OLEH :
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1 Pembahasan
3.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan Isolasi Metabolit Sekunder dari Simplisia Tanaman Obat dengan
MetodeEkstraksi Maserasi
1.2.TEORI DASAR
A. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua
macam ekstraksiyaitu :
1. Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk padat.
Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi
suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Oleh
karena itu, hanya proses ektraksi ini yang akan dibahas dalam bab ini.
2. Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk cair
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :
1. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang
sampai prosesekstraksi selesai
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang
baru sampaiproses ekstraksi selesai
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat
lama antarapelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa
proses ini paling banyak
ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung
di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam
menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam
tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
B. Ekstraksi Maserasi
1. Pengertian Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah
maceration berasal dari bahasa latin macere, yang artinya
“merendam”. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana
obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI,
1986).
Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
kefarmasian (Depkes RI, 1995).
2. Prinsip Kerja Maserasi
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut
akan masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan
pengadukan / pengocokkan dan penggantian pelarut setiap hari.
Pengocokkan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang
masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah halus. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C
dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut
(Ansel, 1989).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam
bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas
ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari
kemudian endapandipisahkan.
3. Modifikasi Maserasi
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, seperti :
1) Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40º - 50ºC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan
untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan
pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalikdengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan
berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif
akan meningkat bila suhu dinaikkan.
2) Maserasi dengan mesin pengaduk
Dengan penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus,
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3) Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua, seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap, dituangkan dan
diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4) Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu
mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia
dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :
a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam,
sehingga akanmemperkecil kepekatan setempat.
c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
5) Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi
melingkar bertingkat.
4. Pelarut yang Digunakan dalam Metode Maserasi
Ekstraksi tergantung pada tekstur dan kandungan bahan dalam
tumbuhan. Senyawa / kandungan dalam tumbuhan memiliki kelarutan
yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Pelarut-pelarut yang
biasa digunakan antara lain kloroform, eter, alkohol, methanol, etanol,
dan etilasetat. Ekstraksi iasanya dilakukan secara bertahap dimulai
dengan pelarut yang nonpolar (kloroform atau n-heksana), semipolar
(etilasetat atau dietil eter), dan pelarut polar (methanol atau etanol)
(Harbone, 1996).
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi harus memenuhi
dua syarat, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut yang terbaik
untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus terpisah dengan
cepat setelah pengocokkan.
Cairan penyari yang biasa digunakan dalam metode maserasi
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari
digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian
(Depkes RI, 1986).
5. Keuntungan Maserasi
Keuntungan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Unit alat yang digunakan sederhana, hanya dibutuhkan bejana
perendam.
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
3) Prosesnya relatif hemat penyari
4) Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena
selama proses perendaman sampel aka terjadi proses pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam
dan di luar selnya sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan
terekstraksi sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan.
6. Kelemahan Maserasi
Kelemahan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja.
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
100 gr Simplisia
Temu Putih
dimaserasi
Maserator Tambahkan
275 ml Etanol
Alat
B. MINGGU KE – 2
1. Keluarkan maserat dari Maserator, Saring menggunakan Kertas
Saring
2. Ukur Volume Maserat yang diperoleh
3. Timbang cawan penguap, catat beratnya
4. Sejumlah volume dikur (+_ 25 ml) diletakkan dalam cawan penguap
kemudiandiuapkan hingga diperoleh ekstrak kental
5. Timbang ekstrak hasil penguapan tersebut
6. Tentukan berat ekstrak kental tersebut
7. Kemudian konversikan terhadap volume ekstrak total yang diperoleh
denganrumus
𝑉𝑜𝑙. 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 𝐵𝑟𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
𝑉𝑜𝑙. 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
𝜌=m
v
Ket : 𝜌 = Massa jenis
m : Massa
v : Volume
Tinggi Banyak
Hari campuran Warna Pengadukan Busa
(cm)
Temu Putih
Jumat 5,3 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Sabtu 4,9 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Minggu 4,7 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Senin 4,5 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Selasa 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Rabu 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Kamis 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Jum’at 4,3 cm Kuning Kecoklatam 3 x 20 x = 60X -
Temulawak
Jumat 6,2 cm Kuning 100 x -
Sabtu 6,1 cm Kuning 100 x -
Minggu 5,9 cm Kuning 100 x -
Senin 5,7 cm Kuning 400 x -
Selasa 5,7 cm Kuning 200 x -
Rabu 5,7 cm Kuning 100 x -
Kamis 5,7 cm Kuning 300 x -
Jum’at 5,7 cm Kuning 500 x -
Kunyit Putih
Jumat 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Sabtu 4,5 cm Kuning kecoklatan 60 x -
Minggu 4,5 cm Kuning kecoklatan 60 x -
Senin 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Selasa 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Rabu 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Kamis 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Jum’at 4,5 cm Kuning Kecoklatan 60 x -
Kunyit
Jumat 3,95 cm Kuning keruh 50 x -
Sabtu 4 cm Kuning keruh 100 x -
Minggu 4 cm Kuning keruh 130 x -
Senin 4 cm Kuning keruh 150 x -
Selasa 4 cm Kuning keruh 150 x -
Rabu 4 cm Kuning keruh 150 x -
Kamis 4 cm Kuning keruh 150 x -
Jum’at 4 cm Kuning keruh 150 x -
Gambar Pengamatan Temu Putih
Gambar Keterangan
Pada gambar ini simplisia berbentuk
serbuk berwarna khaki atau kuning
pucat agak kecoklatan. Simplisia yang
digunakan sebanyak 100 gram.
Hari ke 2 sampai 6
Dilakukan pengukuran penyusutan
volume etanol pada ruang gelap.
D. Minggu ke – 2
Gambar Keterangan
Pada minggu ke 2 dilakukan penyaringan
untuk mendapatkan maserat dari temu Putih.
Maserat yang di dapatkan dari hasil
penyaringan adalah 150 ml. Ini menandakan
terjadin penyusutan Volume etanol yang
semula 275 ml.
3.1.PEMBAHASAN
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.
Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Metode maserasi digunakan untuk tahap awal pemisahan senyawa
curcumin dari campurannya. Maserasi merupakan proses penyarian yang
paling sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia pada
cairan penyari. Mula-mula serbuk kering Temu putih, kunyit , kunyit putih
dan temulawak masing masing ditimbang sebanyak 100 gram. Serbuk yang
telah ditimbang dimasukkan ke dalam toples kaca terlindung cahaya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah curcumin kontak dengan cahaya yang dapat
menyebabkan penguraian curcumin. Serbuk kemudian ditambahkan dengan
275 ml etanol 70% yang berfungsi sebagai cairan penyari. Etanol digunakan
sebagai cairan penyari karena senyawa curcumin yang bersifat non polar
dapat larut dalam etanol yang cenderung bersifat non polar dibandingkan air.
Etanol (C2H5OH) memiliki dua gugus yang berbeda, yaitu gugus hidroksi
(OH) yang bersifat polar dan gugus alkana (C2H5) yang cenderung bersifat
non polar sehingga dapat melarutkan senyawa curcumin.
Pada percobaan kali ini, ekstraksi yang dilakukan dengan metode
maserasi memiliki beberapa tahapan diantaranya perendaman simplisia,
pengadukan, penyaringan dan penguapan maserat. Perendaman dilakukan
selama 8 hari bertujuan agar pelarut dapat menarik senyawa yang akan
diambil ke luar dinding sel dan larut dalam pelarut etanol 70%. Perendaman
dilakukan dengan cara pengadukan yang bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan yang bersentuhan dengan serbuk sehingga semua serbuk dapat
terkena pelarut dan senyawa aktif dalam larut dalam pelarut yang digunakan.
Tujuan lain dari pengadukan adalah untuk memperluas kontak antara serbuk
simplisia dengan cairan penyari sehingga timbul gaya adhesi antara serbuk
simplisia dan cairan penyari. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan cairan
dapat membasahi simplisia sehingga melarutkan zat aktif yang terkandung di
dalamnya.
Pada pengamatan selama 8 hari terjadi penurunan Volume pada temu
Putih dan temulawak terutama pada hari pertama proses maserasi hal ini
dapat dikarenakan proses transportasi sehingga etanol dalam maserator
banyak terbuang begitu juga pada saat pengadukan dapat terjadi pengurangan
volume dikarenakan ada sedikit celah pada botol maserator. Sedangkan pada
simplisia kunyit dan kunyit putih tidak terjadi penurunan volume hal ini
menunjukkan maserator tidak dalam keadaan agak terbuka sehingga etanol
70% tidak ada yang menguap.
Pemeriksaan organoleptik ekstrak encer. Pengujian organoleptik adalah
pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Dari hasil pengamatan
didapat bahwa ekstrak temulawak yang didapat berwujud cair dengan warna
Kuning, bau khas temulawak serta rasa yang pahit, kesat khas dari
temulawak. Sedangkan Ekstrak encer Temu Putih yang didapat berwujud cair
dengan warna Kuning kecoklatan, bau khas Temu Putih serta rasa yang pahit,
kesat khas dari Temu Putih. Ekstrak Kunyit Putih yang didapat berwujud cair
dengan warna Kuning kecoklatan, bau khas Kunyit Putih serta rasa yang
pahit, kesat khas. Dan Ekstrak Kunyit yang didapat berwujud cair dengan
warna Kuning Keruh, bau khas Kunyit serta rasa yang pahit.
Warna simplisia setelah direndam selama 8 hari tidak mengalami
perubahan baik pada simplisia kunyit warna Maserat pada hari pertam hingga
ke 8 berwarna Kuning keruh pada kunyit putih dan temu putih berwarna
Kuning Kecoklatan sedangkan pada temulawak berwarna kuning terang.
Warna kuning pada simplisia temu putih, kunyit, kunyit putih dan temulawak
dihasilkan dari senyawa kurkumin yang terkandung didalamnya.
Kurkumin merupakan polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton
lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam
bentuk cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam
borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.
Gambar 09
Struktur Kimia Kurkumin dalam Gugus keton
Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya
terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-
desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan berubah menjadi
senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin sebelum
kemudian dikonversi menjadi senyawa konjugasi monoglusuronida.
Maserasi dilakukan selama 8 hari dan kemudian dilakukan
penyaringan menggunakan kain flanel. Penyaringan dilakukan untuk
memisahkan maserat dengan endapan sehingga akan didapatkan maserat
yang telah mengandung zat aktif. Maserat kemudian diuapkan dengan
bunsen. Proses ini dilakukan hingga seluruh cairan penyari menguap dan
diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diuapkan kemudian dihitung berat ekstrak kental
totalnya. Pada simplisia Temu Putih didapatkan berat ekstrak kental total
sebesar 24 garm, Kunyit Putih sebesar 29, 32 gram, Temulawak sebesar 27, 4
gram dan Kunyit sebesar 19, 71 gram.
Rendemen merupakan persentase bagian bahan baku yang dapat
digunakan atau dimanfaatkan dengan total bahan baku. Semakin tinggi nilai
rendemen menandakan bahwa bahan baku tersebut memiliki peluang untuk
dimanfaatkan lebih besar. Rendemen merupakan persentase sampel sebelum
dan setelah perlakuan. Rendemen yang dihasilkan pada temu putih yaitu
24%b/b, temulawak didapatkan rendemen sebesar 27, 4%b/b, dan kunyit
putih sebanyak 29,32%b/b sedangkan kinyit hanya sebesar 19,71%b/b. Hal
ini menunjukkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada
sampel temulawak, temu putih dan kunyit putih cukup banyak sedangkan
pada sampel Kunyit kandungan metabolit sekundernya cukup kecil.
Selebihnya merupakan terdapat kandungan air dan serat. Semakin lama
waktu ekstrak dan semakin halus ekstraknya, maka semakin banyak pula
rendemen yang didapatkan. Semakin besar perbandingan bahan baku-pelarut
yang digunakan, maka semakin banyak ekstrak kasar yang didapat. Untuk
mendapatkan ekstrak yang lebih banyak harus dilakukan ekstraksi yang lebih
lama.
Selanjutnya dilakukan pengukuran massa jenis ekstrak kental dengan
menggunakan piknometer. Piknometer kosong terlebih dahulu ditimbang
beratnya, didapatkan berat 27,90 gram. Berat piknometer dengan air adalah
75,35 gram. Sehingga didapatkan mAsssa jenis air sebesar 0,95 gr/ml.
Selanjutnya, berat piknometer dengan ekstrak adalah 72,90 gram. Sehingga
didapatkan berat ekstrak sebesar gram. Selanjutnya, dihitung kerapatan
ekstrak dan didapatkan nilai sebesar 44,19 gram/ml. Dari dua nilai kerapatan
ini, dapat ditentukan bobot jenis ekstrak air dengan hasil 0,93. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak Temu Putih memiliki bobot jenis yang lebih
kecil dibandingkan air maka dapat disimpulkan bahwa etanol 70% tidak
dapat melarutkan Metabolit sekunder pada temu Putih secara maksimal.
Pada Temulawak dilakukan pula penghitungan Massa Jenis ekstrak
kental dengan menggunakan Piknometer. Dan dihasilkan massa jenis air
sebesar 1,13 gr/ml massa jenis Ekstrak encer 0,86 gr/ml dan massa Jenis
ekstrak kental adalah 0,76 gr/ml. Maka dikarenak massa Jenis air lebih besar
dari massa Jenis Ekstrak kental ini menunjukkan Etanol tidak dapat
melarutkan metabolit sekunder pada Temulawak secara Maksimal.
Pada Kunyit didapatkan hasil Massa Jenis air sebesar 1 gr/ ml, Massa
Jenis ekstrak encer 0,878 maka Massa jenis ekstrak kental adalah 0,878 hal
ini menunjukkan etanol tidak dapat melarutkan metabolit sekunder pada
Kunyit secara maksimal.
Pada Kunyit Putih didapatkan hasil Massa Jenis air sebesar 1 gr/ ml,
Massa Jenis ekstrak encer 0,9 gr/ml maka Massa jenis ekstrak kental adalah
0,9 gr/ml hal ini menunjukkan etanol tidak dapat melarutkan metabolit
sekunder pada Kunyit secara maksimal.
Adapun prosentase kemurnian kurkumin pada Temu Putih didapatkan
dari hasil perhitunan bobot ampas kering sebesar 75,41 gram yang dibagi
dengan berat simplisia awal yakni 100 gram dan dihasilkan prosentase
kemurnian kurkumin sebesar 75,41%.
3.2. KESIMPULAN
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudianberdifusi masuk ke dalam pelarut.
Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. cairan
penyari yang digunakan adalah etanol 70% karena senyawa curcumin yang
bersifat non polar dapat larut dalam etanol yang cenderung bersifat non polar
dibandingkan air.
Pada pengamatan selama 8 hari terjadi penurunan Volume pada temu
Putih dan temulawak terutama pada hari pertama proses maserasi hal ini
dapat dikarenakan proses transportasi sehingga etanol dalam maserator
banyak terbuang begitu juga pada saat pengadukan dapat terjadi pengurangan
volume dikarenakan ada sedikit celah pada botol maserator. Sedangkan pada
simplisia kunyit dan kunyit putih tidak terjadi penurunan volume hal ini
menunjukkan maserator tidak dalam keadaan agak terbuka sehingga etanol
70% tidak ada yang menguap.
Warna simplisia setelah direndam selama 8 hari tidak mengalami
perubahan baik pada simplisia kunyit warna Maserat pada hari pertam hingga
ke 8 berwarna Kuning keruh pada kunyit putih dan temu putih berwarna
Kuning Kecoklatan sedangkan pada temulawak berwarna kuning terang.
Warna kuning pada simplisia temu putih, kunyit, kunyit putih dan temulawak
dihasilkan dari senyawa kurkumin yang terkandung didalamnya.
Dari Pengujian Ekstrak kental Temu Putih didapatkan massa jenis
sebesar 0,93 gr/ml, Temulawak 0,878 gr/ml, Kunyit 0,76 gr/ml dan Kunyit
Putih 0,9 gr/ml. Pada masing – masing pengujian menunjukkan massa jenis
air lebih besar dari massa jenis ekstrak kental ini menunjukkan etanol 70%
tidak dapat melarutkan metabolit sekunder seluruh sampel dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA