Keluarga dari pasien gangguan jiwa yang datang berkunjung ke poli jiwa.
2. Keluarga yang bertanggung jawab atas pasien.
3. Keluarga yang bersedia menjadi responden
4. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.

JumlahSampel:132 orang Teknik Purposive Sampling

Informed consent

Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner

Editing

Coding

Scoring

Tabulating

Uji statistik Chi Square

Hasil

Kesimpulan
35

Gambar 3.1. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan


pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang

3.9. Etika Penelitian


Menurut Notoatmodjo (2010), dalam melakukan penelitian
menggunakan prinsip – prinsip etika. Etika penelitian adalah hubungan
antara peneliti dengan orang yang diteliti secara etika. Hubungan antara
kedua pihak adalah sebagai yang memerlukan informasi dan yang
memberi informasi. Dalam melakukan suatu penelitian prinsip - prinsip
etika yang mendasari yaitu:
1. Autonomy
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan informasi yang benar tentang
penelitian yang dilakukan terkait tujuan, manfaat dan proses penelitian
sehingga responden memahami tentang seluruh proses penelitian yang
akan diikutinya. Sebelum melakukan pengumpulan informasi, semua
responden harus menandatangani surat persetujuan (informed consent)
sebagai bukti responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang
dilakukan.
2. Kerahasian (Confidentiality)
Informasi yang telah diperoleh dari semua responden dirahasiakan oleh
peneliti dan menyimpannya hanya untuk keperluan pelaporan hasil
penelitian.
3. Tanpa nama (Anonimity)
Dalam membuat laporan hasil penelitian ini, peneliti tidak menyebutkan
identitas responden yang telah terlibat dalam penelitian. Hasil kuesioner
dari responden diberi kode responden tanpa nama.
4. Berbuat baik (Beneficience)
Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan kesejahteraan responden
dengan memperhatikan kemanfaatan dari penelitian yang dilakukan.
36

Peneliti menghargai responden sebagai sumber informasi dari penelitian


yang dilakukan, memperhatikan dan mempercayai responden.
5. Tidak merugikan (Non-maleficience)
Dalam penelitian ini, peneliti meminimalkan risiko dari kegiatan
penelitian yang dilakukan dengan tidak merugikan responden. Selain itu,
peneliti memperhatikan agar responden bebas dari bahaya, eksploitasi dan
ketidaknyamanan saat proses penelitian berlangsung. Peneliti
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh responden dan berlaku
sewajarnya yang tidak membuat responden kecewa atau sakit hati.
6. Justice (Keadilan)
Dalam penelitian ini, peneliti memperlakukan semua responden secara adil
dan memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk
memberikan informasi terkait penelitian. Peneliti membangun hubungan
yang bersifat profesional yang sama terhadap semua responden.
37

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian tentang “Hubungan


kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di Rumah
Sakit Jiwa Naimata Kupang”. Data diperoleh melalui pemberian kuesioner di
Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang. Pemberian kuesioner untuk
mengidentifikasi kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 14 Desember – 28 Desember 2020.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Pemerintah Nusa Tenggara Timur dibawah pengawasan Dinas


Kesehatan Provinsi pada tahun 2007 mulai membangun Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang secara bertahap. Lokasi Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang
berada di jalan Taebenu RT 007/RW 003 Kelurahan Naimata, Kecamatan
Maulafa Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pada tahun 2016
dibangun lagi 7 gedung diantaranya gedung farmasi/gedung laboratorium,
ruang rawat inap dan gedung poliklinik, gedung laundry/gedung gizi, gedung
radiologi, gedung pemulasaran jenasah, gedung isolasi, dan gedung
rehabilitasi medik.

Pada tanggal 1 juni 2018 pelayanan rawat inap mulai dibuka walaupun
terdapat banyak kendala dan kekurangan tapi bukan menjadi suatu alasan.
38

Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang dipimpin oleh seorang dokter spesialis
kesehatan jiwa yaitu dr. Dickson A. Legoh, SpKJ dengan jabatan Plt
Direktur. Luas area RSJ Naimata Kupang adalah 50.000m² dan luas bangunan
3.200m². Nomor surat ijin RSJ Naimata Kupang
445.10/04/DPM/-PTSP/2017, kode RS 5371059 (Kemenkes, 2017).
Penelitian ini dilakukan di Poli Jiwa RSJ Naimata Kupang.

Poli Jiwa merupakan salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang yang melayani pelayanan rawat jalan untuk pasien gangguan
kesehatan jiwa. Di ruangan poli jiwa memiliki 2 dokter spesialis kesehatan
jiwa dan 4 perawat yang bertugas melayani pasien dan keluarga pasien yang
melakukan kontrol dan rawat jalan diruangan tersebut. Jadwal pelayanan di
Poli Jiwa RSJ Naimata dibuka setiap hari Senin – Jumat jam 08.00 – 14.00
Wita.

4.1.2 Data Umum


Dibawah ini akan disajikan data umum responden dalam bentuk tabel
karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan hubungan dengan pasien di Poli Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Naimata Kupang.

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.

Umur (Tahun) Frekuensi (n) Presentasi (%)


18 – 25 26 19.7
26 – 35 28 21.2
36 – 45 30 22.8
46 – 55 40 30.3
56 – 65 8 6.0
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa dari 132 responden,


frekuensi usia tertinggi berada pada rentang usia 46 – 55 tahun sebanyak 40
39

orang (30.3%), dan terendah berada pada rentang usia 56 – 65 tahun


sebanyak 8 orang (6.0%).

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.

Jenis kelamin Frekuensi (n) Presentasi (%)


Laki – laki 56 42.4
Perempuan 76 57.6
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa dari 132


responden,frekuensi jenis kelamin laki – laki sebanyak 56 orang (42.4%) dan
perempuan sebanyak 76 orang (57.6%).

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Poli
Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020.

Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Presentasi (%)


SMP 19 14.4
SMA 81 61.4
DIII/S1 32 24.2
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020
40

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa dari 132 responden


frekuensi pendidikan terakhir tertinggi adalah SMA sebanyak 81 orang
(61.4%) dan terendah adalah SMP sebanyak 19 orang (14.4%).

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Pekerjaan Frekuensi (n) Presentase (%)


Petani 24 18,2
Karyawan Swasta 34 25,7
PNS 21 15,9
TNI 1 0,7
Tidak Bekerja 30 22,7
Lain - lain 22 16,8
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020
Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa dari 132 responden
frekuensi pekerjaan tertinggi adalah karyawan swasta sebanyak 34 orang
(25.7%) dan terendah adalah TNI sebanyak 1 orang (0.7%).

4.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Agama Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Agama Frekuensi (n) Presentase (%)


Kristen Protestan 70 53,0
41

Kristen Katholik 40 30,3


Islam 22 16,7
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa dari 132 responden


frekuensi agama tertinggi adalah agama kristen protestan sebanyak 70 orang
(53.0%), dan terendah adalah agama islam sebanyak 22 orang (16.7%).

4.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Pasien

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Pasien Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Hubungan Dengan Frekuensi (n) Presentase (%)


Pasien
Ayah Kandung 24 18,2
Ibu Kandung 33 25
Anak kandung 26 19,7
Suami 16 12,1
Istri 10 7,6
Saudara Kandung 23 17,4
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan bahwa dari 132 responden


frekuensi hubungan dengan pasien tertinggi adalah ibu kandung sebanyak 33
orang (25%), dan terendah adalah istri sebanyak 10 orang (7.6%).

4.1.3 Data Khusus

Pada data khusus ini akan dibahas mengenai karakteristik responden


berdasarkan hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.
42

4.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Gangguan Jiwa

Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)


Patuh 95 72
Tidak Patuh 37 28,0
Total 132 100
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 132 responden


frekuensi pasien yang patuh minum obat sebanyak 95 orang (72%), dan pasien
yang tidak patuh minum obat sebanyak 37 orang (28.0%).

4.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kekambuhan Pasien


Gangguan Jiwa

Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kekambuhan Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)


Kambuh 34 25,8
Tidak Kambuh 98 74,2
43

Total 132 100


Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 132 responden


frekuensi pasien yang tidak kambuh sebanyak 98 orang (74.2%), dan pasien
yang kambuh sebanyak 34 orang (25.8%).

4.1.3.3 Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Pasien


Gangguan Jiwa

Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat
Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang Pada Bulan Desember 2020

Kekambuhan Total
Tidak
Kambuh Kambuh
Kepatuhan Patuh
94 1 95
Minum Obat
Tidak
4 33 37
Patuh
Total 98 34 132
Sumber: Data Primer, Desember 2020

Berdasarkan tabel 4.9, menunjukkan bahwa dari 132 responden,


pasien yang patuh minum obat sebagian besar tidak mengalami
kekambuhan dibandingkan dengan pasien yang tidak patuh minum obat.
Frekuensi kekambuhan pasien yang patuh minum obat sebanyak 1 orang
sedangkan yang tidak patuh minum obat sebanyak 33 orang.
Berdasarkan hasil Uji Statistik menggunakan Chi Square pada
penelitian ini didapatkan hasil p value = 0,000 dengan ɑ = 0,05 maka p <
ɑ, sehingga dapat diketahui bahwa Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat
44

dengan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah


Sakit Jiwa Naimata Kupang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Jiwa Rumah Sakit


Jiwa Naimata Kupang, dari 132 responden dalam penelitian ini didapatkan
95 pasien (72%) patuh dalam minum obat, sedangkan 37 pasien (28,0%)
tidak patuh minum obat.
Kepatuhan minum obat merupakan faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan terapi bagi penderita gangguan jiwa dan menjadi masalah
penting dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan jiwa (Kaplan dan
Sadock, 2010). Kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa dapat
dipengaruhi oleh efikasi minum obat, dukungan terhadap pasien, efek
samping obat dan sikap pasien (Fakhruddin, 2012). Ada lima benar obat
untuk pasien gangguan jiwa menurut Kusmarjathi (2009), yaitu: 1) Benar
pasien, yaitu memastikan bahwa obat yang diberikan benar – benar untuk
pasien sesuai identitasnya., 2) Benar obat adalah memastikan bahwa obat
yang diberikan sesuai dengan yang diberikan dari rumah sakit., 3) Benar
dosis adalah dosis yang diberikan pada pasien tertentu sesuai dengan
penyakit dan kebutuhan penyembuhan., 4) Benar cara pemberian obat
adalah disesuaikan dengan obat yang telah diresepkan apakah diminum atau
disuntikan., 5) Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
45

diberikan pada waktu yang telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien.
Pasien skizofrenia dikatakan patuh dalam minum obat apabila pasien patuh
lima benar obat.
Menurut peneliti kepatuhan minum obat sangat penting untuk pasien
gangguan jiwa untuk membantu proses pemulihan dan mencegah
kekambuhan. Kepatuhan minum obat pasien harus mematuhi lima benar
obat tersebut. Apabila dari kelima benar obat tersebut salah satunya tidak
dipatuhi oleh pasien gangguan jiwa maka pasien tersebut dinyatakan tidak
patuh dalam minum obat. Hal ini sesuai dengan teori Hakim (2008),
menyatakan seseorang dikatakan patuh dalam minum obat apabila
memenuhi 5 hal seperti benar pasien untuk obat yang diberikan, dosis yang
diminum sesuai dengan yang dianjurkan, durasi waktu minum obat yang
dianjurkan, benar obat yang diambil untuk diminum dan tidak mengganti
dengan obat lain yang tidak dianjurkan, dan benar cara untuk diminum.
Oleh karena itu, kepatuhan minum obat sangatlah penting bagi pasien
gangguan jiwa untuk mencegah kekambuhan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2014), bahwa yang
paling banyak menyebabkan kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah
karena faktor ketidakpatuhan minum obat, untuk itu perlu adanya dukungan
dari keluarga, orang terdekat dan lingkungan sekitar melalui pengawasan
secara intensif kepada penderita gangguan jiwa untuk selalu mengkonsumsi
obat dalam mencegah kekambuhan berulang.
Peneliti juga berpendapat bahwa mengapa masih ada pasien yang
tidak patuh dalam minum obat. Hal ini karena keluarga tidak membantu
pasien untuk minum obat secara teratur, keluarga tidak memperhatikan
pasien untuk minum obat sesuai dosis yang benar, sehingga pasien minum
obat pada waktu sakit (kambuh) saja, dan keluarga tidak mengingatkan
pasien untuk minum obat sehingga pasien lupa dengan jadwal minum obat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmadi (2015), menyatakan bahwa lebih
dari setengah responden (54,3%) memiliki kepatuhan rendah dalam
meminum obat karena banyak pasien yang lupa meminum obat sehingga
akhirnya pasien tidak meminum obat.
46

4.2.2 Kekambuhan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Naimata Kupang.

Berdasarkan hasil penelitian di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata


Kupang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tidak mengalami
kekambuhan yaitu sebanyak 98 orang (74,2%), sedangkan pasien yang
mengalami kekambuhan sebanyak 34 orang (25,8%).
Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa adalah timbulnya kembali
gejala – gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuart &
Laraia, 2010). Awalnya gangguan jiwa diyakini disebabkan oleh gangguan
utama pada fungsi kognitif karena efek meracuni diri sendiri. Kini semakin
banyak ditemukan bukti – bukti yang menunjukkan dominasi peranan
berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab kekambuhan pasien gangguan
jiwa (Junaidi, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Taufik &Mamnu’ah,
2014) yang menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan pasien gangguan jiwa
dari 85 responden menunjukkan mayoritas tingkat kekambuhannya rendah
yaitu sebanyak 56,5% tidak kambuh. Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu
penelitian (Nasution & Pandiangan, 2018) terhadap 43 pasien di Rumah
Sakit Jiwa Medan Sumatera Utara menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki tingkat kekambuhan yang rendah atau tidak kambuh
sebanyak 53,5%. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
(sari, 2017) terhadap 70 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukit Tinggi menunjukkan mayoritas pasien kambuh sebanyak
67,1%.
Menurut peneliti kekambuhan yang terjadi pada pasien gangguan jiwa
ini dapat dilihat dari timbulnya kembali gejala – gejala yang sebelumnya
terjadi seperti banyak bicara, gangguan perilaku dan lain sebagainya. Ini
semua disebabkan oleh pasien gangguan jiwa yang tidak patuh dalam
minum obat, sehingga muncul kembali gejala – gejala yang biasanya
muncul pada saat awal gangguan jiwa. Pada penelitian ini terjadinya
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa dapat dibuktikan dari responden
menjawab “tidak” pada pernyataan nomor 9 “pasien menghentikan obat
47

yang dikonsumsi sebelum waktunya”, responden menjawab “ya” pada


pernyataan nomor 11 “ketika merasa lebih baik pasien berhenti meminum
obat”.

4.2.3 Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Pasien


Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang Pada Bulan
Desember 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Jiwa Rumah Sakit


Jiwa Naimata menunjukkan bahwa ada hubungan (p=0,000) antara
kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
Rumah Saki Jiwa Naimata Kupang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaunang, dkk (2015),
menunjukkan terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi
kekambuhan pasien gangguan jiwa yang berobat jalan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Prof. Dr.V.L. Ratumbuysang Manado. Kaunang (2015),
menyatakan bahwa dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat
merupakan hal yang paling penting dalam menjalani terapi farmakologi dan
psikoterapi bagi pasien gangguan jiwa. Apabila terapi dan pengobatan
dilakukan dengan teratur dapat mengurangi angka kekambuhan pasien
dengan gangguan jiwa. Adanya dukungan keluarga membuat pasien akan
merasa dikasihi sehingga pasien bisa berbagi perasaan, mengekspresikan
perasaan diri secara terbuka yang akhirnya membuat pasien patuh dalam
menjalani pengobatan penyakit skizofrenia yang dideritanya (Friedman,
2010).
Menurut peneliti angka kekambuhan pada pasien gangguan jiwa akan
berkurang jika pasien patuh minum obat. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sandriani (2014), yang menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan antara kepatuhan minum obat dengan tingkat
kekambuhan pasien gangguan jiwa di Poliklinik RSJ Grhasia Sleman
Yogyakarta. Kepatuhan minum obat sangat berpengaruh terhadap tingkat
kekambuhan pasien gangguan jiwa. Ketidakpatuhan minum obat akan
meningkatkan angka kekambuhan yang tinggi dengan gejala positif yang
menonjol dan parah. Kekambuhan skizofrenia dipicu antara lain tidak
48

minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri
pengobatan tanpa persetujuan dokter, kurangnya dukungan dari keluarga
dan masyarakat serta adanya masalah kehidupan yang berat dan membuat
stres. Pasien gangguan jiwa yang berhenti minum obat akan muncul gejala
seperti halusinasi, waham, isolasi sosial karena terjadi peningkatan kadar
neurotransmitter dopamine. Antipsikotik yang diminum oleh pasien
mempunyai cara kerja menghambat reuptake dopamine neurotransmitter
sehingga terjadi keseimbangan kembali neurotransmitter dopamine (Astuti,
dkk., 2017).
Pengobatan ini berfokus pada mengurangi gejala psikosis dengan
cepat pada fase akut dan mencegah terjadinya kekambuhan atau
pengulangan gejala yang lebih buruk. Selain itu, pada pengobatan yang
teratur pasien dapat kembali kedalam lingkungan sosialnya dalam waktu
yang lebih cepat. Pasien yang menjalani pengobatan secara rutin selama satu
tahun memiliki resiko lebih kecil untuk mengalami kekambuhan
(Naafi,dkk., 2016)
Peneliti berpendapat bahwa hubungan kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa, karena pasien yang tidak patuh minum
obat akan lebih cenderung mengalami kekambuhan. Dapat disimpulkan
bahwa semakin tidak patuh pasien untuk minum obat maka semakin
beresiko pula terjadi kekambuhan pada pasien. Kepatuhan minum obat
merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa, akan tetapi diperlukan dukungan dari anggota
keluarga dan petugas kesehatan untuk memotivasi pasien untuk patuh dalam
meminum obat, sehingga prevalensi kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa akan berkurang.
49

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
mengenai “Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Pasien
Gangguan Jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang”.

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 132 responden, yaitu keluarga
pasien gangguan jiwa yang melakukan kontrol di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang, maka disimpulkan bahwa:
5.1.1 Frekuensi responden yang patuh minum obat adalah sebanyak 95 orang
(72%), dan frekuensi responden yang tidak patuh sebanyak 37 orang
(28,0%).
5.1.2 Frekuensi responden yang tidak kambuh sebanyak 98 orang (74,2%), dan
frekuensi responden yang kambuh sebanyak 34 orang (25,8%).
5.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit  Jiwa
Naimata Kupang.

5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan:
50

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan bagi institusi pendidikan, agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan ajar keperawatan jiwa, dan sumber pustaka untuk aktif
dalam memberikan pemahaman tentang kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
5.2.2 Bagi RSJ Naimata Kupang
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien gangguan jiwa terkait
pentingnya kepatuhan dalam minum obat sebagai upaya dalam mencegah
terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
5.2.3 Bagi Pasien Dan Keluarga
Bagi keluarga diharapkan memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien gangguan jiwa yang menjalani program pengobatan berupa
kepatuhan minum obat selama pasien menjalani program pengobatan.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan metode yang
berbeda seperti menggali faktor lain yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kekambuhan selain dari kepatuhan minum obat pada pasien
dengan gangguan jiwa.
51

DAFTAR PUSTAKA

Amelia., Diny, R., Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia, JIPT. Vol.
1. No. 01:52-64 http://ejournal.umm.ac.id. Diakses 02 Februari 2020

Ananda. M. N. (2016). Kepatuhan Minum Obat Pasien Rawat Jalan Skizofrenia


Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. Dikutip dari http://
kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/60pada 21 oktober 2018.

Barlow, H. D & Durand, M. V. (2007). Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit


Pustaka Belajar

Chaurotia, V.K., Verma, K. K., & Baniya, G.C. (2016). A study of psychosocial
factors related with relapse in schizophrenia, IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (IOSR-JDMS), 15(4), 26-34 ver. XIV, e-ISSN:2279-
0861. www.iosrjournals.org. Diakses 14 April 2020

Elisabeth, M. (2019). Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien


gangguan jiwa melakukan pengobatan rutin ke Puskesmas Sidodadi
Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 2 http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKSY
Diakses 30 Mei 2020

Hamdani, Rozi. (2017). Hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan


klien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sicincin.
52

http//eprints.ums.ac.id.25557/Naskah_publikasi.pdf. Diakses 20 januari


2020

Hidayat. (2009). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika

Katona., Cooper., Robertson. (2012). At a Glance Psikiatri edisi ke 4. Jakarta:


Salemba Humanika

Kaunang, Irene (2015). Hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi


kekambuhan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Ratumbuysang
Manado. UNSRAT, Manado. Ejournal keperawatan (e-Kp)2.

Keliat, B. A. (2006). Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Gangguan Jiwa.


Jakarta: EGC

Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Edisi


1.Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CHMN (Intermediate


Course). Jakarta:EGC

Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional Kemenkes RI.


(2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Jakarta: KEPPKN Kemenkes RI

Muwarni, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Goshyen


Publishing

Nasir, A., & Muhith. (2011). Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

NIMH. (2012). Schizophrenia. www.nimh.nih.gov

Niven. (2002). Psikologi Kesehatan edisi kedua. Jakarta:EGC

Niven. (2012). Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk perawat dan tenaga


kesehatan profesional lain. Jakarta:EGC
53

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke
Cipta

Notoadmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

NTT DKP. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2018. Ir.Erlina
R.Salmun, M.Kes, editor, Kupang: Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur; 2018

Nurjanah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika

O’Brien, P.G. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik: Teori & Praktik.
Jakarta: EGC

Perry & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7, terjemahan


(Ferderika, A). Jakarta: Salemba Medika

Pramana., Elita, V., Dewy, A. (2018). Faktor – faktor yang berhubungan dengan
motivasi keluarga dalam mencegah kekambuhan klien gangguan jiwa.
Jurnal penelitian dan kajian ilmiah. Vol 9, Jilid 2, No 77:1-9

Retnowati, R. (2012). Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota


Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat. Jurnal. Bandung: Universitas Padjadjaran

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia
54

Salam, Nur Fadilah. (2016).Faktor-Faktor yang mempengaruhi kekambuhan


Pasien jiwa di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Prov Sul-Sel.

Stuart, Gail. W.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku 1. Jakarta:EGC

Subandi. (2008). Dimensi Keluarga Pasien Psikotik Di Jawa. Jurnal Psikologi,


Vol 35, No.1, 62-79 Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Taufik. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan


Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJ Grhasia DIY. Jurnal
Keperawatan Yogyakarta: Stikes Aisyiyah Yogyakarta

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama

Yosep, I. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Yudi, P. (2015). Hubungan Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan Skizofrenia


Di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Aceh. Aceh.
Vol 15

Yusuf. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Videbeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wardani, I.Y., Hamid, A.Y.S., Wiarsih, W., & Susanti, H.(2012). Dukungan
Keluarga: Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Klien. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 15(1), 1-6.

WHO. (2017). Schizophrenia. Diakses pada 4 Maret.


http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/

Weret, Z.S., dan Mukherjee, R. (2014). Prevalance of Relapse and Associated


Factors in Patient with Schizofrenia at Amanuel Mental Specialized
Hospital, Addis Ababa, Ethiopia: Institution Based Cross Sectional Study.
International Journal of Multidisciplinary Studies, 2(1), pp.184-192

Widyantoro, A. (2003). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


keluarga penderita gangguan jiwa membawa keluarganya yang sakit
55

berobat jalan di RSJ Provinsi Lampung. Tesis Universitas Indonesia.


http://www.lontar.ui.ac.id/file=pdf/abstrak74084.pdf Diakses 20 April
2020

Wulansih. (2008).Hubungan Antara Tingkat Dan Sikap Keluarga Dengan


Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di RSUD Surakarta. Diakses Tanggal 20
Maret 2015.
56

Lampiran 1
57

Lampiran 2
58

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/lbu calon responden penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Naomi Johana Lema
NIM : 181112020
Adalah mahasiswi Universitas Citra Bangsa Program Studi Ners. Saya akan
melakukan penelitian sebagai rangkaian studi saya dengan judul “Hubungan
kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.“
Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, terkhususnya ilmu keperawatan. Untuk itu saya mohon partisipasi
Bapak/lbu/Sdr/i untuk bersedia menjadi responden dalam pengisian kuesioner.
Saya menjamin kerahasiaan hasil tersebut. Informasi yang saya dapatkan, akan
dipergunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan
digunakan untuk maksud yang lain.
Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/lbu/Sdr/i untuk menjadi
responden dalam penelitian ini dan sebagai bukti kesediaannya, mohon
menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas bantuan dan
kesediaan Bapak/lbu/Sdr/I saya ucapkan terima kasih.

Kupang, November 2020


Hormat saya,

Naomi Johana Lema


Peneliti

Lampiran 3
59

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, atas nama sendiri menyatakan
setuju atau bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai peserta penelitian dengan
judul “Hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.“ yang dilakukan oleh
Naomi Johana Lema dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswi
Universitas Citra Bangsa Program Studi Ners.
Atas dasar pemikiran bahwa penelitian ini dilakukan untuk
pengembangan ilmu keperawatan dan bagi kesehatan, maka saya memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.

Kupang, November 2020


Responden

= =

Lampiran 4
60

No. Responden:

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEKAMBUHAN


PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA NAIMATA
KUPANG

Petunjuk Pengisian Kuesioner


Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan. Kemudian jawablah pertanyaan sesuai
dengan keadaan anda sesungguhnya. Apabila terdapat pertanyaan yang tidak
dimengerti dapat menanyakan kepada pihak kami.

I. Karakteristik Responden

a. Tanggal pengisian :

b. Umur :

c. Alamat :

d. Jenis Kelamin :

e. Pendidikan :

f. Pekerjaan :

g. Agama :

h. Hubungan dengan pasien :

i. Tinggal serumah :
61

II. Kuesioner Kepatuhan Minum Obat


Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan seksama sebelum
bapak/ibu/saudara/i menentukkan jawaban;
2. Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kotak yang paling sesuai
dengan apa yang bapak/ibu/saudara/i alami sesungguhnya;
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan sejujurnya dan peneliti
menjamin kerahasiaan atas jawaban yang bapak/ibu/saudara/i
berikan;
4. Untuk setiap item pernyataan, pilihan bapak/ibu/saudara/i adalah
“Ya dan Tidak”
 Ya : Jika bapak/ibu/saudara/i setuju
 Tidak : Jika bapak/ibu/saudara/i tidak setuju

No Pernyataan Ya Tidak

Benar Pasien
1. Keluarga selalu memastikan obat itu benar –
benar untuk pasien saat mendapatkan obat
dari dokter

2. Keluarga selalu memperhatikan identitas


pasien pada obat yang diberikan oleh dokter

Benar Obat
3. Pasien tidak patuh mengkonsumsi obatnya
karena tidak mengerti instruksi penggunaan
obat

4. Pasien minum obat secara teratur karena


dibantu adanya pemberian label pada setiap
kemasan obat

5. Keluarga pasien menebus resep obat pada saat


obat habis

Benar Dosis
6. Pasien pernah minum obat tidak sesuai
dengan dosis yang diberikan dari dokter
62

7. Pasien selalu meminum obat sesuai dengan


dosis yang diberikan oleh dokter

Benar Cara/Rute
8. Pasien meminum obat pada saat sakit (tanda
dan kekambuhan) muncul saja

9. Pasien tidak menghentikan obat yang


dikonsumsi sebelum waktunya

Benar Waktu
10. Pasien meminum obat secara teratur tanpa
diingatkan oleh keluarga

11. Ketika merasa lebih baik pasien berhenti


meminum obat

12. Pasien mengetahui jadwal minum obat secara


mandiri

13. Keluarga selalu mengingatkan pasien dalam


minum obat

14. Pasien tidak minum obat jika tidak ingatkan


oleh keluarga
63

III. Kuesioner Kekambuhan


Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan seksama sebelum
bapak/ibu/saudara/i menentukan jawaban!

Penjelasan:
Apa itu kekambuhan?
Kekambuhan adalah kembalinya gejala – gejala yang sama yang
sebelumnya sudah membaik pada pasien gangguan jiwa. Gejala –
gejala yang dimaksud seperti mengamuk, berperilaku kasar,
menghancurkan barang – barang, menyendiri, melukai diri sendiri dan
orang lain.

Pertanyaan:
1. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini pasien pernah kambuh?
a. Pernah kambuh
b. Tidak pernah kambuh
Jika pernah kambuh, dalam satu tahun ini pasien mengalami
kekambuhan ...... kali
64

Lampiran 5
65
66

Anda mungkin juga menyukai