Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH FITOKIMIA

“METODE EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER”

OLEH :

NAMA : FADHILAH PUTRI ARINA


NIM : 15020200127
KELAS : C6
DOSEN : Apt. FARADIBA ABDUL RASYID, S.Si.,M.Si. Ph.D

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1.2 Teori Dasar

1.3 Tanaman yang Digunakan

BAB 2 METODE PENELITIAN

2.1 Cara Kerja

2.2 Hasil Pengamatan

BAB 3 PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 Pembahasan

3.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan Isolasi Metabolit Sekunder dari Simplisia Tanaman Obat dengan
MetodeEkstraksi Maserasi

1.2.TEORI DASAR
A. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua
macam ekstraksiyaitu :
1. Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk padat.
Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi
suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Oleh
karena itu, hanya proses ektraksi ini yang akan dibahas dalam bab ini.
2. Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk cair
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :
1. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang
sampai prosesekstraksi selesai
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang
baru sampaiproses ekstraksi selesai
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat
lama antarapelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa
proses ini paling banyak
ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung
di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam
menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam
tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
B. Ekstraksi Maserasi
1. Pengertian Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah
maceration berasal dari bahasa latin macere, yang artinya
“merendam”. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana
obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI,
1986).
Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
kefarmasian (Depkes RI, 1995).
2. Prinsip Kerja Maserasi
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut
akan masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan
pengadukan / pengocokkan dan penggantian pelarut setiap hari.
Pengocokkan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang
masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah halus. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C
dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut
(Ansel, 1989).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam
bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas
ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari
kemudian endapandipisahkan.
3. Modifikasi Maserasi
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, seperti :
1) Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40º - 50ºC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan
untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan
pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalikdengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan
berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif
akan meningkat bila suhu dinaikkan.
2) Maserasi dengan mesin pengaduk
Dengan penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus,
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3) Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua, seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap, dituangkan dan
diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4) Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu
mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia
dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :
a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam,
sehingga akanmemperkecil kepekatan setempat.
c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
5) Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi
melingkar bertingkat.
4. Pelarut yang Digunakan dalam Metode Maserasi
Ekstraksi tergantung pada tekstur dan kandungan bahan dalam
tumbuhan. Senyawa / kandungan dalam tumbuhan memiliki kelarutan
yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Pelarut-pelarut yang
biasa digunakan antara lain kloroform, eter, alkohol, methanol, etanol,
dan etilasetat. Ekstraksi iasanya dilakukan secara bertahap dimulai
dengan pelarut yang nonpolar (kloroform atau n-heksana), semipolar
(etilasetat atau dietil eter), dan pelarut polar (methanol atau etanol)
(Harbone, 1996).
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi harus memenuhi
dua syarat, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut yang terbaik
untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus terpisah dengan
cepat setelah pengocokkan.
Cairan penyari yang biasa digunakan dalam metode maserasi
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari
digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian
(Depkes RI, 1986).
5. Keuntungan Maserasi
Keuntungan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Unit alat yang digunakan sederhana, hanya dibutuhkan bejana
perendam.
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
3) Prosesnya relatif hemat penyari
4) Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena
selama proses perendaman sampel aka terjadi proses pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam
dan di luar selnya sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan
terekstraksi sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan.
6. Kelemahan Maserasi
Kelemahan maserasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja.
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

1.3.TANAMAN YANG DIGUNAKAN


A. TEMU PUTIH
1. Persebaran dan Morfologi Temu Putih
Temu putih merupakan jenis tumbuhan yang banyak
ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara seperti, Indonesia,
Malaysia, Bangladesh, Madagaskar, Tiongkok, Taiwan, Vietnam,
India, dan lain-lain. Temu putih berasal dari negara India dan
Tiongkok bagian Selatan. Di negeri asalnya habitat temu putih
banyak ditemukan di ladang atau pada tanah-tanah yang lembab.
Gambar 01 Tanaman Temu Putih

Temu putih merupakan tumbuhan semak yang berumur


tahunan, tingginya dapat mencapai 2 m. Temu putih tidak tumbuh
merumpun, hanya memiliki beberapa pokok batang yang tumbuh
jarang. Temu putih banyak ditemukan tumbuh liar di lahan yang
kurang subur karena pada dasarnya temu putih dapat tumbuh pada
semua jenis tanah, tetapi lebih menyukai tanah yang berpasir dengan
drainase yang baik, pada daerah dengan ketinggian 1-1000 m di atas
permukaan laut.

Gambar. 02 Temu Putih, daun, rimpang, bunga


Batang temu putih merupakan batang semu yang tersusun dari
gabungan kelopak-kelopak daun. Daun penyusun batang biasanya
sedikit yakni sekitar 4-6 lembar. Daunnya berbentuk bundar
lonjong dengan ujung meruncing, panjang daun sekitar 30-60 cm,
lembaran daun licin tidak berbulu, warna daun didominasi warna
hijau. Pada bagian pertengahan sampai pangkal berwarna ungu.
Perbungaan terpisah dari batang yang berdaun, keluar dari
tanah melalui rimpang samping yang menjulang membentuk bonggol
bunga yang besar, dengan panjang 20-25 cm. Bunga memiliki daun
pelindung berbentuk tumpul, seperti pelepah yang menutupinya,
berwarna merah tua atau keunguan, panjang daun pelindung sekitar 5
cm. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis tepi merah tipis.
Musim bunga biasanya berlangsung antara bulan Agustus sampai Mei
tahun berikutnya, tetapi dominan pada bulan September sampai
Desember. Buah tumbuhan temu putih berbentuk bundar bersegi tiga,
kulitnya lunak dan tipis. Jika pecah bentuk buahnya tidak teratur. Biji
berbentuk lonjong berselaput dengan bagian ujung berwarna putih.

Gambar 03 Rimpang Temu Putih


Umbi atau rimpang temu putih merupakan umbi batang,
berbentuk bulat melebar dan mudah sekali dipatahkan, rimpang
mempunyai percabangan yang banyak dan dipenuhi akar-akar besar
yang kaku dan jarang, warna rimpang putih pucat dan menjadi
kecoklatan ketika tua, rasanya sangat tajam dan pahit. Perbanyakan
tumbuhan ini dapat dilakukan dengan cara pemisahan dengan
rimpangnya (Wijayakusuma, 2011).
2. Klasifikasi Temu Putih
Berdasarkantaksonomi tumbuhan, temu putih diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi (divisio) : Spermatophyta
Anak divisi (sub-divisio) : Angiospermae
Kelas (class) : Monocotyledonae
Bangsa (ordo) : Zingiberales
Suku (family) : Zingiberaceae
Marga (genus) : Curcuma
Jenis (species) : Curcuma zedoaria.
3. Kandungan Kimia Temu Putih
Berdasarkan hasil penelitian, temu putih mengandung minyak
atsiri, sineol, kamfena, borneol, kamfer, curcumin, curcumemone,
curcumol, curdione, zedoarin, gum, resin, sesquiterpenol.
Minyak atsiri yang dikandung oleh temu putih berkhasiat
sebagai antiseptik, melancarkan pencernaan, membantu mencegah
perut kembung, sekaligus berfungsi menenangkan saraf. Resin
berkhasiat antiseptik dan antifungial. Karakteristik curcumemone dan
zedoarin dalam temu putih berkhasiat menstimulasi indra perasa,
dimana indra perasa kemudian melakukan stimulasi nafsu makan.
Curcumin berkhasiat antioksidan dan antiradang. Adapun curcumol
dan curdione memiliki khasiat sebagai antikanker. Karakteristik pahit
temu putih berkhasiat menstimulasi sekresi kelenjar saliva dan organ
pencernaan. Kamfer dan kamfena berkhasiat sebagai antibakteri. Gum
berkhasiat sebagai protektor jaringan organ tubuh yang teriritasi
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan (Wijayakusuma,
2011).
4. Khasiat Tanaman
Temu putih merupakan jenis rimpang yang berkhasiat sebagai
peluruh haid (emenagog), penghilang rasa sakit (analgetik),
melancarkan perdaran darah dan pernapasan, perangsang muntah jika
keracunan, peluruh kentut (carminative), antibakteri (antiseptic),
peluruh dahak (expectorant), antiradang, menambah nafsu makan,
bau nafas (halitosis) (Wijayakusuma, 2011).
B. TEMULAWAK
1. Persebaran dan Morfologi Temulawak
Temulawak Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di
bawah naungandi hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alang
– alang , ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada ketinggian
tempat 5 m sampai 1500 m di ataspermukaan laut.

Gambar. 04 Tanaman Temulawak, Rimpang, Daun dan Bunga


Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang
kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah
rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua,
sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang
temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm.
Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah
rimpang muda. Rimpang Temulawak sangat berkhasiat untuk
antiradang, anti keracunan empedu, penurun kadar kolesterol, diuretic
(peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri
sendi.
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang
batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat
mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarna hijau atau cokelat gelap.
Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang.Tumbuhan
yang patinya mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran rendah
hingga ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Umbi akan
muncul dari pangkal batang, warnanya kuning tua atau coklat muda,
panjangnya sampai 15 sentimeter dan bergaris tengah 6 sentimeter.
Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.
Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk
bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau
coklat keunguan terang sampai gelap,panjang daun 31 – 84cm dan
lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
Mulai dari pangkalnya sudah memunculkan tangkai daun yang
panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m.
Daunnya bundar panjang , mirip daun pisang.
Dibawah ini adalah morfologi dari Curcuma xanthorrhiza
(Temulawak) yang berupa bentuk bunga, buah dan biji.
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik
(bergerombol) dan. bunganya berukuran pendek dan lebar, warna
putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna ungu. Bunga
mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9- 23 cm, lebar 4-6
cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun
pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan
ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi
hari dan berangsur-angsur layu di sore hari Kelopak bunga berwarna
putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung
dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar
memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu
atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau
tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit
rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging
rimpang oranye tua atau kuning.
Sejauh ini, temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan
biji. Karena penanaman temulawak dengan cara menanam rimpang
temulawak tersebut. Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan
menggunakan rimpang rimpangnya baik berupa rimpang induk
(rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang)
2. Klasifikasi Temulawak
Klasifikasi dari tanaman Temulawak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma xanthorrhiza ROXB
3. Kandungan Kimia Temulawak
Kandungan dari Rimpang temulawak adalah kurkuminoid ,
mineral minyak atsiri dan minyak lemak. Tepung adalah kandungan
utama, jumlahnya pun bervariasi antara 48 hingga 54 % tergantung
dari ketinggian tempat tumbuhnya, semakin tinggi tempat tumbuhnya
maka akan semakin rendah kadar tepungnya.
Selain tepung, ternyata temulawak juga mengandung zat gizi
antara lain karbohidrat, protein kemudian lemak dan serat kasar
mineral seperti kalium (K), natrium (Na), magnesium (Mg ), zat besi
(Fe), mangan (Mn) serta Kadmium (Cd).
Komponen utama kandungan zat yang ada pada rimpang
temulawak yaitu zat kuning yang disebut dengan ”kurkumin” dan
juga protein, pati, serta zat–zat minyak atsiri. Sedangkan minyak
atsiri temulawak kandungannya adalah phelandren, kamfer, borneol,
xanthorrizol, tumerol dan sineal.
Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6% hingga 2,22%
dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat – zat
minyak atsiri yang sudah dijelaskan tadi, hal tersebut merupakan
penyebab berkhasiatnya temulawak.
Temulawak memang memiliki kandungan yang sangat
lengkap, diantaranya adalah Kurkumin, kurkuminoid, P-
toluilmetilkarbinol, seskuiterpen d-kamper, mineral, minyak atsiri dan
minyak lemak, karbohidrat, protein, mineral seperti Kalium (K),
Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan
Kadmium (Cd).
4. Khasiat Temulawak
Temulawak diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan,
terutama untuk fungsi hati, ginjal dan jantung. Tapi, siapa sangka
ternyata mengkonsumsi air rebusan temulawak juga berguna untuk
melancarkan ASI bagi ibu menyusui
Inilah beberapa manfaat temulawak yang bisa Anda gunakan:
a. Memelihara Fungsi Hati
Salah satu manfaat temulawak yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia adalah untuk menjaga fungsi hati. Ini
karena temulawak mengandung katagoga yang memproduksi
empedu dalam hati serta merangsang pengosongan empedu.
Sejumlah uji klinik terhadap temulawak menemukan
bahwa temulawak ternyata memberikan enzim yang dapat
menurunkan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvate
Tranaminase). SGOT dan SGPT sendiri merupakan enzim yang
terdapat dalam sel hati dan jumlahnya akan meningkat jika terjadi
kerusakan.
Seperti dilansir Farmacia, sekitar 38 pasien yang
menderita gangguan hati dan memiliki nilai SGOT dan SGPT di
atas normal diberikan obat yang mengandung 25 miligram
kurkuma atau temulawak, serta beberapa elemen lainnya.
Hasilnya, ternyata pasien mengalami penurunan nilai SGOT dan
SGPT yang cukup signifikan.
b. Mengurangi Radang Sendi
Temulawak memiliki kandungan kurkumin sekitar 100 mg
fenibutazon yang dapat mengurangi radang sendi pada tubuh
Anda. Kurkumin ini nantinya akan menghambat perpindahan sel-
sel leuksit ke daerah radang atau menghambat pembentukan dan
transportasi mediator radang yang disebut prostaglandin.
Temulawak sudah lama digunakan sebagai obat alami
pereda radang sendi di India. Menurut sebuah studi yang
diterbitkan pada 2009 lalu, pasien radang sendi lutut yang
mengonsumsi sari temulawak dan ibuprofen setiap hari selama 6
minggu berhasil mengurangi rasa sakit akibat radang atau arthritis
tanpa efek samping yang berarti.
c. Melawan Penyakit Kanker
Selain mengobati kerusakan pada hati, temulawak juga
memiliki khasiat melawan penyakit kanker yang menjadi momok
banyak orang. Berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan pada
2001 silam, curcumin diketahui mampu menghambat
pertumbuhan kanker prostat secara signifikan sekaligus berpotensi
mencegah perkembangan kanker hormone lainnya.
Sementara itu, University of Maryland Medical Center
memaparkan jika tanaman herbal, terutama temulawak, dapat
menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang membantu
pertumbuhan kanker.
Meskipun dokter masih harus melakukan percobaan lebih
lanjut, namun secara umum temulawak direkomendasikan untuk
pasien penderitakanker.
d. Menurunkan Lemak Darah
Fraksi kurkuminoid atau ekstrak temulawak memiliki
khasiat kesehatan lain yang dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol total. Khasiat temulawak menurunkan kolesterol atau
lemak darah tentu saja juga berdampak baik untuk kesehatan
jantung serta sistem kardiovaskuler dalam tubuh.
e. Mengatasi Masalah Pencernaan
Manfaat temulawak yang lain adalah melancarkan proses
pencernaan. Kandungan zat dalam temulawak diketahui mampu
merangsang produksi empedu yang dapat membantu
meningkatkan pencernaan. temulawak mampu membantu
penderita yang mengalami berbagai gangguan pencernaan,
termasuk kembung, gas dan dyspepsia.
f. Melancarkan ASI
Bagi ibu menyusui, mengonsumsi temulawak ternyata
dapat meningkatkan serta melancarkan produksi ASI. Temulawak
memiliki kandungan antioksidan yang tinggi sehingga berguna
untuk mencegah terjadinya perubahan atau oksidasi nutrisi yang
diperlukan untuk memproduksi ASI seperti protein dan asam
lemak. Jika terjadi oksidasi nutrisi, maka produksi ASI pada ibu
akan berkurang. Bukan itu saja, kualitas ASI jugadapat menurun.
C. KUNYIT
1. Morfologi Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat
tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman
kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun.
Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl,
ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata
Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom.
Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai
Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan
khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan
Filipina.

Gambar 05. Tanaman kunyit


Kunyit merupakan tanaman herba dan tingginya dapat
mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Kunyit berdaun tunggal,
berbentuk lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan
pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan menyirip dan
berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun
rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar
serabut berwarna cokelat muda.

Gambar. 06 Rimpang Kunyit

Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang, daun atau


akarnya (Mahendra, 2005). Tanaman kunyit siap dipanen pada umur
8 - 18 bulan, saat panen yang terbaik adalah umur tanaman 11 - 12
bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang
diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan
masa panen pada umur kunyit 7 - 8 bulan. Ciri - ciri tanaman kunyit
yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif,
seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang
semula hijau berubah menjadi kuning
2. Klasifikasi Kunyit
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
3. Kandungan Kimia Kunyit
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat
aktif seperti minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan
kimia yang sangat berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang
memberi warna kuning. Selain itu kandungan kimianya adalah
tumeron, zingiberen. Komposisi kimia kunyit kadar air 6,0%, protein
8,0%, karbohidrat 57,0%, serat kasar 7,0%, bahan mineral 6,8%,
minyak volatile 3,0%, kurkuma 3,2%, bahan non volatil 9,0%.
Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa
dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%,
zingiberen 25% tirmeron 58%, seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton
dan gamma atlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6%.
4. Khasiat Kunyit
Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan,
menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida,
obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulant, mengobati
keseleo, memar dan rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu,
amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda
hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun panas,
menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka –
luka, dan obat penyakit hati. Selain sebagai obat, kunyit banyak
dimanfaatkan untuk bumbu dapur
D. KUNYIT PUTIH
1. Morfologi Kunyit Putih
Kunyit Putih merupakan tanaman obat berupa semak dan
bersifat tahunan yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman
kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun.
Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1.300-1.600 m dpl,
ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India.
Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di
India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Kunyit putih memiliki nama daerah kunci pepet, temu rapet,
ardong (Jawa), kunir putih (Sunda), konce pet (Madura), temu putri,
temu rapet (Melayu). Nama asing – Nama simplisia: Kaempferiae
rotundae Rhizoma (kunci pepet).
Perawakan herba, tinggi sampai 0,65 m. Batang berupa
rimpang bercabang, pendek, sangat kuat, aromatik, warna putih
kekuningan, batang semu kokoh, merah kecoklatan, minimal 25 cm
(Plantus, 2008).
Gambar 07. Kunyit Putih
Daun tunggal, berpelepah 3-5, tegak, helaian; bentuk daun
bulat memanjang lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, runcing,
tumpul, daging daun tebal dan lunak, permukaan atas daun gundul,
permukaan bawah berambut sangat pendek, warna permukaan atas
hijau dan sering seperti terbakar, permukaan bawah ungu gelap,
panjang helaian daun 10-30 cm, lebar 4-10 cm, tangkai daun besar,
sampai 4 cm, lidah-lidah daun (ligula) kira-kira 4 mm, upih (pelepah)
daun berambut, panjang 7-24 cm.

Gambar 08. Rimpang Temu Putih

Susunan bunga majemuk tandan, jumlah bunga 4-16, biasanya


1-2 bunga mekar bersamaan pada waktu yang bersamaan; ibu tangkai
bunga majemuk berkembang baik, ujungnya berbentuk cakram; daun
pelindung bunga, bertoreh dalam 1,5 cm. Memiliki kelop 3 buah,
ujungnya bergigi 3, berwarna kehijauan atau putih, panjang 3-7 cm.
Memiliki mahkota 3 buah, berbentuk tabung (panjang tabung 3,5-7
cm), warna mahkota bunga putih dengan garis titik-titik, berbau
harum. Benang sari steril/mandul berbentuk elip sampai bentuk garis,
agak tumpul, berujung deri atau tidak, warna putih atau ungu,
berurat, panjang 3,5-5 cm, lebar 1-1,75 cm, membentuk bibir
(labellum) seperti jantung terbalik, bercangap atau berbagi dalam,
panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm; masing-masing benang sari mandul
berwarna kekuning-kuningan dengan garis titik-titik putih mengikuti
urat-uratnya, selain itu bangunan bibir berwarna ungu. Benang sari;
fertil 1 buah, panjangnya 0,8-2,5 cm; tangkai benang sari lebar; alat
tambahan apikal dari penghubung ruang sari berlekuk 2-4, panjang 5-
10 mm. Buah tidak diketahui.
2. Klasifikasi Kunyit Putih
Klasifikasi kunyit putih menurut Plantamor (2008)Kingdom Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia rotunda L
3. Kandungan Kimia Kunyit Putih
kunyit putih mengandung senyawa seperti kurkuminoid yang
secara detil teridiri dari kurkumin, bosdesmetoksikurkumin,
desmetoksikurkumin, keton sesquiterpen, tumeron, tumein, sabinen,
felander, dan borneol. Selain itu, kunyit putih juga mengandung
lemak, karbohidrat, protein, vitamin C, mineral, minyak atsiri, pati,
serat alami, zat besi, kalsium dan juga fosfor. Mengacu pada
kandungan yang kompleks ini, menjadikan manfaat kunyit putih juga
beragam.
Kurkumin merupakan senyawa aktif dari tanaman Curcumc sp.
Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas biologis yang penting
temtama aktivitas antioksidan dari gugus hidroksi aromatik terminal,
gugus B diketon dan ikatan rangkap yang berperan sbbagai
antikanker dan antimutagenik. Selain itu tanaman kunyit mengandung
minyak atsiri yang memiliki senyawa kamfor dan bornoel. Selain itu
senyawa resin dan Rimpang kunyit putih sangat potensial sebagai
obat herbal dan banyak diteliti untuk pengobatan kanker.Rimpang
kunyit putih mengandung riboisme irt activating prolet, (RIP), yaitu
protein toksik dan kurkumin, yang diduga mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker.
4. Khasiat Kunyit Putih
Kunyit putih dapat membantu mencegah kerusakan sel.
Sedangkan kandungan minyak atsiri, kunyit putih dapat dipakai untuk
menjaga kesehatan saluran pernafasan dan pencernaan. Kunyit Putih
sangat bermanfaat untuk : Kanker, Tumor, Kista, dan Kolesterol.
Kurkumin merupakan senyawa aktif dari tanaman Curcumc sp.
Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas biologis yang penting
temtama aktivitas antioksidan dari gugus hidroksi aromatik terminal,
gugus B diketon dan ikatan rangkap yang berperan sbbagai
antikanker dan antimutagenik (Majeed dkk., 1995). Selain itu
tanaman kunyit memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, larvasida,
antiulser dan dapat mengambat pertumbuhan sel kanker.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 CARA KERJA


A. MINGGU KE – 1
1. Masukkan 100 gram serbuk simplisia ke dalam Maserator. Jika
simplisia yangdigunakan segar haluskan terlebih dahulu.
2. Tambahkan 275 ml etanol ( tambahkan Jumlahnya Jika Simplisia
belumterendam)
3. Biarkan serbuk Simplisia terendam pelarut dalam maserator selama 1
minggu
4. Usahakan agar etanol tidak menguap
5. Aduk rendaman sesering mungkin setiap hari.
Flowchart

100 gr Simplisia
Temu Putih

dimaserasi

Maserator Tambahkan
275 ml Etanol

Biarkan selama 1 minggu Aduk


rendaman sesering mungkin
Keterangan :
Bahan
Cara Kerja

Alat
B. MINGGU KE – 2
1. Keluarkan maserat dari Maserator, Saring menggunakan Kertas
Saring
2. Ukur Volume Maserat yang diperoleh
3. Timbang cawan penguap, catat beratnya
4. Sejumlah volume dikur (+_ 25 ml) diletakkan dalam cawan penguap
kemudiandiuapkan hingga diperoleh ekstrak kental
5. Timbang ekstrak hasil penguapan tersebut
6. Tentukan berat ekstrak kental tersebut
7. Kemudian konversikan terhadap volume ekstrak total yang diperoleh
denganrumus
𝑉𝑜𝑙. 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 𝐵𝑟𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
𝑉𝑜𝑙. 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛

8. Hitung rendemen dengan rumus


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
9. Hitung Massa Jenis ekstrak kental
b. Menghitung Massa Jenis Air
- Timbang Pikno Kosong
- Isi Pikno dengan air sampai penuh lalu Tutup Kemudian
Timbang
- Hitung Berat air
- Hitung Massa Jenis air dengan rumus :
𝜌=m
v
Ket : 𝜌 = Massa jenis
m : Massa
v : Volume

c. Menghitung Massa Jenis Ekstrak Encer


- Timbang Pikno Kosong
- Isi Pikno dengan ekstrak encer sampai penuh lalu Tutup
KemudianTimbang
- Hitung Berat ekstrak encer
- Hitung Massa Jenis ekstrak encer dengan rumus :

𝜌=m
v
Ket : 𝜌 = Massa jenis
m : Massa
v : Volume

d. Menentukan Massa Jenis Ekstrak kental dengan rumus


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑖𝑟

2.2 HASIL PENGAMATAN


C. Minggu ke 1 Temu Putih

Tinggi Banyak
Hari campuran Warna Pengadukan Busa
(cm)
Temu Putih
Jumat 5,3 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Sabtu 4,9 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Minggu 4,7 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Senin 4,5 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Selasa 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Rabu 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Kamis 4,4 cm Kuning kecoklatan 3 x 20 x = 60X -
Jum’at 4,3 cm Kuning Kecoklatam 3 x 20 x = 60X -
Temulawak
Jumat 6,2 cm Kuning 100 x -
Sabtu 6,1 cm Kuning 100 x -
Minggu 5,9 cm Kuning 100 x -
Senin 5,7 cm Kuning 400 x -
Selasa 5,7 cm Kuning 200 x -
Rabu 5,7 cm Kuning 100 x -
Kamis 5,7 cm Kuning 300 x -
Jum’at 5,7 cm Kuning 500 x -
Kunyit Putih
Jumat 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Sabtu 4,5 cm Kuning kecoklatan 60 x -
Minggu 4,5 cm Kuning kecoklatan 60 x -
Senin 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Selasa 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Rabu 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Kamis 4,5 cm Kuning kecoklatan 45 x -
Jum’at 4,5 cm Kuning Kecoklatan 60 x -
Kunyit
Jumat 3,95 cm Kuning keruh 50 x -
Sabtu 4 cm Kuning keruh 100 x -
Minggu 4 cm Kuning keruh 130 x -
Senin 4 cm Kuning keruh 150 x -
Selasa 4 cm Kuning keruh 150 x -
Rabu 4 cm Kuning keruh 150 x -
Kamis 4 cm Kuning keruh 150 x -
Jum’at 4 cm Kuning keruh 150 x -
Gambar Pengamatan Temu Putih

Gambar Keterangan
Pada gambar ini simplisia berbentuk
serbuk berwarna khaki atau kuning
pucat agak kecoklatan. Simplisia yang
digunakan sebanyak 100 gram.

Simplisia serbuk sebanyak 100 gram di


rendam menggunakan etanol 70%.
Warna dari campuran ini adalah kuning
kecoklatan setelah dilakukan
pengadukan.

Hari ke 2 sampai 6
Dilakukan pengukuran penyusutan
volume etanol pada ruang gelap.

D. Minggu ke – 2

Gambar Keterangan
Pada minggu ke 2 dilakukan penyaringan
untuk mendapatkan maserat dari temu Putih.
Maserat yang di dapatkan dari hasil
penyaringan adalah 150 ml. Ini menandakan
terjadin penyusutan Volume etanol yang
semula 275 ml.

Penimbangan cawan kosong didaptkan berat


cawan kosong adalah 34,45 gr

Sebanyak 25 ml Maserat diuapkan hingga


1/3bagian dengan menggunakan bunsen.

Maserat yang telah diuapkan sebanyak 1/3


Bagian kemudian ditimbang.
Berat cawan kosong dan ekstrak kental
sebesar 38,45 gram

Pikno Kosong yang ditimbang dengan berat


27,90 gram
Menimbang Pikno isi air 25 ml sebesar 75,35
gram

Menimbang Pikno Isi Maserat sebesar 72,90


gram.

Simplisia temu putih yang elah di keringkan


kemudian di timbang dan didapatkan bobot
sebesar 78,86 dengan plastik.
Setelah dikurangi bobot Plastik sebesar 3, 45
gram maka bobot simplisia kering temu Putih
adalah 78,86 – 3,45 = 75,41 gram
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1.PEMBAHASAN
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.
Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Metode maserasi digunakan untuk tahap awal pemisahan senyawa
curcumin dari campurannya. Maserasi merupakan proses penyarian yang
paling sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia pada
cairan penyari. Mula-mula serbuk kering Temu putih, kunyit , kunyit putih
dan temulawak masing masing ditimbang sebanyak 100 gram. Serbuk yang
telah ditimbang dimasukkan ke dalam toples kaca terlindung cahaya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah curcumin kontak dengan cahaya yang dapat
menyebabkan penguraian curcumin. Serbuk kemudian ditambahkan dengan
275 ml etanol 70% yang berfungsi sebagai cairan penyari. Etanol digunakan
sebagai cairan penyari karena senyawa curcumin yang bersifat non polar
dapat larut dalam etanol yang cenderung bersifat non polar dibandingkan air.
Etanol (C2H5OH) memiliki dua gugus yang berbeda, yaitu gugus hidroksi
(OH) yang bersifat polar dan gugus alkana (C2H5) yang cenderung bersifat
non polar sehingga dapat melarutkan senyawa curcumin.
Pada percobaan kali ini, ekstraksi yang dilakukan dengan metode
maserasi memiliki beberapa tahapan diantaranya perendaman simplisia,
pengadukan, penyaringan dan penguapan maserat. Perendaman dilakukan
selama 8 hari bertujuan agar pelarut dapat menarik senyawa yang akan
diambil ke luar dinding sel dan larut dalam pelarut etanol 70%. Perendaman
dilakukan dengan cara pengadukan yang bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan yang bersentuhan dengan serbuk sehingga semua serbuk dapat
terkena pelarut dan senyawa aktif dalam larut dalam pelarut yang digunakan.
Tujuan lain dari pengadukan adalah untuk memperluas kontak antara serbuk
simplisia dengan cairan penyari sehingga timbul gaya adhesi antara serbuk
simplisia dan cairan penyari. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan cairan
dapat membasahi simplisia sehingga melarutkan zat aktif yang terkandung di
dalamnya.
Pada pengamatan selama 8 hari terjadi penurunan Volume pada temu
Putih dan temulawak terutama pada hari pertama proses maserasi hal ini
dapat dikarenakan proses transportasi sehingga etanol dalam maserator
banyak terbuang begitu juga pada saat pengadukan dapat terjadi pengurangan
volume dikarenakan ada sedikit celah pada botol maserator. Sedangkan pada
simplisia kunyit dan kunyit putih tidak terjadi penurunan volume hal ini
menunjukkan maserator tidak dalam keadaan agak terbuka sehingga etanol
70% tidak ada yang menguap.
Pemeriksaan organoleptik ekstrak encer. Pengujian organoleptik adalah
pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Dari hasil pengamatan
didapat bahwa ekstrak temulawak yang didapat berwujud cair dengan warna
Kuning, bau khas temulawak serta rasa yang pahit, kesat khas dari
temulawak. Sedangkan Ekstrak encer Temu Putih yang didapat berwujud cair
dengan warna Kuning kecoklatan, bau khas Temu Putih serta rasa yang pahit,
kesat khas dari Temu Putih. Ekstrak Kunyit Putih yang didapat berwujud cair
dengan warna Kuning kecoklatan, bau khas Kunyit Putih serta rasa yang
pahit, kesat khas. Dan Ekstrak Kunyit yang didapat berwujud cair dengan
warna Kuning Keruh, bau khas Kunyit serta rasa yang pahit.
Warna simplisia setelah direndam selama 8 hari tidak mengalami
perubahan baik pada simplisia kunyit warna Maserat pada hari pertam hingga
ke 8 berwarna Kuning keruh pada kunyit putih dan temu putih berwarna
Kuning Kecoklatan sedangkan pada temulawak berwarna kuning terang.
Warna kuning pada simplisia temu putih, kunyit, kunyit putih dan temulawak
dihasilkan dari senyawa kurkumin yang terkandung didalamnya.
Kurkumin merupakan polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton
lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam
bentuk cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam
borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.

Gambar 09
Struktur Kimia Kurkumin dalam Gugus keton
Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya
terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-
desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan berubah menjadi
senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin sebelum
kemudian dikonversi menjadi senyawa konjugasi monoglusuronida.
Maserasi dilakukan selama 8 hari dan kemudian dilakukan
penyaringan menggunakan kain flanel. Penyaringan dilakukan untuk
memisahkan maserat dengan endapan sehingga akan didapatkan maserat
yang telah mengandung zat aktif. Maserat kemudian diuapkan dengan
bunsen. Proses ini dilakukan hingga seluruh cairan penyari menguap dan
diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diuapkan kemudian dihitung berat ekstrak kental
totalnya. Pada simplisia Temu Putih didapatkan berat ekstrak kental total
sebesar 24 garm, Kunyit Putih sebesar 29, 32 gram, Temulawak sebesar 27, 4
gram dan Kunyit sebesar 19, 71 gram.
Rendemen merupakan persentase bagian bahan baku yang dapat
digunakan atau dimanfaatkan dengan total bahan baku. Semakin tinggi nilai
rendemen menandakan bahwa bahan baku tersebut memiliki peluang untuk
dimanfaatkan lebih besar. Rendemen merupakan persentase sampel sebelum
dan setelah perlakuan. Rendemen yang dihasilkan pada temu putih yaitu
24%b/b, temulawak didapatkan rendemen sebesar 27, 4%b/b, dan kunyit
putih sebanyak 29,32%b/b sedangkan kinyit hanya sebesar 19,71%b/b. Hal
ini menunjukkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada
sampel temulawak, temu putih dan kunyit putih cukup banyak sedangkan
pada sampel Kunyit kandungan metabolit sekundernya cukup kecil.
Selebihnya merupakan terdapat kandungan air dan serat. Semakin lama
waktu ekstrak dan semakin halus ekstraknya, maka semakin banyak pula
rendemen yang didapatkan. Semakin besar perbandingan bahan baku-pelarut
yang digunakan, maka semakin banyak ekstrak kasar yang didapat. Untuk
mendapatkan ekstrak yang lebih banyak harus dilakukan ekstraksi yang lebih
lama.
Selanjutnya dilakukan pengukuran massa jenis ekstrak kental dengan
menggunakan piknometer. Piknometer kosong terlebih dahulu ditimbang
beratnya, didapatkan berat 27,90 gram. Berat piknometer dengan air adalah
75,35 gram. Sehingga didapatkan mAsssa jenis air sebesar 0,95 gr/ml.
Selanjutnya, berat piknometer dengan ekstrak adalah 72,90 gram. Sehingga
didapatkan berat ekstrak sebesar gram. Selanjutnya, dihitung kerapatan
ekstrak dan didapatkan nilai sebesar 44,19 gram/ml. Dari dua nilai kerapatan
ini, dapat ditentukan bobot jenis ekstrak air dengan hasil 0,93. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak Temu Putih memiliki bobot jenis yang lebih
kecil dibandingkan air maka dapat disimpulkan bahwa etanol 70% tidak
dapat melarutkan Metabolit sekunder pada temu Putih secara maksimal.
Pada Temulawak dilakukan pula penghitungan Massa Jenis ekstrak
kental dengan menggunakan Piknometer. Dan dihasilkan massa jenis air
sebesar 1,13 gr/ml massa jenis Ekstrak encer 0,86 gr/ml dan massa Jenis
ekstrak kental adalah 0,76 gr/ml. Maka dikarenak massa Jenis air lebih besar
dari massa Jenis Ekstrak kental ini menunjukkan Etanol tidak dapat
melarutkan metabolit sekunder pada Temulawak secara Maksimal.
Pada Kunyit didapatkan hasil Massa Jenis air sebesar 1 gr/ ml, Massa
Jenis ekstrak encer 0,878 maka Massa jenis ekstrak kental adalah 0,878 hal
ini menunjukkan etanol tidak dapat melarutkan metabolit sekunder pada
Kunyit secara maksimal.
Pada Kunyit Putih didapatkan hasil Massa Jenis air sebesar 1 gr/ ml,
Massa Jenis ekstrak encer 0,9 gr/ml maka Massa jenis ekstrak kental adalah
0,9 gr/ml hal ini menunjukkan etanol tidak dapat melarutkan metabolit
sekunder pada Kunyit secara maksimal.
Adapun prosentase kemurnian kurkumin pada Temu Putih didapatkan
dari hasil perhitunan bobot ampas kering sebesar 75,41 gram yang dibagi
dengan berat simplisia awal yakni 100 gram dan dihasilkan prosentase
kemurnian kurkumin sebesar 75,41%.
3.2. KESIMPULAN
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudianberdifusi masuk ke dalam pelarut.
Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. cairan
penyari yang digunakan adalah etanol 70% karena senyawa curcumin yang
bersifat non polar dapat larut dalam etanol yang cenderung bersifat non polar
dibandingkan air.
Pada pengamatan selama 8 hari terjadi penurunan Volume pada temu
Putih dan temulawak terutama pada hari pertama proses maserasi hal ini
dapat dikarenakan proses transportasi sehingga etanol dalam maserator
banyak terbuang begitu juga pada saat pengadukan dapat terjadi pengurangan
volume dikarenakan ada sedikit celah pada botol maserator. Sedangkan pada
simplisia kunyit dan kunyit putih tidak terjadi penurunan volume hal ini
menunjukkan maserator tidak dalam keadaan agak terbuka sehingga etanol
70% tidak ada yang menguap.
Warna simplisia setelah direndam selama 8 hari tidak mengalami
perubahan baik pada simplisia kunyit warna Maserat pada hari pertam hingga
ke 8 berwarna Kuning keruh pada kunyit putih dan temu putih berwarna
Kuning Kecoklatan sedangkan pada temulawak berwarna kuning terang.
Warna kuning pada simplisia temu putih, kunyit, kunyit putih dan temulawak
dihasilkan dari senyawa kurkumin yang terkandung didalamnya.
Dari Pengujian Ekstrak kental Temu Putih didapatkan massa jenis
sebesar 0,93 gr/ml, Temulawak 0,878 gr/ml, Kunyit 0,76 gr/ml dan Kunyit
Putih 0,9 gr/ml. Pada masing – masing pengujian menunjukkan massa jenis
air lebih besar dari massa jenis ekstrak kental ini menunjukkan etanol 70%
tidak dapat melarutkan metabolit sekunder seluruh sampel dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI.Harbone, J.


B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : Penerbit ITB.
Wijayakusuma, H. 2011. Penyembuhan dengan Temu Putih (Curcuma
zedoaria (Berog) Rosc). Jakarta: Indocamp.
Anonim. http://agricenter. jogjaprov.go.id/ index.php?action=
generic_content.main&id_gc=136. Diaksek pada tanggal 5 Agustus
2016

Anda mungkin juga menyukai