Anda di halaman 1dari 13

WAKTU DAN TEMPAT GEOGRAFIS Oleh Efa Ainul Falah, MA.

A. Rotasi dan Revolusi Bumi Bumi mengalami dua perputaran sekaligus. Yang pertama adalah perputaran pada porosnya yang disebut rotasi dan yang kedua perputaran yang berupa peredaran mengelilingi matahari yang disebut revolusi. Secara bahasa Rotasi adalah perputaran benda pada suatu sumbu yang tetap, misalnya perputaran gasing pada pangkalnya. Rotasi bumi dengan demikian adalah perputaran bumi pada poros/sumbunya yang biasa dianalogikan dengan gasing. Rotasi bumi terjadi pada poros/sumbu utara-selatan, yaitu garis tegak dan sedikit miring ke kanan. Bumi berotasi dari barat ke timur. Buktinya, terlihat matahari terbit di timur dan terbenam di barat. Sumbu rotasi bumi (sumbu imajiner bumi) membentuk sudut 23,5 terhadap sumbu revolusinya. Sudut ini hampir tidak berubah. Buktinya, kutub utara bumi selalu mengarah ke satu arah, yaitu ke arah bintang utara. Miringnya sumbu rotasi ini dibuktikan dengan adanya empat musim di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Ketika kemiringannya mengarah ke matahari, di belahan bumi utara yang mendapat lebih banyak sinar matahari, terjadi musim panas. Sebaliknya, di belahan bumi selatan terjadi musim dingin. Di daerah kutub utara tidak ada malam (terus terang sepanjang hari), sebaliknya di daerah kutub selatan tidak ada siang (terus malam). Ketika kemiringanya menjauhi matahari, terjadi musim dingin di utara dan musim panas di selatan. Di antara kedua posisi itu terjadi musim semi dan musim gugur. Waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk berotasi satu kali putaran adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Bumi berrotasi dengan putaran berlawanan jarum jam dari barat ke timur dengan kecepatan 40093/23.9344 = 1675,12km/jam. Karena rotasi inilah matahari terlihat bergerak dari timur ke Barat. Sedangkan yang dibutuhkan untuk berrevolusi mengelilingi matahari satu putaran adalah 365,2564 hari. Bumi berrevolusi juga berlawanan dengan jarum jam yaitu dari barat ke timur dengan kecepatan + 942857143/(365,2564x23,9344) = 107851,3328 km/jam atau sekitar 30 km/detik. Pengaruh akibat Rotasi Bumi 1. Pergantian Siang dan malam
1

2. Perbedaan waktu 3. Perbedaan percepatan gravitasi bumi 4. Pembelokan arah angin 5. pembelokan arus laut 6. peredaran semu harian benda-benda langit Pengaruh akibat Revolusi Bumi 1. Pergantian musim 2. perbedaan lamanya siang dan malam 3. Gerak semu matahari 4. Terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan

B. Sistem Waktu Waktu merupakan ciptaan Allah yang mengiringi penciptaan seluruh makhluknya. Semua makhluk tunduk pada hukum ruang dan waktu. Setiap makhluk dan kejadian yang ada di alam ini selalu memiliki dimensi ruang tempat berada atau tempat terjadinya sesuatu serta dimensi waktu ketika apa dan selama apa sesuatu itu ada atau suatu kejadian itu berlangsung. Ada dua aspek waktu yang dipakai untuk menandai keberadaan sesuatu atau terjadinya sesuatu, yaitu:
1.

Waktu epok (kala), yaitu waktu yang menunjukkan bertepatannya sesuatu keadaan atau kejadian dengan momentum tertentu. Hal ini dapat kita contohkan ke sistem waktu yang dipakai zaman dahulu untuk menandai peristiwa tertentu seperti kelahiran. Untuk mengingat kapan lahirnya seorang anak ditunjukkan oleh peristiwa lainnya yang terjadi saat itu. Anak yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat ditunjukkan oleh waktu epok, yaitu kemerdekaan RI. Demikian pula matahari terbit, misalnya, terjadi ketika beranjak dari ketinggian 0 di ufuk timur.

2.

Waktu interval, yaitu waktu yang diperlukan atau berselang antara dua epok; misalnya waktu siang terjadi antara matahari terbit dan terbenam. Waktu interval ini dapat diukur melalui satuan waktu yang disepakati seperti abad, dasawarsa, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. Setiap satuan waktu tersebut memerlukan interval yang berlangsung antara permulaan dan penghujung waktu tersebut.

Ada 3 Sistem Waktu:


1. Waktu Bintang (sidereal time) dan Waktu Matahari (universal/solar time) yang

berdasarkan rotasi harian Bumi.


2. Waktu Dinamik, yang berdasarkan pada pergerakan benda-benda langit (celestial

bodies) dalam sistem matahari.


3. Waktu Atom, yang berdasarkan pada osilasi elektromagnetik yang dikontrol atau

dihasilkan oleh transisi kuantum dari suatu atom. Yang dimaksud waktu bintang adalah waktu yang diperlukan oleh bintang melakukan perputaran semu pada bumi satu kali putaran. Adanya waktu bintang diakibatkan oleh rotasi bumi. Akibat dari rotasi bumi, bintang-bintang terlihat dari bumi seperti bergerak dari timur ke barat. Pergerakan bintang semu ini memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik. Epok waktu bintang secara numerik adalah sudut waktu dari titik semi (vernal equinox/haml). Pada titik inilah waktu bintang menunjukkan pukul 0. Satu hari bintang adalah interval waktu antara dua kulminasi atas yang berurutan dari titik semi menengah di meridian tertentu. Jam nol (00:00) suatu hari bintang adalah pada saat titik semi (menengah) berkulminasi atas. Waktu bintang sejati tidak digunakan sebagai ukuran interval waktu karena kecepatannya yang tidak uniform, yang disebabkan oleh bervariasinya kecepatan rotasi bumi dan juga arah dari sumbu rotasi bumi itu sendiri Sudut waktu dari titik semi sejati dinamakan Waktu Bintang Sejati (Apparent Sideral Time, AST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dinamakan GAST (Greenwich Apparent Sideral Time), dan bila referensinya meridian lokal dinamakan LAST (Local Apparent Sideral Time). Sudut waktu dari titik semi menengah dinamakan Waktu Bintang Menengah (Mean Sideral Time, MST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dinamakan GMST (Greenwich Mean Sideral Time), dan bila referensinya meridian lokal dinamakan LMST (Local Mean Sideral Time). Untuk menghitung satu hari bintang, kita bisa melihat posisi bintang tersebut. Suatu saat, suatu obyek langit tepat dalam posisi transit atau berada di meridian (saat posisinya tertinggi, atau ketika di atas horison posisinya tepat di utara (azimuth = 0 derajat) atau selatan (azimuth = 180 derajat) atau di zenith (tepat di atas kepala kita). Keesokan harinya, obyek langit tersebut kembali tepat di atas meridian. Lama waktu antara dua kali transit dinamakan dengan satu hari (day), bergantung pada jenis obyek langit tersebut.
3

Jika obyek itu adalah bintang tetap (fixed star) maka disebut sidereal day. Jika obyek itu adalah matahari maka disebut solar day. Jika obyek itu adalah matahari fiktif (yang lintasannya selalu seragam) maka disebut mean solar day. Adapun yang dimaksud dengan waktu matahari (solar or universal time) adalah waktu yang diperlukan oleh bumi untuk berrotasi dan berrevolusi mengelilingi matahari. Dalam berrotasi, dikenal dua macam periode, yaitu:
1.

Periode sideris rotasi bumi yang memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik. Pada periode ini bumi telah melakukan perputaran satu kali putaran. Namun karena bumi berrevolusi, satu kali putaran ini belum mengembalikan suatu titik atau tempat di bumi ke posisi semula yang berkaitan dengan benda langit lain terutama matahari. Artinya, terbitnya matahari di arah timur pada jam tertentu, belum terulang dalam periode sideris ini. Setiap hari bumi berevolusi sekitar 1 atau sama dengan 4 menit. Agar setiap tempat di muka bumi kembali ke tempat semula, diperlukan waktu 4 menit lagi.

2.

Periode sinodis rotasi bumi yang memerlukan waktu 24 jam. Waktu ini merupakan penambahan atas waktu periode sideris. Pada periode ini setiap tempat akan kembali ke tempat semula setelah bumi berrotasi selama 24 jam. Dengan begitu, satu sidereal day lebih pendek dari pada satu solar day dan sebaliknya satu solar day lebih lama daripada satu sidereal day. Karena itu dibutuhkan waktu sedikit lebih lama buat matahari untuk kembali ke posisi semula, dibandingkan dengan bintang tetap.

Dari gambar tersebut tampak bahwa 1 hari = 24 jam. Waktu yang kita gunakan sehari-hari adalah solar time. 1 solar day sama dengan 24 jam solar time. Sementara itu, 1 sidereal day atau 24 sidereal time sama dengan 23 jam 56 menit 4 detik solar time. Waktu untuk menunjukkan sidereal time adalah Greenwich Sidereal Time (GST), sedangkan waktu untuk solar time adalah UT. Akibat dari perbedaan 4 menit ini, bintang-bintang yang diamati akan terbit terlambat 4 menit pada hari berikutnya. Waktu matahari dan waktu sideral ditandai dengan waktu yang sama (00:00), yaitu pada tanggal 23-24 September, dimana pada waktu ini lintasan matahari memotong katulistiwa langit. Titik pertemuan ini disebut vernal equinox atau haml. Epok waktu matahari secara numerik adalah sudut waktu dari matahari. Karena pergerakan matahari sejati (apparent sun) sepanjang ekliptika tidak uniform, maka matahari sejati kurang ideal untuk pendefinisian sistem waktu. Jam nol (00:00) suatu hari matahari adalah pada saat matahari menengah berkulminasi bawah (tengah malam). Satu hari matahari adalah interval waktu antara dua kulminasi bawah yang berurutan dari matahari menengah di meridian tertentu (dari tengah malam ke tengah malam berikutnya). Yang sebaiknya digunakan adalah matahari khayal (fictious sun) atau matahari menengah (mean sun) yang dikarakterisir dengan pergerakannya yang uniform sepanjang ekliptika. Sistem waktu matahari menengah (mean solar time, MT) didefinisikan sebagai : {MT = Sudut waktu matahari menengah + 12 jam} Bila referensinya meridian Greenwich
5

dinamakan GMT (Greenwich Mean Solar Time) yang disebut juga Universal Time (UT). Bila referensinya meridian lokal dinamakan LMT (Local Mean Solar Time). Dalam kasus matahari sejati, bila referensinya meridian Greenwich maka waktu mataharinya dinamakan GAT (Greenwich Apparent Solar Time). Bila referensinya meridian lokal dinamakan LAT (Local Apparent Solar Time). Karena Bumi melakukan revolusi sekitar Matahari, maka satu hari Matahari akan sedikit lebih panjang dibandingkan satu hari Bintang 0.986/360 x 24 jam = 4 menit. Sedangkan waktu bulan adalah waktu yang diperlukan oleh bulan berrotasi dan berrevolusi mengelilingi bumi. Waktu yang diperlukan untuk berrotasi dan berrevolusi sama. Akibat dari kesamaan waktu kedua putaran ini sisi bulan yang menghadap ke bumi selalu sama. Setiap bulan bergerak mengelilingi bumi dari barat ke timur, setiap itu pulalah bulan memutar dirinya dari barat ke timur. Kecepatan bulan berrotasi menurut waktu sideris adalah 3500/(27,32 x 24) = 5,338 km/jam. Sedangkan kecepatan bulan berrevolusi menurut waktu sideris adalah 2413714/(27,32 x 24) = 3681,24 km/jam. Waktu bulan juga memiliki dua pola sideris dan sinodis. Waktu yang ditempuh oleh kedua pola ini masing-masing adalah:
1.

Waktu revolusi bulan mengelilingi bumi adalah 27 1/3 hari. Waktu ini disebut satu bulan sideris (Syahrun Nujumi), yaitu waktu yang dibutuhkan bulan mengelilingi bumi sejauh 360

2.

Adapun lama selang waktu antara dua fase bulan adalah 29 hari. Waktu ini disebut satu bulan sinodis (Syahrul Iqtirani). Bulan sideris dan sinodis menjadi berbeda akibat adanya revolusi bumi. Lamanya satu bulan (month) secara astronomis bergantung pada pergerakan bulan

(moon atau lunar). Bulan (moon) berotasi terhadap sumbunya. Gerakan bulan mengitari bumi dapat ditinjau menurut kerangka acuan matahari, bintang jauh atau vernal ekuinoks. Karena lintasan bulan mengitari bumi berbentuk elips, jarak bumi-bulan berubah setiap saat. Suatu saat mencapai jarak terdekat (perigee), belasan hari kemudian mencapai jarak terjauh (apogee). Selain itu, bidang orbit bulan mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi mengitari matahari (bidang ekliptika). Rata-rata kemiringan orbit bulan terhadap bidang ekliptika adalah sekitar 5,13 derajat. Karena itu suatu saat bulan tepat berada di bidang ekliptika dalam posisi naik (atau turun) dan belasan hari kemudian kembali tepat di
6

bidang ekliptika dalam posisi turun (atau naik). Titik naik dan turun saat bulan tepat di bidang ekliptika masing-masing disebut ascending node dan descending node. Dari berbagai macam gerakan bulan (moon) di atas, kita dapat mendefinisikan macam-macam bulan (month) sebagai berikut: 1. Sinodic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan mengitari bumi ditinjau dari matahari, yaitu sebesar 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Ini dipakai sebagai acuan untuk kalender Islam.
2.

Sidereal month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan mengitari bumi ditinjau dari bintang jauh, yaitu sebesar 27 hari 7 jam 43 menit 11,5 detik.

3.

Tropical month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan mengitari bumi ditinjau dari vernal ekuinoks, yaitu sebesar 27 hari 7 jam 43 menit 4,7 detik.

4.

Anomalistic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan mengitari bumi dari perigee ke perigee berikutnya, yaitu sebesar 27 hari 13 jam 18 menit 33,2 detik.

5. 35,8 detik.

Draconic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan mengitari bumi dari satu ascending node ke ascending node berikutnya, yaitu sebesar 27 hari 5 jam 5 menit

Selain waktu bintang dan waktu matahari, dikenal pula waktu universal dan waktu dinamis. Dasar dari pengukuran waktu adalah rotasi bumi terhadap sumbunya. Akibat rotasi bumi, matahari nampak bergerak, terbit di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Jenis waktu yang terkait dengan gerakan matahari yang diamati di meridian Greenwich (bujur 0 derajat) adalah Universal Time (UT) atau Greenwich Civil Time. Kita sering menyebutnya Greenwich Mean Time (GMT). Bagi yang tinggal di Jakarta, misalnya, waktu lokal di Jakarta (atau Waktu Indonesia bagian Barat, WIB) adalah GMT + 7 jam atau lebih tepat UT + 7 jam. Contoh: pukul 14:00:00 UT = 21:00:00 WIB. Namun perlu diketahui, rotasi bumi tidaklah konstan sepanjang waktu. Rotasi bumi perlahan-lahan melambat dan tidak teratur. Karena itu UT bukanlah waktu yang seragam (uniform). Sementara itu astronom memerlukan skala waktu yang seragam untuk keperluan perhitungan astronomis. Karena itu diperkenalkan sistem waktu yang seragam yaitu Dynamical Time (disingkat TD, bukan DT). Selisih antara TD dengan UT adalah Delta_T yang dirumuskan sebagai Delta_T = TD UT [1, 2]. Nilai Delta_T ini hanya bisa ditentukan lewat observasi. Observasi untuk menentukan Delta_T telah dilakukan orang
7

sejak sekitar tahun 1620 M hingga saat ini. Tahun 1620, Delta_T sekitar 124 detik. Tahun 1800 sekitar 14 detik. Tahun 2000 sekitar 64 detik. Tahun 2009 sekitar 66 detik. Di luar rentang waktu itu, orang hanya bisa membuat perkiraan atau ekstrapolasi

C. Sistem Koordinat Bumi Setiap tempat, bahkan titik, di muka bumi ini memiliki posisi tersendiri yang ditunjukkan dalam angka koordinat. Angka koordinat suatu tempat di bumi terdiri dari Lintang dan Bujur. Lintang/latitude/urdhul balad ( ) adalah jarak antara garis katulistiwa atau equator sampai satu titik di permukaan bumi yang diukur sepanjang garis meridian. Posisi lintang ditentukan oleh garis katulistiwa di mana daerah yang berada persis di garis katulistiwa mempunyai angka Lintang 0. Daerah yang berada di sebelah selatan garis katulistiwa berada pada posisi Lintang Selatan (LS) sedangkan yang berada di sebelah utara berada pada posisi LintangUtara (LU). Yang dimaksud dengan bujur/longitude/thulul balad ( ) adalah jarak antara garis meridian yang melewati titik acuan sampai suatu titik di muka bumi sepanjang garis katulistiwa Dalam astronomi modern, posisi Bujur ditentukan oleh garis 0 yang membentang dari utara ke selatan yang melewati kota Greenwich di Inggris. Daerah yang berada di sebelah barat Greenwich berada pada posisi Bujur Barat (BR) sedangkan yang berada di sebelah timur Greenwich berada pada posisi Bujur Timur (BT). Jakarta, misalnya, karena terletak di posisi sebelah selatan garis katulistiwa dan juga berada di sebelah timur Greenwich, maka nilai koordinatnya berada di posisi Lintang Selatan dan Bujur Timur, atau persisinya - 6 10 LS dan 106 49 BT. Adapun untuk mengetahui posisi di mana kita berada dapat ditentukan melalui beberapa cara, antara lain: 1. Pencarian posisi bumi dengan dengan Global Positioning System (GPS).
2. Pencarian

melalui

situs

internet

(misalnya

www.infoplease.com/atlas/laitude-

longitude.html) 3. Pencarian melalui software komputer (misalnya Encarta) 4. Penghitungan interpolasi dengan tempat lain 5. Penghitungan interpolasi dari data Lintang dan Bujur yang ada di atlas atau peta 6. Penghitungan bayang-bayang tongkat istiwa 7. Penghitungan alat bidik (theodolite)
8

8.

Pencarian melalui tabel yang tersedia Pencarian nilai lintang dan bujur secara sederhana dapat dilakukan dengan beberapa

operasi penghitungan seperti tersebut di atas. Adapun operasi penghitungan tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Interpolasi dengan tempat lain

Rumus: N = J:111,37 + M N = (J:111,37) cos N + M N = yang dicari M = yang diketahui J = Jarak dalam Kilometer Contoh perhitungan: - Diketahui: Jakarta (Monas) = - 06 10 LS Jakarta (Monas) = 106 49 BT - Tentukan koordinat TMII dengan jarak U-S = 13,2 Km dan B-T = 7,2 Km! Jawab: TMII = - 13,2/111,37 + - 06 10 = - 6 17 6,69 TMII = (7,2/111,37) cos - 6 17 6,69 + 106 49 = 106 52 51,34 2. Penghitungan dengan menggunakan atlas atau peta Rumus: N=M+K/JxS N = Koordinat yang dicari untuk lintang dan bujur M = Nilai Lintang atau Bujur tempat acuan K = Jarak antara kota acuan dan kota yang dicari J = Jarak antara dua kota acuan
9

S = Selisih lintang dan bujur dua kota acuan Contoh perhitungan: - Diketahui: Jakarta = - 06 10 LS Jakarta = 106 49 BT TMII: - 6 17 6,69 TMII: 106 52 51,34 Tentukan koordinat Kantor Walikota Jakarta Timur!

Monas K2 Walikota Jaktim K1 U J2 J1

TMII

J1 = 13,2 cm J2 = 7,2 cm K1 = 8 cm K2 = 2,7 cm S = 0 7 6,69 S = 0 3 51,34 Koordinat Kantor Walikota Jaktim : Lintang: - 6 17 6,69 + 8/13,2 x 0 7 6,69 = - 6 12 48,09. Bujur: 106 52 51,34 + - 2,7/ 7,2 x 0 3 51,43
10

= 106 51 24,59

3. Menentukan Koordinat Melalui Bayang-bayang

Mencari Lintang dan Bujur melalui bayang-bayang:

Catat jam saat bayang-bayang menyentuh garis U-S Hitung Bujur Tempat dengan cara selisih Merpass dikali 15 ditambah Bujur daerah: (Mp-Wp) x 15 + Bd Ukur bayang-bayang tersebut Hitunglah jarak zenith matahari Hitunglah selisih jarak zenit dengan deklinasi pada jam tersebut untuk mencari Lintang

11

Operasi Hitung:

Misalnya pada tanggal 12 Agustus 2009 bayang-bayang menyentuh U-S pada pukul 11:58:20 dengan panjang 48 cm dari tongkat sepanjang 150 cm Merpass = 12 - 0:5:3 = 12:5:3 Bujur = (12:5:3 11:58:20) x 15 + 105 = 106 40 45 BT. Lintang = (Cotan (150 / 48)) (14 56 34 (14 56 34 - 14 55 48) x 0:58:20) = 17 44 40,82 - 14 55 49,28 = 2 48 51,54 LS.

12

Daftar Pustaka Anonymous, Linjtas Tata Surya. BP. Planetarium dan Observatorium Jakarta. Bourgeois, Paulette. Menjelajahi Ruang Angkasa: Matahari. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002. Bourgeois, Paulette. Menjelajahi Ruang Angkasa: Bulan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003. Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. Raharto, Moedji. Sistem Pena12 aug -09nggalan Syamsiah/Masehi. Bandung: Penerbit ITB, 2001.

13

Anda mungkin juga menyukai