PETUNJUK
Kerjakanlah soal-soal berikut di lembar jawaban esai
Anda tidak diperkenankan bekerja sama
Berdoalah sebelum menjawab soal
Jawaban dapat diketik maupun ditulis tangan (pastikan tulisannya terbaca)
Unggah lembar jawaban ke LMS dengan format PDF, ukuran dokumen maksimal
2MB.
SOAL UJIAN
Selamat mengerjakan!
1
Nama : Ai Rahmayati
NIM : 857470396
Pokjar : Cicalengka
Jawaban Soal
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-
huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa
suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata ‘badu’ tadi. Selanjutnya, anak diminta menulis
seperti: ba - du → badu. Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-
kalimat sederhana. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata, kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
komunikatif dan pengalaman bahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran
MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-
2
hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehidupan murid menuju hal-hal yang sulit dan
mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi murid.
Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan
metode eja, perbedaanya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca : berapa
huruf konsonan).Sebagai contoh :
Proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan. Penguatan-
penguatan yang diberikan dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan
melalui metode ini, mampu membangkitkan motivasi untuk terus belajar dan berlatih.
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja. Perbedaannya terletak hanya pada
cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, cu, da, di, du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan
seterusnya.
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh,
dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata
menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
bo – bi cu – ci da – di ka – ki
bi – ca – ci du – da ku – ku
bu
bi – ci – ca da – du ka – ku
bi
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
c. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada
contoh berikut :
3
ka – ki ku – da
ba – ca bu – ku
cu – ci ka - ki
Metode Kata
Proses pembelajaran MMP pada metode ini diawali dengan pengenalan sebuah kata
tertentu. Kata ini kemudian dijadikan kata lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku
kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan perangkaian huruf menjadi suku kata dan
suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi
kebentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Metode ini dikenal juga sebagai Metode
Kupas-Rangkai.
Metode Global
ini kuda
ini dadu
2. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi
huruf huruf.
Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi
siswa pemula. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah
berlandaskan operasional dengan urutan :
4
a. Struktural yaitu menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada
anak.
b. Analitik yaitu melakukan proses penguraian, anak diajak untuk megenal konsep kata
dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata
menjadi huruf.
Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep ‟kebermaknaan” pada diri anak.
Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP
dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa
pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai, guru
dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat
memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali
bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi
MMP, barulah KBM MMP yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran MMP dimulai
dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak
untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk
pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih
kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga
pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Proses
penguraian/penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
3. Penilaian Proses
Penilaian proses adalah penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat
efektivitas suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Penilaian proses
dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung. Teknik penilaian proses biasanya adalah
dengan pengamatan atau dikenal dengan istilah observasi. Penilai harus berada di tempat
kegiatan dan secara langsung mengamati bagaimana proses kegiatan tersebut berlangsung
untuk kemudian memberikan nilai terhadap prosesnya, berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
yang telah dibuat sebelumnya.
Penilaian Hasil
Penilaian hasil adalah penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada hasil dari
suatu kegiatan untuk mengukur sejauh mana tujuan dari kegiatan tersebut tercapai. Penilaian
5
hasil dilakukan setelah kegiatan berakhir. Teknik penilaian hasil biasanya dengan
menggunakan suatu tes tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah misalnya, setelah
pembelajaran selesai, seluruh peserta didik akan diberikan sebuah tes berupa ujian-ujian
untuk mengukur sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran di kelas tercapai.
Kedua jenis penilaian ini sangat penting untuk bahan evaluasi agar lebih menyeluruh.
Selama ini masyarakat hanya berfokus pada penilaian hasil tanpa mempedulikan prosesnya.
Padahal penilaian proses sangat penting untuk memvalidasi penilaian hasil.
Adapun tujuan dan manffat pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagaifocus tersebut a
dalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang
ditekankan,misalnya yang ditekankan adalah kompetensi dasar rmendengarkan maka porsi
untuk pembelajaran mendengarkan lebih banyak daripada keterampilan yang lain.Kalau
6
dilihat dari segi guru, pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagaifocus ini bertujuan
untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajarandi kelas
Penjelasan:
1) Membuat persiapaan terhadap situasi
Guru harus memiliki pemahaman terhadap situasi tentang tempat, suasana ruang kelas
dan situasi lainnya sebelum melakukan pengajaran di dalam kelas.
Setiap peserta didiki memiliki sifat dan perilaku yang berbeda satu sama lain, jadi
sebelum guru melaksanakan pembelajaran sebaiknya guru mengetahui terlebih dahulu
keadaan siswa, guru harus membuat sebuah gambaran terlebih dahulu tentang keadaan
siswa yang akan dihadapi.
Seorang guru harus menyiapakn tujuan yang akan diberikan didalam kelas, antara lain
seperti pengetahuan, keterampilan, kecakapan, keterampilan, atau sikap tertentu yang
konkret yang dpaat diukur dengan alat-alat evaluasi.
Dengan menyiapkan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa, guru memiliki
persiapan yang akan disampaikan kepada sisiwa dengan memperhatikan batas dan
urutan pengajaran yang diperlukan.
7
Yang dimaksud dengan alat penunjang seperti spidol, penghapus, dan alat-alat
penunjang lainnya.
Tujuan adalanya evaluasi yaitu melihat sampai sejauh mana daya serap siswa terhadap
produk bahasan yang guru terapkan
Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah
memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik
membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar. . Dari pendapat I Gusti Ngurah
Oka bahwa secara teoretis tujuan membaca di SD kelas rendah adalah untuk membina
kemampuan siswa dalam hal-hal berikut ini:
Menurut Tarigan H.G. (1983) ada dua apek yang penting dalam membaca, yaitu:
1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada
urutan yang elbih rendah (lower order) yang mencakup:
b. pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan
lain-lain);
2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat berada pada
urutan yang lebih tinggi (higher order) yang mencakup aspek:
b. memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca);
8
d. kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran membaca di SD kelas
rendah adalah: