Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN MATA PELAJARAN DAN TEMATIK DALAM

PEMBELAJARAN ADHP, DAN INDIVIDUALIZED EDUCATIONAL


PROGRAM - PPI (PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DI
INDIVIDUALISASIKAN)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran
Anak dengan Hambatan Pendengaran diampu oleh Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd.
dan Dr. Endang Rusyani, M.Pd.

Disusun oleh:

Afridha Rahadatul Aisyi 2006852

Firman Abyaksa 2010356

Putri Rohanah Nurjehan 2006476

Sylvi Marcella Alyssia 2006394

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Pendekatan Mata Pelajaran dan Tematik dalam Pembelajaran ADHP dan
Individualized Educational Program - PPI” ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat, dan segenap umatnya yang senantiasa patut dan taat terhadap
ajarannya.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Model Pembelajaran Anak Dengan Hambatan Pendengaran yang
diampu oleh Dr. H. Tati Hernawati, M.Pd dan Dr. Endang Rusyani, M.Pd.

Kami dengan segala kekurangan, tidak akan mampu menyelesaikan tugas


ini tanpa arahan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini demi
meningkatkan kualitas dan kesempurnaan untuk tugas-tugas selanjutnya.

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami, dan
umumnya bagi para pembaca. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua, sehingga dapat
dimudahkan dan dilancarkan segala urusan dunia dan akhirat. Aamiin.

Bandung, 26 September 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

BAB I ................................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

A. Anak dengan Hambatan Pendengaran ...................................................................... 6

B. Pendekatan mata Pelajaran ....................................................................................... 7

C. Tematik ...................................................................................................................... 8

D. Pembelajaran............................................................................................................. 9

E. Peranan guru bagi anak berkebutuhan khusus........................................................ 10

BAB III ............................................................................................................................. 13

A. Pengertian Pembelajaran Tematik ........................................................................... 13

B. Karakteristik Pembelajaran Tematik ....................................................................... 13

C. Tahap-tahap pembelajaran tematik.......................................................................... 15

D. Penilaian dalam Pembelajaran Tematik .................................................................. 18

E. Pembelajaran Tematik pada Anak dengan Hambatan Pendengaran ........................ 18

F. Program Pembelajaran Individual (PPI) ................................................................. 21

BAB IV............................................................................................................................. 23

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Majid (2014:87) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggabungkan suatu konsep atau tema dalam beberapa bidang studi yang
berbeda dengan harapan siswa akan belajar lebih baik dan bermakna. Sejak
tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mangimbau untuk
memberlakukan pembelajaran tematik pada anak kelas 1-3 Sekolah Dasar.
Pembelajaran tematik diterapkan karena pola pikiran anak usia 4-10 tahun
masih holistik yang artinya masih satu kesatuan. Lalu, menurut Jean Piaget usia
siswa Sekolah Dasar masih bersifat operasional kongkrit sehingga masih
membutuhkan alat peraga atau media untuk mengenal suatu konsep . Selain itu,
ketika anak mempelajari suatu konsep tentunya tidak akan jauh dari lingkungan
anak, jadi dengan tema yang menarik, guru dapat mengajarkan berbagai macam
mata pelajaran seperti Matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Seni
Budaya dan Keterampilan, IPA, IPS, PPKn, dan Agama.
Pembelajaran tematik tentunya harus disertai dengan berbagai pendekatan
pembelajaran agar materi dapat tersampaikan dengan baik dan diterima dengan
baik pula oleh anak didik. Menurut Milan Rianto, pendekatan pembelajaran
merupakan cara memandang kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan
bagi guru untuk pengelolaannya dan bagi peserta didik akan memperoleh
kemudahan belajar.
Pembelajaran tematik tidak hanya diberlakukan di sekolah pada umumnya
namun sekolah luar biasa pun memberlakukan pembelajaran tematik.
Pendekatan pembelajaran untuk anak dengan hambatan pendengaran tentunya
berbeda dengan anak pada umumnya, sehingga membutuhkan beberapa
pendekatan agar anak dapat menangkap maksud yang guru sampaikan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran tematik?
2. Apa saja karakteristik pembelajaran tematik?
3. Apa saja tahap-tahap pembelajaran tematik?
4. Bagaimana pembelajaran tematik bagi ADHP?
5. Apa itu Program Pembelajaran Individual (PPI)?
6. Apa saja langkah-langkah yang dibutuhkan dalam merancang PPI?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu pembelajaran tematik
2. Mengetahui karakteristik pembelajaran tematik
3. Mengenal tahap-tahap dari pembelajaran tematik
4. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik
5. Mengetahui apa itu program pembelajaran individual
6. Mengenal langkah-langkah dalam merancang PPI

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anak dengan Hambatan Pendengaran


Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada sistem
pendengarannya, yang menyebabkan ia kesulitan memperoleh informasi
melalui pendengaran. Tunarungu terbagi dua, ada yang disebut hard of
hearing atau kurang dengar; ada pula yang disebut deaf atau tuli. Hallahan
& Kauffman (1991) mengemukakan bahwa orang tuli adalah orang yang
mengalami ketidakmampuan medengar, sehingga mengalami hambatan
dalam memproses informasi melalui pendengarannya baik menggunakan
atau tidak menggunakan hearing aids atau alat bantu dengar. Sedangkan
kurang dengar adalah orang yang mengalami hambatan dalam memproses
infromasi melalui pendengaran, tetapi sisa pendengarannya masih dapat
digunakan untuk mendengar, baik menggunakan atau tidak menggunakan
hearing aids atau alat bantu dengar.

Ketunarunguan dapat terjadi pada dua masa, masa prabahasa dan


pasca bahasa. Ketunarunguan yang terjadi pada masa prabahasa merupakan
kehilangan pendengaran yang terjadi disaat anak belum memahami bahasa
dan kemampuan bicara serta kebahasaannya belum berkembang. Sedangkan
ketunarunguan yang terjadi pada masa pasca bahasa merupakan kehilangan
pendengaran yang terjadi ketika anak sudah memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dan berbahasa. (Kirk & Gallagher, 1989 dalam Hernawati,
T. 2007)
Ketunarunguan yang terjadi dapat menyebabkan sulitnya
berkomunikasi antara tunarungu dan yang mendengar terlebih pada anak
yang mengalami ketunarunguan pada masa prabahasa. Perlu pembelajaran
yang lebih agar anak tersebut dapat memahami bahasa dan simbol-simbol
bahasa.

6
B. Pendekatan mata Pelajaran
Menurut Mulyasa berpendapat bahwa mata pelajaran adalah sesuatu
yang mengandung pesan pembelajaran baik berupa khusus maupun umum.
Mata pelajaran adalah seperangkat alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pebelajaran. Menurut Iskandarwassid
dan Dadang sukendar menyatakan mata pelajaran adalah seperangkat
informasi yang diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh
pembelajaran yang menyenangkan Berdasarkan berbagai pendapat diatas
menyimpulkan mata pelajaran adalah alat yang digunakan guru sebagai
pedoman dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Pendekatan pembelajaran menurut Milan Rianto, merupakan cara
memandang kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan bagi guru untuk
pengelolaannya dan bagi peserta didik akan memperoleh kemudahan
belajar. Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pendekatan berdasarkan proses meliputi pendekatan yang berorientasi
kepada guru / lembaga pendidikan, penyajian bahan ajar yang hampit
semua kegiatannya dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan
(sekolah) sementara peserta didik terkesan pasif, dan pendekatan yang
berorientasi kepada peserta didik, penyajian bahan ajar yang lebih
menonjolkan peran serta peserta didik selama proses pembelajaran.
Sementara guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin.
2. Pendekatan pembelajaran ditinjau dari segi materi meliputi pendekatan
kontekstual, penyajian bahan ajar yang dikontekskan pada situasi
kehidupan di sekitar peserta didik dan pendekatan tematik.
Penyajian bahan ajar dalam bentuk topik-topik dan tema.
Terdapat beberapa macam pendekatan pembelajaran yang
digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual belatar belakang lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan alamiah.
2. Pendekatan Konstruktivisme

7
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan konstektual,
yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan
tiba-tiba.
3. Pendekatan Deduktif – Induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi
dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan
deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah
persoalannya dan konsep dasarnya.
b. Pendekatan Induktif Ciri utama pendekatan induktif dalam
pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun
konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata
yang terjadi di lingkungan.

C. Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang utuh dan
menyeluruh sehingga dapat mengembangkan aspek pengetahuan, sikap
serta keterampilan oleh siswa. Pembelajaran ini menggunakan tema-tema
yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga pembelajaran dapat lebih
bermakna dengan siswa mencari sendiri dan menemukan apa yang akan
mereka pelajari. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Selanjutnya, Sutirjo dan Mamik
(Suryosubroto, 2009: 133) berpendapat bahwa pembelajaran tematik
adalah usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai
atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan sebuah tema. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
8
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan strategi
pembelajaran yang diterapkkan bagi anak sekolah dasar.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau
dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan
dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang
sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam
pendidikan. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara
anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik.

D. Pembelajaran
Menurut Achjar Chalil berpendapat bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Menurut Saiful Sagala mengartikan pembelajaran
adalah proses komunikasi dua arah yaitu mengajar dilakukan oleh pihak
guru sebagai pendidik dan belajar oleh peserta didik. Menurut Rahil
Mahyudin mengartikan pembelajaran sebuah proses perubahan tingkah laku
ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran.
Berdasarkan dari berbagai pendapat para ahli pendidikan bahwa
pembelajaran mempunyai arti yang lebih konstruktif, yaitu mengupayakan
peserta didik mampu belajar, merasa butuh belajar, termotivasi untuk
belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus belajar sehingga
menekankan peserta didik aktif dalam pembelajaran dan diharapkan
mampu memberikan stimulus untuk memperoleh hasil maksimal dalam
proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat beberapa prinsip-prinsip.
Prinsipprinsip pembelajaran dan teori merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan dalam dunia pendidikan. Menurut Dr. Dimyanti dan Drs.
Mudjiono prinsip-prinsip pembelajaran dapat dikembangkan yang meliputi:
1. Perhatian dan motivasi

9
Perhatian merupakan yang terpenting dalam kegiatan belajar. Sehingga
peserta didik akan merasakan kenyamanan dalam menyampaikan suatu
pendapat. Sedangkan motivasi itu minat siswa, dimana kegiatan
pembelajaran yang menarik akan menimbulkan siswa tertarik
perhatiannya sehingga dia termotivasi untuk mempelajarinya.
2. Keaktifan
Keaktifan merupakan sebuah tingkah laku yang ditampakkan oleh
peserta didik dalam menerima proses pembelajaran berlangsung. Mulai
dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang
susah untuk diamati. Peserta didik akan terlihat aktif dan mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
3. Keterlibatan
Keterlitabatan atau yang lebih dikenal dengan pengalaman peserta didik
merupakan proses pembelajaran yang mengacu pada peserta didik yang
bekerja daripada guru yang mentranfer ilmu kepada peserta didik.
Sehingga akan menghasilkan pengalaman pengetahuan yang dirasakan
oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

E. Peranan guru bagi anak berkebutuhan khusus


Proses pembelajaran yang dimulai dari perenanaan dan evaluasi
pembelajaran. Menurut Prey Katz yang menggambarkan peranan guru
sebagai komunikator, motivator sebagai pemberi inspirasi, pembimbing
dalam pengembangan sikap dan tingkah laku dan dalam bahan yang
diajarkan. Menurut Federasi dan organisasi professional guru sedunia
mengungkapkan berperan sebagai transformer dan katalisatir dari nilai dan
sikap. Menurut James W. Brown mengemukakan peran guru harus
menguasai, mengembangkan, merancanakan dan menyiapkan materi
pelajaran. Pendapat diatas disimpulkan tugas pendidik itu mengemban tugas
yang komplek, tiadk hanya mengajar saja tetapi harus mampu menjadi
pembimbing untuk kemajuannya.

10
Undang-undang no.20 tahun 2003 dan peratuan pemerintah RI
no.19 tahun 2005 bab VI tntang standar pendidik dan tenaga kependidikan
memuat persyaratan menjadi guru seperti pasal 28, yaitu :

1. Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi


dalam pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta mampu
mewujudjan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik
harus terpenuhi dibuktikan adanya ijazah dan setifikat keahlian.
2. Guru harus memiliki beberapa kompetensi meliputi pedagogic,
kepribadian, sosial dan professional.
3. Guru yang tidak memiliki ijazah atau sertifikat didalam ayat 2
diperbolehkan mengajar dengan syarat melewati uji kelayakan
dan kesetaraan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan syarat


pendidik itu harus memiliki penguasaan materi dalam pembelajaran,
menjadi teladan dalm perkataan dan perbuatan memiliki keluhuran akhlak
dan mampu mengamalkan apa yang ia pelajari

Schultz (1994 dalam Garnida, 2015) telah menemukan kategori


prasyarat bagi sekolah yang ramah dan inklusif salah satunya adalah sikap
guru dan sekolah yang harus memiliki keyakinan akan menghasilkan proses
pengajaran dan pembelajaran yang meningkat bagi semua orang.
Lingkungan sekolah, khususnya guru perlu menunjukkan persahabatan dan
kerjasama antara siswa dengan atau tanpa hambatan harus dipandang
sebagai suatu norma yang berlaku.

Guru juga perlu memberikan dukungan bagi siswa yang diperlukan


untuk memberikan layanan kebutuhan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Pihak sekolah juga perlu memberikan dukungan untuk guru untuk
memiliki kesempatan latihan yang dapat digunakan dalam menangani
jumlah keberagaman siswa. Kepala sekolah dan staf lain harus pula
memberikan dukungan dan kepemimpinan di sekolah yang lebih inklusif.
Kurikulum harus cukup fleksibel dengan pencapaian dan tujuan belajar
harus diberi penilaian yang memberikan gambaran kemampuan siswa.
11
(Garnida, 2015)

Dalam pembelajaran inklusi, peran guru sangatlah penting karena


merupakan tonggak proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah
yang bersifat inklusi perlu memiliki kemampuan menerapkan kurikulum
yang bersifat heterogen. Langkah yang perlu dipersiapkan guru dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa-siswi


dengan mengacu pada kurikulum yang disesuaikan. Guru mampu
menyusun rencana program pembelajaran individual (PPI) yang mampu
memodifikasi kurikulum disesuaikan kemampuan anak didik,
2. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan siswa-siswi yang menekankan pada proses belajar yang
optimal. Pembelajaran dapat bersifat fleksibel dengan melihat pada
kemajuan anak,
3. Penilaian meliputi pengukuran terhadap materi yang telah dipelajari
dengan standar individual pada kemampuan dasar yang harus dikuasai,
Pengawasan pembelajaran dilakukan tidak hanya oleh pihak sekolah
namun bekerja sama dengan orang tua di lingkungan masyarakat.
(Hamalik, 2011 dan Garnida, 2015)

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema tertentu yang relevan untuk dikaitkan dengan beberapa mata
pelajaran. Penggunaan tema dimaksud untuk anak mampu mengenal berbagai
konsep dengan mudah dan jelas. Model pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan tematik mengaitkan isi mata pelajaran dengan tema yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan
pengetahuan peserta didik dalam membentuk pengetahuan berdasarkan pada
pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Sehingga peserta didik mampu
belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari.
Pada kesimpulannya, pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema tertentu serta dikaitkan dengan pengalaman nyata
kehidupan sehari-hari sehingga memberikan pembelajaran dan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik.

B. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Pembelajaran dengan pendekatan tematik memiliki beberapa karakteristik
antara lain:
1) Berpusat pada peserta didik (student centered)
Peserta sebagai pelaku utama pembelajaran, semua arah dan tujuan pendidikan
harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pendidik atau guru dalam hal ini
hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi hal-hal yang dibutuhkan peserta didik
sesuai dengan minatnya serta memberikan dorongan serta motivasi.
2) Memberikan pengalaman langsung (direct experience)
Peserta didik diharapkan dapat mengalami sendiri proses pembelajaran dari
persiapan sampai produknya. Hal ini hanya dapat terjadi jika anak didik dihadapkan
pada situasi yang nyata, yaitu lingkungan anak didik sendiri.

13
3) Terintegrasi
Karakter pembelajaran tematik yang terintegrasi membuat seolah batasan antar
mata pelajaran menjadi tidak jelas bahkan dihilangkan dalam sajian materi
pembelajarannya. Mata pelajaran disatukan dalam satu unit atau tema, dalam satu
tema tersebut mengandung banyak mata pelajaran. Dengan kata lain, satu unit atau
tema ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran.
4) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat fleksibel dan terpadu. Pembelajaran tematik
dilakukan dengan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang satu dengan
pengetahuan yang lain, antara pengalaman yang satu dengan pengalaman yang lain,
bahkan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang satu dengan pengalaman
lain dan/atau sebaliknya.
5) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
Pembelajaran tematik harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, oleh karena
itu dalam pembelajaran tematik pendidik memberikan dorongan untuk tumbuhnya
minat dan motivasi belajar peserta didik. Sehingga peserta didik dapat memperoleh
kesempatan banyak untuk mengoptimalkan potensi yang telah dimiliki.
6) Prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
Pembelajaran tematik berangkat dari prinsip bahwa anak didik harus terlibat
aktif dalam pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas anak didik serta
mencapai sasaran. Semua prinsip tersebut harus diimplikasikan dalam suasana yang
menyenangkan.
7) Holistik
Suatu permasalahan dalam pembelajaran temtik diamati dan dikaji beberapa
bidang studi sekaligus, menyeluruh, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
8) Bermakna
Pembelajaran tematik yang berisi suatu fenomena, lalu dilakukan pengkajian
terhadap fenomena tersebut dari berbagai macam aspek. Sehingga terbentuk
keterkaitan antar-skemata yang dimiliki siswa, yang akan memberi dampak
kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

14
C. Tahap-tahap pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik dalam pelaksanaannya terdiri dari tahap persiapan,
kegiatan, dan penilaian.
1. Tahap Persiapan
Ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dalam tahap persiapan, yaitu:
a. Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator dalam tema
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara
komprehensif dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Kegiatan tersebut berupa penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam indikator. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan indikator, yaitu:
1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
3) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diamati.
Setelah indikator dikembangkan, kegiatan selanjutnya yang dilakukan
adalah menentukan tema. Terdapat dua cara dalam menentukan tema. Cara yang
pertama dengan mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai. Cara yang kedua dengan menetapkan terlebih
dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dalam menentukan tema tersebut guru
dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menentukan tema,
yaitu:
1) Memperhatikan lingkungan siswa.
2) Dimulai dari yang termudah hingga yang tersulit.
3) Dimulai dari yang sederhana hingga yang kompleks.
4) Dimulai dari yang konkret hingga yang abstrak.
5) Tema yang dipilih harus mendorong terjadinya proses berpikir pada diri
siswa.

15
6) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

b. Menetapkan jaringan tema


Guru menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
pemersatu sehingga akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan
indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat disesuaikan dan
dikembangkan dengan alokasi waktu setiap tema.

c. Penyusunan silabus
Komponen silabus terdiri dari:
1) Standar kompetensi
2) Kompetensi dasar
3) Indikator
4) Pengalaman belajar
5) Alat/sumber 6) Penilaian

d. Penyusunan RPP
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
1) Identitas mata pelajaran, seperti nama mata pelajaran yang akan
dipadukan, kelas, semester, dan waktu (alokasi jam pertemuan).
2) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
3) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4) Strategi pembelajaran, kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator,
kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup.
5) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.

16
6) Penilaian dan tindak lanjut yang digunakan untuk menilai pencapaian
belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian.

2. Tahap pelaksanaan
a. Kegiatan perhari
1) Kegiatan pembukaan (± 1 jam pelajaran)
2) Kegiatan inti (± 3 jam pelajaran)
3) Kegiatan penutup (± 1 jam pelajaran)
b. Pengaturan jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan, guru
bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru pendidikan. Jasmani
dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran.

3. Tahap kegiatan
a. Kegiatan pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat
dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan
disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah
bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi.

b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung.
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai
strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal,
kelompok kecil, ataupun perorangan.

c. Kegiatan penutup
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil
pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita
dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

17
D. Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang
proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh
peserta didik melalui pembelajaran.
Penilaian di kelas I, II, dan III mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran
lain di Sekolah Dasar. Mengingat bahwa peserta didik kelas I SD belum semuanya
lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada
penilaian secara tertulis.
Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merupakan kemampuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.

E. Pembelajaran Tematik pada Anak dengan Hambatan Pendengaran


Metode pembelajaran yang baik adalah metode sesuai dan tepat sehingga dapat
diterapkan pada kondisi peserta didik. Dalam arti lain, metode pembelajaran
tersebut diterapkan pada kasus dan problematika belajar masing-masing anak
berkebutuhan khusus dengan karakteristik tertentu, termasuk anak dengan
hambatan pendengaran.
Ketidakmampuan dalam mendengar membuat anak tunarungun mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. Peserta didik diharapkan dapat
mengalami pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berbahasa, sehingga
peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik.
Metode pembelajaran tematik bagi siswa dengan hambatan pendengaran bisa
menggunakan metode pembelajaran sebagai berikut:

1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan oleh guru
dalam pembelajaran. Perbedaan penggunaan metode ceramah pada pembelajaran
bagi siswa pada umumnya dengan siswa dengan hambatan pendengaran adalah
teknik penyampaian materi harus dengan bahasa yang jelas sehingga siswa dapat
menyimak materi yang disampaikan.

18
Karena hambatan yang dialaminya, siswa dengan hambatan pendengaran lebih
banyak mengandalkan kemampuan visualnya. Tetapi, terkadang siswa hanya
mampu melihat tanpa bisa memahami apa yang mereka lihat karena tidak dapat
mendengarkan penjelasan yang guru berikan.
Oleh karena itu, metode ceramah dikombinasikan dengan memanfaatkan
metode terapi wicara anak dengan hambatan pendengaran, yaitu dengan
menggunakan metode SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), metode lips reading
(membaca ujaran), serta Metode Maternal Reflektif (MMR). Dengan metode yang
dikombinasikan tersebut diharapkan dapat membantu siswa dengan hambatan
pendengaran menerjemahkan materi pelajaran yang divisualisasikan siswa menjadi
sesuatu yang dapat diungkapkan melalui kata-kata (diverbalisasikan) oleh guru
sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Metode tanya jawab


Salah satu metode yang memegang peranan penting dalam meningkatkan
partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran serta mendorong rasa
ingin tahu siswa pada materi yang dipermasalahkan. Dalam pelaksanaannya, guru
dapat menerapkan metode tanya jawab dengan dikombinasikan dengan metode
SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), metode lips reading (membaca ujaran),
serta Metode Maternal Reflektif (MMR). Dengan metode ini, suasana belajar di
kelas menjadi lebih hidup karena terdapat keterlibatan langsung siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

3. Metode diskusi
Metode diskusi biasanya dilakukan secara berkelompok untuk memecahkan
suatu masalah dari sebuah pertanyaan yang dirumuskan oleh guru. Metode ini
memberikan kesempatan bagi siswa dengan hambatan pendengaran untuk berani
berkomunikasi mengemukakan pendapatnya pada teman-temannya. Siswa mampu
berdiskusi dan memecahkan masalah sesuai dengan pengetahun mereka walaupun
dengan keterbatasan bahasa yang mereka alami. Setelah itu, peserta didik diminta
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sesuai dengan bahasa
mereka sendiri.

19
4. Metode drill (latihan)
Metode drill merupakan metode yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
durasi waktu yang sebentar. Metode ini menjadi salah satu metode penting untuk
diterapkan dalam pembelajaran siswa dengan hambatan pendengaran, salah satunya
untuk melatih keterampilan menulis. Ketidakmampuan mendengar pada siswa
menyebabkan hambatan dalam pemerolehan bahasa, sehingga kosakata yang
dimiliki oleh siswa sangat minim dan kadang terbalik-balik dalam menyusun
kalimat.

5. Metode resitasi (pemberian tugas)


Pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan batas waktu yang
ditentukan oleh guru. Dalam pelaksanaannya, guru memberikan instruksi tugas
dengan jelas menggunakan kombinasi dari metode SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia), metode lips reading (membaca ujaran), serta Metode Maternal Reflektif
(MMR) untuk berkomunikasi dengan siswa. Sehingga siswa dengan hambatan
pendengaran mampu memahami tugas yang harus dikerjakan, serta minim
terjadinya kesulitan dan kesalahan saat mengerjakan tugas tersebut.

6. Metode demonstrasi
Guru memperagakan pembelajaran dan peserta memperhatikan dengan seksama
sehingga dapat menirukan atau mendemonstrasikan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Contohnya dalam pembelajaran tematik yang menyenangkan
menggunakan nyanyian, peserta didik dapat menirukan kegiatan dengan berisyarat
lagu serta melantunkan liriknya secara berulang-ulang sampai siswa bisa. Metode
ini juga digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam materi membaca Al-Qur’an.

20
F. Program Pembelajaran Individual (PPI)
Berdasarkan UNESCO (1998:203) bahwa “Kurikulum Program
Pendidikan Individual (PPI) atau Indivilized Educational Program (IEP)
diperuntukan bagi peserta didik yang memang tidak memungkinkan
menggunakan kurikulum reguler maupun modifikasi. Tingkat kebutuhan
pelayanan khususnya termasuk kompleks”. Kurikulum disini terdapat
kurikulum reguler yaitu kurikulum utuh, kemudian kurikulum modifikasi
yaitu kurikulum reguler yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak
dan yang terakhir yaitu Kurikulum
Program Pendidikan Individual (PPI) atau Indivilized Educational
Program (IEP) yang dikhususkan bagi peserta didik sesuai dengan
kecacatannya. PPI merupakan dokumen tertulis yang dikembangkan dalam
suatu rencana pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (child with special
need). Mercer and Mercer (1989), mengemukakan bahwa “program
individualisasi merujuk kepada suatu program pengajaran dimana siswa
bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya”.
Sejalan dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Lynch (1994:47)
mengemukakan bahwa IEP merupakan suatu kurikulum atau suatu program
pembelajaran yang didasarkan kepada gaya, kekuatan dan
kebutuhankebutuhan khusus anak dalam belajar. Ini menunjukkan bahwa PPI
pada prinsipnya adalah suatu program pembelajaran yang didasarkan kepada
setiap kebutuhan individu (anak). Kedua pandangan di atas mengandung
pengertian bahwa siswalah yang harus mengendalikan program, bukan
program yang mengendalikan siswa.
Alasan pelaksanaan PPI itu penting bagi ABK menurut Snell (1983, dalam
Ishartiwi, 2007), adalah:
1) semua ABK masih memiliki potensi untuk belajar;
2) semua ABK membutuhkan pembelajaran keterampilan, yang sesuai
dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat;
3) sekolah harus melaksanakan pembelajaran keterampilan fungsional,
sesuai kebutuhan individual;
4) prinsip-prinsip pengembangan perilaku secara universal, dapat
diterapkan sebagai metode pembelajaran;
21
5) penilaian hasil belajar dilakukan secara informal (tidak penilaian kriteria
standar), lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku
fungsional; dan
6) prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak

langkah-langkah dalam rancangan PPI yaitu:


1) Kerja sama guru dan orang tua,
2) Penjelasan dan persetujuan
3) asesmen (menilai) kebutuhan khusus anak,
4) pembentukan tim PPI, 3) mengembangkan tujuan jangka panjang dan
pendek,
5) pengembangan IEP merancang metode dan prosedur pembelajaran
6) menetapkan materi pembelajaran, dan
7) melakukan evaluasi kemajuan belajar anak.
Oleh karena itu Program Pembelajaran Individual dijalankan oleh
pendidik, terlebih dahulu pendidik harus melakukan identifikasi terhadap
kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus agar diperoleh informasi
yang akurat mengenai kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
Setelah proses skrining atau assesment dilakukan dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus teridentifikasi, maka Program Pembelajaran
Individual (IEP) dapat dijalankan di kelas-kelas reguler.

22
BAB IV

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran menurut Milan Rianto, merupakan cara
memandang kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan bagi guru untuk
pengelolaannya dan bagi peserta didik akan memperoleh kemudahan
belajar dan pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema tertentu yang relevan untuk dikaitkan dengan
beberapa mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran bagi anak dengan
hambatan pendengaran dapat dilakukan dengan beberapa metode, di
antaranya dengan metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi,
metode latihan, metode resitasi atau pemberian tugas, dan metode
demonstrasi. Pendekatan-pendekatan ini diharapkan dapat memberi
pemahaman yang ditangkap dengan baik oleh anak didik sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.

23
DAFTAR PUSTAKA

Awliyah, R. E. (2019). Pembelajaran Tematik pada Anak Berkebutuhan Khusus


Tunarungu di SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H. Kota Jambi.
Skripsi. Jambi: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri
Sulthan Thaha Saifuddin.
Damayanti, T., Hamdan, S. R., & Khasanah, A. N. (2017). Kompetensi Guru Di
Dalam Proses Pembelajaran Inklusi Pada Guru Sd Negeri Di Kota Bandung.
Schema: Journal of Psychological Research, 79-88.
Hidayah, N. (2015). Pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar. Terampil:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(1), 34-49.

Luvita, W. F. (2021). Metode Pembelajaran Tematik bagi Siswa Tunarungu.


Mozaic Islam Nusantara, journal unusia. 7(1), 100-102. DOI:
10.47776/mozaic.v7i1.178
Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model
pembelajaran. Online)(http://smacepiring. wordpress. com).

Supriadi, O. (2009). Pengembangan profesionalisme guru sekolah dasar. Jurnal


Tabularasa, 6(1), 27-38.

AWLIYAH, R. F., Idris, I., & Ikhtiati, I. (2019). PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PROF. DR. SRI
SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN, SH KOTA JAMBI (Doctoral dissertation, UIN SULTHAN
THAHA SAIFUDDINJAMBI).

Dwimarta, R. (2016). Rancangan IEP (Individualized Educational Program) Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus Pada Pendidikan Inklusif. Prosiding Ilmu Pendidikan, 1(2).

24

Anda mungkin juga menyukai