Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa rumah sakit itu di perlukan oleh banyak
orang setiap hari nya karena rumah sakit adalah tempat untuk ber obat, dan hanya
satu satu nya tempat paling legal atau satu satu nya tempat yg paling banyak di
kunjungi oleh orang yang kurang sehat, hampir tiap hari orang bisa jatuh sakit
dan mereka akan langsung pergi mencari rumah sakit oleh karena itu pada
sebuah rumah sakt di butuhkan suatu organisasi agar semua berjalan dengan
lancar, cepat dan juga efisien. Karena pada tiap harinya rumah sakit itu pasti di
kunjungi oleh banyak pasien jd di butuhkan suatu organisasi agar para pasien
dapat dilayani degan cepat. Dan juga suatu organisasi di rumah sakit berfungsi
agar setiap intasi di dalemnya tau tujuan mereka untuk apa disana.jadi secara
garis besar organisasi di rumah sakit itu sangat dibutuh kan demi kelancaran
rumah sakit tersebut krn jika kita liat dr banyak nya pengunjung tiap harinya,
suatu organisasi sangat lah di butuh kan demi kelancaran-kelancaran tersebut.
Bisa kita bayangkan jika di sebuah rumah sakit tidak mempunya organisasi, pasti
akan terjadi sebuah chaos atau bisa di sebut sebuah kekacauan di dalem rumah
sakit tersebut krn tidak adanya suatu organisasi .karena pasti jika tidak ada
organisasi, semua akan terasa repot dan tidak ada nya suatu aturan-aturan yang
mengatur para pasien ataupun instasi yang ada di dalem lingkungan kerja rumah
saki tersebut.
Masing-masing memiliki tugas atau kewenangan tersendiri untuk
membangun sebuah manajemen yang tepat untuk rumah sakit. Tidak ada
perbedaan namun harus sama-saama saling melengkapi antara manajer dan
teknisi untuk membangun sebuah pelayanan yang ujung-ujungnya akan membuat
pelayanan prima sehingga rumah sakit baik tipe A, B, C , D dan puskesmas bisa
berjalan dengan baik. Sebaliknya jika tidak ada kerjasama yang baik dalam
sebuah struktur organisasi maka akan membuat kualitas pelayanan rumah sakit
pun menurun.
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan Mahasiswa/pembaca
mengenai sistem Pelayanan Kesehatan dan Struktur Organisasi Rumah Sakit
Tipe A, B, C, D dan Puskesmas.
1.4 Manfaat
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, Mahasiswa/pembaca dapat lebih
mudah memahami sistem Pelayanan Kesehatan dan Struktur Organisasi Rumah
Sakit Tipe A, B, C, D dan Puskesmas.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang di selenggarakan di Rumah Sakit
Umum tipe A harus meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Tenaga medis yang ada di Rumah Sakit Umum tipe Apaling sedikit
terdiri atas:
a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang;
e. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
lain;
f. 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
B. Tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian sebagaimana yang harus ada, paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit;
g. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
C. Tenaga keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang ada harus sama
dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap. Selain itu
kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan yang ada disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
D. Tenaga nonkesehatan
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit.
A. Pelayanan medik
Pelayanan medik yang akan diselenggarakan di Rumah sakit tipe ini,
paling sedikit terdiri dari:
a. Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat yang ada di Rumah Sakit tipe B
harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus
menerus.
B. Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian harus meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.
Selain itu, sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri
atas:
A. Tenaga medis
Tenaga medis yang tersedia di Rumah Sakit Umum tipe B paling sedikit
terdiri atas:
a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar
b 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
c 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
lain
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
B. Tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian yang tersedia paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah
Sakit;
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan
distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
C. Tenaga keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang tersedia harus sama
dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap. Selain itu,
kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan yang ada disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Peralatan yang tersedia paling sedikit
terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan
darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
B. Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang di sediakan di Rumah Sakit Umum
tipe C harus meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Selain itu, sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C harus
memenuhi standar sesuai peraturan, yang mana terdiri atas:
A. Tenaga medis
Tenaga medis sebagaimana dimaksud, paling sedikit terdiri atas:
a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar;
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
B. Tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian yang di sediakan di Rumah Sakit Umum tipe C
paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
C. Tenaga keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang ada, dihitung
dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
Sementara itu kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
E. Tenaga nonkesehatan
Untuk jumlah dan kualifikasi tenaga nokesehatan yang
sebagaimana dimaksuddisesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit.
Peralatan Rumah Sakit Umum kelas C harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Peralatan yang ada di
Rumah Sakit Umum tipe C paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk
instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi,
persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
A. Pelayanan medik
Pelayanan Medik yang di berikan oleh Rumah Sakit Umum tipe
D paling sedikit harus menyediakan beberapa pelayanan yaitu
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik umum, pelayanan medik
spesialis dasar, danpelayanan medik spesialis penunjang.
Yang mana pelayanan gawat darurat yang disediakan di Rumah
Sakittipe D harus 24 jam dalam sehari secara terus menerus. Pada
pelayanan medik umum di rumah sakit umum tipe D paling sedikit
harus meliputi meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut,
kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana. Untuk pelayanan
medik spesialis dasar, paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan
medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi. Dan pada
pelayanan medik spesialis penunjang di Rumah Sakit Uum tipe D
harus meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.
B. Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang ada di Rumah Sakit Umum tipe D
sebagaimanayang dimaksudharus meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.
Sementara itu selain fasilitas yang harus ada di Rumah Sakit Umum Tipe
D, juga sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D harus memadai. Yang
mana Sumber daya manusia yang ada terdiri atas:
A. Tenaga medis
Tenaga medis yang ada di Ruamah Sakit Umum tipe Dpaling sedikit terdiri
atas:
a. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar.
B. Tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
b. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang
dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian
c. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
C. Tenaga keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan Di Rumah Sakit Umum Tipe D
dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
Selain itu kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
E. Tenaga nonkesehatan
Untuk jumlah dan kualifikasi tenaga nonkesehatanyang sebagaimana
dimaksuddisesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Selain itu, peralatan Rumah Sakit Umum kelas D harus memenuhi standar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Peralatan sebagaimana
dimaksudpaling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi,
dan kamar jenazah.
2.8 Puskesmas
2.8.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI:2006).
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan.Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau
Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota.Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata
30.000 penduduk setiap Puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
yanng disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Khusus untuk
kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “ Puskesmas
Pembina “ yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan
dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
Dalam perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring
dengandiberlakukannya UU Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan
desentralisasi. Dengan Otonomi, setiap daerah tingkat II punya
kesempatan mengembangkan Puskesmas sesuai Rencana Strategis
( renstra ) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah ( RPJMD ) Bidang Kesehatan sesuai situasi dan kondisi
daerah Tingkat II. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi
kesehatan serta tugas pokok dan fungsi yang menggambarkan lebih
dominannya aroma kepentingan daerah tingakt II, yang memungkinkan
terjadinya perbedaan penentuan skala prioritas upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di tiap daerah tingkat II, dengan catatan setiap
kebijakan tetap mengacu kepada Renstra Kesehatan Nasional. Di sisi lain
daerah tingkat II dituntut melakukan akselerasi di semua sektor penunjang
upaya pelayanan kesehatan.
2.8.2Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi:
a. Fungsi Pokok
1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat
pemberdayaan
2) Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah
terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif
masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri.
e. Satuan Penunjang
1) Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan
yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam
rung lingkup wilayah yang lebih kecil.
2) Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan
keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal
dari puskesmasdengan fungsi dan tugas yaitu memberi pelayanan
kesehatan daerah terpencil, melakukan penyelidikan KLB, transport
rujukan pasien, penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
3) Bidan Desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan
ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan
bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan
jumlah penduduk 3.000 orang. Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat
3.
a. Tugas:
Kepala Puskesmas :
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: memimpin, mengawasi dan
mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan
struktural dan jabatan fungsional.
BAB III
s
k
n
a
h
K
p
le
P
b
m
u
T
t
U
r
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kepada para pembaca
khususnya Dosen dan Mahasiswa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Makalah yang berjudul Sistem Pelayanan dan Struktur Organisasi
Rumah Sakit ini dapat dengan mudah difahami dengan cara membaca secara
seksama dan teliti sehingga materi dapat bermanfaat dan difahami secara mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Dirjen Yanmed Depkes RI,
Standar Pelayanan Rumah Sakit cetakan ketiga, Jakarta 1994.
Dirjen Yanmed, Pembentukan dan Tata Kerja Komite Medik Rumah Sakit,
Jakarta Juli 1995.
Djuhaeni. H, Manajemen Pelayanan Medik dan Keperawatan, Hospital
Management Training PERSI 1993.
MC Gibony, Principles of Hospital Administration Pittsburgh, 1969.
Taurany M.H., Pendekatan Sistem dalam Manajemen Rumah Sakit. Dalam :
Taurany M.H. kumpulan materi kuliah KMA 600, FKM - UI, Depok 1989.