SKIZOFRENIA
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepemitraan Klinik Stase (KKS)
Ilmu Pskiatri Rumah Sakit Haji Medan Sumatera Utara
Disusun Oleh :
Nabila Aurelia Hidayat
Pembimbing :
Dr. dr. Mustafa M.Amin,M.Ked,M.Sc, Sp.K.J(K)
BAB I. PENDAHULUAN
1. LATARBELAKANG......................................................................................... 1
2. TUJUANPENULISAN...................................................................................... 2
1. DEFINISI............................................................................................................. 3
2. ETIOLOGI.......................................................................................................... 3
4. KLASIFIKASI...........................................................................................................7
5. DIAGNOSIS...............................................................................................................10
6. PENATALAKSANAAN...........................................................................................14
BABIII.KESIMPULAN.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, Skizofrenia merupakan suatu kelainan yang bersifat kronis yang telah
Skizofrenia ditemukan dan di kombinasi dengan beberapa gejala seperti adanya ilusi,
halusinasi, berkurangnya motivasi hidup, bicara yang tidak teratur, pemikiran yang
dengan secara rutin yang akan meminimalisir kekambuhan yang dapat terjadi. 5
abnormal yang ditemukan pada kesehatan mental yang bersifat kronis dengan memiliki
ciri khas ditemukannya beberapa gejala gangguan psikiatri yaitu adanya delusi, ilusi,
Menuurut hasil data WHO melaporkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 301
juta penduduk yang bertahan hidup dengan gangguan kecemasan, 280 juta jiwa dengan
gangguan depresi, 40 juta jiwa dengan kelainan bipolar dan 24 juta jiwa dengan
skizofrenia.6
Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar terdapat kenaikan angka penderita
skizofrenia yang signifikan di Indonesia. Pada tahun 2013 kenaikan angka penderita
1
1
skizofrenia hampir 5 kali lipat yang semula ditemukan 1,7% meningkat menjadi 7% di
tahun 2016, dimana penderita skizofrenia mencapai 400.000 penderita atau sebanyak
2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk dapat lebih mengetahui dan memahami
tentang diagnosis dan penatalaksanaan Skizofrenia. Selain itu juga bertujuan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
kelainan khas pada pikiran, emosi dan isi pikiran yang terganggu, dimana terdapat
pemikiran yang tidak berhubungan, persepsi yang kacau, mood dan afek yang tidak
sesuai serta ditemukan adanya kelainan aktivitas motorik yang keliru. Sering kali
pasien skizofrenia memilih menarik diri dari lingkungan dan perhatian nya teralihkan
dalam isi dan bentuk pikiran yang penuh dengan delusi dan halusinasi.
Mental Disorder, Skizofrenia merupakan suatu kelainan yang bersifat kronis yang telah
Skizofrenia ditemukan dan di kombinasi dengan beberapa gejala seperti adanya ilusi,
halusinasi, berkurangnya motivasi hidup, bicara yang tidak teratur, pemikiran yang
dengan secara rutin yang akan meminimalisir kekambuhan yang dapat terjadi.5
2. ETIOLOGI
Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya. Banyak faktor yang
skizofrenia antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial
3
4
a. Umur
Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita skizofrenia
b. Jenis kelamin
perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang
menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan
bahwa wanita lebih mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga
wanita relatif lebih rentan bila dikenai trauma. Sementara prevalensi skizofrenia
c. Pekerjaan
Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar 85,3%
sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih
besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Orang yang tidak bekerja
akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon
stres (kadar
5
memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat hidup yang
d. Status perkawinan
jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah karena status marital perlu untuk
pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju
tercapainya kedamaian.6 Dan perhatian dan kasih sayang adalah fundamental bagi
e. Konflik keluarga
Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk mengalami gangguan jiwa
f. Status ekonomi
Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa
kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang
ekonomi memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang
menyebabkan gangguan jiwa. Jadi, penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor
6
psikososial melainkan juga stressor ekonomi. Dua stressor ini kait mengait, makin
g. Status Psikososial
Timbulnya tekanan dalam interaksi pasien dengan keluarga, misalnya pola asuh
orang tua yang terlalu menekan pasien, kurangnya dukungan keluarga terhadap
pemecahan masalah yang dihadapi pasien, pasien kurang diperhatikan oleh keluarga
menjadikan faktor stressor yang menekan kehidupan pasien. Ketika tekanan tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama sehingga mencapai tingkat tertentu, maka akan
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Zahnia taun 2016 meskipun gejala klinis skizofrenia beraneka ragam, berikut
b. Delusi Merupakan keyakinan yang salah berdasarkan pengetahuan yang tidak benar
terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial dan kultural pasien.
terutama suara dan sensasi fisik bizar merupakan halusinasi yang sering ditemukan.
7
d. Afek abnormal Penurunan intensitas dan variasi emosional sebagai respon yang tidak
e.Gangguan kepribadian motor Adopsi posisi bizar dalam waktu yang lama,
pengulangan, posisi yang tidak berubah, intens dan aktivitas yang tidak terorganisis
4. KLASIFIKASI
Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III )
ada
2. Menurut ICD-10 Ciri utama Skizofrenia Paranoid adalah adanya waham kejar
disertai halusinasi auditorik namun fungsi kognitif dan afek masih baik.
1. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat dirarnalkan, serta
serta inkoheren.
3.Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
sendiri.
2. Menurut ICD-10 Ciri utamanya adalah pembicaraan yang kacau, tingkah laku
c. Secara sukarela mengambil dan mempertahan posisi tubuh yang tidak wajar.
f. Fleksibilitas area ( mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang
2. Menurut ICD-10 ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
dan katatonik.
skizofrenia.
maupun katatonik.
a. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada selama 12 bulan terakhir tetapi tidak
mendominasi.
b. Gejala depresif menonjol dan mengganggu dan telah ada daiam kurun waktu
kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
.yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
c. Sedikitnya sudah melampaui hurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
a. Gejala negatif yang tidak di dahului oleh riwayat halusinasi, waham, atau
manifestasi lain.
5. DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III ) untuk
gejala atau maniffestasi klinis yang sering di temukan pada kelainan skizofrenia sebagai
berikut
:1
being influenced), atau “passivity”, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus;
waham persepsi.
3. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau sekelompok
orang yang sedang mendiskusikan pasien, atau bentuk halusinasi suara lainnya yang
4. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar
serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau
politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super” (tidak sesuai dengan budaya
dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk akal, misalnya mampu berkomunikasi
5. Halusinasi yang menetap pada berbagai modalitas, apabila disertai baik oleh waham
afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
6. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
1
9. Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik
1. Minimal satu gejala yang jelas (dua atau lebih, bila gejala kurang jelas) yang tercatat
pada kelompok a sampai d diatas, atau paling sedikit dua 38 Pedoman Nasional
ada dengan jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang
memenuhi persyaratan pada gejala tersebut tetapi lamanya kurang dari satu bulan
(baik diobati atau tidak) harus didiagnosis sebagai gangguan psikotik lir skizofrenia
akut.
yang menyeluruh serta depresi dan preokupasi yang berderajat ringan, mendahului
Karena sulitnya menentukan onset, kriteria lamanya 1 bulan berlaku hanya untuk
gejala-gejala khas tersebut di atas dan tidalk berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal.
3. Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila terdapat secara luas gejala-gejala
depresif atau manic kecuali bila memang jelas, bahwa gejala-gejala skizofrenia itu
4. Skizofrenia tidak dapat didiagnosis bila terdapat penyakit otak yang nyata, atau dalam
6. PENATALAKSANAAN
A. Fase Akut
(a) Farmakoterapi
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang
dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
Langkah Pertama :
dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta
usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk
sementara yaitu sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan.
Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan
kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu
dipertimbangkan.
1
1. Obat Oral
cara pemberiannya. Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah
dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat mengendalikan
gejala.
2. Psikoedukasi
B. Fase Stabilisasi
a. Farmakoterapi
dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu
sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat anti
b. Psikoedukasi
dan keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-
C. Fase Rumatan
a. Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang
masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi
diberikan sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali
pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan
berikutnya.
Tabel 2. Daftar Obat yang dipakai mengatasi Efek Samping Anti Psikotik
Untuk efek samping tardif diskinesia, turunkan dosis antipsikotika. Bila gejala
psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan dosis antipsikotika atau bahkan
KESIMPULAN
merupakan suatu kelainan psikotik yang ditandai dengan adanya kelainan khas pada
pikiran, emosi dan isi pikiran yang terganggu, dimana terdapat pemikiran yang tidak
berhubungan, persepsi yang kacau, mood dan afek yang tidak sesuai serta ditemukan
adanya kelainan aktivitas motorik yang keliru. Sering kali pasien skizofrenia memilih
menarik diri dari lingkungan dan perhatian nya teralihkan dalam isi dan bentuk pikiran
yang beragam namun terdapat beberapa gejala yang sering di temukan yang dapat
menjadi pedoman diagnosis pada kelainan skizofrenia yaitu: Gangguan pikiran, adanya
Delusi dan halusinasi yang menetap, afek abnormal, gangguan kepribadian motor
Adopsi posisi bizar dalam waktu yang lama atau penurunan pergerakan spontan dengan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu
penurunan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia: literature review. Jurnal Keperawatan
Jiwa. 2021;9(1):153–160.
3. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PP PDSKJI). Pedoman Nasional
4. Sahly AR, Thasliyah D, Diatmika IP, Islamiyati Q, Wijayanti LW. Pendampingan Skizofrenia
166.
20