Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FITOKIMIA

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI


“STUDI FITOKIMIA EKSTRAK DAUN KEMANGI DAN
DAUN KUMIS KUCING MENGGUNAKAN PELARUT
METANOL”

OLEH :

NAMA : FADHILAH PUTRI ARINA


NIM : 15020200127
KELAS : C6
DOSEN : Apt. FARADIBA ABDUL RASYID, S.Si.,M.Si. Ph.D

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar

1.2 Tanaman yang Digunakan

BAB 2 METODE PENELITIAN

2.1 Cara Kerja

2.2 Hasil Pengamatan

BAB 3 PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 Pembahasan

3.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. TEORI DASAR


A. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua
macam ekstraksiyaitu :
1. Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk padat.
Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi
suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Oleh
karena itu, hanya proses ektraksi ini yang akan dibahas dalam bab ini.
2. Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk cair
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :
1. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang
sampai prosesekstraksi selesai
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang
baru sampaiproses ekstraksi selesai.
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat
lama antara pelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas
bahwa proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk
mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan
alam, sehingga yang berperan penting dalam menentukan
sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam
tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
B. Ekstraksi Maserasi
1. Pengertian Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah
maceration berasal dari bahasa latin macere, yang artinya
“merendam”. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana
obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI,
1986).
Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
kefarmasian (Depkes RI, 1995).
2. Prinsip Kerja Maserasi
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari padatemperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut
akan masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel. Isi se
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan
pengadukan / pengocokkan dan penggantian pelarut setiap hari.
Pengocokkan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang
masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah halus. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C dalam
waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel,
1989). Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam
bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas
ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari
kemudian endapandipisahkan.
3. Modifikasi Maserasi
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, seperti :
1) Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan
lemah, yaitu pada suhu 40º - 50ºC. Cara maserasi ini hanya dapat
dilakukan untuk simplisia yang zataktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara
lain :
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat
mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat,
sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh
yang sama dengan pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu
absolut dan berbanding terbalikdengan kekentalan,
hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan
meningkat bila suhu dinaikkan.
2) Maserasi dengan mesin pengaduk
Dengan penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-
menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam.
3) Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua, seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap, dituangkan dan
diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4) Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan
penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari
selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk
simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :
a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga
akan memperkecil kepekatan setempat.
c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
5) Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan
secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan
maserasi melingkar bertingkat.

4. Pelarut yang Digunakan dalam Metode Maserasi


Ekstraksi tergantung pada tekstur dan kandungan bahan dalam
tumbuhan. Senyawa / kandungan dalam tumbuhan memiliki kelarutan
yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Pelarut-pelarut yang
biasa digunakan antara lain kloroform, eter, alkohol, methanol,
etanol, dan etilasetat. Ekstraksi iasanya dilakukan secara bertahap
dimulai dengan pelarut yang nonpolar (kloroform atau n-heksana),
semipolar (etilasetat atau dietil eter), dan pelarut polar (methanol atau
etanol) (Harbone, 1996).
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi harus memenuhi
dua syarat, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut yang
terbaik untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus
terpisah dengan cepat setelah pengocokkan.
Cairan penyari yang biasa digunakan dalam metode maserasi
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan
penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
penyariank. (Depkes RI, 1986).
5. Keuntungan Maserasi
Keuntungan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Unit alat yang digunakan sederhana, hanya
dibutuhkan bejanaperendam.
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
3) Prosesnya relatif hemat penyari
4) Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan
alam karena selama proses perendaman sampel aka
terjadi proses pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar
selnya sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan
senyawa akan terekstraksi sempurna karena dapat diatur
lama perendaman yang dilakukan.
6. Kelemahan Maserasi
Kelemahan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif
hanya mamputerekstraksi sebesar 50% saja.
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

1.2. TANAMAN YANG DIGUNAKAN


A. Kemangi & Kumis Kucing
Tanaman suku Lamiaceae termasuk tanaman aromatik yang terdiri
dari 46 genus dan 410 spesies tanaman yang tersebar di seluruh dunia.
Umumnya tanaman Lamiaceae banyak digunakan oleh masyarakat dunia
sebagai tanaman obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit,
rempah-rempah dan tanaman pangan, bumbu penyedap serta wewangian.
Saat ini, banyak penelitian yang melakukan studi fitokimia dari
tanaman obat. Fitokimia (disebut juga metabolit sekunder) merupakan
senyawa kimia yang terdapat pada tanaman dan memiliki berbagai
macam aktivitas biologis, seperti antimikroba, antifungi, antioksidan dan
lain-lain. Senyawa- senyawa fitokimia ini meliputi alkaloid, flavonoid,
tannin, saponin dan senyawa fenol lainnya. Pengujian fitokimia pada
tanaman suku Lamiaceae telah dilakukan oleh yaitu pada Ocimum
sanctum, Leonotis nepetifolia, Mentha arvensis. Tanaman Lamiaceae
lainnya yaitu Leucas linifolia, Coleus aromaticus dan Pogestemon
patchouli, Orthosiphon stamineus, Ocimum basilicum. Uji fitokimia pada
tanaman obat terus dikembangkan untuk mengembangkan bahan obat
baru atau menemukan senyawa penting lainnya yang dapat diaplikasikan
dalam ilmu lain.
Dari berbagai macam tanaman Lamiaceae yang telah diteliti,
namun masih belum ada penelitian tentang pengujian fitokimia daun
kemangi (Ocimum sanctum) dan daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus) yang diekstrak dengan pelarut metanol menggunakan reagen
kimia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun kemangi dan
kumis kucing serta analisis aktivitas biologinya.
1. Klasifikasi Kemangi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisa : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum sanctum Linn.
(Sumber: Putra, 2012).
Klasifikasi Kumis Kucing
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp.

2. Kandungan Kimia
Daun kemangi sangat kaya dengan kandungan zat berkhasiat.
Diantaranya betakaroten, vitamin c, mineral makro (kalsium, fosfor,
magnesium). Daun kemangi juga mengandung komponen non-gizi
antara lain senyawa eugenol, arginin, enetol, boron, flavonoid dan
minyak atsiri (Putra, 2012).
Pada umumnya, kumis kucing memiliki kandungan kimia berupa
alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol, zat samak, orthosiphon
glikosida, minyak lemak, sapofonin, garam kalium (0,6-3,5%) dan
myoinositol (Hariana, 2007), serta minyak atsiri sebanyak 0,02-0,06
% yang terdiri dari 6 macam sesquiterpenes dan senyawa fenolik,
glikosida flavonol, turunan asam kaffeat (Yulaikhah, 2009). Zat yang
berperan dalam penurunan kadar glukosa darah yaitu flavonoid
(Hossain et al., 2016).
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat & Bahan


Daun kemangi (Ocimum sanctum) dan daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus), metanol, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, pereaksi Danderdroff,
HCl 2N, FeCl3, Pb asetat, asam sulfat pekat, kloroform, kertas saring.
Timbangan analitik, blender, toples kaca, cawan porselen, beker glas, tabung
reaksi, pipet tetes, batang pengaduk dan corong.
2.2 Prosedur Kerja
 Persiapan sampel
Tanaman kemangi (Ocimum sanctum) dan kumis kucing (Orthosiphon
stamineus) diperoleh di daerah Juanda Surabaya. Masing-masing sampel
dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran (debris) yang menempel.
Setelah bersih, dipetik daunnya dan dikeringanginkan untuk mengurangi
kadar air pada sampel. Sampel yang telah kering kemudian diblender
supaya halus dan diayak hingga menjadi serbuk halus.
 Ekstraksi sampel
Sebanyak 20 gram serbuk halus daun kemangi dimaserasi (direndam) ke
dalam toples kaca yang berisi 600 mL pelarut metanol. Maserasi
dilakukan selama 3 hari dan sesekali diaduk. Setelah 3 hari, disaring
dengan kertas saring. Dilakukan 2 kali ulangan. Perlakuan yang sama
juga dilakukan pada sampel daun kumis kucing.
 Analisis skrining fitokimia
Uji Minyak Atsiri
Sejumlah 3 mL sampel ekstrak diuapkan dalam cawan porselen.
Hasil positif minyak atsiri bila timbul bau yang khas.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1. PEMBAHASAN
a) Ekstraksi sampel
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kandungan senyawa
fitokimia yang terdapat dalam ekstrak metanol daun kemangi dan daun
kumis kucing. Sebelum skrining fitokimia, dilakukan proses ekstraksi
dengan maserasi, yaitu proses merendam 20 gram sampel daun kemang
ke dalam toples kaca yang telah berisi pelarut metanol 600 mL.
Proses maserasi dilakukan selama 3 hari. Proses maserasi
digunakan sebagai metode ekstraksi pada penelitian ini, agar zat-zat yang
tidak tahan panas tidak akan rusak. Selain itu, pada maserasi akan terjadi
proses plasmolisis yaitu pecahnya dinding sel tanaman akibat tekanan
dalam dan luar sel sehingga senyawa-senyawa kimia pada tanaman akan
lebih mudah ditarik oleh pelarut.
Metanol dipilih sebagai pelarut dalam penelitian ini karena
metanol merupakan pelarut yang mampu melarutkan senyawa yang
bersifat polar maupun non polar, seperti alkaloid, steroid, flavonoid dan
saponin sehingga diharapkan dapat menarik lebih banyak senyawa kimia
dalam tanaman.
Skrining Fitokimia Hasil Pengamatan
Ekstrak Metanol Ekstrak Metanol
Kemangi Kumis
Kucing
Minyak Atsiri + +

b) Analisis skrining fitokimia


Minyak atsiri digunakan sebagai bahan wewangian /parfum,
produk make up, bahan pengawet dan aditif pada makanan ataupun
sebagai obat alami, aromatherapy, antioksidan dan antimikroba.
Senyawa fitokimia yang dihasilkan oleh ekstrak metanol daun
kemangi dan kumis kucing merupakan sumber potensial untuk
menemukan obat baru, bahan tambahan pangan (pemanis, pengawet,
pewarna), wewangian dan sebagai biopestisida nabati.
Metanol daun kumis kucing mengandung flavonoid, saponin,
tannin dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa fitokimia daun kemangi dan
daun kumis kucing berpotensial sebagai bahan obat atau bahan lain yang
bermanfaat yang dapat diaplikasikan tidak hanya untuk bidang farmasi
saja namun juga di bidang ilmu yang lain.

3.2. KESIMPULAN
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kemangi dan kumis
kucing mengandung alkolid. Hasil analisis skrining fitokimia menunjukan
hasil positif mengandung minyak atsiri.
DAFTAR PUSTAKA

G. Asghari, M. Akbari, and M. Asadi- Samani,”Phyochemical analysis of some


plants from Lamiaceae family frequently used in folk medicine in
Aligudarz region of Lorestan province,” Marmara Pharmaceutical
Journal., 21(3), 506-514, 2017.
F. Naghibi, M. Mosaddegh, M.M. Mohammadi, A. Ghorbani,”Labiatae family in
folk medicine in Iran: from ethnobotany to Pharmacology,” Iran J Pharm
Res., Volume 4, 63-79, 2010
H. Nasri, A. Baradaran, H. Shirzad, M. Rafieian- Kopaei,”New concepts in
nutraceuticals as alternative for pharmaceuticals,” Int J. Prev Med.,
Volume 5, 1487-1499, 2014.
Surahmaida, Umarudin, 2019. “STUDI FITOKIMIA EKSTRAK DAUN
KEMANGI DAN DAUN KUMIS KUCING MENGGUNAKAN
PELARUT METANOL”. Surabaya : INDONESIAN CHEMISTRY
AND APPLICATION JOURNAL (ICAJ) ISSN : 2549-2314; Volume :
3; Number 1

Anda mungkin juga menyukai