Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteoartr
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteoartr
OSTEOARTRITIS
DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA (DKT) JEMBER
Oleh
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070
1.3 Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyebab ketidakmampuan pada orang Amerika
dewasa. Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada
prevalensi di negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW)
memperkirakan penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27
juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Data tahun 2007 hingga 2009
prevalensi naik sekitar 1 dari 5 atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter
menderita osteoartritis (Murphy dan Helmick, 2012). Estimasi insiden osteoartritis
di Australia lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua
kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi
(Woolf dan Pfleger, 2003). Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2
teratas sebagai negara dengan epidemiologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-
turut 5.650 dan 8.145 jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al,
2011).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA
tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau
yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu
sekitar 27% (Riskesdas, 2013). Sekitar 32,99% lansia di Indonesia mengeluhkan
penyakit degeneratif seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi, darah
rendah, dan diabetes (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013).
56, 7% pasien di poliklinik rheumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta didiagnosis menderita osteoartritis (Soenarto, 2010). Gejala OA lutut lebih
tinggi terjadi pada wanita dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan
10% pada laki-laki. Murphy, et.al mengestimasikan risiko perkembangan OA
lutut sekitar 40% pada laki-laki dan 47% pada wanita. Oliveria melaporkan rata-
rata insiden OA panggul, lutut dan tangan sekitar 88, 240, 100/100.000 disetiap
tahunnya. Insiden tersebut akan meningkat pada usia 50 tahun keatas dan
menurun pada usia 70 tahun (Zhang dan Jordan, 2010).
1.4 Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang
yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang
rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah
kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan
pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan
nyeri dan ngilu. Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
1. Umur
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita
dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
3. Riwayat Trauma sebelumnya
8. Suku
1.6 Patofisiologi/Patologi
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula- mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari
pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran
sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006).
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
1.9 Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi
Osteoartritis
Defisit perawatan
diri
2.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Niman, 2013). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin : Osteoartritis biasa terjadi pada pria dan wanita, namun
sering pada wanita yang menopause.
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun.
d. Pekerjaan : pekerjaan berpengaruh karena pekerjaan yang berat akan
menyebabkan osteoarthritis.
2.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya
kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita penyakit lain yang memperberat osteoartritis.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Secara patologi osteoartritis tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya.
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan
pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi
buruk atau obesitas.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang
dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.
6. Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian.
2.1.2 Pengkajian Berdasarkan NANDA
a. Domain Promosi Kesehatan
1. Arti sehat dan sakit bagi pasien.
2. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
3. Perlindungan terhadap kesehatan: program skrining, kunjungan ke pusat
pelayanan kesehatan, diet, latihan dn olahraga, manajemen stress, faktor
ekonomi.
4. Pemeriksan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah
dilakukan.
5. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.
6. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
b. Domain Nutrisi
1. Kebiasaan jumlah makanan.
2. Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
3. Pola makan 3 hari terakhir/ 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan.
4. Kepuasaan akan berat badan.
5. Persepsi akan kebutuhan metabolic
6. Faktor pencernaan: nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi,
mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan.
7. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)
c. Domain Eliminasi dan Pertukaran
1. Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), wana, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan menontrol BAK, adanya perubahan lain.
2. Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubhana lain.
3. Keyakinan budaya dan kesehatan.
4. Kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri.
5. Penggunaan bantuan untuk ekskresi
6. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdmen, genetalia, rectum,
prostat)
d. Domain Aktivitas / Istirahat
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Olahraga: tipe, frekuensi, durasi, da inetensitas.
3. Aktivitas menyenangkan
4. Keyakinan tentang latihan dan olahraga
5. Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
6. Mandiri, bergantung atau perlu bantuan.
7. Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
8. Data pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular, muskoloskeletal,
neurologi)
9. Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
10. Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan)
11. Jadwal istirahat dan relaksasi
12. Gejala gangguan pola tidur
13. Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
14. Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
e. Domain Persepsi / Kognisi
1. Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
2. Penggunaan ketidaknyaman nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
3. Keyakinan budaya terhadap nyeri
4. Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
5. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
f. Domain Persepsi Diri
1. Keadan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial.
2. Identitas Personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki
3. Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai
dan tidak)
4. Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri.
5. Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran).
6. Riwayat berhubungan denan masalah fisik dan tau psikologi.
7. Data meneriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak
mau berintaksi)
g. Domain Hubungan Peran
1. Gambaran tentang peran berkaitan degan keluarga, teman, kerja
2. Kepuasan/ ketidak puasaan menjalankan peran
3. Efek terhadap status kesehatan
4. Petingnya keluarga
5. Struktur dan dukungan keluarga
6. Proses pengambilan keputusan keluarga
7. Pola membesarkan anak
8. Hubungan dengan orang lain
9. Orang terdekat dengan klien
10. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
h. Domain seksualitas
1. Masalah atau perhatian seksual
2. Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami/istri
3. Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, peukan,
sentuhan, dll)
4. Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reprosuksi
5. Efek terhadap kesehatan
6. Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi
7. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)
i. Domain Koping / Toleransi Stress
1. Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
2. Tingkat stress yang dirasakan
3. Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
4. Strategi mengatsai stress yang biasa digunakan dan keefektifannya.
5. Strategi koping yang biasa digunakan
6. Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
7. Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga.
j. Domain Prinsip Hidup
1. Latar belakang budaya/ etnik
2. Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/ etnik
3. Tujuan kehidupan bagi pasien
4. Pentingnya agama/ spiritualitas
5. Dmapak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
6. Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, larangan, adat) yang dpat
mempengaruhi kesehatan
7. Domain Keamanan / Perlindungan
8. Infeksi
9. Cedera fisik
10. Perilaku kekerasan
11. Bahaya lingkungan
12. Proses pertahanan tubuh
13. Temoregulasi
14. Domain Kenyamanan
15. Berisikan Kenyamanan fisik, lingkungan dan sosial pasien
16. Domain Pertumbuhan / Perkembangan
17. Berisi tentang pertumbuhan dan perkembangan klien
2.1.3 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6
Skala nyeri 5
Tanda vital:
a. Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
b. Nadi : 80 X/mnt
c. RR : 20 X/mnt
d. Suhu : 36°C
Interpretasi :
Tekanan darah pasien tinggi karena pasien mempunyai hipertensi. Nadi, RR, suhu
dalam batas normal dan tidak ada gangguan.
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi : Tidak ada benjolan/tumor , tidak ada lesi dikepala, penyebaran rambut
merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, ukuran pupil
normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan
normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan,
telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak
ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir lembab, rongga mulut : jumlah gigi lengkap, lidah :
bersih, warna lidah putih
6. Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti
ronkhi, wheezing, snoring
8. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Tidak terkaji
10. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot 5 (bisa
melawan gravitasi dan dapat menahan /melawan tahanan pemeriksa dengan tahan
penuh)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : gerak dekstra lemah kekuatan otot 3 (mampu melawan gaya gravitasi
tetapi tidak dapat menahan /melawan tahanan pemeriksa)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
5 5
3 3
bergerak ulang
-Pasien mengatakan sakit
untuk bergerak Tendon ligamen
DO: melemah
-Pasien terlihat lemah
-Pasien tampak berbaring di Hilangnya
tempat tidur kekuatan otot
-Terdapat edema di lutut
pasien Keterbatasan
-Aktivitas makan, toileting, gerak
2.4 Implementasi
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Sudoyo, A.,dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing,
Jakarta.