Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Air sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di dunia ini. Air dapat
dimanfaatkan untuk keperluan diberbagi bidang, mislanya untuk keperluan sehari-
hari, untuk transportasi air, pembangkit tenaga listrik keperluan irigasi. Irigasi
menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian.
Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air
(irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak
maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan
mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air 2010). Dalam
merencanakan besarnya debit kebutuhan air yang diperlukan pada areal
persawahan secara keseluruhan perlu dilakukan suatu analisa kebutuhan air mulai
dari saluran pembawa yaitu saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier
hingga besarnya kebutuhan di petak-petak sawah, dalam hal ini perlu didukung
dengan kelengkapan data-data yang terkait dalam analisa ini untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Dalam perencanaan pendahuluan suatu sistem irigasi perlu dikerjakan analisis
hidrologi termasuk mengenai kebutuhan air (consumative use), dimana jumlah
kebutuhan air akan menentukan perencanaan bangunan irigasi Perkiraan
banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, cara
pemberian air, banyaknya curah hujan, jenis tanah, waktu penanaman, keadaan
iklim, dan pemeliharaan saluran dan bangunan irigasi. Selain itu juga diperlukan
jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi,
kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air
yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Sedangkan untuk
kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi ditentukan oleh faktor penyiapan
lahan, penggunaan konsumtif, perlokasi, penggantian air dan curah hujan efektif.
Kebutuhan air irigasi dihitung berdasarkan evapotranspirasi acuan (ET 0) dan
dikombinasikan dengan pola tanam dan jadwal tanam, sehingga akan diketahui
jumlah kebutuhan airnya.
Untuk meningkatkan produktivitas air hujan yang dipanen dibutuhkan suatu
usaha dalam menghemat penggunaan air. Penjadwalan irigasi meliputi dua kriteria
1
yaitu waktu dan jumlah air yang akan diberikan melalui irigasi. Penjadwalan pada
selang waktu tetap dengan jumlah pemberian air yang berubah berdasarkan
kondisi ketersediaan air tanah atau lengas tanah. Tanah akan diirigasi kembali
untuk memenuhi kapasitas lapangnya (pF 2,5). Kriteria penjadwalan irigasi yang
paling baik berdasarkan kondisi ketersediaan air dalam tanah sehingga
memberikan efisiensi paling tinggi terhadap sistem irigasi (Priyono, 2009).
Tanah harus segera diirigasi sebelum berada pada kondisi titik layu permanen
(pF 4,2). Pemilihan selang waktu menyesuaikan dengan interval perhitungan
kebutuhan air dan curah hujan yang digunakan. Pelaksanaan operasional waktu
irigasi lebih mudah diterapkan oleh petani sesuai jadwal yang disimulasikan pada
software Cropwat 8.0. Irigasi dilakukan sebagai tambahan suplai air untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman yang tidak bisa dicukupi oleh curah hujan
efektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan air irigasi
dan penjadwalan irigasi di Daerah Irigasi Sangkup, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusinya secara sistematis (Sosrodarsono dan
Takeda 2003). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
irigasi mendefinisikan irigasi sebagai usaha penyediaan, pengaturan dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman
dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan
kontribusi air tanah. Khusus untuk kebutuhan air sawah untuk padi, kebutuhan air
irigasinya dipengaruhi oleh penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi
dan rembesan, penggantian lapisan air, dan curah hujan efektif.
Pola tanam merupakan perpaduan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air
irigasi yang waktunya diusahakan, tempat jenis dan luas penanaman saat musim
hujan dan kemarau disetai penggunaan air yang efisien untuk mendapatkan
produksi semaksimal mungkin (Saputra 2019). Untuk memenuhi kebutuhan air
bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
Tabel dibawah ini merupakan contoh pola tanam yang dapat dipakai.
Tabel 1 Tabel pola tanam
Ketersediaan air untuk jaringan Pola tanam dalam satu tahun
irigasi
1. Tersedia air cukup banyak Padi – Padi – Palawija
2. Tersedia air dalam jumlah cukup Padi – Padi – Bera
Padi – Palawija – Palawija
2
3. Daerah yang cenderung kekurangan Padi – Palawija – Bera
air Palawija – Padi – Bera
Mulai
Didapatkan ETCrop
3
Adapun Persamaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Peluang =( nm + 1) x 100%……………………………………………………...(1)
Keterangan:
n = data ke-n (urutan data)
m = jumlah tahun
Keterangan:
NFR = Netto Field Water Requirement, kebutuhan bersih air di sawah(mm/hari)
ETc = Evaporasi tanaman (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
IR = NFRe…………………………...…………………………………………..(3)
Keterangan:
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hari)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
e = ep x es x et…………………………….……………………………………..(4)
Keterangan:
ep = efisiensi saluran primer = 0,9
es = efisiensi di saluran sekunder = 0,9
et = efisiensi di saluran tersier = 0,8
e = efisiensi keseluruhan didapat = 0,65
DR = IR8,64……………………..………………………………………………(5)
Keterangan:
DR = Kebutuhan pengambilan air pada sumberdaya (lt/dt/ha)
⅛,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2006 tentang Irigasi.
Priyono, S. (2009). Aplikasi Cropwat for Windows untuk dasar manajemen
sumber daya air di petak tersier. Jurnal Teknik WAKTU. 7(1) : 88–92.
4
Saputra W. 2019. Tinjuan kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Salobunne
menggunakan program Cropwat[skirpsi]. Makassar(ID): Universitas
Muhammaduyah Makassar.
Sidharta SK. 1997. Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta (ID) : Gunadarma.
Sudarsono D, Takeda K. 2003. Hifrologi untuk Pengairan. Jakarta(ID): Pradna
Paramita.
Tumiar K. Manik R, Bustomi R, Agus K. 2012. Evaluasi metode Penman-
Monteith dalam menduga laju evapotranspirasi standar (ETo) di dataran rendah
Provinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian Jurusan
Teknik Pertanian Universitas Lampung. Lampung(ID): Universitas Negeri
Lampung.
5
LAMPIRAN
Lampiran 1