KORUPSI KEKUASAAN
KPK &
KORUPSI KEKUASAAN
Jupri, SH., MH
Kata Pengantar :
Prof. Farida Patittingi, SH., M.Hum
Rafika Nur, SH., M.H
Pengantar :
Albert Pede, SH., MH
KPK DAN KORUPSI KEKUASAAN
Jupri, SH., MH
Cetakan I
September 2016
Penyunting
Riki Arswendi
ISBN: 978-602-73470-4-5
Kata Pengantar
i
berbangsa dan bernegara. Dalam catatan Laode M. Syarif,1
menunjukan bahwa dalam survei pada 15 tahun terakhir,
yang merujuk pada survei pertama Kemitraan pada tahun
2001, menunjukan bahwa masyarakat Indonesia tidak
percaya pada integritas lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Polisi, jaksa, hakim, dan bea cukai bahkan
menempati ranking yang paling tidak dipercaya.
(Kemitraan, National Survey of Corruption in Indonesia,
2001). Lebih menyedihkan lagi, sepuluh tahun kemudian,
dengan metode survei yang disempurnakan dan
responden yang terdidik, Kemitraan masih menemukan
bahwa semua cabang pemerintahan: eksekutif, legislative
dan yudikatif masih di anggap sebagai sarang koruptor
oleh masyarakat. (Kemitraan, Mengorupsi Trias Politica,
2010).
Kesahihan survey di atas, diperkuat dengan
sejumlah survei lain, seperti yang dilakukan oleh
Transparency International (TI) dalam survey Global
Corruption Barometer (GBC) 2013, yang menyimpulkan
bahwa polisi, parlemen, dan peradilan adalah lembaga
terkorup. (TI,Global Corruption Barometer, 2013).
Kenyataan di atas tercermin secara gamblang dalam
Corruption Perception Indonesia (CPI) yang masih
menempati rangking 107 dengan score 34 dan hanya naik
dua poin dibanding tahun 2013. (TI, Corruption Perception
Index, 2014). Potret buram ini kemudian terkonfirmasi
kembali dengan survei Bank Dunia yang menempatkan
Indonesia pada ranking 114 dari 189 negara dalam
kemudahan mengurus bisnis yang rata-rata
1
Laode M. Syarif, KPK Kuat dan Mandiri: Mengubah Kelam jadi
Cahaya-Merangkul Musuh jadi Sahabat, tt.
ii
membutuhkan 52.5 hari kerja , lebih jelek dengan negara
East Asia dan Pacific yang rata-rata membutuhkan 34.4
hari, dan sangat tertinggal jauh dari negara-negara OECD
yang hanya membutuhkan rata-rata 9.2 hari. (World Bank,
Ease of Doing Business in Indonesia, 2015).2
Dalam buku ini, Jupri menyorot dua hal, pertama,
korupsi dari sisi politik serta keterlibatan semua elemen
non hukum dalam dinamika kasus korupsi. Baik mereka
yang terlibat korupsi maupun masyarakat sipil anti
korupsi, di bedah dalam sejumlah artikel. Kedua, korupsi
dari sisi hukum. Jupri melihat penegakan hukum dalam
pemberantasan korupsi mengalami pasang surut, karena
pemberantasan korupsi tidak selalu mulus.
Buku ini penting dibaca oleh berbagai kalangan,
terutama politisi, praktisi hukum dan akademisi, termasuk
kalangan masyarakat sipil. Buku ini juga merupakan
refleksi penulis terhadap kejadian-kejadian korupsi di
Indonesia.
Selamat membaca.
Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat
Wassalamualaikum, warahmatullah, wabarakatuh.
2
Ibid.
iii
Kata Pengantar
Sinergitas Pemberantasan Korupsi di Indonesia
iv
sebelumnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Korupsi tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal
209, 210, 287, 288, 415, 416, 417, 419, 420, 423, 425, 235
KUHP. Ketiga belas pasal yang kemudian diadopsi ke
dalam Undang-Undang Pemberantasan Korupsi sekarang.
Selain KUHP, berbagai peraturan perundang-
undangan berkaitan upaya pemberantasan korupsi mulai
dari orde lama, orde baru sampai era reformasi, antara
lain:
1. Peraturan Penguasa Militer tanggal 9 April 1957
Nomor Prt/ PM/ 06/ 1957, tanggal 27 Mei 1957
Nomor Prt/ PM/ 03/ 1957 dan tanggal 1 Juli 1957
Nomor Prt/ PM/ 011/ 1957.
2. Undang-Undang Nomor 24/ Prt/ 1960 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak
Pidana Korupsi.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Ketetapan MPR Nomor. XI/ MPR/ 1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
v
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi.
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Pengesahan United Nations Convention Againts
Corruption, 2003.
10. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
vi
modal, perdagangan dan industri, komoditi berjangka,
atau di bidang moneter dan keuangan yang bersifat lintas
sektoral, dilakukan dengan menggunakan teknologi
canggih, atau dilakukan oleh tersangka atau terdakwa
yang berstatus sebagai penyelenggara negara
sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999.3
Setelah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
berlaku, tugas dan kewenangan tim gabungan telah
diganti kedudukannya oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi. Dengan demikian maka penyidikan terhadap
tindak pidana korupsi dilaksanakan 3 (tiga) instansi
penegak hukum yaitu:
1. Kepolisian Republik Indonesia (Pasal 14 huruf g UU
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
Indonesia)
2. Kejaksaan Republik Indonesia (Pasal 30 ayat 1 huruf
d UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan)
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (Pasal 6 dan Pasal 7
UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
Pemerintah juga membentuk lembaga-lembaga
yang membantu ketiga instansi penegak hukum tersebut,
guna meningkatkan kemampuan dalam memberantas
tindak pidana korupsi, yaitu:Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK), Badan Pemeriksa Keuangan, Badan
3
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Pemberantasan
Korupsi di Indonesia. 2008. Hal.19-20.
vii
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan
Inspektorat Jenderal tiap-tiap Departemen atau Bawasda
di tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Bila melihat dasar peraturan perundang-undangan
dan institusi-institusi yang melakukan pencegahan dan
pemberantasan korupsi di atas, maka seharusnya
Indonesia termasuk negara yang bebas dari korupsi. Akan
tetapi, berdasarkan indeks persepsi korupsi tahun 2015
yang dirilis Transparency International. Negara Indonesia
masih berada pada urutan 88 dari 168 negara yang
disurvei4. Artinya Indonesia masih tergolong negara
terkorup di dunia. Pertanyaan yang timbul melihat kondisi
Indonesia dalam pusaran korupsi, apakah pencegahan dan
pemberantasan korupsi harus diserahkan sepenuhnya
kepada penegak hukum?
Peran Akademisi
Amanat Pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
memberikan jaminan kepada masyarakat untuk berperan
serta dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Frasa
masyarakat berarti luas yang artinya seluruh rakyat
Indonesia tanpa membedakan baik profesi, status sosial
maupun jenis kelamin.
Buku yang ditulis saudara Jupri adalah contoh
nyata peran akademisi dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran sebagai
dosen pengajar ilmu hukum pidana di Fakultas Hukum
4
www.ti.or.id.com
viii
Universitas )chsan Gorontalo dimanfaatkan betul dalam
mengkaji keterpurukan penegakan hukum berujung pada
Indonesia darurat korupsi. Hal ini tentu sejalan dengan
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Universitas Ichsan Gorontalo mendukung upaya
pemerintah dan penegak hukum dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Fakultas hukum di
bidang pengajaran lewat perbaikan kurikulum dengan
memasukkan mata kuliah Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagai mata kuliah wajib. Di bidang penelitian
baik staf pengajar maupun mahasiswa telah banyak
melakukan penelitian baik untuk kepentingan pengurusan
kepangkatan (asisten ahli, lektor, letkor kepala)
sedangkan untuk mahasiswa penelitian ditujukan untuk
kepentingan penyusunan skripsi.
Di bidang pengabdian masyarakat, melalui
kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi,
Kepolisian dan Kejaksaan serta Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) melaksanakan sosialisasi anti korupsi
di tingkatan mahasiswa, peserta didik dibangku sekolah
dan masyarakat umum.
Terbitnya buku KPK & Korupsi Kekuasaan karya
saudara Jupri, saya selaku Wakil Rektor III Univesitas
Ichsan Gorontalo sangat bangga dan mengapresiasi.
Publikasi buku ini menjadi sumbangsih pemikiran
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
untuk bangsa Indonesia. Selain itu, diharapkan dapat
memicuh staf pengajar di lingkup Univesitas untuk
ix
menulis buku sesuai disiplin ilmu masing-masing. Akhir
kata selamat atas terbitnya buku ini. Semoga semakin
produktif berkarya untuk Indonesia Bebas Korupsi.***
x
Kata Sambutan
xi
Kendari Ekspress. Menjadi pembicara TV Lokal dan
wawancara On Air di Radio Komisi Pemberantasan
Korupsi (KanalKPK). Pewarta pun biasa mengambil
komentar-komentarnya terkait isu-isu korupsi.
Perjuangannya hanya satu menyuarakan pemberantasan
korupsi di Indonesia.
Sebagai seorang akademisi dan orang terlibat
langsung dalam upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. Bergaul dengan banyak tokoh dan jaringan
nasional aktivis antikorupsi di Indonesia membuktikan
wawasan keilmuan tak diragukan lagi. Buku berjudul
KPK & Korupsi Kekuasaan adalah gambaran perjalanan
hidupnya. Bagaimana teori-teori hukum dan ilmu hukum
pidana dijadikan alat untuk keluar dari persoalan bangsa.
Contoh dalam tulisan Pencabutan (ak Politik dan (ak
Remisi Koruptor , Penulis mendorong penegak hukum
untuk mengaktifkan pidana tambahan. Argumentasi
hukum yang dibangun sangat memungkinkan untuk
diterapkan. Sehingga penegak hukum tidak perlu takut
untuk menuntut terdakwa tindak pidana korupsi agar
majelis hakim Tipikor mencabut hak politik dan
pemberian hak remisi terpidana.
Buku ini karya kedua dari Jupri, sebelumnya ikut
menulis buku bunga rampai Demokrasi Kontemporer dan
Dilema Pembangunan . Menyumbangkan satu tulisan
berjudul Desentralisasi dalam Cengkraman Korupsi
Kado Ulang Tahun Kabupaten Pohuwato Provinsi
Gorontalo. Bersama mantan Sekretaris Pribadi Abraham
Samad Wiwin Suwandi.
xii
Sebagai Dekan, saya berharap tulisan ini menjadi
sumbangsih pemikiran akademisi hukum terhadap
kemajuan bangsa. Mendorong civitas akademika
univesitas Ichsan Gorontalo untuk melahirkan lebih
banyak penulis-penulis buku sebagai pengimplementasian
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Serta bukti komitmen
Penulis menyebar virus-virus antikorupsi di Indonesia.
Buku ini pula, wujud komitmen Universitas Ichsan
Gorontalo untuk mendukung pemerintah dalam
menciptakan Indonesia yang bebas korupsi.
xiii
Prakata Penulis
xiv
pelaku korupsi tanpa panda bulu memberikan rasa
optimisme bahwa Indonesia Bebas Korupsi akan segera
terwujud. Di sisi lain, arus balik perlawan koruptor dan
koleganya untuk melemahkan KPK pun sangat gencar
dilakukan.
xv
Pemberantasan Korupsi. Lewat fungsi legislasi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat mendorong revisi Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi dengan memfokuskan KPK
ketujuan pencegahan, membatasi umur KPK hanya 20
tahun, menghilangkan kewenangan penyadapan dan
pembentukan Dewan Pengawas. Revisi Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana juga
diarahkan untuk melumpuhkan KPK dengan cara
pembentukan Hakim Komisaris yang akan mengurangi
laju kerja-kerja pemberantasan korupsi. Terakhir,
memasukkan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana sebagai skala prioritas Program Legislasi Nasional
tahun 2015-2019. Dimana korupsi telah dimasukkan
kedalam salah satu bab kejahatan KUHP. Artinya secara
otamatis korupsi bukan lagi kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime).
Ketiga, Gagasan Pemberantasan Korupsi. Bab
terakhir buku ini memberikan berbagai gagasan-gagasan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Memutus rantai
korupsi lewat pendekatan hukum pidana dengan cara
pengaktifan pidana tambahan berupa pencabutan remisi
dan pencabutan hak politik. Serta menghentikan
regenerasi koruptor lewat pendekatan teori sistem hukum
Lawrence Meir Friedman. Memperbaiki substansi hukum,
struktur hukum dan membangun budaya antikorupsi di
tengah masyarakat.
Diharapkan buku KPK & Korupsi Kekuasaan menambah
khasanah keilmuan di bidang pemberantasan tindak
pidana korupsi melalui pisau analisis teori hukum dan
xvi
hukum pidana. Bisa menjadi buku pegangan aktivis
antikorupsi, mahasiswa dan praktisi hukum untuk
bersama memerangi laku korupsi. Agar terwujud
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Merupakan sebuah penghormatan besar Penulis
haturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin Prof. Dr.
Farida Patittingi, SH., M.Hum di tengah kesibukan beliau
berkenan memberikan kata pengantar. Beliau
mengajarkan kepada Penulis bukan hanya ilmu hukum
dan nilai-nilai moral, melainkan juga beliau tak jarang
bersama kami turun ke jalan menyuarakan Save KPK Save
Indonesia, keliling warkop di kota Makassar berdiskusi
terkait pemberantasan korupsi. Tidak banyak Guru Besar
membumi seperti Beliau.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya Penulis
sampaikan kepada Bapak Albert Pede, S.H, M.H. selaku
Wakil Rektor III Universitas Ichsan Gorontalo dan Ibu
Rafika Nur, S.H, M.H. Dekan Fakultas Hukum Universitas
Ichsan Gorontalo. Berkenang memberikan kata sambutan
buku ini. Dibawah kepemimpinan Dekan, semoga Fakultas
Hukum tercinta semakin Berjaya. Buat kolega di lingkup
Universitas Ichsan Gorontalo terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Penulis berterima kasih kepada teman-teman
jejaring aktivis antikorupsi Indonesia Corruption Watch,
Tranparency International Indonesia, MaPPI Univesitas
Indonesia, Malang Corruption Watch, LBH Jakarta, Forum
Kajian Hukum dan Konstitusi, Pusat Belajar Anti Korupsi
Dompet Dhuafa, Madrasah Antikorupsi Pemuda
xvii
Muhammadiyah, Kopel Indonesia, Puspaham Kendari,
MARS Sulsel, SPAK Sulsel, SPAK Gorontalo, ACC Sulawesi,
LBH Makassar, Walhi Sulsel, Penggiat Gasebo FH UNHAS,
PASAK Sulsel, HPMT UNHAS, LPMH UNHAS, Forum
Diskusi Mahasiswa Pascasarjana FH UNHAS, Simponii dan
Navicula. Buat anak-anak Pondok IntegritaS dan Rumah
)ntegritaS semangat selalu TUR)NG Turun Berjejaring
Antikorupsi menebar vitus perangi korupsi di usia dini.
Tak lupa pula, Penulis ucapkan terima kasih
kepada Dr. Anshori Ilyas, S.H, M.H. dan kanda
Fajlurrahman Jurdi (akademisi Universitas Hasanuddin),
Kanda Nursal, Wiwin Suwandi dan Ahmad Tawakkal
Paturusi, Kanda castro (erdiansyah Hamzah (akademisi
Universitas Mulawarman), Kanda Dayan Pamor
(akademisi Universitas Darussalam). Dan sahabat
seperjuangan Damang Averroes Al Khawarizmi, Arman
dan Roem Djibran.
Secara spesial buku KPK & Korupsi Kekuasaan
diperuntukkan buat peletak batu pertama bangunan nilai-
nilai integritas dan keilmuan penulis, Keluarga Tercinta
Ayahanda Haboddin Dg. Tompo dan Maryamah Dg. Riu.
Beserta saudaraku Minahati, Muhtar Haboddin, S.IP, M.A
(akademisi Univesitas Brawijaya Malang), Baharuddin,
dan Ricky Arswendi, SIP, M.Si (akademisi Universitas
Paramadina Jakarta). Iparku Sewang, Bibang dan Firly
Noorsanti F, dan ponakanku tercinta Aldi, Agil, Dila, Denis,
Alda, Aulia, semoga kalian menjadi anak-anak cerdas nan
berintegritas. Terkhusus Kanda Muhtar sebagai guru
menulis, penulis haturkan banyak terima kasih karena
berkenang memfasilitasi penerbitan buku ini. Terakhir,
xviii
demi kesempurnaan buku, kritik dan saran tentu sangat
terbuka lebar bagi kalangan pembaca***.
xix
Daftar isi
KATA PENGANTAR i
KATA SAMBUTAN xi
PRAKATA PENULIS xiv
DAFTAR ISI xx
PENDAHULUAN 1
BAB I KORUPSI KEKUASAAN 24
Bagian 1. Korupsi Yudikatif
Runtuhnya Pilar Penjaga Konstitusi 24
Rusuh MK Ujian Pertama Hamdan Zoelva 28
Akil Mochtar Warning Buat KPK 32
Hakim Agung, masihkah? 36
Ironi Hakim Tipikor 40
Hakim kok Korupsi 45
Bagian 2. Korupsi Legislatif
Menebas Kepala PKS 49
PKS Kalau Bersih Kenapa Risih 53
Jumat Keramat Anas Urbaningrum 57
Happy Ending Persidangan Angie 62
Wa Ode Peniup Mafia Banggar 66
Politisi, Suap dan tafsir Tertangkap Tangan 69
Bagian 3. Korupsi Eksekutif
Pembiaran Menpora Dipidana 73
xx
KPK, Atut dan Kepercayaan Publik 78
KPK Goyang Daerah 82
Perilaku Hukum Kasus Bansos 86
Bagian 4. Korupsi Kepolisian
Menguak Tabir Korupsi Korps Bhayangkara 90
Mengapa Harus KPK? 94
Berburu Gundukan Kekayaan Sang Jenderal 98
Belajar dari Kasus Jenderal Simulator 102
Pil Pahit Calon Kapolri 106
Bagian 5. Kasus Century
Century Murni Kasus Pidana 110
Boediono dan Gratifikasi Jabatan 115
Vonis Century Pintu Masuk KPK 118
BAB II JALAN TERJAL PEMBERANTASAN KORUPSI 123
)roni sang peniup korupsi 123
(Lagi) Toleransi terhadap Koruptor 127
Negeri Koruptor alergi Pidana Mati 132
Setahun Visi Antikorupsi Jokowi 136
Bagian 1. Upaya Pelemahan KPK
DPR (Jangan) Lemahkan KPK 140
DPR Sandera Anggaran KPK 144
KPK Darurat Penyidik 148
Insiden 5 Oktober 153
Hakim Komisaris Lemahkan KPK 157
Operasi Senyap Lumpuhkan KPK 162
Menyoal Pasal Korupsi RUU KUHP 167
KPK Lawan Tirani 172
Plt. Pimpinan KPK 177
xxi
Kuda Troya di tubuh KPK 181
Perlukah Revisi UU KPK ? 185
Lonceng Kematian KPK 190
Bom Waktu Penundaan Revisi UUKPK 194
BAB III GAGASAN PEMBERANTASAN KORUPSI 199
Pencabutan Hak Koruptor 199
Memutus Rantai Korupsi 203
Pemuda, Korupsi dan Budaya Kekerasan 207
Contek is Korupsi 211
Perlukah Densus Antikorupsi? 215
Tantang Kapolri Reformasi Intitusi 219
Perppu Imunitas Pimpinan KPK 223
Abraham Samad antara Janji dan Realita 227
Kita, Abraham Samad dan Lawan Korupsi 232
Wiwin Suwandi Musuh Koruptor 236
Menghentikan Regenerasi Koruptor 240
Hak Remisi Koruptor Harus Dicabut 245
Bagian 1. Memutus Korupsi Lewat Pemilu
DCS Menuju Parlemen Bersih 249
Menjaga Marwah dan Cita Parlemen Bersih 253
Abraham Samad, KPK dan Cawapres 257
Memutus Korupsi Lewat Pilpres 261
Visi Pemberantasan Korupsi Capres 265
Bocor dan Solusi Capres 269
Presiden Baru dan Cita Pemerintahan Bersih 273
KPK dan Janji Nawa Cita 277
PENUTUP 282
TENTANG PENULIS 294
xxii
KPK dan Korupsi Kekuasaan
PENDAHULUAN
1
KPK dan Korupsi Kekuasaan
19.
2
KPK dan Korupsi Kekuasaan
3
KPK dan Korupsi Kekuasaan
4
KPK dan Korupsi Kekuasaan
5Ibid. hlm. 21
5
KPK dan Korupsi Kekuasaan
6
KPK dan Korupsi Kekuasaan
7
KPK dan Korupsi Kekuasaan
8
KPK dan Korupsi Kekuasaan
9
KPK dan Korupsi Kekuasaan
10
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Pasal 4
KPK dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap
upaya pencegahan korupsi.
11
KPK dan Korupsi Kekuasaan
12
KPK dan Korupsi Kekuasaan
13
KPK dan Korupsi Kekuasaan
14
KPK dan Korupsi Kekuasaan
15
KPK dan Korupsi Kekuasaan
16
KPK dan Korupsi Kekuasaan
17
KPK dan Korupsi Kekuasaan
18
KPK dan Korupsi Kekuasaan
19
KPK dan Korupsi Kekuasaan
20
KPK dan Korupsi Kekuasaan
21
KPK dan Korupsi Kekuasaan
22
KPK dan Korupsi Kekuasaan
23
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAB I
Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 1
KORUPSI YUDIKATIF
24
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Khitta MK
Berbicara tentang kewenangan pengujian Undang-
Undang dengan Undang-Undang Dasar muncul pertama
kali di Amerika Serikat melalui putusan Mahkamah Agung
AS dalam perkara Marbury versus Madison . (akim
Agung Jhon Marshall (1803) menyatakan bahwa
pengadilan berwenang membatalkan undang-undang
yang bertentangan dengan konstitusi. Kasus itu menjadi
preseden yang kemudian berpengaruh luas terhadap
pemikiran dan praktik hukum di banyak negara.
Hans Kelsen (1881-1973) seorang pakar konstitusi
dan Guru Besar Hukum Publik dan Administrasi University
of Vienna, pertama kali memperkenalkan Mahkamah
Konstitusi sebagai lembaga. Kelsen menegaskan bahwa
25
KPK dan Korupsi Kekuasaan
26
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Upaya Solusi
Kondisi MK yang saat ini jatuh terjerembab, jangan
sampai meruntuhkan mental pilar-pilar konsitusi.
Penegakan hukum harus tetap berjalan dengan membuka
ruang kepada KPK untuk mengungkap aktor-aktor dibalik
mafia sengketa hasil Pemilu. Guna mengembalikan
kewibawaan dan citra lembaga.
(al urgen dilakukan, melihat tumpukan kasus
sengketa hasil Pemilu. Persoalan hukum ini diharapkan
tidak mengganggu kerja-kerja insitusi. Mengintrospeksi
diri dengan lebih menanamkan prinsip kehati-hatian.
27
KPK dan Korupsi Kekuasaan
28
KPK dan Korupsi Kekuasaan
29
KPK dan Korupsi Kekuasaan
30
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Membangun Kepercayaan
Dalam peristiwa kerusuhan sidang MK, salah satu
hakim konstitusi Patrialis Akbar pada saat diwawancarai
pihak TV Swasta dengan tema Sidang MK Rusuh
menapik tudingan penyebab kericuhan adalah hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Mahkamah
Konstitusi. Patrialis menegaskan kerusuhan pengunjung
disebabkan karena pihak perusuh tidak mau menerima
kekalahan, padahal seyogianya dalam suatu pertarungan
pemilihan kepala daerah sudah pasti ada kalah_menang.
Hal itulah sehingga para peserta sebelum hari
pencoblosan diminta untuk menandatangani surat
pernyataan siap kalah dan siap menang.
Pernyataan Patrialis memang ada benarnya, hanya
saja bila faktor pendukung tidak mau menerima kekalahan
31
KPK dan Korupsi Kekuasaan
32
KPK dan Korupsi Kekuasaan
33
KPK dan Korupsi Kekuasaan
34
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Menjaga KPK
Poin kedua, persoalan yang menimpa MK
memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa lembaga
bersih bisa terjerumus dalam pusaran korupsi. Tak
terkecuali manifestasi wakil Tuhan pun tergoda lembaran
uang.
35
KPK dan Korupsi Kekuasaan
36
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Ironi
Mahkamah Agung adalah salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman yang membawahi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan
peradilan tata usaha negara. Sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman, maka Mahkamah Agung merdeka untuk
37
KPK dan Korupsi Kekuasaan
38
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Sistem Rekrutmen
Buruknya citra penegak hukum di institusi
Mahkamah Agung, tentu tidak bisa dilepaskan dari sistem
rekrutmen para hakim-hakim agung. Hal tersebut karena
sebelum ditetapkan oleh Presiden menjadi hakim agung,
haruslah terlebih dahulu nama calon diusulkan Komisi
Yudisial kemudian dipilih Dewan Perwakilan Rakyat
melalui proses uji kelayakan dan kepatutan.
Pada saat proses fit and proper test inilah yang
menjadi biang_keladi bobroknya hakim agung. Praktik
39
KPK dan Korupsi Kekuasaan
40
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Potret Pengadilan
Institusi peradilan adalah lembaga penegak hukum
dalam criminal justice system. Pengadilan merupakan
tempat bagi para pencari keadilan. Hakim memiliki peran
penting dalam memutus suatu perkara pidana. Hakim
berwenang menentukan dan memutuskan mana yang
benar dan salah. Hingga profesi ini dikatakan sebagai
wakil Tuhan di bumi. Akan tetapi, semua terbantahkan
ketika kita melihat perilaku Hakim saat ini.
Bertepatan hari kemerdekaan, dua Hakim Ad Hoc
Tipikor di Semarang tertangkap KPK. Penangkapan
dilakukan pada saat Hakim Ad Hoc Pengadilan Tipikor
Semarang Kartini Juliani Magdalena Marpaung dan Heru
Kusbandono Hakim Ad Hoc Pengadilan Tipikor Pontianak
menerima uang Rp 150 juta dari Sri Dartutik. Kedua hakim
diduga menerima suap terkait penanganan perkara
korupsi. Kasus ini semakin menambah daftar panjang
hakim nakal .
Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas
eksternal perilaku Hakim, mencatat sebanyak 1724
laporan hakim nakal pada tahun 2011. Laporan kemudian
41
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Putusan Kontroversi
Korupsi sebagai extra-ordinary crime
menghendaki penanganan extra-ordinary pula.
Berangkat dari pemahaman ini, Pemerintah kemudian
membentuk Pengadilan Tipikor di 33 Provinsi
berdasarkan UU Nomor 46 Tahun 2009. Pascaputusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/ PUU-IV/
2002 yang membatalkan Pasal 53 UU No.30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
42
KPK dan Korupsi Kekuasaan
43
KPK dan Korupsi Kekuasaan
44
KPK dan Korupsi Kekuasaan
45
KPK dan Korupsi Kekuasaan
46
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Pidana Berat
Perilaku korup sang pengadil Setyabudi
Tejocahyono, guna memberi efek jera dan contoh bagi
47
KPK dan Korupsi Kekuasaan
48
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 2
KORUPSI LEGISLATIF
49
KPK dan Korupsi Kekuasaan
50
KPK dan Korupsi Kekuasaan
51
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Perbaikan Rekrutmen
Tumpah-ruah korupsi kader partai tidak terlepas
dari sistem rekrutmen partai politik itu sendiri. Meski
tidak bisa dipungkiri, setiap warga negara memiliki hak
politik (political of right). Hak untuk dipilih dan memilih
serta berserikat yang dijamin konstitusi negara.
52
KPK dan Korupsi Kekuasaan
53
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Melawan
Selama kasus suap kuota impor daging sapi bergulir,
PKS telah menabuh genderang perang. Tak pelak lembaga
antirasuah menjadi sasaran. Pertama, seputaran perihal
penyitaan mobil milik Luthfi Hasan Ishaq. Keenam mobil
tersebut diduga terkait tindak pidana pencucian uang
(money laundry). Akan tetapi, pihak keamanan DPP PKS
menggagalkan , senin / . Nanti pada saat eksekusi
berikutnya baru diserahkan ke penyidik KPK.
Hemat penulis persoalan tindakan menggagalkan
penyitaan sesuai prosedur merupakan suatu tindak
pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Di mana tindakan
setiap orang yang sengaja mencegah, merintangi, atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung
pemeriksaan suatu perkara korupsi dapat dipidana.
Ancaman pidananya pun tidak main-main. Bagi pelaku
dapat dipidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling
lama 12 tahun (vide: Pasal 21 UU Nomor 31 Tahun 1999
Junto UU Nomor 20 Tahun 2001).
54
KPK dan Korupsi Kekuasaan
55
KPK dan Korupsi Kekuasaan
56
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Contoh Buruk
Apa yang kemudian dilakukan pihak PKS dengan
melaporkan juru bicara KPK Johan Budi sangatlah
mengada-ada dan cenderung dipaksakan. Apalagi sebagai
partai kader, partai Islam terbesar kontestans Pemilu dan
dikenal sangat antikorupsi. Justru sebaliknya memberikan
contoh buruk penanganan tindak pidana korupsi, serta
lebih mengarah ke upaya pelemahan terhadap lembaga
antirasuah.
Pihak PKS harusnya tidak blunder berseteru dengan
KPK, di tengah merosotnya kepercayaan publik terhadap
Partai Islam. Memperlihatkan kepada seluruh rakyat
Indonesia bahwa PKS sangat kooperatif terhadap
pemberantasan korupsi dengan cara memberikan
kepercayaan kepada penegak hukum, membuktikan
benar_tidaknya keterlibatan kader partai berlambang
bulan sabit kembar dalam kasus suap kuota impor daging
sapi. Meskipun melihat kondisi saat ini, masyarakat lebih
bertanya-tanya dalam benak mereka, kalau PKS merasa
bersih kenapa mesti harus risih .
57
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Anas Tersangka
Berakhir sudah teka-teki keterlibatan Anas
Urbaningrum dalam kasus proyek pembangunan sport
center Hambalang. Pimpinan KPK akhirnya menetapkan
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai
tersangka baru Hambalang. Lembaga anti rasuah ini juga
sebelumnya telah menetapkan Dedi Kusnidar Kepala Biro
Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora serta mantan
Menpora Andi Alfian Mallarangeng sebagai tersangka
kasus megakorupsi yang merugikan keuangan negara
243,6 Miliar.
Johan Budi, jumat (22/02) dalam konfrensi pers di
Gedung KPK menyatakan Anas Urbaningrum diduga
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 UU
58
KPK dan Korupsi Kekuasaan
59
KPK dan Korupsi Kekuasaan
60
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Lanjutkan
Terlepas dari pro_kontra istilah jumat keramat.
Paling tidak dua kata ini telah membumi diseluruh
kalangan masyarakat. KPK Jilid III memiliki pembeda
dengan KPK sebelumnya. Apakah disengaja atau tidak,
jumat keramat telah menjelma menjadi hari yang
61
KPK dan Korupsi Kekuasaan
62
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Mengecewakan
Majelis Hakim Tipikor menjatuhkan pidana 4 tahun
6 bulan penjara dan denda Rp250.000.000, jauh dari
tuntutan Jaksa KPK. Lembaga anti rasuah lewat Jaksa
menuntut Angelina Sondakh 12 tahun penjara. Terdakwa
dianggap terbukti melanggar Pasal 12 UU Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana perubahan UU Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Ketua Pengadilan Tipikor Sudjatmiko pada hari
kamis (10/1/2013), menegaskan terdakwa Angelina
Sondakh hanya terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan
Jaksa melanggar Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2011
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Terdakwa selaku penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga,
63
KPK dan Korupsi Kekuasaan
64
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Tuntaskan
Vonis terpidana suap Angelina Sondakh, menambah
daftar panjang politisi busuk di Senayan. Partai politik
telah berhasil menciptakan kader-kader korup. Sebelum
Angie, pengadilan Tipikor memvonis Wa Ode Nurhayati.
Terpidana kasus Pengalokasian Dana Percepatan
65
KPK dan Korupsi Kekuasaan
66
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Wishtleblower
Semakin menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat kepada instansi penegak hukum seperti
kepolisian dan kejaksaan. Serta semakin mengguritanya
praktik menggarong uang negara. Mendorong semua
elemen masyarakat untuk terlibat langsung dan memukul
genderang perang terhadap pemberantasan kasus-kasus
korupsi di Indonesia. Pemukul genderang inilah yang
lazim kita dengar dengan istilah wishtleblower.
Wishtleblower sebenarnya bukan istilah yang baru
kita dengar. Walaupun istilah ini kemudian santer
dibicarakan ketika hangatnya pemberitaan tentang
laporan Tama seorang aktivis ICW yang mencium indikasi
korupsi para perwira POLRI dengan kasus rekening
gendutnya. Hingga rekening gendut perwira POLRI
tersebut dimuat dimajalah Tempo. Kini istilah
wishtleblower kembali hangat diperbincangkan setelah
beberapa anggota dewan yang terhormat dilaporkan telah
melakukan praktek calo’ anggaran mafia banggar).
67
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Perlindungan Hukum
Begitu penting dan berbahayanya peran seorang
wishtleblower dalam mengungkap kasus korupsi yang
terjadi di Indonesia. Sehingga wishtleblower tentunya
haruslah diberikan jaminan berupa perlindungan hukum.
68
KPK dan Korupsi Kekuasaan
69
KPK dan Korupsi Kekuasaan
70
KPK dan Korupsi Kekuasaan
71
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Delik Suap
Poin kedua, mengenai argumentasi uang belum
sampai ketangan tersangka. Pada delik suap tidaklah
selalu terikat persepsi telah terjadi pemberian hadiah
(uang), tetapi dengan adanya pemberian janji saja sudah
adalah tetap objek perbuatan suap. Selain itu adanya
percobaan (poging) suap saja sudah dianggap sebagai
delik selesai, artinya adanya pra kondisi sebagai
permulaan pelaksanaan dugaan suap itu sudah dianggap
sebagai tindak pidana korupsi. Jadi ada inisiatif untuk
melakukan suap, sedangkan kompetensi untuk
72
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 3
KORUPSI EKSEKUTIF
73
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Keterlibatan Menpora
Anak tangga kedua kasus Hambalang akhirnya
ditetapkan. Penetapan Andi Mallarangeng sebenarnya
tidaklah terlalu mengagetkan. Orang nomor satu
Kemenpora ini memang sering disebut terlibat proyek
Hambalang. Penulis melihat keterlibatan Andi
Mallarangeng bisa dilihat dari beberapa hal.
Pertama, Putusan vonis M. Nazaruddin dalam
perkara Wisma Atlet, memuat adanya pembahasan proyek
74
KPK dan Korupsi Kekuasaan
75
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Di pidana
Posisi Andi Mallarangeng dalam jabatannya sebagai
Menpora merupakan pengguna kuasa anggaran. Seluruh
proyek apalagi sebesar Hambalang haruslah
sepengatuhan Menpora. Tindakan Menpora yang tidak
menandatangani setiap penggunaan/pengucurann dana
Hambalang padahal dia pihak berwenang, berujung
kepada tindakan memperkaya pihak lain, memenuhi
unsur-unsur penyalahgunaan kewenangan dalam tindak
pidana korupsi.
Pasal 3 UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20/2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menegaskan setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Hemat penulis modus operandi penyalahgunaan
kewenangan Menpora dalam bentuk sengaja
membiarkan pengucuran dana ditandatangani
Sesmenpora. Pengucuran dana yang kemudian
mengakibatkan kerugian negara hingga 243,6 Miliar.
Pihak-pihak yang diuntungkan dari pengucuran dana
Hambalang diantaranya PT Adhi Karya dan PT Dutasari
Citralaras dimana istri Anas Urbaningrum pernah
menjabat komisaris. Kedua perusahaan tersebut rekanan
proyek Hambalang.
Dalam teori hukum pidana, tindakan Menpora Andi
Mallarangeng melakukan pembiaran tergolong delicta
76
KPK dan Korupsi Kekuasaan
77
KPK dan Korupsi Kekuasaan
78
KPK dan Korupsi Kekuasaan
79
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Kepercayaan Publik
Selain penetapan Ratu Atut sebagai tersangka baru
kasus suap mantan Ketua MK, dua tahun Abraham Samad
menahkodai Komisi Pemberantasan Korupsi memperlihat
peningkatan kinerja dalam pengungkapan sejumlah kasus
yang melibatkan elit penguasa. Dalam catatan Penulis di
tahun 2013 komisi antirasuah melakukan gebrakan
dengan menetapkan anggota DPR sekaligus Presiden
Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq terkait
kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi,
penangkapan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Rudi Rubiandini yang diduga menerima suap dari pihak
swasta, dan tangkapan kakap paling menggemparkan
masyarakat serta menjadi pemberitaan media
internasional yakni tertangkap tangannya Ketua
Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar sesudah menerima
uang suap dari Chairun Nisa anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Fraksi Golkar berserta seorang pengusaha
bernama Cornelis Nalau. Suap Akil terkait perkara
sengketa hasil pemilihan kepala daerah.
80
KPK dan Korupsi Kekuasaan
81
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Bidik Daerah
Bidikan senapang KPK langsung menembus dada
elit lokal di Riau. Anggota DPRD Riau dan pejabat teras
82
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Desentralisasi Korupsi
Aksi KPK menggoyang elit lokal, bagi penulis
bukanlah melarikan diri. Pemberantasan korupsi tanpa
pandang bulu bukan slogan semata. Perlu kita ketahui,
indeks persepsi korupsi Indonesia versi Transparency
International dan Political and Economic Risk Consultantcy
Ltd (2011) merupakan kasus korupsi yang terjadi di
seluruh Indonesia. Hasil survey kedua lembaga ini, tidak
83
KPK dan Korupsi Kekuasaan
84
KPK dan Korupsi Kekuasaan
85
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Diskriminasi Hukum
Leletnya pengungkapan suatu perkara tindak
pidana bisa dikaji dengan menggunakan kacamata
sosiologi hukum. Suatu pendekatan yang mempelajari
fenomena hukum bertujuan untuk memberikan
penjelasan terhadap praktik-praktik hukum, menjelaskan
mengapa dan bagaimana praktik-praktik hukum terjadi,
sebabnya, faktor-faktor yang berpengaruh, latar belakang
dan sebagainya (Satjipto Rahardjo, 1986; 310-311).
Lebih jauh untuk menjelaskannya digunakan teori
Donald Black. Seorang pakar perilaku hukum yang
86
KPK dan Korupsi Kekuasaan
87
KPK dan Korupsi Kekuasaan
88
KPK dan Korupsi Kekuasaan
89
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 4
KORUPSI KEPOLISIAN
90
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Point Penting
Bulan suci ramadhan tahun ini tercoreng. Para
koruptor kembali menggila . Bila diawal puasa seluruh
masyarakat Indonesia tersentak. Kala KPK menemukan
dugaan tindak pidana korupsi pengadaan Al Quran. Kini,
KPK kembali mengendus dugaan praktik korupsi
pengadaan alat driving simulator di Korlantas Polri. Irjen
Djoko Susilo diduga menerima suap sebesar 2 miliar.
Ternyata pimpinan KPK tidak berpuasa dalam
pemberantasan korupsi.
Ada yang menarik dari pengungkapan kasus
simulator. Kasus yang menjerat seorang petinggi Polri.
Pertama, KPK akhirnya berani menyentuh korps cokelat
91
KPK dan Korupsi Kekuasaan
92
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Diancam pidana
Sikap kepolisian yang sempat menghalangi
penggeledahan patut dipertanyakan. Apalagi sempat
melarang penyidik KPK membawa barang bukti
meninggalkan gedung Korlantas Polri. Sebagai penegak
hukum harusnya mereka paham. Bahwa pengambil alihan
suatu perkara oleh KPK memiliki dasar hukum.
Ketika KPK melakukan penyidikan atas suatu
perkara korupsi yang diambil alih. Maka Pihak kepolisian
wajib menyerahkan tersangka atau seluruh berkas
perkara berserta alat bukti dan dokumen lain yang
diperlukan (Pasal 8 ayat 3 UU No.30 Tahun 2002).
Sehingga sangatlah konyol tindakan melarang penyidik
KPK untuk menyita barang bukti yang berkaitan dengan
kasus tersebut.
Atas tindakan menghalang-halangi pengungkapan
kasus korupsi. Pihak kepolisian bisa dijerat salah satu
pasal dalam undang-undang tindak pidana korupsi. Di
mana tindakan setiap orang yang sengaja mencegah,
merintangi, atau menggalkan secara langsung atau tidak
langsung pemeriksaan suatu perkara korupsi dapat
dipidana. Ancaman pidananya pun tidak main-main. Bagi
93
KPK dan Korupsi Kekuasaan
94
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dasar Hukum
Konflik kewenangan penyidikan kasus simulator
SIM masih belum usai. Pihak Polri bersikukuh
mempertahankan pendiriannya. Lebih teragis lagi, pihak
Polri menuding KPK telah melanggar perjanjian .
Terlepas dari apa isi perjanjian MoU tersebut. Penulis
lebih cenderung untuk mengkaji persoalan ini dari segi
hukum pidananya. Agar tidak terjebak dari saling klaim
berwenang menyidik antara pihak Polri dan KPK.
Menurut hemat penulis, penanganan kasus
Simulator SIM sangatlah tepat bila ditangani oleh KPK.
Pertama, meski Bareskrim Polri mengklaim telah
melakukan penyelidikan kasus simulator SIM. Tetapi, KPK
ternyata lebih dulu menaikkan statusnya ke tahap
penyidikan. Pada tanggal 27 Juli 2012, KPK menetapkan
empat tersangka. Sedangkan pihak Polri menetapkan lima
orang tersangka tertanggal 1 Agustus 2012. Artinya bila
kita merujuk ke UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK,
maka yang berwenang untuk melakukan penyidikan
(menuntaskan) kasus ini adalah KPK. Atau dengan kata
lain pihak Polri tidak berwenang lagi (Pasal 50 ayat 3).
Kedua, bila melihat jalannya pemeriksaan kasus
simulator SIM. Di mana baik pihak Polri maupun KPK
telah melakukan penyidikan. Maka langkah penyidikan
yang dilakukan oleh pihak Polri haruslah segera
dihentikan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 50 ayat 4 yang
berbunyi Dalam hal penyidikan dilakukan secara
95
KPK dan Korupsi Kekuasaan
96
KPK dan Korupsi Kekuasaan
97
KPK dan Korupsi Kekuasaan
98
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dasar Penyitaan
Tindakan penyitaan oleh penegak hukum diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), kecuali ditentukan lain peraturan perundang-
undangannya. Upaya ini berupa pengambil_alihan dan
atau menyimpan di bawah penguasaan penyidik benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penuntutan dan peradilan.
Kaitannya dengan konteks penyitaan aset kekayaan
tersangka Djoko Susilo, maka tindakan penyidik KPK
sudah sangat tepat. Pertama, meski pengacara tersangka
berdalih kliennya hanya diduga melakukan tindak pidana
korupsi kasus pengadaan alat driving simulator SIM di
korlantas Polri, tetapi ternyata penyidik KPK menjerat
terdakwa dengan pasal tindak pidana korupsi dan tindak
pidana pencucian uang (money laundry) sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
99
KPK dan Korupsi Kekuasaan
100
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Role Model
Penjeratan tersangka penggarong uang negara
dengan instrumen hukum pidana korupsi digabungkan
(kumulatif) dengan pasal-pasal pencucian uang sangat
memberi manfaat. Pertama, memberi efek jera. Pelaku
tindak pidana korupsi tentunya tidak akan menikmati
hasil kejahatannya karena seluruh aset-aset disita
pemerintah. Berbeda dengan pelaku sebelum-sebelumnya
yang jumlah uang dikorup sampai miliaran rupiah, divonis
pidana ringan dan tanpa penyitaan aset dari aliran uang
korupsi. Walhasil praktik korupsi semakin merajalela
karena setelah menjalani sanksi pidana ringan, mereka
tinggal ongkang-ongkang kaki menikmati hasil
korupsinya.
Kedua, kemudahan dari segi teknis pembuktian. Di
mana untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan terdakwa wajib membuktikan bahwa harta
kekayaannya bukan hasil dari tindak pidana korupsi. Jadi
pembuktiannya tidaklah wajib dibebankan kepada Jaksa
Penuntut Umum KPK.
Pembalikan beban pembuktian ini berlaku untuk
tindak pidana pencucian uang. Sehingga seluruh harta
kekayaan yang disita pihak penyidik KPK bila kemudian
terdakwa menegaskan jikalau itu bukan hasil dari korupsi,
maka Hakim memerintahkan terdakwa di muka sidang
untuk membuktikannya dengan cara mengajukan alat
bukti yang cukup.
101
KPK dan Korupsi Kekuasaan
102
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Terobosan Hukum
Lembaga anti rasuah ternyata tidak main-main,
guna memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana
korupsi. Ada beberapa terobosan hukum yang dilakukan.
Pertama, penyidik KPK melakukan penerapan hukum
pidana terhadap tersangka Djoko Susilo, menggabungkan
(kumulatif) pasal pemberantasan tindak pidana korupsi
dengan pasal pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang. Hal ini ternyata efektif, terbukti
KPK menyita sejumlah rumah mewah, tanah/ sawah, yang
tersebar dari pulau jauh Jawa hingga Bali.
Kedua, di saat persidangan. Jaksa Penuntut Umum
KPK menuntut terdakwa Djoko Susilo untuk dicabut hak
politiknya (memilih_dipilih) dalam jabatan publik. Selama
lembaga KPK terbentuk, baru kali ini seorang terdakwa
kasus korupsi dituntut pidana tersebut. Meskipun pidana
pencabutan hak politik sebenarnya bukan pidana baru
dalam sistem pemidanaan Indonesia.
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) mengatur tentang jenis pidana. Dimana pidana
103
KPK dan Korupsi Kekuasaan
104
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Putusan ringan
Bila kita melihat amar putusan terdakwa Djoko
Susilo, tentu vonis ini sangat menohok rasa keadilan
masyarakat. Putusan yang tanpa ruh keadilan meminjam
istilah Wakil Ketua KPK Busroh Muqqodas, karena masih
jauh dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK yakni 18
tahun penjara.
Tuntuntan penjatuhan pidana tambahan berupa
pencabutan hak memilih_dipilih dalam menduduki jabatan
publik juga tidak dikabulkan. Padahal harusnya sanksi
pidana tambahan diterapkan agar menjadi preseden baik
dan model baru pemberantasan tindak pidana korupsi
(role model).
105
KPK dan Korupsi Kekuasaan
106
KPK dan Korupsi Kekuasaan
107
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Kapolri Paripuna
Dalam konsideran undang-undang tentang
kepolisian menegaskan bahwa pemeliharaan keamanan
dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian meliputi pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan masyarakat dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat Negara
yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
Sebagai garda terdepan penegakan hukum. Polisi
berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.
Tugas penyelidikan untuk memastikan bahwa telah terjadi
tindak pidana dan penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Posisi penting yang dimiliki lembaga ini tentunya
mengharuskan seorang Kapolri paripurna. Pimpinan
kepolisian yang bertugas menetapkan, menyelenggarakan
dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian. Oleh
karena itu, wajib diisi orang-orang baik dan tidak
bermasalah dengan hukum.
108
KPK dan Korupsi Kekuasaan
109
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Pelajaran Berharga
Kasus penetapan tersangka Budi Gunawan oleh KPK
harus dijadikan pelajaran berharga bagi pemerintahan
Jokowi-JK. Penentuan penjabat publik harus didasarkan
pada prinsip kehati-hatian. Harusnya Presiden kembali
mencontoh sistem rekrutmen menteri-menteri kabinet
kerja. Pelibatan KPK dan PPATK dengan memberi warna
merah bagi calon-calon yang bermasalah. Bila
pemerintahan tidak mau tersandera seperti pemerintahan
sebelumnya.
Di saat yang sama, institusi kepolisian harusnya
mawas diri. Upaya bersih-bersih internal harus menjadi
harga mati. Masyarakat merindukan sosok-sosok Hoegeng
di korps Bhayangkara. Mantan pimpinan kepolisian yang
jujur nan hidup sederhana.
BAGIAN 5
KASUS CENTURY
110
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Pintu Masuk
Rapat KPK dengan Timwas Century memberikan
angin segar penuntasan kasus Century. KPK dalam
penanganan dana talangan (bailout) Bank Century maju
selangkah. Penetapan tersangka merupakan pintu masuk
mengungkap keterlibatan pihak lain. Bambang Soesatyo
anggota dari Fraksi Golkar menegaskan agar KPK tidak
111
KPK dan Korupsi Kekuasaan
112
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dahulukan Pidana
Bila melihat kedua pendekatan dalam
menyelesaikan kasus Century di atas, penulis lebih
cenderung mendahulukan proses pidananya. Pertama,
penegakan hukum haruslah berlandaskan asas equality
before the law/ persamaan di depan hukum. Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27
UUD 1945).
Kedua, Tempus Delicti kasus Century. Waktu
(tempus) terjadinya peristiwa pidana pada saat Boediono
menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Penentuan
tempus delicti sangatlah penting karena sangat
berhubungan dengan kronologis perkara sebagai syarat
dalam hal pembuatan surat dakwaan. Ketiga, status
sebagai penyelenggara negana. KPK berwenang
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi yang melibatkan aparat penegak
hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 28 Tahun 1999
menegaskan Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara
yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau
yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
113
KPK dan Korupsi Kekuasaan
114
KPK dan Korupsi Kekuasaan
115
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Gratifikasi Jabatan
Selain bergulirnya wacana penghentian Wakil
Presiden Boedino ikut mengiringi pengungkapan kasus
century. Muncul pula spekulasi dugaan praktik gratifikasi
jabatan. Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli
menegaskan jabatan wakil presiden yang diduduki
116
KPK dan Korupsi Kekuasaan
117
KPK dan Korupsi Kekuasaan
118
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Alasan Majelis
Selama kasus bailout century ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi banyak sekali spekulasi
bermunculan. Apalagi saat Boediono disebut-sebut
mengetahui kasus megakorupsi yang diduga merugikan
uang negara 6,7 miliar. Berujung pada isu pemakzulan
sebagai Wakil Presiden oleh sejumlah anggota parlemen.
Lanjut kemudian muncul pernyataan Mantan Menko
Perekonomian Rizal Ramli menegaskan jabatan wakil
presiden merupakan gratifikasi jabatan terkait
pengurusan bailout century.
Rentetan pemeriksaan pun tak luput menjadi
sorotan. Kala Boediono diperiksa sebagai saksi di
pengadilan tipikor. Akan tetapi disaat yang sama
kehadiran sebagai saksi menjadi bukti bahwa persamaan
di depan hukum (equality before the law) masih berlaku.
Tanpa melihat status seseorang.
119
KPK dan Korupsi Kekuasaan
120
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Penyertaan Boediono
Selain terbuktinya Budi Mulya melanggar Pasal 2
ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sehingga divonis 10 tahun penjara
dan denda 500 juta subsider kurungan 5 bulan. Disaat
yang sama juga semakin membuat terang-benderang
pihak-pihak yang terlibat dalam kasus megakorupsi
bailout Bank Century.
Ketua Majelis Hakim Aviantara saat membacakan
amar putusan terdakwa Budi Mulya mengatakan terdakwa
terbukti melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama dan berlanjut dengan Boediono, Siti
Chalimah Fadjrijah, Miranda Swaray Goeltom, S. Budi
Rochadi, Muliaman Darmansyah Hadad, Hartadi Agus
121
KPK dan Korupsi Kekuasaan
122
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAB II
Jalan Terjal Pemberantasan Korupsi
123
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Peran masyarakat
Peran serta masyarakat dapat terwujudkan.
Masyarakat memiliki hak yang diatur dalam undang-
undang. Pertama, hak mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi. Kedua, hak untuk memperoleh pelayanan
dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi.
124
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Contoh kasus
Pengungkapan kasus korupsi memang
mengharuskan keterlibatan seluruh elemen yang ada.
Tidak sedikit kasus korupsi terungkap itu karena adanya
peran serta masyarakat. Baik yang dilakukan secara
individu maupun melalui Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Akan tetapi tidak sedikit pula pihak yang
125
KPK dan Korupsi Kekuasaan
126
KPK dan Korupsi Kekuasaan
127
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Alasan Kemanfaatan
Berbeda KPK yang gencar menindak pelaku korupsi
dengan prinsip zero tolerance to corruption, korps
Adhyaksa justru memperlihat sisi toleransi terhadap
pelaku korupsi. Berdalih demi alasan kemanfaatan,
meminamisir penggunaan anggaran dalam pengungkapan
kasus korupsi kecil, kejaksaan agung menerbitkan surat
edaran bernomor B-113/F/Fd.1/05/2010 kepada
kejaksaan tinggi seluruh Indonesia. Agar dalam kasus
dugaan korupsi, masyarakat dengan kesadarannya telah
mengembalikan kerugian negara yang nilainya kecil perlu
dipertimbangkan untuk ditindaklanjuti.
Tindakan kejaksaan agung, tentu saja menimbulkan
kecurigaan. Ditengah tingginya semangat masyarakat
mendukung penegak hukum menindak tegas para
128
KPK dan Korupsi Kekuasaan
129
KPK dan Korupsi Kekuasaan
130
KPK dan Korupsi Kekuasaan
131
KPK dan Korupsi Kekuasaan
132
KPK dan Korupsi Kekuasaan
133
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Regenerasi Koruptor
Dari negeri surga bagi koruptor ini.
Memperlihatkan adanya regenerasi pelaku korupsi.
Praktik menjamurnya korupsi bagaikan organisasi yang
melahirkan kader-kader baru. Bila tersangka koruptor
dulu didominasi tokoh-tokoh tua, sekarang justru telah
merambah generasi muda.
Regenerasi koruptor di tanah air bak mata rantai
membentuk lingkaran setan. Lingkaran korupsi tak
berujung. Menggarong uang rakyat menjadi magnet
menakutkan. Apalagi tokoh muda yang diharapkan
membersihkan negeri ini dari korupsi, justru banyak
terlibat didalamnya.
Alhasil kita pun sekarang lebih banyak melihat
tokoh muda terjerat korupsi. Praktik kotor yang bukan
hanya didominasi kaum laki-laki tetapi juga kaum
perempuan. Korupsi telah berhasil menancapkan
dominasinya, merusak mental generasi muda. Penerus
cita-cita para pendiri negeri ini.
Menariknya meski sudah banyak pelaku korupsi
yang dipenjara. Laku ini tetap tumbuh seperti jamur di
musim hujan. Pidana penjara bagi koruptor tidak
menimbulkan efek jera. Upaya perampasan aset terpidana,
hingga pemiskinan koruptor tidaklah menakutkan.Maka
solusi dari hal ini, kita berharap para penegak hukum
menggunakan sanksi pidana mati.
134
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Matikan Koruptor
Terlepas dari perdebatan sepakat atau tidak sepakat
pidana mati, penulis lebih menenkankan pada pentingnya
pidana ini dijatuhkan. Model pemberantasan korupsi
dengan tidak segan-segan menjatuhkan pidana mati, telah
efektif diterapkan di negara Cina. Sebagai kejahatan
extra_ordinary sudah selayaknya pidana ini dijatuhkan
kepada koruptor.
Pidana mati tidaklah melanggar konstitusi. Malahan
pidana mati sudah lama dikenal dalam peraturan
perundang-undangan di tanah air. Pasal 10 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) menegaskan jenis-jenis
pidana terdiri dari pidana pokok dan pidana tambahan.
Khusus pidana pokok termasuk di dalamnya pidana mati,
pidana penjara, kurungan, dan pidana denda.
Sedangkan dalam Pasal 2 ayat 2 UU Nomor 31
Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menegaskan setiap
orang yang melakukan tindak pidana korupsi dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Kemudian dalam penjelasan pasal tersebut yang dimaksud
dengan keadaan tertentu adalah keadaan yang dapat
dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak
pidana korupsi, yaitu apabila tindak pidana tersebut
dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi
penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional,
penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan
pengulangan tindak pidana korupsi.
135
KPK dan Korupsi Kekuasaan
136
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Arus Balik
Setahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla harus
dijadikan momentum evaluatif. Penulis pada kesempatan
ini ingin mengevaluasi janji pro pemberantasan korupsi
137
KPK dan Korupsi Kekuasaan
138
KPK dan Korupsi Kekuasaan
139
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 1
UPAYA PELEMAHAN KPK
140
KPK dan Korupsi Kekuasaan
141
KPK dan Korupsi Kekuasaan
142
KPK dan Korupsi Kekuasaan
143
KPK dan Korupsi Kekuasaan
144
KPK dan Korupsi Kekuasaan
145
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Ironi
)ndonesia sebagai surga bagi koruptor harusnya
bisa berkaca dengan negara-negara lain. Jumlah praktik
korupsi yang sudah menjangkiti negeri ini sudah tumbuh
subur. Praktik menggarong uang negara terjadi di pusat
sampai ke pelosok desa. Hingga menempatkan Indonesia
sebagai negara gagal. Berdasarkan hasil survey lembaga
Internasional yang menggunakan praktik korupsi sebagai
salah satu variabel dalam mengukur berhasil tidaknya
suatu negara.
146
KPK dan Korupsi Kekuasaan
147
KPK dan Korupsi Kekuasaan
45 Negarahukum.com
148
KPK dan Korupsi Kekuasaan
149
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Janji SBY
Setali tiga uang dengan Komisi III DPR, Mabes Polri
sebagai mitra KPK justru tidak memperpanjang masa
kerja anggotanya. Mereka berdalih penarikan 13 penyidik
KPK sesuai prosedur. Tindakan ini diambil agar anggota
bisa mengembangkan karier.
Spekulasi penarikan penyidik KPK merebab.
Tindakan Mabes Polri dianggap melakukan balas dendam,
pascapengeledahan di kantor Korlantas Polri. Sebelumnya
20 penyidik ditarik dan 6 orang mengundurkan diri.
Sehingga tersisa tinggal 52 orang penyidik dari unsur
kepolisian. KPK pun berada dalam kondisi darurat
penyidik, berimplikasi terhadap melambatnya kinerja
KPK.
Mengenai kekurangan SDM KPK, memaksa kita
untuk menagih janji SBY. Pada saat menengahi kisruh
KPK_Polri, terlontar janji merevisi PP Nomor 63 Tahun
150
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Penyidik Independen
Tindakan penarikan penyidik KPK tentunya sangat
mengganggu kinerja KPK. Kecepatan KPK mengungkap
kasus Century, Hambalang, Wisma Atlet, dan Simulator
SIM semakin menunrun. Apalagi ada penyidik yang
sementara menangani kasus besar, seperti Novel
Baswedan. Kasus korupsi paling menyita perhatian publik
dipengujung tahun 2012.
Penarikan penyidik atas dasar habisnya masa kerja,
dimungkinkan dalam PP 63 Tahun 2005. Masa kerja
Pegawai Negeri (penyidik kepolisian) yang dipekerjakan
pada Komisi Pemberantasan Korupsi paling lama 4 tahun
151
KPK dan Korupsi Kekuasaan
152
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Insiden 5 Oktober46
Kaget !!! kondisi ini penulis rasakan ketika santer
diberitakan gedung KPK disabotase . Sekitar dua kompi
korps cokelat berpakaian preman menyantroni gedung
anti rasuah. Terdengar pula penyidik KPK akan ditahan.
Ternyata kasus simulator S)M memakan korban baru.
Jumat (5/10/2012), gedung KPK ramai dikerumuni awak
media. Saat itu KPK telah melakukan pemeriksaan
tersangka Kasus Simulator SIM Djoko Susilo. Setelah
permohonan fatwa ke Mahkamah Agung ditolak,
tersangka akhirnya datang. Meski sebelumnya sempat
mangkir dari panggilan KPK.
Keramaian awak media di gedung KPK sering
terjadi. Apalagi bila pemeriksaan dilakukan hari jumat.
KPK jilid III memiliki ciri khas tersendiri dibanding
pimpinan KPK sebelumnya. Kekhasan ini dikenal dengan
istilah jumat keramat . (ari yang sangat ditakuti para
perampok uang negara.
Penulis mencatat jumat keramat KPK telah
menelan beberapa korban. Pertama, Soemarmo Hadi
Supatro, Wali Kota Semarang yang ditetapkan sebagai
tersangka kasus suap RAPBD 2011. Tersangka diduga
153
KPK dan Korupsi Kekuasaan
154
KPK dan Korupsi Kekuasaan
155
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Presiden Buruk
Penanganan kasus Simulator SIM harus cepat
tuntas. Bila dari awal pihak Polri menyerahkan kasus ini
ke KPK tanpa menunggu perintah SBY. Penulis dalam
opini Mengapa (arus KPK? sudah menjelaskan bahwa
dalam menangani kasus Simulator SIM, KPK lah yang
berwenang untuk melakukan penyidikan merujuk ke
Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Insiden 5 Oktober di Gedung KPK juga menjadi
preseden buruk dalam pemberantasan korupsi di tanah
156
KPK dan Korupsi Kekuasaan
157
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Melemahkan KPK
Terkait RUU KUHAP inisiatif Pemerintah yang
sedang berjalan di Komisi III DPR, wajar ketika menjadi
perdebatan hangat banyak kalangan. Apalagi setelah
peneliti ICW (2013) merilis temuan sembilan pasal
berpotensi mengekang lembaga superbody atau pasal-
pasal kontra pemberantasan korupsi. Padahal disaat yang
sama, semangat memerangi praktik menggarong uang
negara gencar dilakukan.
Lahirnya lembaga baru bernama hakim komisaris
atau hakim pemeriksa pendahuluan disinyalir memangkas
kewenangan lembaga penegak hukum yang sebelumnya
sudah ada termasuk KPK. Hal itu bisa kita lihat dari
penjelasan RUU KUHAP, menyatakan untuk menggantikan
lembaga praperadilan yang selama ini belum berjalan
sebagaimana mestinya, ditentukan lembaga baru dalam
KU(AP ini, yakni lembaga hakim komisaris . Lembaga ini
pada dasrnya merupakan lembaga yang terletak antara
penyidik dan penuntut umum di satu pihak dan hakim di
lain pihak. Wewenang hakim komiaris lebih luas dan lebih
lengkap daripada prapenuntutan (lembaga praperadilan).
158
KPK dan Korupsi Kekuasaan
159
KPK dan Korupsi Kekuasaan
160
KPK dan Korupsi Kekuasaan
161
KPK dan Korupsi Kekuasaan
162
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Target Pelemahan
Walaupun pada sisi perlindungan terhadap
whistleblower kasus korupsi sudah terjamin dalam RUU
KUHAP. Sebagaimana Pasal 40 menegaskan setiap pelapor
atau pengadu, saksi, korban berhak memperoleh
perlindungan hukum, perlindungan fisik dan perlindungan
non fisik disetiap tingkatan proses pemeriksaan. Akan
tetapi dilain sisi justru mengalami kemunduran karena
mengebiri kewenangan superbody KPK dan membunuh
upaya pemberantasan korupsi.
Pertama, dihapusnya ketentuan penyelidikan.
Peniadaan fungsi penyelidikan memiliki konsekuensi
hukum bagi seluruh institusi penegak hukum, termasuk
KPK. Hilangnya penyelidikan membuat beberapa
kewenangan juga turut hilang. Penyelidik berwenang
untuk memerintahkan pencekalan, penyadapan,
pemblokiran bank termasuk operasi Tangan Tangan
(OTT). Atau dengan kata lain, karena penyelidikan hilang,
maka di KPK tidak boleh lagi melakukan tindakan-
tindakan tersebut.
Pada tahap penyelidikan, penyelidik akan
mengumpulkan barang bukti untuk meningkatkan
perkara ke tahap penyidikan. Jika dua alat bukti sudah
163
KPK dan Korupsi Kekuasaan
164
KPK dan Korupsi Kekuasaan
165
KPK dan Korupsi Kekuasaan
166
KPK dan Korupsi Kekuasaan
167
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Perbandingan
Walaupun draf KUHP telah memasukkan
perdagangan pengaruh (trading of influence) sebagai
tindak pidana korupsi. Sebagai wujud diakomodirnya
Article 18 United Nations Convention Against Corruption,
2003 yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor 7 Tahun
2006. Akan tetapi, di sisi pemberantasan laku penggarong
uang negara justru mengalami kemunduran.
Pertama, sanksi pidana penjara semakin ringan.
Contonhnya Pasal 699 RUU KUHP menegaskan setiap
orang atau pejabat publik secara melawan hukum
menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapat dan belanja daerah bukan
pada tujuannya, dipidana penjara paling lama dua tahun.
Lebih jauh bila perbuatan menimbulkan kerugian
keuangan atau perekonomian negara, maka sanksi pidana
ditambah satu pertiga.
Bandingkan dengan Pasal 2 UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pelaku tindak pidana korupsi diancam pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat empat
tahun dan paling lama dua puluh tahun. Selain itu, untuk
penyalahgunaan kewenangan dalam RUU KUHP hanya
dipidana penjara paling lama enam tahun, jauh dari sanksi
pidana UU Korupsi saat ini yakni maksimal 20 tahun.
Artinya sangat terlihat jelas para pembuat undang-
undang tidak menginginkan pelaku korupsi divonis berat.
Padahal seyogianya semakin berat vonis dijatuhkan, akan
menjadi efek jera terhadap koruptor dan menciutkan nyali
calon-calon koruptor.
168
KPK dan Korupsi Kekuasaan
169
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dasar Penolakan
Melihat banyaknya pasal-pasal korupsi yang hilang
dan makin ringannya sanksi pidana bagi pelaku korupsi
menandakan adanya upaya mentolerir laku korupsi.
Tetapi mungkin ada yang akan mengatakan bahwa UU
Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
merupakan ketentuan khusus. Sehingga berlaku asas
ketentuan khusus mengesampingkan ketentuanyang
umum (lex specialis derogat legi generalis).
Memang pembuat draf undang-undang mengakui
asas lex specialis, tetapi disaat yang sama menimbulkan
kekhawatiran bila RUU KUHP disahkan. Kekhawatiran
170
KPK dan Korupsi Kekuasaan
171
KPK dan Korupsi Kekuasaan
172
KPK dan Korupsi Kekuasaan
173
KPK dan Korupsi Kekuasaan
174
KPK dan Korupsi Kekuasaan
175
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Koalisi KPK-Rakyat
Bila kondisinya sudah seperti di atas, maka mereka
telah mengadopsi model gotong royong mengeroyok KPK.
Tujuannya jelas untuk mendiskreditkan pimpinan KPK
berujung pada penggerusan kepercayaan publik terhadap
lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi. Sandaran
terakhir rakyat Indonesia yang merindukan Indonesia
bebas dari korupsi.
Sejatinya semangat gotong royong diarahkan untuk
kemajuan bangsa. Koalisi KPK-Rakyat dari Sabang sampai
Merauke adalah harga mati. Kekuatan besar yang dimiliki
rakyat sebagai pemengan kedaulatan harus disalurkan
untuk melindungi KPK dari serangan koruptor dan
176
KPK dan Korupsi Kekuasaan
177
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Implikasi Hukum
Pertanyaan yang mungkin timbulkan dibenak kita
adalah bagaimana bila Perppu tidak mendapatkan
persetujuan DPR. Bagaimana implikasi hukumnya
terhadap keluarnya Kepres Plt pimpinan KPK dan
keputusan-keputusan yang telah keluar? Jawabannya
178
KPK dan Korupsi Kekuasaan
179
KPK dan Korupsi Kekuasaan
180
KPK dan Korupsi Kekuasaan
181
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Melemahkan KPK
Faktanya visi-misi anti korupsi Jokowi-JK, ibarat
panggang jauh dari api. Janji akan menguatkan lembaga
KPK dengan menambah jumlah penyidik, menaikkan
anggaran dan mendukung upaya pemberantasan korupsi
tinggallah janji. Kata-kata pemanis kala kampanye yang
setelah terpilih kemudian dilupakan.
Langkah mengangkat Taufiqurahman Ruki
menggantikan Abraham Samad, justru terkesan
melemahkan pemberantasan korupsi. Kebijakan Plt Ketua
KPK dengan melimpahkan kasus Budi Gunawan ke
Kejaksaan Agung menandakan KPK telah buang handuk.
Berdalih masih ada 36 kasus korupsi yang harus
dituntaskan. Padahal kalau hanya karena kasasi
praperadilan ditolak Mahkamah Agung, masih ada upaya
hukum luar biasa Peninjauan Kembali.
Tak pelak langkah Plt Ketua KPK menjadi sorotan.
Pegawai KPK yang tergabung dalam Wadah Pegawai KPK
melakukan aksi di kantor KPK (3/3/2015). Mereka pada
membubuhkan tandatangan di atas kain putih guna
menolak putusan pimpinan KPK yang melimpahkan kasus
Budi Gunawan ke Kejaksaan, meminta pimpinan KPK
mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali atas
putusan praperadilan kasus Budi Gunawan, dan meminta
pimpinan KPK menjelaskan secara terbuka strategi
pemberantasan korupsi kepada pegawai KPK. Suatu
182
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Marwah KPK
Akibat sepak terjang Plt Ketua KPK, publik
mencurigai pemerintah memainkan strategi kuda troya. Di
mana Perppu pengangkatan Plt pimpinan KPK adalah
kuda troyanya. Dengan memasukkan Ruki dalam status Plt
pimpinan KPK untuk memenangkan BG dengan cara
melimpahkan kasus rekening gendut ke Kejaksaan.
Stabilitas internal KPK terganggu, berujung pada
terganggunya kerja-kerja pemberantasan korupsi.
Dalam mitologi Yunani ada kisah tentang perang
Troya. Pada perang yang berlangsung lama, pasukan
Yunani hampir frustasi karena tidak berhasil mengalahkan
pasukan Troya yang berada dalam benteng kuat nan
kokoh. Tiba-tiba seorang pemimpin pasukan Yunani
Odisseus memiliki ide membuat patung kuda yang besar
terbuat dari kayu. Patung kuda tersebut dapat
menampung beberapa orang pasukan. Setelah itu, patung
kuda ditinggalkan di tengah lapangan oleh pasukan
Yunani yang berpura-pura menyerah.
183
KPK dan Korupsi Kekuasaan
184
KPK dan Korupsi Kekuasaan
185
KPK dan Korupsi Kekuasaan
186
KPK dan Korupsi Kekuasaan
187
KPK dan Korupsi Kekuasaan
188
KPK dan Korupsi Kekuasaan
189
KPK dan Korupsi Kekuasaan
190
KPK dan Korupsi Kekuasaan
191
KPK dan Korupsi Kekuasaan
192
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Tolak Revisi
Selain melumpuhkan berujung pada pembubaran
KPK. Anggota DPR sakin maunya membunuh lembaga
193
KPK dan Korupsi Kekuasaan
194
KPK dan Korupsi Kekuasaan
195
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Bom Waktu
Sisi kedua, meraih simpati rakyat, terutama
pendukung KPK. Jokowi yang kemudian sepakat menunda
pembahasan revisi UU KPK bagi khalayak ramai dianggap
sikap yang pro pemberantasan korupsi. Menyelamatkan
KPK dari proses pembunuhan berencana. Niat jahat (mens
rea) yang terselubung lewat proses legislasi.
Wacana pelemahan KPK dengan cara legislasi bukan
barang baru lagi. Kewenganan-kewenagan KPK termasuk
penyadapan berkali-kali dimohonkan ke Mahkamah
Konstitusi melalui uji materi (judicial review). Malahan
modus terbaru melalui putusan prapengadilan. Hakim
tunggal Praperadilan pemohon Hadi Poernomo dalam
Putusan Nomor 36/ Pid.Prap/ 2015/PN.JKT.Sel. telah
mengabulkan permohonan bahwa penyidik Komisi
196
KPK dan Korupsi Kekuasaan
197
KPK dan Korupsi Kekuasaan
198
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAB III
Gagasan Pemberantasan Korupsi
199
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dasar Hukum
Kembali kekonteks upaya menimbulkan efek jera
kepada pelaku korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi
melakukan terobosan dengan menjerat tersangka korupsi
pasal tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Tindakan
yang dianggap langkah progresif karena selain
memperberat hukuman terpidana, disaat yang sama
efektif merampas harta kekayaan hasil tindak pidana
korupsi. Berujung pada pemiskinan terhadap koruptor.
Bak gayung bersambut, efek positif putusan Artidjo
berkembang. Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tipikor
yang diketuai Roki Panjaitan dalam kasus korupsi
Simulator SIM memberat vonis Djoko Susilo dari 10 tahun
menjadi 18 tahun penjara dan denda 1 miliar. Djoko juga
diperintahkan membayar uang pengganti serta mencabut
hak untuk memilih dan dipilih dalam jabatan publik.
Dari putusan Pengadilan Tinggi Tipikor ini, akhirnya
pencabutan hak koruptor diperkenalkan di Indonesia.
Walaupun jenis pidana pencabutan hak sudah lama ada
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai
pidana tambahan. Pasal 10 KUHP membagi kategori
200
KPK dan Korupsi Kekuasaan
201
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Langkah Progresif
Terkait tuntutan pencabutan hak Djoko Susilo dalam
kasus Simulator SIM adalah langkah progresif. Suatu
perilaku responsif KPK atas aspirasi masyarakat perihal
maraknya mantan terpidana korupsi menduduki jabatan
publik instansi pemerintahan.
Contonhya Azirwan mantan terpidana korupsi
dengan vonis 2 tahun 6 bulan penjara kasus suap anggota
Komisi IV Al Amin Nasution. Sebelum menggundurkan diri
atas desakan masyarakat, ia menjabat sebagai Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau.
Sedangkan di kabupaten Lingga eks terpidana korupsi
masih menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Perhubungan, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan,
Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan.
Sehingga ke depan lewat pidana pencabutan hak
koruptor, tertutup sudah peluang mantan terpidana
korupsi menduduki jabatan publik. Selain menghilangkan
budaya permisif pelaku korupsi. Pidana ini mencegah
terjadinya potensi mengulangi penyalahgunaan
kewenangan/ jabatan untuk memperkaya diri sendiri atau
orang lain yang dapat merugikan keuangan negara.
Lebih jauh instrument pencabutan hak bisa
digunakan untuk mencabut dana pensiun pimpinan dan
anggota lembaga tinggi negara serta bekas pimpinan
202
KPK dan Korupsi Kekuasaan
203
KPK dan Korupsi Kekuasaan
204
KPK dan Korupsi Kekuasaan
205
KPK dan Korupsi Kekuasaan
206
KPK dan Korupsi Kekuasaan
207
KPK dan Korupsi Kekuasaan
208
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Sistem Baru
Kedua perilaku negatif kaum muda ini dalam teori
hukum pidana masuk kategori kejahatan. Dimana
kejahatan (recht delicten) adalah suatu perbuatan yang
walaupun tidak diatur dalam peraturan perundangan-
undangan tetapi perilaku itu dicelah masyarakat.
Kembali kekonteks budaya kekerasan yang
berbanding lurus dengan maraknya perilaku korupsi,
budayawan Alwi Rahman memulai pembicaraan ketika
mengikuti acara dialog terbuka Luka dari Kampus yang
live di Celebes TV menegaskan awalnya mereka (pemuda)
adalah orang baik-baik nan cerdas, tetapi ketika memasuki
suatu sistem yang ada mereka kemudian menjadi
penjahat. Artinya kejahatan itu timbul karena faktor
sistem. Jadi seseorang jahat disebabkan pada ruang
interaksinya.
Dalam ilmu kriminologi yang mempelajari sebab
musabab terjadinya kejahatan. Dikenal salah satu teori-
teori kejahatan yang bila kita melihat kondisi saat ini
memang sangat sesuai. Teori differential association yakni
kejahatan dipelajari melalui interaksi dengan orang-orang
lain dalam kelompok-kelompok intim. Proses belajar itu
menyangkut teknik, dorongan, sikap dan pembenaran-
pembenaran yang mendukung dilakukannya kejahatan.
Sehingga guna mengatasi kejahatan ini, perlu
dibentuk suatu sistem baru. Pertama, agar ke depan tidak
209
KPK dan Korupsi Kekuasaan
210
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Contek is Korupsi59
Pemandangan baru terlihat dalam sistem
pendidikan nasional ala Pemerintahan Jokowi-JK. Di
bawah kendali pencetus program Indonesia Mengajar
Anies Baswedan, kebijakan dibidang pendidikan diubah.
Ujian Nasional bukan lagi penentu lulusnya seorang siswa-
siswi. Langkah yang patut diapresiasi sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
Dulu ujian nasional memang menjadi momok
menakutkan baik bagi siswa, orang tua siswa dan pihak
sekolah. Manalah mungkin pelaksanaan ujian yang hanya
beberapa hari harus menentukan masa depan generasi
pelanjut bangsa. Menderogasi tiga tahun mereka
mengenyam bangku sekolah. Keaktifan dalam ruang kelas,
sopan santun, kehadiran tidak dijadikan tolak ukur.
Walhasil sangat banyak adik-adik kita yang menurut
pihak sekolah layak lulus justru menjadi korban dari
sistem pendidikan. Di saat yang sama soal-soal ujian
nasional berlaku buat siswa seluruh Indonesia tanpa
melihat kondisi pembeda antara mereka. Contohnya
mempersamakan antara siswa di pulau Jawa dengan
Papua.
Perilaku Curang
Selain itu, kebijakan baru yang mulai diterapkan
Kementerian Pendidikan adalah Ujian Nasional Online.
Meskipun baru diterapkan dibeberapa daerah, tetapi ke
depan bisa diharapkan berlaku umum. Sebagai seorang
211
KPK dan Korupsi Kekuasaan
212
KPK dan Korupsi Kekuasaan
213
KPK dan Korupsi Kekuasaan
214
KPK dan Korupsi Kekuasaan
215
KPK dan Korupsi Kekuasaan
216
KPK dan Korupsi Kekuasaan
217
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Kuatkan KPK
Oleh karena itu, agar tidak terjadi benturan
kewenangan dan pemborosan anggaran negara, serta
218
KPK dan Korupsi Kekuasaan
219
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Pekerjaan Rumah
Pengalaman Badrodin Haiti diharapkan dapat
diimplementasikan lebih luas pada tataran masyarakat.
Fungsi kepolisian berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Republik Indonesia haruslah
direalisasikan dengan penuh tanggungjawab. Melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat tidak boleh sebatas
slogan semata.
Kapolri baru memiliki pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Ancamaan terorisme masih mengintai. Kasus
yang terjadi di Jawa dan Sulawesi Tengah Palu merupakan
lonceng penanda masuknya paham radikal ISIS. Kita tentu
tidak mau tragedi berdarah timur tengah berpidah ke
tanah air tercinta.
Selain itu, penyelamatan generasi-generasi bangsa
dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang juga harus
digenjot semaksimal mungkin. Narkoba adalah momok
menakutkan yang siap memangsa siapa pun. Jaringan
narkoba internasional telah memporak-porandakan
tatanan yang ada. Lembaga Pemasyarakatan yang
harusnya membina narapidana disulap menjadi pabrik-
pabrik produksi barang haram tersebut. Lebih memalukan
lagi seorang terpidana mati yang belum dieksekusi sampai
220
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Reformasi Polri
Ke depan formulasi kebijakan Kapolri baru harus
betul-betul mampu mengangkat citra kepolisian sederajat
lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi. Senada dengan Badrodin saat pelantikan yang
menegaskan akan fokus melakukan upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi. Bekerjasama penegak hukum lain
memerangi laku penggarong uang negara. Karena korupsi
merupakan musuh kita bersama, seluruh masyarakat
Indonesia.
Oleh karena itu, Penulis menawarkan solusi untuk
membangun citra insitusi kepolisian antikorupsi di mata
publik. Pertama, mendorong sesegera mungkin reformasi
kepolisian. Baik dengan membangun sistem dengan cara
menutup ruang-ruang korupsi. Disaat yang sama
221
KPK dan Korupsi Kekuasaan
222
KPK dan Korupsi Kekuasaan
223
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Dasar Pertimbangan
Alasan memberikan hak imunitas pimpinan KPK
untuk penyelamatan lembaga sangatlah mendasar.
Pertama, selama 11 tahun KPK berdiri, sudah ada
beberapa pimpinan yang menjadi korban. Masa KPK Jilid II
Antasari Azhar dituding sebagai otak pembunuhan
Nasruddin Zulkarnaen, kasus hukum yang sarat nuansa
politis. Berlanjut kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M.
Hamzah meski kemudian akhirnya mendapatkan SP3.
Kemudian terbaru pasca penetapan calon Kapolri
Budi Gunawan (BG) oleh KPK. Gelombang serangan balik
menimpa pimpinan KPK Jilid III. Berawal dari laporan
kuasa hukum BG ke Kejaksaan Agung dan Bareskrim Polri
atas tindakan yang dilakukan Abraham Samad dan
Bambang Widjojanto. Keduanya dianggap telah
melakukan penyalahgunaan kewenangan serta
pencemaran nama baik.
Terakhir bak deret hitung pimpinan-pimpinan KPK
dilaporkan ke Bareskrim Polri atas dugaan telah
melakukan tindak pidana. Bambang Widjojanto ditangkap
penyidik Polri tanpa pemanggilan terlebih dahulu. Ia
diduga mengarahkan/ menyuruh saksi untuk memberikan
keterangan palu dalam persidangan sengketa Pemilihan
224
KPK dan Korupsi Kekuasaan
225
KPK dan Korupsi Kekuasaan
226
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Berharap Jokowi
Hak imunitas pimpinan lembaga anti korupsi
berlaku di beberapa negara. Contohnya negara tetangga
Singapura dan Zimbabwe. Dasar pemberiannya agar
pimpinan bisa menjalankan tugas pokok dan fungsi
pemberantasan korupsi tanpa harus tersandera persoalan
hukum. Serta menjaga marwah lembaga pemberantasan
korupsi.
Kembali kekonteks karena pemberian hak imunitas
bukanlah barang baru di Indonesia. Maka seyogianya
Presiden Jokowi berani mengambil sikap untuk
mengeluarkan Perppu Hak Imunitas Pimpinan KPK.
Perppu yang diharapkan dapat menyelamatkan lembaga
anti rasuah yang konsent terhadap pemberantasan
korupsi tanpa pandang bulu. Sebab menyelamatkan KPK
berarti menyelamatkan Indonesia dari perampok uang
negara.
227
KPK dan Korupsi Kekuasaan
228
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Realita
Gencar KPK mengusut kasus-kasus korupsi di tanah
air. Berbanding lurus dengan upaya-upaya pelemahannya.
Penulis mencatat setahun perjalanan KPK jilid III, berbagai
macam cobaan menerpah bertubi-tubi. Pertama, wacana
merevisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Poin penting
dalam upaya pelemahan lewat jalur revisi dengan
mengamputasi kewenangan KPK. Atas dalih KPK telah
gagal melakukan pemberantasan korupsi, sehingga lewat
revisi KPK diharapkan lebih fokus ke fungsi pencegahan
(preventif) saja.
Kedua, tuduhan sejumlah penyidik KPK yang
menegaskan Abraham Samad sangat arogan. Terlihat pada
saat penetapan status tersangka Agelina Sondakh (kasus
wisma atlet) dan Miranda S. Goeltom dalam kasus suap
cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia. Ketiga, menyandera anggaran gedung KPK.
Tindakan ini sudah lama berlangsung. Nanti setelah
adanya desakan dari seluruh elemen masyarakat berupa
gerakan saweran gedung KPK, baru akhirnya DPR
menghilangkan tanda bintang yang tersemat.
Keempat, insiden 5 Oktober. Bertepatan dengan
pemeriksaan Irjen Djoko Susilo, tiba-tiba sejumlah
anggota Polri akan menangkap penyidik Novel Baswedan.
Bukan itu saja disinyalir Gedung KPK malam itu juga akan
disabotase. Rentetan kejadian ini bermula dari tindakan
penggeledahan KPK di gedung Korlantas Polri. Kelima,
penarikan sejumlah penyidik Polri di KPK berujung
kepada darurat penyidik lembaga superbody.
229
KPK dan Korupsi Kekuasaan
230
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Ke depan
Pencapaian pimpinan KPK jilid III dalam setahun ini
patut kita apresiasi. KPK ke depan diharapkan dapat lebih
baik lagi dalam melakukan pemberantasan korupsi.
Tentunya untuk sampai ke tujuan tersebut, lembaga anti
rasuah haruslah memiliki langkah-langkah prioritas.
Pertama, menjadikan kasus-kasus korupsi besar
(megakorupsi) sebagai skala prioritas penindakan. Kasus
korupsi sedang/kecil diserahkan ke penegak hukum lain
(supervisi). Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
penunpukan kasus-kasus korupsi di KPK.
Kedua, perekrutan penyidik independen. Perekrutan
ini sangat penting dilakukan karena kondisi darurat
penyidik KPK berimplikasi terhadap kecepatan kinerja
pengungkapan kasus korupsi. Makin hari jumlah penyidik
KPK dari unsur kepolisian semakin berkurang (52 orang).
Sehingga adanya penyidik independen/PPNS ke depan
KPK lebih fokus ke penindakan, bukan lagi disibukkan
persoalan penarikan penyidik ke istansi asalnya.
231
KPK dan Korupsi Kekuasaan
232
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Bergerak Bersama
Seiring perjalan kepanitian, satu persatu bantuan
masyarakat berdatangan. Entah dapat informasi dari
mana, mereka mengambil peran masing-masing guna
mengsukseskan acara ini. Ada yang tanggung air gelas,
nasi bungkus, menyumbangkan spanduk-baliho. Lukisan
pesan-pesan anti korupsi juga terpampang indah hasil
coretan seniman-seniman muda rumah kasumba. Pengisi
acara pun demikian, baik Robi Navicula dan Simponi
menyodorkan diri mengambil baik dalam kampanye anti
korupsi ini.
Soliditas tergambarkan demi kesuksesan acara.
Sukarelawan berdatangan bauh- membauh. Semangat
233
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Sarat Makna
Kondisi keberpihakan penguasa dan dampak laku
korupsi tergambar jelas dalam bait-bait puisi Abraham
Samad. korupsi menjadi sebab aktivis bergerak,
rapatkan barisan, ketika lembaran batu beradu dengan
peluru, gas air mata mengalirkan air mata, tetapi apa yang
kini terjadi? Marilah kita bangkit untuk memerdekakan
rakyat yang tertindas! .
Penggalan bait puisi di atas tentu sangat sarat
makna. Pertama, beliau menarik kita untuk merenungi
perjuangan para aktivis reformasi. Bagaimana mereka
berjuang tanpa pamrih. Tak takut meski harus
diberondong peluru. Mereka ada yang mati demi sebuah
perjuangan untuk rakyat. Coba kita bandingkan dengan
kondisi aktivis pasca reformasi. Banyak yang berselingkuh
dengan penguasa. Mengatasnamakan kepentingan rakyat,
ironisnya mendukung perampok uang rakyat.
234
KPK dan Korupsi Kekuasaan
235
KPK dan Korupsi Kekuasaan
236
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Sarat Makna
Bila kita seorang penikmat film, maka perbuatan
Wiwin Suwandi sama dengan pemeran utama V for
Vendetta yang diperankan Hugo Weaving. Sosok
bertopeng senyum dengan tri sula ditangangnya,
merusak dan membom_bardir gedung pemerintah simbol
tirani. Perbuatan tersebut sudah pasti melanggar hukum,
tetapi V menginspirasi masyarakat untuk melawan
ketidak_adilan rezim pemerintahan otoriter di Inggris.
Konteks perbuatan Wiwin Suwandi memang tidak
seekstrim pemeran film V for Vendetta. Bukan pula
menghancurkan gedung-gedung pemerintah. Untuk V
versi Indonesia hanya fokus terhadap upaya mendorong
pemberantasan korupsi di tanah air. Perbuatan V
Indonesia ini dilakukan dengan cara melakukan scan
untuk mengkopi dokumen sprindik Anas Urbaningrum.
Kemudian memotret dokumen sprindik dengan
menggunakan HP Balckberry dan dikirimkan hasilnya
kepada Tri Suharman sebelum menyerahkan print hasil
scanning kedua kepada dua orang wartawan bernama Tri
Suharman dan Rudy Poycarpus di Gedung Setiabudi One
Jakarta.
Pembocoran draf sprindik Anas Urbaningrum
sebenarnya sarat makna dan pesan moril. Pertama,
pimpinan KPK harus kembali menyamakan persepsi
bahwa korupsi yang tergolong extra_ordinary crime wajib
diberantas dengan tindakan extra_ordinary pula. Kedua,
237
KPK dan Korupsi Kekuasaan
238
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Melindungi WS
Atas perilaku Wiwin Suwandi yang membocorkan
draf sprindik Anas Urbaningrum, tentu saja harus dijatuhi
sanksi. Meskipun perbuatan tersebut didasari atas rasa
kebencian maha besar terhadap koruptor. Terlepas dari
niat baik tersebut, bagi penulis tiada dasar pembenar dari
perbuatan tersebut. Apalagi sebagai seorang pegawai KPK,
terikat kode etik pegawai KPK.
Akan tetapi, dalam kontes penjatuhan sanksi
sebagaimana rekomendasi majelis komite etik KPK agar
dijatuhkan sanksi pemecatan sangatlah berlebihan.
Pertama, draf sprindik yang bocor tidak tergolong rahasia
negara. Hal tersebut karena yang tergolong rahasia negara
adalah informasi, benda, dan/atau aktivitas yang secara
resmi ditetapkan dan perlu dirahasiakan untuk mendapat
perlindungan melalui mekanisme kerahasiaan, yang
apabila diketahui pihak yang tidak berhak dapat
membahayakan kedaulatan, keutuhan, keselamatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi penyelenggara
negara, sumber daya nasional, dan/atau ketertiban umum
(vide: Pasal 1 ayat 1 RUU tentang Rahasia Negara).
Kedua, meski draf sprindik Anas Urbaningrum bocor
ke publik. Peristiwa itu tidak mengakibatkan Anas
Urbaningrum melarikan diri atau menghilangkan barang
bukti. Ketiga, justru karena bocornya draf sprindik
akhirnya mantan Ketua Umum Demokrat ini ditetapkan
segera menjadi tersangka dan menaikkan status
pemeriksaan ke tingkat penyidikan. Wajar saja khusus
untuk menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka
239
KPK dan Korupsi Kekuasaan
240
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Regenerasi Koruptor
Perilaku penggarong uang negara sekarang makin
menggila. Korupsi telah bersemayam baik di lembaga
legislatif, yudikatif maupun eksekutif. Mulai dari korupsi
241
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Memutus Korupsi
Oleh sebab itu, Indonesia masih terbilang negara
terkorup di dunia. Terlihat dari tahun 2014, Indonesia
masih berada pada urutan ke 107 sedikit membaik
dibanding tahun 2013 diposisi 114 dari 177 negara dalam
peringkat Corruption Perception Index (CPI). Padahal dari
segi regulasi, pemerintah Indonesia telah meletakkan
landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi
tindak pidana korupsi. Berbagai kebijakan tertuang dalam
peraturan perundang-undangan.
Diantaranya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Penyelengara Negara yang Bersih dan Bebas KKN,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Serta Undang-Undang Nomor 46 Tahun
2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Untuk
mendukung langkah pemberantasan korupsi di era
242
KPK dan Korupsi Kekuasaan
243
KPK dan Korupsi Kekuasaan
244
KPK dan Korupsi Kekuasaan
245
KPK dan Korupsi Kekuasaan
246
KPK dan Korupsi Kekuasaan
247
KPK dan Korupsi Kekuasaan
248
KPK dan Korupsi Kekuasaan
BAGIAN 1
MEMUTUS KORUPSI LEWAT PEMILU
249
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Terpidana Korupsi
Gelombang semangat pemberantasan korupsi yang
semakin hidup di tengah-tengah masyarakat. Serta
dijadikannya isu korupsi sebagai indikator penilaian
paling penting terhadap partai politik. Ternyata tidak
membuat sejumlah pengurus partai kapok untuk
memasukkan kader partai terlilit kasus korupsi di DCS.
Berdasarkan catatan Penulis ada tiga kategori kader
partai dalam pusaran korupsi masuk Daftar Caleg
Sementara. Pertama, terpidana kasus korupsi. Kategori ini
terlihat dalam DCS Kota Cirebon. Ketua Dewan Pimpinan
Cabang PDI Perjuangan Kota Cirebon mencantumkan
nama Citoni dan Agung Tjipto. Citoni masuk dalam daerah
pemilihan II kecamatan Kesambi dan Pekalipan,
sedangkan Agung Tjipto di daerah pemilihan I kecamatan
Harjamukti. Mereka merupakan terpidana kasus korupsi
dana APBD Kota Cirebon tahun 2009 dengan nilai total Rp
4, 9 miliar dan ditingkat banding divonis 4,5 tahun
penjara.
Selain kader PDI Perjuangan, masih ada DCS
terpidana korupsi dari Partai Bulan Bintang (PBB). Tak
tanggung-tanggung terpidana Susno Duadji langsung
menembak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) daerah
pemilihan Jawa Barat I. Padahal Susno Duadji telah divonis
bersalah dengan pidana 3 tahun 6 bulan penjara dalam
kasus korupsi dana pengamanan pilkada Jawa Barat dan
menerima suap terkait penanganan kasus PT Salmah
Arowana. Terpidana korupsi yang membuat hebo
penegakan hukum di tanah air karena tidak mau
dieksekusi oleh pihak kejaksaan.
250
KPK dan Korupsi Kekuasaan
251
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Ganti DCS
Tentu bila partai politik menginginkan terwujudnya
parlemen bersih. Maka partai politik harus berani
mengganti nama-nama Daftar Caleg Sementara yang
terindikasi praktik menggarong uang negara. Hal ini
sangat bisa dilakukan dengan adanya batas waktu yang
diberikan oleh penyelenggara pemilu (KPU) sebelum
Daftar Caleg Sementara ditetapkan menjadi Daftar Caleg
Tetap (DCT).
Perubahan DCS dapat dilakukan atas masukan dan
tanggapan dari masyarakat kepada KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/ Kota paling lama 10 (sepuluh) hari
sejak daftar calon sementara diumumkan (vide: Pasal 62
ayat 5 UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD).
Hanya saja dalam penjelasan Pasal 62 ayat 5
menegaskan masukan dan tanggapan dari masyarakat
adalah yang berkaitan dengan persyaratan administrasi
calon dalam daftar calon sementara anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Sehingga untuk
menggagalkan DCS yang terbelit kasus korupsi hanya
untuk DCS kategori terpidana korupsi yang putusannya
sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht) dan khusus
252
KPK dan Korupsi Kekuasaan
253
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Menjaga Marwah
Oleh karena itu, sudah menjadi tanggungjawab
bersama anggota parlemen baru membentengi diri dan
memperbaiki sistem dalam lembaga tinggi dewan
perwakilan. Apa yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum
dan KPK yang meminta penundaan pelantikan anggota
DPR bermasalah kasus korupsi sudah tepat.
Rasionalisasinya agar tercipta parlemen bersih guna
menjaga marwah parlemen. Disaat yang sama agar uang
rakyat untuk menggaji mereka tidak terbuang sia-sia.
Kecolongan menggaji tersangka korupsi pada
periode sebelumnya tidak boleh terulang kembali.
Peraturan dalam UU Nomor 12 Tahun 1980 terkait
pemberian dana pensiun bagi mantan anggota DPR
254
KPK dan Korupsi Kekuasaan
255
KPK dan Korupsi Kekuasaan
256
KPK dan Korupsi Kekuasaan
257
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Sudah Tepat
Dalam diskusi harian yang diselenggarakan forum
diskusi mahasiswa pascasarjana Unhas di gazebo fakultas
hukum bertemakan Regenerasi Kepemimpinan Nasional ,
salah seorang narasumber menyatakan bahwa Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 masih dominasi
tokoh-tokoh tua, kepemimpinan daur ulang meminjam
istilah Marwan Mas. Seyogianya Abraham Samad mewakili
tokoh muda guna regenerasi kepemimpinan nasional.
Di saat yang sama Penulis justru melihat terpilihnya
Jusuf Kalla bukan Abraham Samad mendampingi Jokowi
sudah tepat. Pertama, dari sisi politik paket
Capres_Cawapres mewakili jawa dan luar jawa. Meski
sosok JK terterima dengan baik oleh seluruh rakyat
Indonesia. Tetapi, hitung-hitungan politik tetap
terarahkan ke sana. Kedua, negarawan sejati, tokoh lintas
generasi. Beliau sudah membuktikan diri mampu berbuat
untuk bangsa. Tercatat sejarah sebagai juru damai,
menginisiasi perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia.
Mendamaikan konflik Poso lewat Perjanjian Malino dan
turun langsung mengupayakan perlindungan terhadap
etnis Rohingya. Etnis muslim korban tirani Pemerintahan
Myanmar.
Ketiga, Komisi Pemberantasan Korupsi masih
membutuhkan Abraham Samad. Silih berganti nahkoda
lembaga antirasuah sejak terbentuk 2004 sampai
sekarang, masyarakat menilai kepimpinan KPK jilid III
mampu melakukan terobosan luarbiasa dalam
mengungkap kejahatan terorganisir, berani menindak
258
KPK dan Korupsi Kekuasaan
259
KPK dan Korupsi Kekuasaan
260
KPK dan Korupsi Kekuasaan
261
KPK dan Korupsi Kekuasaan
262
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Gagasan KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga
negara yang lahir di rahim reformasi. Institusi penegak
hukum yang khusus dibentuk sebagai trigger mecanism
bagi lembaga penegak hukum konvensional (Kepolisian
dan Kejaksaan). Dua lembaga yang dianggap belumlah
optimal dalam rangka melakukan langkah-langkah
pemberantasan korupsi.
Setelah terbentuk tahun 2004 ditandai dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Semakin
hari kinerja lembaga antirasuah memperlihatkan tren
positif. Sejumlah kasus megakorupsi satu persatu
memperlihat titik terang. Kasus yang pelakunya
melibatkan orang-orang memiliki relasi kuasa besar.
Contohnya kasus century yang disinyalir melibatkan
Wakil Presiden Boediono kala menjabat Gubernur Bank
Indonesia, kasus korupsi pembangunan wisma atlet, kasus
simulator SIM ditubuh instansi kepolisian, kasus suap
mantan ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dan
yang terbaru penetapan mantan Menteri Agama
Suryadharma Ali sebagai tersangka korupsi pengelolaan
dana haji.
Prestasi-prestasi yang ditorehkan KPK patutlah kita
apresiasi. Meski masih banyak juga kalangan yang
melihatnya sebagai musuh . Kpiawaan dalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan juga haruslah diimbangi dengan langkah-
langkah pencegahan sebagaimana termaktub dalam Pasal
6 huruf d UU Nomor 30 Tahun 2002.
263
KPK dan Korupsi Kekuasaan
264
KPK dan Korupsi Kekuasaan
265
KPK dan Korupsi Kekuasaan
266
KPK dan Korupsi Kekuasaan
267
KPK dan Korupsi Kekuasaan
268
KPK dan Korupsi Kekuasaan
269
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Solusi Capres
Pasal-pasal kejahatan dalam jabatan masih sangat
relevan dengan kondisi bangsa kekinian. Perilaku koruptif
para pejabat negara makin terang menggorogoti pundi-
pundi kekayaan negara. Massif terjadi di seluruh lingkaran
kekuasaan baik itu eksekutif, legislatif maupun lembaga-
lembaga yang harusnya menegakkan hukum, malah ikut
terjerumus dalam kubangan laku korupsi.
Kondisi memprihatikan akibat laku korupsi
terjermin dalam peringkat Corruption Perception Index
yang dikeluarkan lembaga International Transparency.
Indonesia berada dalam pada urutan ke 144 dari 177
negara sejajar dengan Mesir. Di mana skor tidak beranjak
dari skor tahun 2012 yaitu 32. Padahal periode tahun
2003 hingga 2011, Indonesia merupakan salah satu
270
KPK dan Korupsi Kekuasaan
271
KPK dan Korupsi Kekuasaan
272
KPK dan Korupsi Kekuasaan
273
KPK dan Korupsi Kekuasaan
274
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Langkah ke depan
Agar ke depan berbagai persoalan-persoalan
pemerintahan tidak terjadi lagi. Pemerintah harus kembali
ketujuan awal bernegara yang pada prinsipnya
menghendaki terciptanya kemakmuran bagi seluruh
rakyat. Sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Mewujudkan cita pemerintahan bersih selaras
dengan visi-misi Jokowi-JK dengan dua kunci utama tak
terpisahkan. Pertama, perbaikan sistem. Konkretnya
dengan menyusun kabinet baru yang diisi
politisi_profesional berkarakter antikorupsi tanpa melihat
apakah mereka pendukung atau tidak, melainkan semata-
mata karena mereka berkompeten dibidang tersebut.
Sosoknya menjadikan jabatan sebagai amanah yang bukan
hanya dipertanggungjawab di dunia tetapi juga di akhirat.
275
KPK dan Korupsi Kekuasaan
276
KPK dan Korupsi Kekuasaan
277
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Janji Jokowi-JK
Hanya saja persoalan bangsa bukan hanya dari segi
mencerdaskan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu
persoalan krusial nan berimplikasi makin jauhnya
kesejahteraan seluruh rakyat belum mendapatkan
perhatian serius. Pemangku kebijakan masih belum
nampak memerangi laku korupsi. Perilaku serakah
merusak mental dan membocorkan anggaran peruntukan
kemaslahatan bersama.
Penulis dalam tulisan ini, untuk kesekian kali
menagih janji Jokowi-Jusuf Kalla. Visi-Misi pemberantasan
korupsi kala Pilpres harus diingatkan. janji akan
menguatkan KPK dengan cara menambah personil KPK,
meningkatkan anggaran lembaga demi kelancaran kinerja
lembaga anti rasuah serta akan selalu pro terhadap
pemberantasan korupsi.
Visi-Misi antikorupsi kemudian dikristalkan dalam 9
(sembilan) agenda prioritas lazim disebut Nawa Cita
Pemerintah Jokowi-JK. Poin 4 Kami akan menolak negara
lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan
konsisten dan terpercaya, pemberantasan mafia peradilan
278
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Realitas Kekinian
Sungguh ironis janji ya tinggal janji. Penguatan
Komisi Pemberantasan Korupsi yang tertuang dalam
Nawacita ibarat api jauh dari panggang. Pemerintah
bersama parlemen lebih getol menyuarakan revisi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Langkah nyata
terlihat dengan masuknya UU KPK sebagai prioritas
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2015.
Mereka berdalih revisi UU KPK harga mati demi
penguatan lembaga antirasuah. Wakil Ketua Komisi III
DPR Benny K Harman menegaskan ada empat poin yang
akan dipertegas dalam revisi terbatas UU KPK. Pertama,
mengenai penegasan posisi UU KPK sebagai lex specialis
(hukum yang bersifat khusus). Kedua, untuk tegaskan
kewenangan KPK dalam rangka mengangkat dan
mendidik para penyidik. Ketiga, menegaskan keberadaan
dan kewenangan komite Pengawas. Keempat, mengenai
penataan kembali organisasi kelembagaan KPK.
Faktanya draf UU KPK berkata lain. Penelusuran
yang dilakukan teman-teman penggiat antikorupsi justru
melemahkan kinerja pemberantasan korupsi oleh KPK ke
depan. Antara lain dari segi kewenangan yang diatur UU
Nomor 30 Tahun 2002. Pertama, Kewenangan
penyadapan yang dilakukan KPK mulai dari tahap
penyelidikan dan tanpa seizin ketua Pengadilan diubah.
Menjadi penyadapan hanya bisa dilakukan ditahap
279
KPK dan Korupsi Kekuasaan
280
KPK dan Korupsi Kekuasaan
281
KPK dan Korupsi Kekuasaan
PENUTUP
282
KPK dan Korupsi Kekuasaan
283
KPK dan Korupsi Kekuasaan
284
KPK dan Korupsi Kekuasaan
285
KPK dan Korupsi Kekuasaan
286
KPK dan Korupsi Kekuasaan
78www.ti.or.id.com
287
KPK dan Korupsi Kekuasaan
288
KPK dan Korupsi Kekuasaan
289
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Agenda Ke Depan
Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla memiliki visi-
misi antikorupsi yang kemudian dikristalkan dalam 9
(sembilan) agenda prioritas Nawa Cita Pemerintah
Jokowi-JK. Poin (4)menegaskan Kami akan menolak
negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat
dan terpercaya. Memprioritaskan pemberantasan
korupsi dengan konsisten dan terpercaya,
pemberantasan mafia peradilan dan penindakan tegas
terhadap korupsi di lingkungan peradilan . Agar hal
ini segera terwujud, perlu dirumsukan agenda ke
depan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi. Pertama, memutus rantai korupsi
290
KPK dan Korupsi Kekuasaan
291
KPK dan Korupsi Kekuasaan
292
KPK dan Korupsi Kekuasaan
293
KPK dan Korupsi Kekuasaan
Tentang Penulis
294
KPK dan Korupsi Kekuasaan
295
KPK dan Korupsi Kekuasaan
296