Anda di halaman 1dari 11

PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN

PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 1 dari 11

LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan oleh Diperiksa oleh Dibuat oleh


Direktur QHSE-MR HSE

Tgl : 01-07-2019 Tgl : 01-07-2019 Tgl : 01-07-2019

Distribusi kepada : ....................................................................................

No. Copy : ....................................................................................

Tanggal Distribusi : ....................................................................................

Status Distribusi : ....................................................................................


PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 2 dari 11

STATUS REVISI

Tgl No.
Hal Pasal Riwayat Revisi Paraf
Revisi Revisi

Semua Perubahan Logo Perusahaan 01/07/19 01

1 Pergantian Direktur 01/07/19 01


PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 3 dari 11

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja baik karyawan maupun pihak-pihak luar yang
terkait dalam kegiatan di PT. PROHABA JAYA MANDIRI dan juga bertujuan untuk menjamin bahwa:
1.1. Setiap bahaya yang ada di tempat kerja PT. PROHABA JAYA MANDIRI telah diidentifikasi
dan dilakukan penilaian atas risikonya serta pengendalian yang diperlukan guna menurunkan
tingkat risiko hingga pada tingkatan yang dapat diterima.
1.2. Semua perubahan terhadap produk, proses, peralatan atau infrastruktur telah diidentifikasi,
ditinjau, dan dinilai terhadap risiko bagi keselamatan dan kesehatan kerja, serta ditentukan
pengendalian risikonya dan terdokumentasi.

2. RUANG LINGKUP
2.1. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta pengontrolannya harus dilakukan di seluruh
aktifitas PT. PROHABA JAYA MANDIRI, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan
tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan kontrak, supplier dan
kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang masuk ke dalam tempat kerja, misal:
tamu atau pihak yang berkepentingan.Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilakukan
oleh karyawan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang
ditetapkan oleh PT. PROHABA JAYA MANDIRI.

3. REFERENSI
3.1. Pedoman QHSE PT. PROHABA JAYA MANDIRI.
3.2. OHSAS 18001:2007 (4.3.1) Identifikasi bahaya, penilaian risiko, penetapan pengendalian.

4. DEFINISI DAN ISTILAH


4.1. Bahaya adalah sesuatu (kondisi, situasi, praktek, kebiasaan) yang mempunyai potensi untuk
menyebabkan terluka, gangguan kesehatan kepada manusia, kerusakan pada properti,
kerusakan lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
4.2. Identifikasi bahaya adalah proses mengenali adanya potensi bahaya dan karakteristik dari
potensi bahaya itu.
4.3. Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan
dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau
paparan tersebut.
4.4. Penilaian risiko proses untuk memperkirakan besarnya atau tingkat risiko dari suatu bahaya
dan menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 4 dari 11

5. PROSEDUR
5.1. IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko perlu dilakukan di semua jenis aktifitas termasuk
kegiatan administrasi dan perkantoran, termasuk pekerjaan rutin dan tidak rutin, dan dilakukan
peninjauan ulang secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali serta bila ada perubahan yang
berefek signifikan terhadap aspek K3L.
5.1.1. Identifikasi bahaya harus dilakukan jika:
• Adanya rekayasa teknik, mendesign ulang fasilitas, atau menata ulang ruang,
perubahan peralatan, metode atau gedung.
• Adanya proyek baru.
• Adanya penggantian material atau penggunaan material baru termasuk bahan
kimia.
• Adanya perubahan prosedur, instruksi kerja, atau standar baru.
• Setelah tindakan perbaikan dilakukan.
• Adanya indikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan gangguan kepada manusia.
5.1.2. Identifikasi bahaya yang dilaksanakan harus mempertimbangkan:
• Kegiatan rutin dan non rutin.
• Situasi normal, Situasi tidak normal, seperti start-up/ shut-down/ cleaning/
maintenance.
• Keadaan yang timbul secara periodic / berkala.
• Keadaan yang timbul dalam kondisi darurat.
• Situasi khusus yang timbulnya sekali-sekali saja (occasional).
• Aktifitas semua personal yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk
kontraktor dan tamu).
• Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya.
• Identifikasi bahaya di luar area kerja yang dapat mempengaruhi K3 personal yang
berada di bawah pengendalian organisasi.
• Bahaya di sekitar tempat kerja akibat adanya aktivitas kerja di bawah kendali
organisasi.
• Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, baik yang disediakan
organisasi maupun pihak lain.
• Perubahan atau usulan perubahan organisasi, aktivitas atau material.
• Modifikasi terhadap sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan
pengaruhnya terhadap operasi, proses dan aktivitas.
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 5 dari 11

• Setiap persyaratan perundangan yang dapat diterapkan berkaitan dengan


penilaian dan pengendalian risiko, desain area kerja, proses, instalasi,
mesin/peralatan prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk adapatasi
terhadap kemampuan manusia.
• Desain area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan prosedur operasi dan
organisasi kerja, termasuk adapatasi terhadap kemampuan manusia.
5.1.3. Coordinator HSE atau petugas yang ditunjuk bersama untuk pelaksana aktivitas
melakukan identifikasi bahaya dengan menggunakan Risk Assessment Form.
5.1.4. Menentukan ruang lingkup identifikasi bahaya yaitu meliputi langkah kerja, manusia,
material, peralatan dan media/lingkungan. Ruang lingkup ini ditulis dalam Formulir
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Penetapan Pengendalian.
5.1.5. Identifikasi semua jenis bahaya yang mungkin ada dan berpotensi
membahayakan/menimbulkan kerugian.
5.1.6. Jenis bahaya yang harus diidentifikasi harus meliputi semua jenis bahaya jika sesuai,
yaitu:
• Bahaya potensial fisik. Ditabrak oleh benda bergerak, ditabrak oleh benda yang
terbang, kejatuhan benda, menabrak benda yang (diam, bergerak, benda menonjol
keluar, benda tajam/jarum, pisau), terperangkap diantara benda diam (di celah-
celah ruangan), terperangkap diantara benda bergerak (mesin gulung), jatuh pada
ketinggian yang sama/terpeleset, jatuh pada ketinggian yang lebih rendah,
tenggelam.
• Bahaya potensial kimia, contoh: kontak dengan bahan kimia (korosif, beracun,
reaktif, yang mudah terbakar), terpajan dengan uap/gas yang (korosif, beracun,
mudah terbakar, reaktif), terpajan dengan bahan karsinogenik, menghirup uap
yang dihasilkan dari bahan cair (vapor), contohnya uap alkohol, menghirup uap
yang dihasilkan dari pembakaran bahan padat (fume), menghirup bahan toksik,
menghirup asap, menelan bahan kimia.
• Bahaya potensial biologi, contoh: terpajan penyakit infeksi/menular, terpajan
dengan bahan yang menyebabkan alergi, terpajan dengan pathogen, virus,
tanaman beracun, bahan beracun, dan lintah.
• Bahaya potensial radiasi, contoh: terpajan laser, terpajan sinar x, terpajan sinar
ultraviolet, terpajan cahaya yang berlebihan/kurang, terpajan sinar beta dan sinar
gamma.
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 6 dari 11

• Bahaya potensial suhu, contohnya: kontak dengan panas (permukaan yang


panas), terpajan dengan panas (dekat dengan boiler), kontak dengan dingin
(frostbite), terpajan dengan dingin (masuk ke dalam ruangan pendingin).
• Bahaya potensial kebakaran/ledakan, contoh: bahan yang mudah terbakar, bahan
yang reaktif, bahan yang mudah meledak, sambungan arus pendek, tekanan
berlebih.
• Bahaya potensial Ergonomi, contoh: peregangan berlebih akibat berdiri terlalu
lama, peregangan berlebih akibat gerakan berulang, peregangan berlebih akibat
postur janggal, peregangan berlebih akibat cara pengangkatan yang salah,
peregangan berlebih akibat mendorong/menarik, peregangan berlebih pada
tangan.
• Bahaya potensial bising, contoh: terpajan pada kebisingan yang berlebih.
• Bahaya potensial listrik, contoh: kontak dengan aliran listrik, kontak dengan listrik
statik dan energi tersimpan (contoh).
• Bahaya potensial lingkungan, contoh: emisi (alat pembuang gas, fume, vapor),
penimbunan limbah cair, pencemaran sungai, tumpahan/kebocoran bahan kimia,
penggunaan sumber daya (kertas, bahan kimia, dll), emisi suara/kebisingan.
5.1.7. Hasil identifikasi bahaya yang ada dituangkan dalam Risk Assessment Form

5.2. ANALISIS KARAKTERISTIK BAHAYA YANG TELAH TERIDENTIFIKASI.


5.2.1. Dalam identifikasi karakteristik bahaya yang ada harus dapat menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
• Apa saja yang bisa salah atau gagal dalam aktivitas tersebut? (buat daftar
kesalahan/kegagalan potensial selengkap mungkin dengan mengesampingkan
terlebih dahulu tingkat kemungkinan terjadi dan tingkat keparahan dampaknya).
• Apa dampak dan konsekuensinya jika kesalahan atau kegagalan tersebut terjadi?
• Bagaimana itu bisa terjadi?Apa penyebab bahaya itu bisa terjadi?
• Apa ada faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut?
• Dimana bahaya itu terjadi?
• Pada apa atau siapa bahaya itu terjadi?
• Apakah ada persyaratan regulasi yang terkait dengan bahaya tersebut?
5.2.2. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat menggunakan data yang berasal dari:
• Rekaman kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pernah terjadi.
• Informasi terbaru dan perkembangan K3L.
• Hasil inspeksi dan audit K3L.
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 7 dari 11

• Hasil investigasi kecelakaan.


• Umpan balik dari karyawan.
• Konsultasi dengan pihak-pihak terkait.
• Persyaratan regulasi.
• Benchmarking.
5.2.3. Tuangkan hasil analisis karakteristik bahaya yang telah dilakukan dalam Risk
Assessment Form.
5.2.4. Berdasarkan karakteristik bahaya yang telah diidentifikasikan lakukanlah penilaian
atas tingkat keparahan/ konsekuensi dari masing-masing bahaya yang ada. Analisa
potensi konsekuensi dimaksud adalah menganalisa terhadap potensi dari tingkat
kerugian, analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi keparahan
dampak yang terjadi dan potensi jumlah yang terkena dampak, dan jika diperlukan
pada kasus tertentu dapat pula dipertimbangkan tingkat gangguan terhadap
kelangsungan bisnis.Perkiraan konsekuensi dapat merujuk Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Keparahan (Konsekuensi) dari Bahaya

Conse Rating Manusia Peralatan Lingkungan


Quence
Noticeable 1 Memerlukan Kerusakan ringan Indikasi terjadinya
pertolongan pertama pada 1 unit fasilitas pencemaran/kontamin
tanpa medical sehingga pekerjaan asi didalam
treatment terhambat
Important 2 Menimbulkan medical Kerusakan beberapa Terjadinya
treatment tanpa lost unit fasilitas sehingga pencemaran/kontamin
time operasional pekerjaan asi di dalam fasilitas
terhambat dan dapat
ditanggulangi
Very Serious 3 Menimbulkan Lost Kerusakan berat pada Indikasi terjadinya
Time 1 unit fasilitas dan pelanggaran
tidak bisa dioperasikan peraturan, terjadinya
>7 hari sehingga pencemaran atau
pekerjaan tidak dapat kontaminasi di dalam
dilakukan fasilitas dan dapat
ditanggulangi
Disaster 4 Menimbulkan cacat Kerusakan berat pada Pelanggaran
tetap beberapa unit fasilitas peraturan,
dan tidak dapat pencemaran
dioperasikan >7 hari lingkungan keluar dari
sehingga pekerjaan fasilitas pekerjaan dan
tidak dapat dilakukan dapat ditanggulangi
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 8 dari 11

Catasthrope 5 Menimbulkan Kerusakan berat pada Pelanggaran


kematian beberapa fasilitas dan peraturan,
tidak dapat pencemaran
dioperasikan >7 hari lingkungan keluar dari
sehingga pekerjaan fasilitas pekerjaan dan
tidak dapat dilakukan tidak dapat
ditanggulangi

5.2.5. Berdasarkan karakteristik bahaya yang telah diidentifikasi lakukan juga penilaian atas
tingkat kemungkinan muncul atau terjadi (Probability) dari masing-masing bahaya
yang ada. Penilaian Probability dengan mengggunakan acuan Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kemungkinan Terjadi (Probability) dari Bahaya

Nilai Kriteria Deskripsi


A Certain Dapat dipastikan akan terjadi dalam kondisi tertentu atau
(Pasti) dapat dipastikan akan berulang karena kondisinya masih
sama (Possibility Of Repeated Incidents)
B Likely Besar kemungkinan akan terjadi atau mengetahui ada
(Sering Terjadi) laporan bahwa pernah terjadi ditempat itu (Possibility of
Isolated incidents)
C Possible Dapat terjadi sewaktu-waktu atau Pernah terdengar ada
(Mungkin sering kejadian itu di lingkungan tersebut (Possibility of
terjadi) Occuring sometimes)
D Unlikely Mungkin terjadi sewaktu-waktu tapi kecil (not Likely to
(Mungkin tapi occur)
kecil)
E Rare Mustahil,hanya bisa terjadi dalam kondisi yang sangat
(Sangat Jarang ekstrimatau nyaris tidak mungkin (practically impossible)
Terjadi)

5.2.6. Nilai tingkat kemungkinan terjadi dituangkan pada kolom Probability (P) pada Risk
Assessment Form.

5.3. PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN PENGENDALIAN.


5.3.1. Penilaian risiko dilakukan oleh Coordinator HSE atau petugas yang ditunjuk.
5.3.2. Penilaian risiko atas semua bahaya yang telah teridentifikasi dengan menggunakan
Risk Assessment Form.
5.3.3. Penilaian risiko atas bahaya yang ada dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Coordinator HSE atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan penilaian risiko
awal (Initial Risk) setiap bahaya yang telah diidentifikasikan dengan
mengkombinasikan antara tingkat keparahan/ Konsekuensi (K) dengan tingkat
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 9 dari 11

kemungkinan terjadi (P). Tingkat risiko dinilai dengan mengacu pada ketentuan di
Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Risiko K3 (Risk Level) dari pekerjaan

Consequences
Likelihood 1 2
3 (Moderate) 4 (Major) 5 (Catastrophic)
(Insignificant) (Minor)
A (Almost certain) 1A 2A 3A 4A 5A
B (Likely) 1B 2B 3B 4B 5B
C (Moderate) 1C 2C 3C 4C 5C
D (unlikely) 1D 2D 3D 4D 5D
E (Rare) 1E 2E 3E 4E 5E
• Hasil kombinasi antara konsekuensi/keparahan dan kemungkinan terjadi adalah
nilai risiko, seperti pada lampiran prosedur.
• Berdasarkan nilai risiko, dibuat 3 kategori risiko yaitu low (Hijau), moderate
(Kuning), dan high (Merah). Bila hasil assessment masuk dalam kategori high risk,
maka disarankan untuk membuat/mengisi form JSA (job safety analysis)
• Bahaya yang sudah dinilai risiko awalnya dilakukan penentuan pengendalian yang
diperlukan guna menurunkan tingkat risiko yang tidak dapat diterima ke tingkat
risiko yang dapat diterima.
• Dalam menetapkan pengendalian risiko mengacu pada hirarki pengendalian pada
tabel 5.
Tabel 4: Kategori Risiko

Risiko K3
Pengendalian
(Risk Level)
Dapat diterima, cukup dikendalikan dengan melaksanakan prosedur-prosedur
L = Low
rutin. Memerlukan proses peningkatan.
Membutuhkan prosedur untuk pengawasan dan atau prosedur kerja. Harus
M = Moderate jelas pihak Manajemen yang terkait yang bertanggung jawab untuk
mengawasi dan implementasi prosedur untuk mereduksi risiko.
Membutuhkan tindakan pengendalian tambahan atau tindakan perbaikan
H = High dalam jangka waktu yang ditetapkan. Harus dilaporkan kepada Wakil
Manajemen.
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 10 dari 11

Tabel 5 Hierarki Pengendalian Risiko

No Jenis Pengendalian Diskripsi Pengendalian


1 Eliminasi (Elimination) Pengendalian risiko dengan menghilangkan bahaya
potensial secara lengkap, contoh meniadakan kegiatan
atau material tertentu.
2 Substitusi (Substitution) Pengendalian risiko dengan mengganti material,
komposisi, atau proses dengan sesuatu yang memiliki
sumber bahaya potensial lebih rendah, contoh :
mengganti bahan kimia yang beracun dengan bahan
bahan kimia yang tidak beracun.
3 Pengendalian Rekayasa Pengendalian risiko dengan membuat pengendalian
(Engineering Control) secara rekayasa dimana unsur kesalahan manusia
dapat direduksi, contoh : interlock system.
4 Pengendalian Administratif Pengendalian risiko melalui aturan administrasi, contoh:
(Administrative Control) pembuatan dan penerapan prosedur kerja, pelaksanaan
pelatihan, pengaturan jam kerja
5 Alat Pelindung Diri/APD Cara ini merupakan metoda pengendalian terakhir
(Personal Protective setelah cara lain secara berurutan tidak dapat
Equipment/PPE) dilaksanakan, yaitu dengan menyediakan APD untuk
mengurangi dampak dari bahaya potensial.
• Setelah pengendalian ditetapkan maka dilakukan penilaian tingkat risikonya,
apakah tingkat risiko sisa tersebut sudah dapat diterima atau tidak, jika belum
dapat diterima maka harus dilakukan penetapan pengendalian yang sesuai
sedemikian rupa mencapai tingkat risiko yang dapat diterima.
• Penerapan pengendalian yang telah ditentukan jika perlu dibuatkan sasaran dan
program K3L dengan tujuan penerapan pengendalian dapat efisien dan efektif
dalam mecegah terjadinya kecelakaan
5.3.4. Hasil penilaian risiko di tuangkan dalam Risk Assessment Form

5.4. AS LOW AS REASONABLY PRACTICABLE (ALARP)


5.4.1. Seluruh pengendalian risiko yang ditetapkan diupayakan dapat menurunkan tingkat
risiko/risk level sehingga pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
keadaan darurat dapat tercapai. Penurunan tingkat risiko memungkinkan seluruh
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENETAPAN
PENGENDALIAN
No. Dokumen PJM-QHSE-SOP.07
Edisi 1
No. Revisi 01
Berlaku sejak 01-07-2019
Hal 11 dari 11

risiko dapat diterima pada setiap bahaya pekerjaan sehingga ALARP dapat
dinyatakan “Yes”. Jika risiko belum dapat diterima/ditoleransi “No” maka pastikan
kembali penilaian risiko (initial risk assessment dan residual risk assessment) sesuai
dengan pengendalian risiko yang ditetapkan agar seluruh bahaya kerja dapat
dicegah.Nilai resiko yang dapat diterima adalah “Low”, namun demikian manakala ada
pengecualian harus mendapat persetujuan dari Manager HSE

5.5. PENETAPAN TUJUAN DAN PROGRAM K3


5.5.1. Coordinator HSE atau petugas yang ditunjuk menetapkan tujuan dan program SMK3
harus mempertimbangkan kebijakan K3 (Keselamatan,Kesehatan Kerja dan
Lingkungan) PT. ALPINDO MITRA BAJA
5.5.2. Program manajemen K3 (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dapat
berasal dari:
• Permintaan Tindakan perbaikan dan pencegahan.
• Internal Audit dan eksternal audit.
• Evaluasi terhadap peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainnya.
• Hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
• Tinjauan manajemen.
5.6. Hasil pengendallian risiko yang belum efektif perlu adanya program manajemen K3L untuk
mewujudkan sistem yang baik. Program manajemen K3L ditetapkan sebagai komitmen
manajemen dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Penentuan Peraturan dan Persyaratan K3L Terkait
5.6.1. Sejalan dengan Kebijakan K3L yaitu memenuhi peraturan & persyaratan K3L maka
Tim harus mengetahui apa saja peraturan atau persyaratan K3L yang harus dipatuhi.
5.6.2. Dengan terisinya bagian peraturan dan persyaratan K3L, maka Tim dalam membuat
rencana pengendalian risiko akan mempertimbangkan pemenuhan peraturan/
persyaratan K3L, selain melihat kategori risiko yang ada.
5.6.3. Bila tidak ada peraturan/persyaratan K3L yang terkait maka tindakan pengendalian
hanya mempertimbangkan kategori risiko yang ada.

6. LAMPIRAN
6.1. Risk Assessment
6.2. Program K3

Anda mungkin juga menyukai