Oleh :
1. Ahmadi (01)
2. A’isah (02)
3. Arifan Dian Gustaf (03)
4. Arifin (04)
5. Devy Nafirotul Maul (05)
XII IPA 2
S M A N 1 WIRADESA
Jl. Patimura No. 467 (0285) 4417367 Wiradesa
Kab. Pekalongan 51152
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
serta kesehatan kepada kami untuk meyusun serta menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas makalah mata pelajaran kimia.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan
dukungan, baik secara materi atau pun non materi, terutama kepada guru bidang studi yang
telah membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini, juga kepada orang-orang yang
menjadi relawan objek kajian pengamatan dan kepada teman-teman yang membantu dalam
proses penyusunan tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sebarapa jauh pengetahuan kita tentang apa itu
Gas mulia dan bagaimana kegunaannya bagi kehidupan . Meskipun demikian, besar harapan
kami terhadap kesempurnaan, kami mohon maaf apabila dalam penyajian makalah ini masih
banyak kekurangan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik
karena sifat stabilnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon
(Ne), Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi.
Gas Mulia terdapat dalam atmosfer bumi, untuk Helium terdapat di luar atmosfer.
Helium dapat terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan thorium. Semua unsur -
unsur gas mulia terdiri dari atom -atom yang berdiri sendiri. Unsur gas mulia yang
terbanyak di alam semesta adalah Helium (banyak terdapat di bintang) yang merupakan
bahan bakar dari matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan
sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon bersifat radio
aktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga sebagi gas jarang.
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi gas mulia?
b. Bagaimana sejarah awal diketemukannya gas mulia?
c. Bagaimana identifikasi dan sifat-sifat gas mulia?
d. Bagaimana tahapan pembuatan gas mulia?
e. Apa saja senyawa pada gas mulia?
f. Bagaimana dampak positif dan negatif gas mulia bagi kehidupan?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1) Menjelaskan definisi gas mulia
2) Menjelaskan sejarah penemuan unsur gas mulia
3) Mengidentifikasi sifat fisik dan sifat kimia gas mulia
4) Menjelaskan pembuatan dan senyawa pada gas mulia
5) Menjelaskan dampak positif dan negatif gas mulia
BAB II
PEMBAHASAN
3. Kelimpahan di Alam
Semua unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali radon yang merupakan unsur
radioaktif. Unsur gas mulia yang paling banyak terdapat di udara adalah argon yang
merupakan komponen ketiga terbanyak dalam udara setelah nitrogen dan oksigen. Unsur-
unsur Gas Mulia, kecuali Radon, melimpah jumlahnya karena terdapat dalam udara bebas.
Argon terdapat di udara bebas dengan kadar 0,93%, Neon 1,8×10-3%, Helium 5,2×10-4%,
Kripton 1,1×10-4%, dan Xenon 8,7×10-6%. Helium adalah unsur terbanyak jumlahnya di
alam semesta karena Helium adalah salah satu unsur penyusun bintang. Helium diperoleh
dari sumur-sumur gas alam di Texas dan Kansas (Amerika Serikat). Helium dapat
terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan thorium. Udara mengandung gas
Mulia (Ar, Ne, Xe, dan Kr) walaupun dalam jumlah yang kecil, gas mulia di Industri di
peroleh sebagai hasil samping dalam Industri pembuatan gas nitrogen dan O2.
Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
Mempunyai elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron valensinya 2
Molekul-molekulnya terdiri atas satu atom (monoatom).
Gas mulia merupakan unsur gas pada suhu kamar dan mendidih hanya beberapa
derajat di atas titik cairnya. Jari-jari, titik leleh serta titik didih gasnya bertambah seiring
bertambahnya nomor atom. Sedangkan energi pengionnya berkurang.
Berikut merupakan beberapa sifat dari gas mulia.
Tabel 1. Sifat-sifat Gas Mulia
Gas Nomor Titik Titik Energi Jari-jari Atom
Mulia Atom Leleh Didih Ionisasi (Angstrom)
(˚C) (˚C) (kJ/mol)
Dari tabel diatas dapat dilihat jari – jari atom yang kecil (dalam satu golongan,
semakin keatas semakin kecil) mempunyai energi ionisasi besar artinya elektronnya sangat
sukar dilepaskan, elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti atom. Oleh sebab itu, atom-
atom gas mulia sangat sukar untuk bereaksi. Dari atas ke bawah jari – jari atom makin
besar, energi ionisasinya makin kecil atau makin mudah melepaskan elektron, sehingga gas
mulia dari atas ke bawah makin reaktif.
Kestabilan unsur-unsur golongan gas mulia dan semakin besarnya harga energi
ionisasi suatu atom menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion
(terionisasi), artinya sukar untuk melepas elektron agar berubah jadi ion positif. Selain itu
makin besar ukuran sebuah atom, makin mudah melepas elektron kulit terluarnya, karena
jaraknya makin jauh dari intinya yang bermuatan positif.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya, jadi
kereaktifan gas mulia akan bertambah dari He ke Rn hal ini disebabkan pertambahan jari-
jari atom yang mengakibatkan gaya tarik inti atom terhadap elektron kulit terluar
berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan diri dan ditarik oleh atom lain. Tetapi gas
mulia adalah unsur yang tidak reaktif karena memiliki konfigurasi elektron yang sudah
stabil, hal ini didukung kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom
tunggal atau monoatomik. Tetapi bukan berarti gas mulia tidak dapat bereaksi, hingga
sekarang gas mulia periode 3 ke atas (Ar, Kr, Xe, Rn) sudah dapat berreaksi dengan unsur
yang sangat elektronegatif seperti Flourin dan Oksigen. Sampai saat ini, senyawa gas mulia
yang sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton, sedangkan helium,
neon, dan argon masih sangat stabil.
Titik didih dan titik leleh unsur-unsur gas mulia lebih kecil dari pada suhu kamar
(250C atau 298 K) sehinga seluruh unsur gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan unsur-
unsur gas mulia, maka di alam berada dalam bentuk monoatomik. Titik leleh dan titik didih
unsur – unsur gas mulia perbedaannya sangat sedikit misalnya Neon meleleh pada suhu -
2490C dan mendidih pada suhu -2460C karena gaya tarik atom – atom gas mulia sangat
kecil.
Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi
elektronnya. Elektron valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet untuk He dan
kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Konfigurasi elektron gas mulia (kecuali He)
berakhir pada ns2 np6. Konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi elektron yang stabil,
sebab semua elektron pada kulitnya sudah berpasangan. Oleh sebab itu, tidak
memungkinkan terbentuknya ikatan kovalen dengan atom lain. Energi ionisasi yang tinggi
menyebabkan gas mulia sukar menjadi ion positif dan berarti sukar membentuk senyawa
secara ionik.
Tambahan :
1. Semua unsur gas mulia terdapat di alam kecuali Radon (Rn).
2. Radon sebagai isotop radioaktif berumur pendek, dan diperoleh dari peruluhan
radioaktif atom radium.
3. Keberadaan helium di dalam gas alam diduga sebagai hasil peluruhan zat radioaktif.
4. Unsur gas mulia yang paling banyak di udara adalah Argon ( setelah oksigen dan
nitrogen ).
5. Unsur gas mulia yang terbanyak di alam adalah Helium karena helium merupakan
komponen penting dari matahari dan planet – planet lainnya.
6. Gas mulia dapat diperoleh dari destilasi bertingkat udara cari, kecuali Radon yang
diperoleh dari hasil peluruhan zat radioaktif atom radium.
Nomor
Unsur Konfigurasi Elektron
Atom
He 2 1s2
Ne 10 [He] 2s2 2p6
Ar 18 [Ne] 3s2 3p6
Kr 36 [Ar] 4s2 3d10 4p6
Xe 54 [Kr] 5s2 4d10 5p6
Rn 86 [Xe] 6s2 5d10 6p6
Karena konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan untuk
penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh :
Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
menjadi
Br = [Ar] 4s2 3d10 4p5
Dua elektron dari He membuat subkulit s menjadi penuh dan unsur-unsur gas mulia
yang lain pada kulit terluarnya terdapat 8 elektron karena kulit terluarnya telah penuh
maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi afinitas elektronnya mendekati nol.
Pada proses destilasi udara cair, udara kering (bebas uap air)
didinginkan sehingga terbentuk udara cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur
dengan banyak gas oksigen dan sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4˚C)
tidak jauh beda dengan titik didih gas oksigen (-182,8˚C). Untuk menghilangkan gas
oksigen dilakukan proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian
dikeringkan untuk menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas
nitrogen, dilakukan cara destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian
99,999%. Gas neon yang mempunyai titik didih rendah (-245,9˚C) akan terkumpul dalam
kubah kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak mencair).
Gas kripton (Tb = -153,2˚C) dan xenon (Tb = -108˚C) mempunyai titik didih yang
lebih tinggi dari gas oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di
dasar kolom destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-
masing gas akan terpisah.
Semua unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali Radon(Rn) yang hanya terdapat
sebagai isotop radioaktif berumur pendek, yang diperoleh dari peluruhan radio aktif atom
radium.
Unsur radon (Rn) yang merupakan unsur radioaktif Radium (Ra) dengan
memancarkan sinar alfa (helium) sesuai dengan persamaan reaksi:
Ra226 → 86Rn222 + 2He4
88
PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165
kJ/mol, harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe = 1170
kJ/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan
Xe dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai dengan persamaan
reaksi:
Xe + PtF6 → X e+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa gas
mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan penelitian
dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya langsung dengan
gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6.
Reaksi gas mulia lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF2. Radon dapat
bereaksi langsung dengan F2 dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2
bersifat (tidak stabil).
Stabil
Senyawa gas mulia He dan Ne sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin karena
tingkat kestabilannya yang sangat besar. Gas-gas ini pun sangat sedikit kandungannya di
bumi. dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia sebagai berikut :
Helium = 0,00052 %; Neon = 0,00182 %; Argon = 0,934 %; Kripton = 0,00011 %; Xenon =
0,000008; Radon = Radioaktif*
Fluorida XeF2, XeF4, dan XeF6 diperoleh dengan mereaksikan xenon dengan flouor
dalam kuantitas yang makin bertambah. Dalam senyawa-senyawa ini, xenon mempunyai
bilangan oksidasi genap +2, +4, dan +6, yang khas bagi kebanyakan senyawaan xenon.
Fluorida-fluorida adalah lahan permulaan untuk mensintesis senyawaan xenon lainnya.
Satu-satunya produk yang diperoleh bila krypton bereaksi dengan fluor adalah
difluoridanya, KrF2. Tak dikenal lain-lain keadaan oksidasi selain +2. Dari kira-kira
selusin senyawaan krypton yang dikenal, semuanya merupakan garam kompleks yang
diturunkan dari KrF2. Karena radon bersifat radioaktif dan mempunyai waktu paruh
empat hari, kekimiawiannya sukar dipelajari. Namun, eksistensi radon fluorida, baik yang
mudah menguap maupun yang tak mudah menguap, telah didemonstrasikan.
b. Dampak Negatif
Salah satu sumber penyakit yang hampir dipastikan ada di dalam rumah kita dan
pada umumnya belum disadari sepenuhnya oleh para penghuninya adalah keberadaan gas
radon di dalam ruangan. Radon merupakan unsur kimia dengan nomor atom 86 yang dalam
ilmu kimia diberi lambang Rn. Radon sebetulnya merupakan gas mulia yang sudah sejak
lama dikenal. Disebut gas mulia karena unsur ini tidak dapat bereaksi dengan unsur-unsur
kimia lainnya. Pada temperatur ruang, radon selalu berada dalam bentuk gas dan terlarut
dalam udara dengan kerapatan 10 gram/liter. Namun keberadaannya di udara tidak dapat
dikenali oleh sistem panca indera manusia. Satu hal yang perlu diketahui dan mendapatkan
perhatian serius adalah bahwa radon merupakan gas radioaktif yang dapat berperan sebagai
sumber radiasi bagi manusia. Oleh sebab itu, keberadaan radon di dalam rumah kita akan
berperan sebagai sumber radiasi bagi seluruh penghuni rumah.
Kanker Paru-Paru
Dari sekian banyak sumber-sumber radiasi alam, radon merupakan sumber radiasi
alam yang paling banyak mendapatkan perhatian sehubungan dengan efek negatif yang
dapat ditimbulkannya. Efek ini berkaitan dengan sifat gas radon sebagai salah satu
penyebab munculnya kanker paru-paru. Efek merugikan dari radiasi yang dipancarkan gas
radon ini sebetulnya telah diketahui sejak abad ke-19. Pada saat itu para pekerja tambang di
Eropa Tengah banyak yang menderita gangguan kesehatan berupa kanker paru-paru karena
diduga menghirup gas radon dalam jumlah berlebihan. Hasil penelitian yang dilakukan
pada pertengahan abad ke-20 terhadap para pekerja tambang batubara ternyata memperkuat
dugaan tersebut. Bagi beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang dan
negara-negara Eropa Barat, masalah gas radon ini telah mendapatkan perhatian yang serius.
Pemerintah Australia misalnya, melalui Commonwealth of Health, Housing and
Community Services telah membuka pusat-pusat informasi mengenai gas radon ini di
setiap negara bagian. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh informasi
yang tepat mengenai resiko yang dapat ditimbulkan oleh gas radon tersebut. Pemerintah
Amerika Serikat dan Jepang juga telah memetakan daerah-daerah dengan kadar gas radon
tinggi. Saat ini mulai disadari bahwa gas radon di dalam ruangan merupakan sumber
terpenting pemaparan radiasi. Dosis efektif dari radon diperkirakan jauh lebih besar
dibandingkan dosis dari seluruh sumber-sumber radiasi alamiah lainnya digabung menjadi
satu, lebih besar dari dosis yang diterima pasien yang mengalami penyinaran medis
termasuk pemeriksaan dengan sinar-X, dan jauh lebih besar dibandingkan dengan dosis
radiasi dari kegiatan industri nuklir.
Sebagian besar gas radon dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur pernafasan.
Bahaya dari gas radon bukan semata-mata dari gas radon itu sendiri, tetapi juga dari
zat radioaktif yang dihasilkannya dalam proses peluruhan. Produk zat radioaktif yang lebih
sering disebut anak luruh radon ini juga bersifat radioaktif. Tidak seperti radon, anak luruh
radon berupa atom-atom logam berat yang langsung menempelkan dirinya pada apapun
yang bersentuhan dengan atom-atom itu. Masalah kesehatan yang utama terletak pada
pengisapan anak luruh radon, atau partikel debu yang membawa anak luruh radon tersebut,
sehingga mengakibatkan tertimbunnya anak luruh radon di dalam paru-paru. Radiasi yang
dipancarkan zat radioaktif tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan paru-
paru yang berakibat pada munculnya kanker paru-paru. Dibutuhkan waktu tunda bertahun-
tahun antara munculnya bibit kanker oleh radiasi dengan pertumbuhannya menuju suatu
kondisi yang dapat diamati secara klinis.
Gas radon di dalam rumah terutama berasal dari tanah, dinding, lantai, langit-langit
dan bahan-bahan lain di dalam rumah yang berasal dari perut bumi. Naomi Harley,
profesor peneliti kesehatan lingkungan di Universitas New York, mendapatkan bahwa 60
persen radon di dalam rumah di New Yersey berasal dari dinding, fondasi dan lantai.
Kadar gas radon di dalam rumah cukup bervariasi bergantung pada asal material bahan
bangunannya. Kadar gas radon di dalam ruangan tertutup seperti rumah, apartemen,
terusan bawah tanah dengan ventilasi sedikit, biasanya beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kadarnya di dalam udara bebas. Naomi Harley, Profesor peneliti kesehatan
lingkungan di Universitas New York, mendapatkan 60% radon di dalam rumah di
New Yersey berasal dari dinding, fondasi dan lantai. Sumber utama gas radon di
lingkungan adalah zat-zat radioaktif alamiah seperti uranium-238 dan thorium-232. Kedua
unsur tersebut dalam kadar yang relatif tinggi terdapat pada bahan-bahan tambang.
Oleh sebab itu, penggunaan bahan tambang dan bahan-bahan sisa hasil pengolahan
bahan tambang sebagai bahan bangunan untuk perumahan maupun gedung dapat
memperbesar kadar gas radon di dalam ruangan. Di pasaran beredar beberapa jenis bahan
bangunan yang dibuat dari bahan tambang maupun sisa pengolahan bahan tambang yang
ada kemungkinannya berkadar radioaktif alam tinggi. Karena itu, diperlukan penelitian
menyeluruh mengenai tingkat radioaktivitas bahan-bahan bangunan yang telah beredar dan
digunakan secara luas oleh masyarakat, untuk mengatahui dan mengantisipasi dampak
negatif yang dapat ditimbulkannya.
Selain daripada itu, gas mulia yang lain yang memiliki dampak negatif adalah helium.
Helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara
buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan
tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan,
nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada
penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Ketika penyelam
kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas nitrogen keluar dari darah dengan cepat.
Terbentuknya gelembung gas dalam darah dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian.
BAB III
PENUTUP
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik
karena sifat stabilnya. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil, berfasa gas pada
suhu ruang dan bersifat inert (sukar bereaksi dengan unsur lain). Tidak ditemukan satupun
senyawa alami dari gas mulia.
Gas mulia adalah grup elemen kimia dengan sifat-sifat yang sama: di kondisi standar,
mereka semua tidak berbau, tidak berwarna, dan monoatomik dengan reaktivitas yang sangat
rendah. Mereka ditempatkan di grup 18 (8A) dari tebel periodik (sebelumnya dikenal dengan
grup 0), yaitu helium (He), neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon (Xe), dan radon yang
bersifat radioaktif (Rn).
Sifat-sifat gas mulia bisa dijelaskan dengan baik dengan teori modern tentang struktur
atom: valensi elektron kulit luar mereka dianggap "penuh", memberi mereka sedikit sekali
kesempatan untuk berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan hanya beberapa ratus senyawa yang
telah disiapkan. Titik didih dan titik leleh gas mulia mempunyai nilai yang dekat, berbeda
kurang dari 10 °C (18 °F); yang mengakibatkan mereka berbentuk cairan dalam jangkauan
suhu yang pendek. Jari-jari atom unsur-unsur Gas Mulia dari atas ke bawah semakin besar
karena bertambahnya kulit yang terisi elektron. Energi Ionisasi dari atas ke bawah semakin
kecil karena gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar semakin lemah. Afinitas Elektron
unsur-unsur Gas Mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati nol. Titik didih unsur-unsur
Gas Mulia berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Ida. 2009. Modul Perkuliahan Kimia Anorganik I. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press
Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Http _gas-mulia.blogspot.com_.html
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/kimia-unsur-gas-mulia-yang-
stabil.html
http://chemiscihuy.wordpress.com/2009/11/05/definisi-sejarah-dan-sifat-gas-mulia/
http://masterkimiaindonesia.com/
http://gas-mulia.blogspot.com/2009/11/gas-mulia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_mulia
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Roni%20Sudra%20jat/home.
html
http://adypurwoko.blogspot.com/2009/01/gas-mulia.html
http://h4rv3st.blogspot.com/2008/06/unsur-unsur-gas-mulia.html
http://www.scribd.com/doc/19015264/Tabel-Periodik-Golongan-VIIIA-2
http://handoyodwiprakoso.blogspot.com/2009/02/tugas-kimia-bu-ninin.html