Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi

luas, dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan

penyelenggaraannya. Pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber

daya manusia yangberkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan

perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara

Indonesia.1 Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Suatu pendidikan akan tercapai apabila adanya kerja sama antara pihak

terkait untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dimana selain keikutsertaan

pemerintah dalam memfasilitasi, peran pendidik juga sangat penting bagi

keberhasilan peserta didik. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran

penting bagi peserta didik dimana pertumbuhan dan perkembangan pesrta

didik memerlukan tuntunan, bimbingan dan dorongan serta pengarahan agar


1
Kertia Nyoman , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X AP1 Pada Pelajaran PPKn, (Jurnal Pedagogi dan
Pembelajaran) Vol 2 No 1, Tahun 2019, .hlm.26
2
Undan-Undang Repubik Indonesia Tahun 2013 No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hlm.3

1
dapat menguasai dan mengamalkan ajaran secara utuh dan benar dalalam

kehidupan sehari-hari.

Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa

untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat

diantara bangsa -bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang

menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif

dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa.3

Pendidikan dan pembelajaran merupakan paket yang tidak

dapat terpisahkan. Pembelajaran sendiri merupakan bagian penting dari proses

pendidikan. Agar memiliki kualitas pendidikan yang baik maka perlu

mengkonsep pembelajaran yang baik. Kegiatan pembelajaran

diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap

serta kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pentingnya

kegiatan pembelajaran menjadi alasan dasar agar peserta didik menguasai

semua potensi yang diharapkan oleh pendidik.4

Proses pembelajaran merupakan suatu proes yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan, interaksi atau

hubungan timbal balik antar guru dan siswa itu merupakan syarat utama

berlangsungnya proses beajar mengajar.5 Fokus dari proses pembelajaran


3
Rijal Firdaos, Orientasi Pedagogik dan Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kemajuan Ilmu
Pendidikan dan Teknologi, (Al-tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam) Vol.6, Mei
2015.hlm.108
4
Moh Khoerul Anwar, “Pembelajaran Mendalam Untuk Membentuk Karakter Siswa Sebagai
Pembelajar”. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol.2 No.2 (September 2017), hlm.98
5
Aminor Rosid Abduah Moh Zaiful Rosid Abduah, Prestasi Belajar ( Malang, Literasi Nusantara,
2019), hlm. 21

2
adalah menjadikan seseorang untuk belajar, berarti di sini ada dua belah pihak

yang terlibat dalam proses tersebut, yaitu pihak yang belajar dan pihak

yang menjadikan proses belajar itu terjadi. Agar pelaksanaan pembelajaran

dapat berjalan dengan baik, diperlukan tenaga pendidik yang profesional.

Tugas pendidik sebagai tenaga profesional adalah untuk melaksanakan sistem

pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap dan kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggunmk jawab.6 Melalui tenaga pendidik yang professional,

diharapkan proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

Proses pembelajaran hendaknya dapat terjadi secara efektif. Untuk

menuju proses pembelajaran yang efektif, maka tugas pokok guru adalah

mempersiapkan rancangan-rancangan pembelajaran yang sistematis dan

berkelanjutan.7

Dalam mengajar membutuhkan seni dan bakat karena mengajar adalah

suatu kegiatan yang kompleks, dimana di dalamnya mengandung banyak

unsur - unsur keterkaitan. Mengajar juga harus berlandaskan dengan teori,

yang dikembangkan berlandaskan kondisi serta materi yang akan disampaikan.

Hal ini menuntut keterampilan dasar mengajar seorang guru.8

6
Undan-Undang Repubik Indonesia Tahun 2013 No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
hlm. 5
7
Mujtahid, pengembangan profesi guru, (Malang, UIN Maik Press ,2011), hlm. 6
8
Nurul Hidayah, “Analisis Kesiapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Sebagai Calon Pendidik Profesional”. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Dasar, Vol.5 No.1 (Juni 2018), hlm. 146-147

3
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai MI hingga tingkat

perguruan tinggi adalah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Pembelajaran

SKI saat ini hanya bersandar pada teori semata tanpa di sertai dengan

metode. Saat ini, proses pembelajaran yang dilakukan cenderung pada

pencapaian target materi. sebagian besar siswa terlihat pasif, beberapa siswa

cenderung lebih bersifat acuh atau bermain, berbicara dengan siswa lain

dalam mengikuti mata pelajaran SKI terkesan berisi materi yang cukup

banyak.

Pada pembelajaran SKI di lembaga MI Mambaul ulum sudah lama

belum menerapkan metode pembelajaran ada yang menerapkan tetapi masih

belum pernah menerapkan metode pembelajaran role playing, baru-baru ini

baru diterapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran SKI Kelas

V di MI Mambaul Ulum beliau mengatakan:

Ya, karna dorongan dari kepala sekolah untuk menerapkan metode yang

berbeda, sehingga saya sebagai guru SKI memilih metode role playing untuk

diterapkan dalam pembelajaran ini, kira-kira sudah berjalan sekitar 2-3

semester.9

Dengan meggunakan metode role playing yang telah disesuaikan

dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan, guru dapat memaksimalkan

pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk menegetahui lebih dalam lagi

9
Hasil wawancara dengan Ibu Marwatun Guru Mata Pelajaran Ski kelas V MI Mambaul Ulum
Kramat Sukoharjo Tanggul Kabupaten Jember, 05 Februari 2020.

4
maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING DALAM

MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V DI MI

MAMBAUL ULUM DESA KRAMAT SUKOHARJO KEC. TANGGUL

KAB. JEMBER TAHUN AJARAN 2019/2020”

B. Fokus Penelitian

Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari

jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian di susun secara

singkat, jelas, tegas, spesifik, oprasional yang di tuangkan dalam bentuk

kalimat tanya.10 Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum Desa

Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran 2019/2020?

2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum Desa

Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran 2019/2020?

3. Bagaimana evaluasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum Desa

Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju


10
Solikin Nur, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), hlm. 44

5
dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada

masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.11 Adapun yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Role

Playing dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Role

Playing dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember

3. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran Kooperatif Tipe Role

Playing dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan

setelah selesai melakukan penelitian.12 Kegunaan dapat berupa kegunaan yang

bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi

dan masyarakat secara keseluruhan.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan

praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari

penelitian ini, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diperoleh

secara praktik dari penelitian ini. Penjelasan mengenai manfaat teoritis dan

praktis yaitu sebagai berikut:

11
Solikin Nur, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), hlm. 37
12
Ibid.,hlm. 38

6
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan

mengembangkan pengetahuan mengenai metode pembejaran Role Playing

dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

banyak pihak, yaitu orang tua siswa, guru, pihak sekolah, dan peneliti.

Adapun penjelasan dari manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Bagi guru. Sebagai bahan untuk menambah referensi model

pembelajaran Role Playing yang menyenangkan dan bermakna.

Selain itu dapat menjadi bahan acuan bagi guru dalam menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran serta evaluasi penerapan Role playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa

b. Bagi sekolah. Metode Pembelajaran Role Playing dapat dijadikan

pertimbangan bagi sekolah dalam mengembangkan dan melaksanakan

proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

c. Bagi Siswa. Dengan penerapan Metode Pembelajaran Role Playing

diharapkan pembelajaran menjadi menarik dan mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa dalam pelajaran SKI.

d. Bagi peneliti. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai metode

pembelajaran Role Playing sehingga dapat digunakan sebagai alat

7
mengembangkan diri menjadi guru yang profesional.

e. Bagi Lembaga IAIN Jember

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur atau

referensi dan perbendaharaan perpustakaan IAIN Jember.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada

mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian yang sama pada waktu

setelahnya.

E. Definisi Istilah

Definisi istiah berisi tentan pengertian istiah – istiah penting yang

menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak

terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh

peneliti.13 Adapun istilah yang perlu di tegaskan adalah:

1. Pembelajaran Role Playing

Role Playing adalah salah satu tipe dari model kooperatif learning

dimana dalam penerapannya siswa di buat berkelompok untuk memainkan

peran dari sebuah tokoh yang ada pada materi pembelajaran.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak dari

dalam diri siswa atau dorongan dari luar yang menimbulkan kegiatan belajar

untuk menciptakan perubahan tingkah laku demi tercapainya tujuan

yang ingin dicapai. Motivasi belajar siswa dapat berubah sesuai dengan

kondisi pembelajaran dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya,

maka perlu adanya upaya guru untuk menjaga dan meningkatkan motivasi
13
Solikin Nur, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), hlm. 45

8
belajar siswa.

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

1. Penelitian Terdahulu

9
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang

telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan metode role play

pada beberapa pelajaran yang berbeda-beda. Penelitian tersebut

diantaranyasebagai berikut:

Pertama, penelitian Didik Iryanto dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran PKN untuk

Meningkakan Aktifitas, Prestasi dan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas V di

SDN Karang Besuki 1 Malang”. Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut:

(1). Aktifitas belajar peserta didik selama penerapan metode Role Play

yang berlangsung pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan nilai

rata-rata yaitu pada siklus sebesar 51,25% dan pada siklus II sebesar

80%. (2). Prestasi belajar peserta didik menunjukkan kenaikan nilai yang

cukup signifikan antara pre test adalah 72,37%. Setelah diterapkan metode

Role Play nilai rata-rata post tes peserta didik menjadi meningkat sebesar

88,16%. (3). Motivasi belajar peserta didik menjadi meningkat terhadap

pembelajaran dengan menggunakan metode Role Play peserta didik

memberikan respon yang sangat positif dari hasil pengisian angket yang

telah diberikan.14

Kedua, penelitian Angga Yuanita Ratna sari, dalam skripsinya yang

berjudul “Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman

dan Penerapan Konsep IPS Peserta didik Kelas V SDN Langon 02


14
Didik Iryanto, Penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan untuk meningkatkan aktivitas, prestasi dan motivasi belajar siswa kelas V
di SDN Karangbesuki I Malang dalam http://library.um.ac.id/ptk/index.php?
mod=detail&id=35770 diakses pada tanggal 20 Februari 2020 pukul 21.00 WIB.

10
Blitar”. Dari Didik Iryanto, Penerapan metode Role Playing dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan aktivitas,

prestasi dan motivasi belajar siswa kelas V di SDN Karangbesuki I Malang

dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa terbukti pada siklus I pemahan

konsepIPS yang dilihat dari aspek kognitif mencapai rata-rata 81,83% dan

siklus IImencapai 100% dan aspek psikomotorik pada siklus I mencapai rata-

rata 81%dan siklus II 85%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa penerapan Role Play dapat meningkatkan pemahaman

konsep keanekaragaman suku bangsa peserta didik kelas V di SDN Langon

02, hal ini terbukti bahwa keseharian peserta didik selama di lingkungan

sekolah mendapat kualifikasi B.15

Ketiga, penelitian Nurma Indah Pengestuti, dalam skripsinya yang

berjudul “Penerapan Metode Role Playing pada Pelajaran IPS untuk

Meningkatkan Motifasi, Aktifitas, dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas

IV SDN Kutoanyar I Kecan Kutoanyar Kabupaten Probolonggo”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Play pada

pembelajaran IPS telah berhasil meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil

belajar peserta didik kelas IV SDN Kutoanyar I.16

15
Angga Yuanita Ratna Sari, Penggunaan Role Play untuk Meningkatkan Pemahaman dan
Penerapan Konsep IPS Siswa Kelas V SDN Langon 02 Blitar dalam
http://library.um.ac.id/ptk/index.php/KSDP/article/view/4794 diakses tanggal 21 Februari
2020 pukul 22.00 WIB.
16
Nurma Indah Pengesti, Penerapan Metode Role Playing Pada Mata Pelajaran IPS Untuk
Meningkatkan Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Kotaanyar 1 Kecamatan
Kotaanyar Kabupaten Probolinggo dalam
http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/4449 diakses pada tanggal 21
Februari 2020 pukul 22.00 WIB.

11
Berdasarkan hasil Observasi motivasi peserta didik mengalami

peningkatan pada siklus II begitu juga dengan aktifitas peserta didik

yang paling tampak yaitu sebagian peserta didik sudah berani

bertanya/menjawab serta melaporkan hasil diskusi. Hasil belajar peserta

didik terus meningkat mulai dari rata-rata sebelumnya 63,55%, mengalami

peningkatan pada siklus I dengan rata-rata 74,48% dan meningkat pada

siklus II dengan rata-rata 83,21%.

Dari uraian di atas dapat dikesimpulan bahwa perbedaan antara

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti pada

penelitian ini adalah terletak pada tujuan penelitian, dan pada penerapan

metode role play untuk beberapa pelajaran, tahun penelitian subyek, dan

lokasi penelitian yang berbeda.

12
Tabel 1
Persamaan dan perbedaan penelitian

No Nama Judul Peneitian Persamaan Perbedaan

1. Didik Penerapan Metode Sama – sama Metode

Iryanto Role Playing menggunakan penelitian

(2008) dalam metode Role PTK, tahun

Pembelajaran Playing untuk penelitian,

PKN untuk Meningkatkan lokasi

Meningkakan Motifasi belajar peneitan,

Aktifitas, Prestasi siswa subyek

dan Motivasi informasi,

Belajar Peserta mata

didik Kelas V di pelajaran

SDN Karang

Besuki 1 Malang

2. Angga Penerapan Metode Sama – sama Metode

Yuanit Role Playing menggunakan penelitian

a untuk metode Role PTK, tahun

Ratna Meningkatkan Playing, penelitian,

sari Pemahaman dan Teknik lokasi

(2009) Penerapan pengumpulan peneitan,

Konsep IPS data subyek

Peserta didik informasi,

13
Kelas V SDN mata

Langon 02 Blitar pelajaran

3. Nurma Penerapan Metode menggunakan PTK, tahun

Indah Role Playing metode Role penelitian,

Pengest pada Pelajaran Playing untuk lokasi

uti IPS untuk Meningkatkan peneitan,

(2009) Meningkatkan Motifasi belajar subyek

Motifasi, Aktifitas, siswa, Teknik informasi,

dan Hasil pengumpulan mata

Belajar Peserta data pelajaran

didik Kelas IV

SDN Kutoanyar I

Kecan Kutoanyar

Kabupaten

Probolonggo

2. Kajian Teori

a. Pembelajaran Model Role Playing (Bermain Peran)

1) Pengertian Pembelajaran

Belajar dapat di defimisikan sebagai suatu proses di mana suatu

organisasi berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.17

Belajar mengajar adalah semua upaya kegiatan atau cara yang

dilakukan oleh seorang pendidik dalam menciptakan suatu lingkup


17
Dahar Ratna, Teori-Teori Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 2

14
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran agar apa yang

telah dirancang tercapai dan berhasil.18

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mencapai tujuan dari pendidikan. Moedjiono menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan

mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek aspek dari

komponen untuk sistem pembelajaran, untuk itu guru menggunakan

siasat tertentu.19

Belajar adalah suatu aktivtas atau suatu proses untuk memperoleh

penetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian.20

Dari uraian tersebut, penulis menyimpulkan strategi

pembelajaran adalah upaya perencanaan yang dilakukan oleh seorang

pendidik untuk menyampaikan materi yang akan diberikan kepada

peserta didik untuk mencapai tujuan dari pendidikan. seperti

dicontohkan siswa dapat belajar di laboratorium dan diluar ruangan

yang biasa kita sebut dengan alam, tergantung pada kebutuhan atau

materi pembelajaran yang dapat disesuaikan namun kelas tetaplah

menjadi tempat belajar yang diutamakan.

2) Pengertian Role Playing (Bermain Peran)

18
Asis Saefuddin & Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),hlm.
40-41
19
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Jakarta:Rajagrafindo Persada, 2015), h.185-186.
20
Suyono & Haryanto, Belajar dan pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 9

15
Bermain peran (role playing) adalah cara menyajikan suatu bahan

pelajaran atau materi pelajaran dengan mempertunjukkan,

mempertontonkan, atau memperlihatkan suatu keadaan atau peristiwa-

peristiwa yang dialami orang, cara atau tingkah laku dalam hubungan

sosial. Jadi dengan kata lain bermain peran (role playing) adalah metode

mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari

guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung

suatu problem atau masalah, agar peserta didik dapat memecahkan suatu

masalah yang muncul dari suatu situasi sosial tersebut (Mansyur,

1996:104).21

Menurut Hamalik arti role secara hafiah peranan, dan play adalah

bermain. Role Playing (bermain peran) merupakan salah satu dari

pembelajar an yang berdasarkan pengalaman. Karena melalui bermain

peran anak mampu mengekspresikan perasaannya, dimana anak

terlibat langsung dalam pembelajaran, dan meluapkan imajinasinya

berdasarkan bahan pelajaran yang sedang dipelajari tanpa adanya

batasan kompetensi namun tidak keluar dari bahan ajar.22

Siswa dimotivasi agar dapat tampil mengekspresikan atau

menggambarkan sesuatu yang dihayati. Siswa diarahkan memperoleh

kesempatan belajar, yaitu: menyatakan perasaan, gagasan, pikiran


21
Ari Yanto, “Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Hasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran IPS ”.Jurnal Cakrawala Pendas, Volume 1, No. 1, Januari (2015).
Hlm. 54
22
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin, “Penerapan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Mahluk Hidup Dengan
Lingkungannya”. Jurnal Pena Ilmiah, Vol.1, No.1, (2016), hlm.613

16
yang disertai gerakan tubuh agar dapat dimengerti dan dipahami

oleh penonton. Tugas seorang guru disini yaitu memotivasi siswa

serta membagi peran masing-masing sesuai karakter dengan naskah

yang bertujuan tercapainya proses pembelajaran.

Penataan ruang belajar strategi role playing ini yaitu dapat

menggunakan gaya kelompok pada kelompok dan gaya

pengelompokan berpencar. dimana penataan kelas dengan formasi

tersebut mempermudah guru untuk melakukan diskusi terbuka atau

bermain drama, dan melakukan pengamatan aktivitas kelompok.23

Penggunaan strategi Role Playing di sekolah menjadikan

peserta didik yang imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri

dalam berfikir, penuh energi, semangat, ingin tahu yang luas dan

percaya diri dalam sosial maupun kerjasama dengan siswa lain tidak

canggung lagi. Selain itu siswa juga dapat berlatih, memahami dan

mengingat bahan materi pelajaran yang disampaikan atau yang

didramakan dengan bahasa dan gaya belajar peserta didik, karena siswa

belajar dari pengalaman langsung khususnya pada materi ‘Peristiwa-

peristiwa masa khulafaurrasyidin’.24

Pembangkitan semangat siswa dapat dimulai dengan sedikit

permainan atau pencotohan kepahlawanan tokoh islam yang

menginspirasi, seperti sikap sosial tokoh, kebaikan budi pekertinya

23
Esti Ismawati & Faraz Umaya, Belajar Bahasa Di Kelas Awal, (Yogyakarta: Ombak,2017), hlm.
167-168.
24
Ismawati Alida dkk, “Penerapan Strategi Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Hubungan Mahluk Hidup dengan Lingkungannya”. Jurnal Pena Ilmiah,
Vol 1, No.1 (2016), hlm. 614.

17
dan sikap perjuangan tokoh dalam menegakkan agama islam,

sehingga siwa tertarik dalam memahami yang akan mempermudah

ketika mereka mendapatkan salah satu peran yang harus peserta

didik kuasai dalam permainan tersebut.25

Berdasarkan uraian tersebut, penulis menyimpulkan strategi Role

Playing adalah strategi pemeranan tokoh dimana siswa juga

diajarkan untuk terbiasa dalam bertingkah laku baik ketika

berhubungan sosial dimasyarakat. Melalui stretegi ini juga siswa

dimotivasi untuk mampu mengemukakan kompetensinya dalam

berekspresi, belajar bersosial dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

3) Perencanaan Strategi Pembelajaran Role Playing

a) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Tahapan ini seorang guru menentukan tujuan apa yang

hendak dicapai melalui strategi bermain peran (role playing),

kemudian melakukan detail apa yang harus dilakukan saat

pembelajaran berlangsung. Beberapa tahapan yang harus

diperhatikan pada strategi role playing yaitu; (1) topik apa yang

ingin guru ajarkan?; (2) berapa alokasi waktu yang disediakan?;

(3) apa harapan guru dari siswa setelah strategi ini dilaksanakan?;

b) Memilih Konteks dan Peran serta Menulis Skenario

Tahapan ini guru memilih konteks dan peran yang akan

dimainkan sekaligus pembuatan skenario, pada tahapan pemilihan

peran sebaiknya guru mendiskusikan dengan wali kelas agar


25
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta:Erlangga,2013), hlm. 124.

18
dapat mengetahui karakter siswa yang dipilih akan disesuaikan

dengan perannya.

c) Latihan Pendahuluan

Pemilihan siswa yang disesuaikan dengan peran tokoh atau

karakter pada skenario, yang kemudian mereka berlatih secara

bertahap didepan kelas dalam pengawasan guru yang dilakukan

beberapa hari sebelum tampil didepan kelas untuk penilaian. Pada

tahapan ini siswa akan lebih memahami materi karena ia akan

melihat/memerankan secara berulang-ulang mengenai tokoh-tokoh

yang mereka lihat melalui peran temannya ataupun penokohan yang

mereka mainkan.

d) Kegiatan Pembelajaran atau Pelaksanaan Peragaan

Penampilan bedasarkan urutan kelompok yang telah

diberikan saat pembagian skenario, pada saat salah satu kelompok

maju untuk menampilkan skenario mereka kelompok yang lain

menyimak dan mendiskusikan yang dipandu oleh LKS yang telah

disiapkan.

e) Mendiskusikan Kesimpulan

Tahapan ini dimana setiap kelompok maju untuk memberikan

kesimpulan pada peran kelompok lain yang telah tampil

bedasarkan LKS yang difasilitasi guru, yang kemudian

menyimpulkan umpan balik secara umum.

 Penilaian individu dapat dilakukan berdasarkan bagaimana

19
siswa menjiwai karakter tokoh yang ia mainkan, sedangkan

penilaian kelompok terbagi menjadi dua; pertama,berdasarkan

kemaksimalan atau suksesnya keseluruhan skenario yang mereka

perankan dan yang kedua, kekompakan mereka menyimak,

penilaian ini dapat dilihat selain dari pengamatan guru juga bisa

melalui bagimana mereka menyimpulkan penampilan kempok

lain.26

4) Langkah-langkah Strategi Role Playing dalam pembelajaran SKI

a) Siapkan beberapa skenario beserta kopiannya bedasarkan anggota

kelompok yang telah disesuaikan dengan materi yang sedang dibahas;

b) Guru membagi kelompok yang beranggotakan 3-4 peserta;

c) Guru membagikan skenario yang telah dipersiapkan beberapa hari

sebelum materi pembelajaran bedasarkan kelompok untuk dipelajari;

d) Guru menjelaskan mengenai kopetensi yang akan dicapai ;

e) Guru mengajarkan kepada setiap kelompok bagaimana

mengahayati pewatakan tokoh yang akan mereka perankan;

f) Setiap kelompok mengulangi mengenai penghayatan yang

dicontohkan;

g) Setelah penampilan selesai, setiap siswa diberikan lembar kerja

untuk membahas mengenai penampilan kelompok masing-masing;

h) Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;

i) Guru merangkum semua simpulan masing-masing kelompok/

26
Syafruddin & Adrianto, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016),
hlm. 297-298.

20
menyimpulkan secara umum;

j) Evaluasi;

k) Penutup.27

5) Evaluasi Bermain Peran

Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun

dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil – hasil yang

dicapai dalam bermain peran. Siswa diperkenankan memberikan

komentar evaluatif tentang bermain peran yang telah dilaksanakan,

misalnya tentang makna bermain peran bagi meraka, cara – cara yang

telah dilakukan selama bermain peran, dan cara-cara meningkatkan

efektivitas bermain peran selanjutnya.

Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermian peran yang

dilakukan siswa. Dalam melakukan evaluasi ini, guru dapat

menggunakan komentar evaluasi dari siswa, catatan-catatan yang

dibuat oleh guru selama berlangsungnya bermain peran. Berdasarkan

evaluasi tersebut, selanjutnya guru dapat menentukan tingkat

perkembangan pribadi, sosial, dan akademik para siswanya.28

6) Kelebihan dan Kekurangan Strategi Role Plaiying

Strategi belajar mengajar yaitu upaya yang dilakukan oleh

seorang guru agar dapat menciptakan pembelajaran yang bervariasi

berdasarkan materi ajar, dimana setiap strategi pembelajara memiliki

27
Syafruddin & Adrianto, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016),
hlm. 296-297
28
Ari Yanto, “Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Hasi Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPS ”.Jurnal Cakrawala Pendas, Volume 1, No. 1, Januari (2015).Hlm. 55-56

21
kelebihan dan kekurangan.

a) Kelebihan Strategi Role Playing

 Penerapan metode role playing dalan pembelajaran, menarik bagi

siswa karena dapat berlatih secara langsung untuk memahami

suatu materi melalui praktik bermain peran, berlatih

memahami karakter tokoh, dan dapat berinteraksi dengan siswa

lain.

 Dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa

tentang materi tertentu.

b) Kekurangan Strategi Role Playing

 Bermain peran memerlukan waktu yang panjang dan untuk

mencapai suatu kemampuan atau ketrampilan tertentu harus

dilakukan secara berulang-ulang.

 Tidak semua mata pelajaran cocok dengan penerapan metode role

playing.

 Apabila guru tidak menguasai langkah-langkah pelaksanaan, maka

akan mengacaukan pemeranan.29

b. Motivasi Belajar

1) Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah salah satu aspek psikis yang

memiliki hubungan terhadap pencapaian prestasi belajar. Bedasarkan

29
Suryaningtiyas Arum, “Implementasi Metode Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Pada Standar Kompetensi Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI
Administrasi Perkantoran 2 Smk Negeri 2 Purworejo”. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta,
(2014), Hlm. 31-32

22
kamus besar bahasa Indonesia kontemporer, pengertian motivasi

belajar adalah dorongan dari keinginana dari dalam diri manusia

baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu

perbuatan dengan tujuan tertentu.30 motivasi belajar merupakan daya

penggerak dari dalam diri siswa atau dorongan dari luar yang

menimbulkan kegiatan belajar untuk menciptakan perubahan tingkah

laku demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai.31

motivasi belajar merupan faktor psikis, yang bersifat non

intelektual, peranannya sangat khas yaitu dalam hal semangat

belajar. Seseorang yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar.32

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia motivasi adalah

dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar

untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Bisa juga

diartikan suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan atas apa yang telah ia

capai.33

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, motivasi yaitu


30
Azis & Retno, “Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Pendidikan Agama Islam Siswa
Sekolah Dasar Muhammadiyah 19 Surakarta”, Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,(2015)
Vol. IV No. 1, hlm.5
31
Suryaningtiyas Arum, “Implementasi Metode Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Pada Standar Kompetensi Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI
Administrasi Perkantoran 2 Smk Negeri 2 Purworejo”. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta,
(2014), Hlm.16
32
Vitasis Djarot Sumarwoto, “Implementasi Profesionalisme Guru dalam Memotivasi Belajar
Siswa di Sekolah Dasar, Jurnal Nasional (2015), hlm. 78.
33
Kompri, Motivasi Pembelajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2016), hlm.1

23
semangat yang ditimbulkan melalui tingginya dorongan untuk

mencapai sesuatu yang diinginkan. Sedangkan belajar yaitu proses dari

usaha seseorang untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari hasil

pengalamannya. Motivasi balajar juga dapat diarikan sesuatu yang

timbul pada diri peserta didik yang memiliki peran membangkitkan

gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar.

2) Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang mengubah energi

dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai

tujuan yang telah terencanakan. Motivasi yaitu perubahan energi di

dalam diri individu yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. tiga unsur yang berkaitan pada motivasi

yaitu:

a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri

pribadi. Perubahan-perubahan pada motivasi timbul dari

perubahan-perubahan tertentu didalam system neuropsiologis dalam

organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam

sistem perencanaan maka timbul motif lapar.

b) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.

Diawal merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana

emosi. suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif,

perubahan ini mungkin terjadi dimana kita bisa melihatnya dalam

perbuatan. Seorang yang terlibat dalam diskusi, karena merasa ada

24
ketertarikan pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya

akan timbul dan kata -katanya lancar sekaligus cepat keluar.

c) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Pribadi

yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang berfungsi

mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi

dalam dirinya. Setiap respon merupakan langkah kearah mencapai

tujuan.34

Motivasi belajar penting bagi siswa diantaranya yaitu :

a) Menyadarkan kedudukan diawal belajar, proses dan hasil akhir.

Contohnya, setelah siswa membaca suatu sub bab buku bacaan,

dibandingkan dengan temannya yang juga membaca buku tersebut, ia

kurang berhasil dalam menangkap isi buku bacaannya, maka ia

terdorong untuk mengulangi bacaannya lagi.

b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan

teman sebayanya. Dimana ketika usahanya kurang memadai, maka ia

akan mencontoh ketekunan temannya yang belajar dan berhasil.

c) Mengarahkan kegiatan belajar, yaitu dengan mengubah gaya

belajarnya yang kurang efektif.

d) Membesarkan semangat belajar, dimana seorang anak akan berusaha

menjadikan dirinya untuk contoh untuk adik tingkatnya.

e) Menyadarkan tentang perjalanan belajar dimana semakin

bertambah umur maka pendidikannya semakin tinggi dan ia harus

memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk bekal jejang


34
Kompri, Motivasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdalkarya, 2016), hlm. 4

25
selanjutnya.35

Fungsi motivasi dalam diri individu terbagi menjadi tiga yaitu:

a) Mendorong timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Tanpa

adanya motivasi maka tidak akan ada suatu tindakan yang

terencana seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya yaitu mengarahkan

perbuatan mencapai tujuan yang diinginkan

c) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya suatu motivasi akan

menetukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.36

3) Jenis-jenis Motivasi

Woodword pada buku motivasi pembelajaran menggolongkan

motif motivasi terbagi menjadi tiga golongan yaitu:

a) Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif yang berhubungan

dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh.

b) Motif-motif darurat, yaitu motif-motif yang timbul jika situasi

menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari

individu.

c) Motif objektif, yaitu motif yang diarahkan atau ditunjukkan pada

suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena

adanya dorongan dari dalam diri.

Sedangkan motif-motif dalam motivasi tersebut dibedakan

menjadi dua yaitu motif ekstrinstik dan motif intrinstik;

35
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jkarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 85
36
Kompri, Motivasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdalkarya, 2016), hlm. 5

26
a) Motif ekstrinstik yaitu motif-motif yang berfungsi karena adanya

perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu

bahwa sebentar lagi akan ada ujian.

b) Motif intrinstik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah

ada dorongan itu. Misalnya, orang gemar membaca tidak usah ada

orang yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk

bacaannya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah

menanti komando sudah belajar sebaik-baiknya.37

4) Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Glaserfekd, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur

konsepsi seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

Lingkungan ini terbagi menjadi dua macam yaitu: pertama, bila kita

berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada

keseluruh objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari

pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri kepada satu hal tertentu,

lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita

sosialisasikan. Dalam hal tersebut, sekelilingnya merupakan lingkup

pengalaman sendiri, bukan dunia objektif yang lepas dari pengamat.38

Kegiatan belajar merupakan peilaku kegiatan atau aktivitas.

Dimana setiap motivasi belajar anak pada satu kelas memiliki perbedaan

37
ibid.,hlm. 6
38
Nur Asiah, “Paradigma Konteporer Sistem Pembelajaran Pendidikan Keguruan Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI)”. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol.3 No.2
(Desember 2016), hlm. 6.

27
motivasi dalam belajar, oleh karena itu, guru berperan banyak dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.

a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Perilaku belajar disekolah telah menjadi pola umum. Sejak

usia enam tahun, siswa masuk sekolah selama lima atau enam

jam sehari. Sekurangkurangnya setiap individu mengalami proses

belajar disekolah selama Sembilan tahun, dari segi perkembangan,

ada siswa yang semula hanya ikut -ikutan, suka bermain dan ada

juga yang belum mengerti manfaat belajar. Dengan tugas -tugas

sekolahnya, kemudian mereka mulai menyenangi disitulah guru

memberikan masukan mengenai motivasi belajar; bagaimana belajar

sungguh-sungguh, belajar giat, melalui belajar disekolah yang

menyenangkan.

b) Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran

Seorang siswa akan belajar dengan sepenuh

kepribadiannya. Perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi dan

kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun begitu tidak

semuanya berjalan dengan lancar dimana ada kendala baik

kelelahan, bosan, turunnya kesehatan fisik dan mental. Upaya

optimalisasi diantaranya yaitu;

 Member kesempatan siswa untuk mengungkap hambatan belajar

yang dialaminya.

 Memelihara minat, kemauan dan semangat belajarnya sehingga

28
terwujud tindak belajar.

 Meminta kesempatan pada wali murid agar siswa dapat

beraktualisasi diri dalam belajar.

 Manfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong semangat

belajar dengan variasi belajar bermain.

 Menggunakan waktu secara tertib, dimana proses belajar dan

tujuan belajar harus tercapai oleh karena itu seorang guru haus

mampu memaksimalkan penggunaan waktu.

 Guru merangsang siswa dengan penguatan kepercayaan diri bahwa

ia pasti dapat melewati segala proses pembelajaran sehingga

akan berhasil.

c) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Perilaku belajar individu merupakan rangkaian tindakan belajar,

dimana tidak selalu sesuai dengan jadwal rencana dari sekolahan

dimana belajar siswa tidak selalu berhasil adakalanya siswa

menemui kegagalan dalam belajar. Pembelajaran tidak selalu sesuai

dengan harapan karena tidak semua guru sama dan siswa menemui

tidak hanya satu mata pelajaran oleh sebab itu guru disetiap mata

pelajaran berperan dalam memvariasi strategi pembelajaran yang

akan diajarkan.

d) Mengembangkan cita-cita dan aspirasi belajar Belajar disekolah

menjadi pola umum kehidupan warga Negara Indonesia, dimana

keinginan hidup lebih baik selalu menjadi semboyannya.

29
Semboyan ini cukup berpengaruh namun guru juga harus

memperluas motivasi siswa bahwa sekolah adalah tempat

menambah pengetahuan dan memberantas kebodohan untuk

menciptakan generasi yang cerdas yang telah dicita-citakan oleh

bangsa Indonesia.39

5) Indikator Motivasi Belajar

Berikut indikator acuan siswa termotivasi diantaranya yaitu:

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d) Adanya penghargaan dalam belajar.

e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.40

39
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jkarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 102-107
40
Hamzah B Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta:Bumi Aksara, 2016), hlm. 23

30
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini

adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono,

adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

alamiah di mana peneliti merupakan instrumen kunci.41

Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan menghasilkan

kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan

41
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 83

31
menghasilkan data yang berupa angka-angka. Dalam penyusunan skripsi

ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendiskripsikan dan menginterprestasikan data yang ada, disamping itu

penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan masalah atau

keadaan ataupun peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar

mengungkapkan fakta (fact finding).42

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan.

Setting lokasi dalam penelitian ini adalah bertempat di MI Mambaul

Ulum Desa Kramat Sukoharjo Kecamatan Tanggu. Kabupaten Jember . Lokasi

penelitian ini di pilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: 1) tidak

semua madrasah ibtidaiyah yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe role

playing pada mata peajaran SKI seperti yang ada di lembaga MI Mambaul

Ulum Kramat Sukoharjo Kecamatan Tanggul. 2) lokasi penelititian mudah di

jangkau dan strategis. 3) adanya persetujuan dari lembaga MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo.

3. Subyek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Uraian tersebut

meliputi apa saja yang dikumpulkan. bagaimana karakteristiknya, siapa yang di

jadikan informan atau subyek peneitian, bagaimana ciri – ciri informan atau

subyek tersebut dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga data

42
Hadari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Press, 2010,
hlm.31.

32
validasinya dapat dijamin.43 Penentuan subjek penelitian yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu.44

Adapun subjek yang dijadikan informasi dalam penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

a. Marwatun selaku Kepala Sekolah MI Mambaul Ulum Desa Kramat

Sukoharjo Jember. Dengan alasan karena kepala madrasah sebagai

pemimpin di lembaga tersebut pastinya mengetahui kegiatan yang

dilakukan.

b. Iva Tias guru pengampuh mata pelajaran SKI. Informan tersebut dipilih

dengan alasan guru tersebut terlibat langsung dalam kegiatan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe role playing ini.

c. Siswa kelas V sebanyak 9 orang dengan inisial yaitu: AA, DA, KA, NH,

MR, SA, A, FZ, N.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpula data maka penelitii tidak akan mendapat data

yang memenuhi standart data yang ditetapkan.45

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi. Adapun rincian teknik pengumpulan data

43
Solikin Nur, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), hlm. 46
44
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D (Bandung, Alfabeta,
2018), Hlm.207
45
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D ( Bandung,
Alfabeta, 2018), Hlm.455

33
tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data atau fakta

yang cukup efektif untuk mempelajari suatu system.46 Peneliti

menggunakan obsevasi memiliki tujuan untuk memantau, menggali

informasi, melihat, mengamati perilaku serta kejadian yang berlangsung

selama proses pembelajaran.47

Peneliti secara lengsung yang akan melakukan observasi kegiatan

pembelajaran di MI Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Jember objek

yang diteliti adalah lingkungan pembelajaran kelas V di MI Mambaul

Ulum Desa Kramat Sukoharjo Jember, kegiatan peserta didik, dan proses

guru dalam mengajar anak didiknya.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.48 Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara

tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

46
Hasan Sastra Negara, Konsep Dasar Matematika Untuk PGSD, (Bandung: Aura, 2016), hal. 74
47
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm.
50
48
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D ( Bandung,
Alfabeta, 2018), hlm.220

34
Pediman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.49

Adapun data yang diperoleh dari wawancara ini terkait dengan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing Dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Jember yang meliputi:

1) Perencanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran

2019/2020?

2) Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran

2019/2020?

3) Evaluasi pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul Kab. Jember Tahun Ajaran

2019/2020?

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.

Dokumen bisa berupa gambar, tulisan atau karya -karya monumental dari

seseorang.50 Dalam penelitian ini peneliti mengambil dokumentasi


49
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D ( Bandung,
Alfabeta, 2018), Hlm 223
50
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2017), Hal. 329

35
berupa gambar atau foto pelaksanaan penelitian, sejarah berdirinya

Madrasah, profil lembaga, visi dan misi Madrasah, struktur organisasi

Madrasah MI Mambaul Ulum Kramat Sukoharjo Kecamatan Tanggul,

data guru, data siswa, tabel nilai siswa dan RPP mata pelajaran SKI,

5. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan upaya

berlanjut, berulang dan sistematis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap,

yaitu pada saat pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Artinya, sejak

awal data sudah mulai dianalisis, karena data akan terus bertambah dan

berkembang. Artinya, jika data yang diperoleh belum memadai atau masih

kurang, maka dapat segera dilengkapi.51

Miles Huberman dan Saldana mengemukakan empat tahapan yang

harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu:

a. Kondensasi Data

Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang

mendekati keseluruhan bagian dari catatan lapangan secara tertulis,

transkrip wawancara, dokumen-dokumen dan materi-materi empiris.

Kesimpulannya bahwa proses kondensasi data ini diperoleh setelah peneliti

melakukan wawancara dan mendapatkan data tertulis yang ada di lapangan,

yang nantinya traskrip wawancara tersebut dipilah-pilah untuk mendapatkan

fokus penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti.52


51
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarnya,2012), hal.171
52
Alfi Haris Wanto, “Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Publik Berbasis Konsep Smart City”. Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No. 1, (2017),

36
Data yang di proleh dari lapangan jumlahnya sangat banyak, maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Setelah di kemukakan makin sering

peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak dan komlek.

Maka dari itu, segera dilakukan kondensasi data. kondensasi data berarti

memilih hal-hal yang penting ,serta membuangnya jika tidak diperlukan.

Dengan demikian data yang di kondensasi akan memberikan gambaran yang

jelas dan memudahkan peneliti untukmelakukan pengumpulan data

selanjutnya.

b. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan sebuah pengorganisasian, penyatuan, dan

informasi yang disimpulkan.Penyajian data disini juga membantu dalam

memahami konteks penelitian karena melakukan analisis yang lebih

mendalam.53 Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.54

Pada tahapan ini, peneliti menyajikan data yang berasal dari

hasil wawancara, hasil observasi dan dokumen. Data-data tersebut tidak

mungkin dipaparkan secara keseluruhan, melainkan dipaparkan sesuai

dengan fokus penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

hlm. 42.
53
Alfi Haris Wanto, “Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Publik Berbasis Konsep Smart City”. Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No. 1, (2017),
hlm. 42
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm
249

37
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.55

Jadi dalam penelitian kualitatif data yang di peroleh dianalisis

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menganalisis data di lapangan yang dikerjakan selama pengumpulan

data berlangsung.

2) Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru

diperoleh.

3) Setelah proses pengumpulan data selesai maka peneliti membuat

laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yaitu jenis

penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi

atau kejadian-kejadian.

Dengan teknik ini data yang diperoleh akan dipilah-pilah

kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan

selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan

secara konkrit dan mendalam.

6. Keabsahan Data

55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm
252

38
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan sejumlah kriteria tertentu.56

Berdasarkan pendapat tersebut, agar data yang dikumpulkan dari

lapangan merupakan data yang sah, maka peneliti mengusahakan

pengecekan keabsahan data Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.57 Teknik trianggulasi yang paling banyak di

gunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Ada empat macam

triangguasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatan berbagai sumber,

metode, penyidik dan teori.

Langkah yang diambil dalam penelitian ini pemeriksaan datanya

menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik.

Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan hal yang

sama melalui sumber yang berbeda. Dalam hal ini, sumber datanya adalah

guru Ski dan siswa. Penerapannya yaitu dengan mengecek hasil wawancara

dari guru dan para peserta didik, yang berhubungan dengan penerapan role

playing apakah data yang telah diperoleh dari lapangan valid atau akurat sesuai

dengan fakta yang ada atau masih belum sesuai.

Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara membandingkan data hasil

wawancara antara beberapa informan dengan hasil observasi, wawancara, dan

isi dokumentasi yang terkait dengan penelitian seperti RPP dan sebagainya.

7. Tahap – Tahap Penelitan


56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 324
57
ibid., hlm. 327

39
Tahap-tahap penelitian adalah proses yang dilakukan oleh peneliti

untuk mencari data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini tahap yang

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian.

2) Memilih lokasi penelitian.

3) Mengurus surat yang dikait dengan penelitian.

4) Mensurvai lokasi penelitian.

5) Menentukan informan yang dapat memberikan data yang dibutuhkan.

6) Mulai mempersiapkan peralatan penelitian yang dibutuhkan.

7) Melakukan observasi terhadap lokasi peneliti, yaitu MI Mambaul

Ulum Kramat Sukoharjo Kecamatan Tanggul.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini melakukan berbagai kegiatan penelitian. Beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data yang dibuuhkan dalam penelitian.

2) Mengkaji dokumen berupa kajadian yang berkaitan dengan penelitian.

3) Melakukan observasi terhadap subjek yang diteliti.

c. Tahap Akhir

1) Mengelola dan menganalisis data yang sudah diperoleh.

2) Membuat kesimpulan dan saran dari hasil pengolah data yang telah

dilakukan.

3) Menyusun laporan dan mengadakan konsultasi dengan dosen

40
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan persetujuan sebelum

layak untuk diujikan.

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Profil Madrasah

Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum merupakan lembaga

pendidikan yang berada dibawah naungan Kementrian Agama,

yang terletak di Jl.Karang Sukun Dusun Suko Timur Rt/Rw 08/01

Desa Kramat Sukoharjo Kec. Tanggul, Kab. Jember. MI Mambaul

Ulum memulai kegiatan pembelajarannya dari pukul 06:35-13:00 yang

di awali sholat dhuha dan mengaji juz Amma dan ditutup dengan

shalat dhuhur bersama.58


58
Dokumentasi, Jember, 7 Maret 2020

41
2. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah

. Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum didirikan oleh Kiyai Al

Musaffa’ yang beroprasi pada tahun 1965. Pada awal berdirinya

Sekolah ini terdiri dari 2 ruang kelas, dengan jumlah 1 5 peserta

didik dengan personal 2 orang guru. Akreditasi lembaga pada saat ini

B. Memiliki 6 ruang kelas dengan jumlah 71 siswa, kantor guru, ruang

kepala sekolah, perpustakaan, dan 2 kamar mandi untuk siswa dan

guru, dan memiliki tenaga pendidik 9 orang, dengan rincian sebagai

berikut:

1. 1 orang kepala sekolah

2. 6 orang guru kelas

3. 2 orang guru Agama59

3. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

“ Berprestasi dan beraqlak mulia ”

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan generasi

taqwa, cerdas, berkarakter dan berprestasi.

2) Membangun iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif.

3) Membangun tenaga pendidik dan kependidikan yang

professional, berkarakter, dan berjiwa pemimmpin.


59
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember. 17 Februari 2020

42
c. Tujuan

1) Terwujudnya peserta didik memiliki kemampuan

dasar berupa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

serta sikap yang dapat digunakan oleh mereka dalam

kehidupan sehari-hari untuk melanjutkan kejenjang yang lebih

tinggi.

2) Terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki

kepribadian yang islami, kepemimpinan yang kuat dan

professional.

3) Terwujudnya sistem pembelajaran yang nyaman dan rapih

secara administrasi dan terintegrasi.

4. Data Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Desa Kramat

Sukoharjo

Berdasarkan data yang ada di MI Mambaul Ulum tersebut

berjumlah 10 siswa dengan perincian 7 laki-laki dan 3 perempuan.

Untuk lebih lengkap nya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Daftar Peserta Didik Kelas V MI Mambaul Ulum

NO NAMA L/P

1. Akbar Qoris Baihaqi L

2. Abdillah Faqih Wildan Zacky L

43
3. Ahmad Rovicky L

4. Alfin P

5. Achmad Rifan Afandy L

6. Muhammad Mahmudi L

7. Muhammad Iqbal Kholidy L

8. Hasifah P

9. Nurisa Safitri P

10. Alif Khoirotur Rohmah P

B. Penyajian Data dan Analisis

Penelitian dimulai pada awal Bulan tanggal 3 Februari Tahun 2020

dengan cara melakukan observasi awal dan berlanjut pada tanggal 17

Februari 2020 dengan meminta izin kepada kepala Madrasah Ibtidaiyah

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo. Setelah mendapatkan izin dari

kepala Madrasah barulah melakukan observasi dan wawancara. Dari

observasi tersebut, diperolelah informasi diantaranya:

1. Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo salah satu

Lembaga yang baru dalam menerapkan kurikulum 2013 secara merata

mulai dari kelas I – VI.

2. Tahun pelajaran 2019/2020 jumlah siswa kelas V berjumlah 9 peserta

didik

44
3. Dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan metode

pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran SKI.

Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di Lembaga ini tidak jauh

berbeda dengan Lembaga lainnya pada umumnya, yaitu masuk setiap hari

senin – sabtu dan pukul 07.00 – 12.40 sedangkan untuk hari jum’at dan

sabtu pulang lebih awal.60

Setelah melakukan proses penelitian di lapangan dengan menggunakan

berbagai teknik maka diperoleh data – data yang ingin dianalisis secara

tajamdan keritis dengan harapan dapat memperoleh data yang akurat. Data

yang disajikan berurut dengan mengaju kepada fokus penelitian. Data yang

digali adalah data tentang penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role

Playing pada mata pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo.

Sesuai dengan fokus penelitian awal maka yang diproleh dari lapangan

disajikan sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul

Ulum Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas memilih rangkayan

tindakan tindakan yang hendak dilakukan demi tercapainya tujuan

60
Observasi, Jember, 17 februari 2020

45
pembelajaran yang efektif dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan

tuntutan dan kebutuhan siswa. Perencanaan penerapan pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing pada mata pelajaran SKI di Madrasah

Ibtidaiyah Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo dilakukan dengan

langkah awal yakni guru menyiapkan program semester dan silabus.

Bersama tim KKG pada awal semester, serta penyusunan RPP bersama guru

kelas V dengan mencantumkan materi yang diajarkan dan langkah –

langkah model pembelajaran. Hal ini sebagaimana disampaikan guru SKI

kelas V.

“sebelum proses pembelajaran berlangsung, saya terlebih dahulu


menyiapkan prota, promes silabus dan melakukan perencanaan
dengan menyusun pelaksanaan pembelajaran termasuk memilih
jenis drama yang akan diuji cobakan bedasarkan karakter siswa
dalam kelas. Setelah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), saya membuat naskah drama yang telah disesuaikan
dengan materi, sehingga ketika mengajar di dalam kelas itu sudah
tidak bingung karna semua sudah terencana.”61

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan

perencanaan itu sangant penting untuk mempermudah proses pembelajaran

di kelas, karna sesuatu yang direncanakan akan lebih muda dilakukan.

Dengan membuat perencanaan pemelajaran terlebih dahulu, maka

pelaksanaan pembelajaran akan lebih maksimal dengan tujuan yang hendak

dicapai, materi pembelajaran dan metode yang digunakan sudah tercatat dan

terencana sebelumnya.

Hal tersebut sama dengan yag di katakan oleh ibu Iva Tyas Ilmiyah

selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah mambaul ulum desa kramat sukoharjo.


61
Marwatun, Wawancara, jember. 28 Februari 2020

46
“Dalam proses belajar mengajar, seseorang guru terlebih dahulu
harus memiliki silabus, prota, promes dan meyusun RPP. Karna
dalam RPP tersebut tercakup hal – hal yang hendak dilaksanakan
dalam proses pembelajaran di kelas sehingga tujuan tercapai secara
maksimal.”62

Jadi dari hasil opservasi dan wawancara yang diperoleh peneliti di

lapangan, ternyata dalam menyusun perencanaan pembelajaran Kooperatif

Tipe Role Playing pada mata pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo dengan cara menyiapkan perangkat

pembelajaran yang mencakup tujuan yang hendak dicapai, menentukan

materi yang akan diajarkan, merencanakan metode pembelajaran dan

menentukan media yang hendak digunakan dalam proses pembelajaran.63

a. Merencanakan tujuan pembelajaran

Seseorang guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran

hendaknya terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran yeng

hendak dicapai. Adapun tujuan dari penerapan pembelajaran Kooperatif

Tipe Role Playing pada mata pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo ialah untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.64

Alasan guru kelas V menggunakan metode pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing pada mata pelajaran SKI diantaranya: a)

sebagian siswa malas membaca Sejarah Kebudayaan Islam dikarnakan

terlalu banyak bacaan, b) sebagian siswa malas mengerjakan tugas, c)

tingkat prestasinya sangat rendah.


62
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember. 28 Februari 2020
63
Observasi, jember. 2 Maret 2020
64
Observasi, jember. 2 Maret 2020

47
Sebagaimana yang disampaikan Ibu Marwatun beliau

mengatakan:

“Dengan melihat kondisi kelas V yang sebagian siswa malas


membaca Sejarah Kebudayaan Islam dikarnakan terlalu banyak
bacaan dan sebagian siswa malas mengerjakan tugas sehingga
mengakibatkan tingkat prestasinya sangat rendah, maka saya
perlu menggunakan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Role
Playing (bermain peran). Alasan saya menggunakan metode ini
karna metode ini merupakan salah satu dari pembelajaran
yang mempertunjukkan, mempertontonkan, atau memperlihatkan
suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang. Jadi
model pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ini sangat
cocok untuk diterapkan di pembelajaran SKI.”65

Jadi di MI Mambaul Ulum desa kramat sukoharjo tepatnya di kelas

V pada mata pelajaran SKI guru menggunakan motode pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing, dalam perencanaan matari harus diatur

sedemikian rupa sehingga sesuai karakteristik siswa.

b. Menentukan materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan hal utama dalam proses

pembelajaran sebagai bahan pencapaian kompetensi dan bahan utama

yang digunakan sebagai instrument penilaian berdasarkan indikator

pencapaian. Materi pembelajaran harus disusun secara rinci, harus sesuai

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai karna tujuan dari

pembelajaran bisa tercapai berdasarkan jenis materi pembelajaran

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan Ibu Marwatun yang menyatakan:

65
Marwatun, Wawancara, jember, 6 Maret 2020

48
“Setiap materi pokok sudah ditetapkan secara nasional termasuk
materi pada pembelajaran SKI. Dalam pembelajaran Kooperatif
Tipe Role Playing ini materi yang saya gunakan adalah
Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari
hari, karna dalam materi ini bisa dibuat drama, tapi sebelum itu
saya mendiskusikan dengan wali kelas agar dapat mengetahui
karakter siswa yang dipilih akan disesuaikan dengan
perannya.”66

Jadi dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing materi

harus diatur sedemikian rupa dengan menyusun Peran serta menulis

Skenario. Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada

materi Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari

sangat cocok untuk anak usia 11 – 12 tahun, karna anak sudah mampu

memerankan tokoh menjadi orang lain.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Akbar Qoris Bauhaqi salah

satu siswa kelas V mengenai materi yang paling banyak teks bacaannya

untuk dipelajari pada pembelajaran SKI, yaitu:

“Ibu Marwatun pada materi umar bin khathab sang pemberani


dibuat drama, terus kita di suruh latihan dulu secara bergiliran
sesuai tokoh yang kita perankan sebelum tampil didepan kelas
untuk penilaian.” 67

c. Merencanakan metode pembelajaran

Sesorang guru sebelum melakukan pembelajaran dikelas haruslah

terlebih dahulu merencanakan metode apa yang akan digunakan dalam

menyampaikan materi, sehingga dalam proses belajar mengajar berjalan

66
Marwatun, Wawancara, jember, 6 Maret 2020
67
Akbar, wawancara, jember, 7 Maret 2020

49
secara efektif. Dalam menentukan metode pembelajaran, hendaknya

metode tersebut harus sesuai dengan karekteristik siswa dan materi

pembelajaran.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Marwatun beliau

mengatakan:

“Sebagai seorang guru, kita tentu tahu karakteristik masing –


masing siswa, maka dalam menentukan metode pembelajaran
harus sesuai dengan keadaan siswa dan sesuai materi
pembelajaran. Jika guru salah memilih metode pembelajaran,
maka proses pembelajaran tidak efektif, siswa menjadi bosan, dan
tidak mampu memahami materi. Terlebih lagi apabila guru hanya
menggunakan metode ceramah dan tanyajawab. ” 68

Ini sama dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Iva Tiyas

Ilmiyah Selaku Kepala Sekolah MI Mambaul ULum desa Kramat

Sukoharjoyang mengatakan:

“Dalam peoses pembelajaran di Lembaga ini metode yang


digunakan tidak selalu sama, termasuk pembelajaran SKI. Ada
kalanya menggunakan metode drama dan juga ceramah.”69

d. Menetukan media/alat pembelajaran

Seseorang guru dituntut harus bisa membimbing dan

mengembangkan kemampuan siswa, karenanya guru harus memiliki alat

atau media dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media adalah

salah satu alat yang digunakan untuk memudahkan guru menyampaikan

materi pembelajaran. Hal ini seperti yang disampaikan Ibu Marwatun

Yang mengatakan:

68
Marwatun, Wawancara, jember, 9 Maret 2020
69
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember. 9 Maret 2020

50
“Media yang saya gunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran pada materi Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a
dalam kehidupan sehari hari adalah naskah drama.”70

Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdilah Faqih Wildan salah

satu siswa kelas V mengenai media yang digunakan untuk di pelajari pada

pembelajaran SKI, yaitu:

“Ibu Marwatun pada materi Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a


dalam kehidupan sehari hari menggunakan naskah drama.”71

Dari hasil penelitian di lapangan, peneliti menemukan bahwa

media yang digunakan dalam proses pembelajaran kooperatif tipe role

playing ada buku LKS dan naskah drama. Tujuan dari penggunaan media

adalah untuk mempermudah penyampaian materi.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil dari

rancangan pelaksanaan pembelajara (RPP). Perencanaan pembelajaran

kooperatif tipe role playing pada mata pelajaran SKI dilakukan pada

materi Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari.

Ini berdasarkan wawancara dengan Ibu Marwatun selaku guru SKI kelas

V:

70
Marwatun, Wawancara, jember, 9 Maret 2020

71
Faqih, Wawancara, Jember, 9 Maret 2020

51
“saya menerapkan pembelajaran kooperatif tipe role playing ini
pada materi Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam
kehidupan sehari hari.”72

Selain itu Ibu Marwatun juga mengungkapkan bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe role playing tidak pada semua materi, tetapi

hanya pada materi – materi tertentu.

“Saya tidak selalu menerapkan bermain peran ini pada semua


materi SKI, hanya pada materi – materi tertentu saja.”73

Dari hasil wawancara tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pada penerapkan pembelajaran kooperatif tipe role playing hanya

pada materi tertentu saja yang mengharuskan siswa memerankan drama.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran harus melibatkan tiga

kegiatan, yaitu: kegiatan awal, inti dan ahir. Hal ini sesuai yang

disampaikan Ibu Iva Tiyas Ilmiyah Selaku kepala sekolah MI Mambaul

Ulum Kramat Sukoharjo, Beliau mengatakan:

“Dalam pelaksanaan pembelajaran harus ada kegiatan awal, inti


dan ahir. Dalam kegiatan inti guru terlebih dahulu harus bisa
melihat dan memahami karakter masing – masing peserta didik,
dengan begitu guru dapat membantu menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik.”74

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus

memperhatikan karaktek peserta didik serta dapat menumbuhkan motivasi

belajar peserta didi sehingga dapat terwujud tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.

72
Marwatun, Wawancara, jember, 11 Maret 2020
73
Marwatun, Wawancara, jember, 11 Maret 2020

74
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember, 13 Maret 2020

52
Hal ini sama dengan yang disampaikan Muhammad Mahmudi

selaku peserta didik kelas V, dia mengatakan:

“Ibu Marwatun saat pembelajaran di kelas terkadang di buat


bermain peran, kita disuruh memerankan tokoh – tokoh islam
seperti Abu Bakar As- Shiddiq. Sehingga saya tidak bosan di kelas
dan semangat ketika pelajaran SKI.”75

Dari hasil wawancara dan beberapa sumber dapat disimpulkan

bahwa penerapkan pembelajaran kooperatif tipe role playing menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan semangat pada peserta

didik untuk belajar serta dapat menumbuhkan sikap kerjasama antar

peserta didik.

Hasil wawancara diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan

didalam kelas pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe role playing pada pembelajaran SKI yang

dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan ahir.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilakukan selama 10 menit. Pada kegiatan ini guru

memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak

peserta didik untuk berdoa bersama, ini sama dengan yang dilakukan

oleh Ibu Marwatun kepada peserta didiknya dengan mengucapkan

salam dan mengajak berdoa yang di pandu oleh ketua kelas. Langkah

kedua Ibu Marwatun menanyakan kabar kepada peserta didik

dengan ungkapan “Bagaimana kabar hari ini?”. Langkah ketiga Ibu

75
Mahmudi, Wawancara, Jember, 13 Maret 2020

53
Marwatun mengejek kehadiran peserta didik dengan mengapsen satu

persatu. Langkah keempat Ibu Marwatun menyampaikan materi yang

akan dipelajari. Langkah kelima Ibu Marwatun menjelaskan mengenai

jalannya proses dan media yang akan digunakan ketika proses

pembelajaran beserta tujuannya.

b. Kegiatan Inti

kegiatan ini dilakukan selama 90 menit. Langkah pertama, Ibu

Marwatun memberikan gambaran singkat mengenai materi

Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari.

Langkah kedua peserta didik menempati posisinya yang sudah

dibentuk menjadi satu tim yang terdiri dari 8-9 orang satu minggu

yang lalu. Langkah ketiga Ibu Marwatun menjelaskan secara singkat

materi “Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari

hari”, sekaligus memberikan contoh setiap poin-poin materi

Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari

dimana salah satu contohnya yaitu yang akan diperankan oleh peserta

didik. Langkah keempat Ibu Marwatun menyuruh peserta didik

mempersiapkan naskah drama yang sudah dibagikan satu minggu yang

lalu dan sudah dicontohkaan bagaimana jalannya drama yang akan

mereka perankan. Langkah kelima Ibu Marwatun melakukan

pembelajaran Role Playing dengan kisah Kepribadian Abu Bakar As-

Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari. Langkah keenam Ibu

54
Marwatun meminta peserta duduk ketempat semula dan mengerjakan

kuis atau tugas mandiri sebagai tugas evaluasi.

c. Kegiatan Ahir

Kegiatan penutup dilakukan selama 10 menit. Ibu Marwatun

mengulas kembali atau memberi kesimpulan pada materi yang telah

dipelajari. Selanjutnya guru melakukan Tanya jawab kepada peserta

didik mengenai Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam kehidupan

sehari hari. Selain itu Ibu Marwatun memberikan motivasi kepada

peserta didik dari kisah Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam

kehidupan sehari hari, agar kita selalu semangat dan rela berkorban

ketika memperjuangkan agama Allah. Karna itu semua sebagai bentuk

kecintaan kita kepada Allah Saw, dan Rasul – nya. Dan yang terahir

Ibu Marwatun menutup pembelajaran dengan mengucapkan

hamdalah kemudian memberi salam.

3. Evaluasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Evaluasi terhadap hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan dalam

proses pembelajaran.

Evaluasi yang dilakukan di Madrasah Mambaul Ulum desa Kramat

Sukoharjo ada dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi

55
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan,

sedangkan Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap

akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok

bahasan dengan kata lain adalah ujian ahir semester

Hal ini sesuai yang disampaikan Ibu Iva Tiyas Ilmiyah selaku

kepala Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Kramat Sukoharjo:

“Evaluasi yang dilakukan di lembaga kami ada dua jenis, yaitu:


ujian harian dan ujian semester.”76

Bentuk evaluasi yang dilakukan di lembaga ini ada dua jenis, yaitu

tes lisan dan tes tulis. Tes lisan dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

sejauh mana kemampuan siswa dalam berkomunikasi, sedangkan tes tulis

dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa

dalam menyerap materi yang telah disampaikan.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Marwatun selaku guru SKI

kelas V, yang menyatakan:

“Saya melakukan ulangan harian ketika sudah selesai bab


pembahasan. Ulangan harian ini saya berikan pada hari itu juga,
tetapi ketika waktunya tidak memungkinkan saya berikan ulangan
hariannya di di pertemuan berikutnya. Bentuk soal tidak terlalu
sulit tetapi masih ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM. Bagi siswa yang nilainya dibawah KKM saya berikan
remidi.”77

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan Ivs Tiyas Ilmiyah beliau mengatakan:

76
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember, 14 Maret 2020

77
Marwatun, Wawancara, Jember, 14 Maret 2020

56
“Di lembaga ini evaluasi dilakukan pada setiap bab yang telah
selesai dipelajari dan pada ahir semester. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan sampai
dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.”78

Evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran SKI menggunakan

evaluasi formatif yang diberikan setiap pembahasan materi sudah selesai

atau sering disebut ulangan harian.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Nurisa Safitri salah

satu siswa kelas lima, dia mengatakan:

“Setelah selesai bab pembahasan, ibu guru selalu memberikan


ulangan harian.”79

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Maret, peneliti

mengamati bahwa peserta didik kelas V sedang mengerjakan ulangan

harian dengan suasana tenang.

Selain menggunakan evaluasi formatif, guru menggunakan efaluasi

sumatif. Jenis evaluasi ini diberikan ketika semua pembelajaran telah

selesai atau biasa disebut ujian ahir semester tujuannya untuk mengetahui

keberhasilan peserta didik dalam belajar selama satu semester. Hal tersebut

sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Marwatun Beliau mengatakan:

“Evaluasi sumatif dilakukan oleh semua kelas ketika semua


pembelajaran telah selesai. Dengan adanya evaluasi ini kami

78
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember, 14 Maret 2020
79
Nurisa, Wawancara, Jember, 14 Maret 2020

57
sebagai guru bisa melihat keberhasilan siswa selama satu
semester.”80

Hal ini sama dengan apa yang disampaikan oleh ibu Ivs Tiyas

Ilmiyah yang menyatakan:

“Evaluasi sumatif dilakukan setiap satu semester yang mencakup


seluruh siswa mulai dari kelas I – VI dan materi yang diujikan
adalah materi yang sudah dipelajari selama satu semester.”81

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasanya

evaluasi sumatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara

menyeluruh dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan materi yang

dipelajari selama satu semester. Dengan evaluasi ini guru bisa mengambil

tindakan apakah peserta didiknya dapat naik kelas atau tetap dikelas

sebelumnya.

Dari evaluasi ini guru dapat mengambil keputusan atau kebijakan

yang dianggap perlu sebagai tindak lanjut kegiatan itu sendiri. Senantiasan

harus di ingat bahwa setiap kegiatan evaluasi dituntut adanya tindak lanjut.

Sebagaimana yang dipaparkan Ibu Marwatun beliau mengatakan:

“Mengingat banyak siswa yang nilainya kurang dari KKM, maka


untuk meningkatkan kualitas prestasi siswa, saya melakukan tindak
lanjut dengan memberikan motivasi belajar dan juga melakukan
remidi.”82

Untuk hasil dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe role

playing Ibu Marwatun beliau menyatakan:


80
Marwatun, Wawancara, Jember, 16 Maret 2020
81
Iva Tiyas Ilmiyah, Wawancara, jember, 16 Maret 2020
82
Marwatun, Wawancara, Jember, 16 Maret 2020

58
“Hasil dari evaluasi pada penerapkan pembelajaran kooperatif tipe
role playing pada pembelajaran SKI kelas V motivasi belajar siswa
lebih baik dari pada sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan nilai
siswa kelas V sebagian besar sudah di atas KKM.”83

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, maka dapat

disimpulkan bahawa evaluasi pembelajaran kooperatif tipe role playing di

Madrasah Mambaul Ulum desa Kramat Sukoharjo, siswa sudah mulai

banyak yang bisa memahami materi yang diajarkan.

C. PEMBAHASAN

Pembahasan pada bagian ini adalah pembahasan berisi tentang hasil

temuan yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi yang dikaitkan dengan teori-teori yang menjadi

landasan dari penelitian. Data ini disajikan dan dianalisis berdasarkan hasil dari

pokok pemikiran atau pertanyaan-pertanyaan dari metode-metode penelitian

serta kajian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui

teknik-teknik yang sudah ditentukan sebelumnya, maka pada bagian ini peneliti

memberikan deskripsi dan penjelasan yang temuan-temuan di lapangan serta

dibandingkan dengan pendapat para ahli. Adapun perincian pembahasannya

sebagai berikut :

83
Marwatun, Wawancara, Jember, 16 Maret 2020

59
1. Perencanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan diketahui bahwa

Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada pembelajaran SKI dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum Desa

Kramat Sukoharjo Tanggul Jember, guru terlebih dahulu menyiapkan

Program tahunan, program semester, silabus bersama tim KKG pada setiap

awal semester, dan menyusun RPP yang isinya mengacu pada silabus dan

berkaitan dengan keadaan siswa sehingg isi dari RPP tersebut sesuai dengan

Kurikulum 2013.

Perencnaan merupakan hal yang angat penting dalam proses

pembelajaran karna dengan adanya perencanaan guru dapat mempersiapkan

pembelajaran yang akan dilaksanakan serta dapat menentukan tujuan dari

pembelajaran yang hendak dicapai. Suatu kegiatan akan berjalan dengan

baik apabila sudah direncanakan sebelumnya. 84

Maka dari itu sebelum melaksanakan kegiatan proses pembelajaran

diperlukan adanya perencanaan terlebih dahulu yang terdiri dari RPP,

Silabus, Prota dan Promes. 85

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dilapangan, maka

sebelum melaksanakan kegiatan proses Pembelajaran Kooperatif Tipe Role

Playing pada pembelajaran SKI. Guru membuat perencanaan pembelajaran


84
Sulastriningsih Djumingin, Syamsudduha, Perencanaan pembelajaran bahasa, sastra Indonesia
dan daerah (Makasar : Badan penerbit UNM, 2016) 25
85
Ibid, 27

60
berupa RPP, Silabus, Media berupa naskah drama dan perangkat

pembelajaran lainnya. Sehingga proses belajar mengajar pada pembelajaran

SKI berjalan dengan rencana dan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat sebelumnya.

Jadi perencnaan yang dilakukan guru SKI pada pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing sesuai dengan teori-teori yang dikemukakan

oleh para ahli.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif apabila

perencanaannya sudah tersusun sistematis. Pada tahapan ini, peneliti

menemukan bahwa pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

pada pembelajaran SKI di Kelas V MI Mambaul Ulum Desa Kramat

Sukoharjo Tanggul Jember terdapat tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan

inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal, seperti biasa Ibu Marwatun

Mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama, menanyakan kabar

siswa dengan cara mengabsen, mengingat kembali pembelajaran minggu

kemaren dan terakhir menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan

dipelajari. Selanjutnya adalah kegiatan inti, setelah menyampaikan tujuan

dari pembelajaran Ibu Marwatun Menyampaikan materi tentang Abu Bakar

As- Shiddiq dalam Memperluas Kekuasaan Islam. Setelah menjelakan

materi, Ibu Marwatun Membuat satu tim yang terdiri dari 8-9 orang, Ibu

61
Marwatun membagikan naskah drama kepada peserta didik seminggu

sebelum kegiatan belajar mengjar, sekaligus mencontohkan bagaimana

jalannya drama yang akan mereka perankan, selanjutnya melakukan

pembelajaran Role Playing dengan kisah Kepribadian Abu Bakar As-

Siddiq r.a dalam kehidupan sehari hari, setelah pertunjukan drama telah

selesai Ibu Marwatun meminta peserta duduk ketempat semula dan

mengerjakan kuis atau tugas mandiri sebagai tugas evaluasi. Di kegiatan

penutup, Ibu Marwatun memberi kesimpulan pada materi yang telah

dipelajari, selanjutnya Ibu Marwatun melakukan Tanya jawab kepada

peserta didik mengenai Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam

kehidupan sehari hari, Selain itu Ibu Marwatun memberikan motivasi

kepada peserta didik dari kis ah Kepribadian Abu Bakar As-Siddiq r.a

dalam kehidupan sehari hari, Dan yang terahir Ibu Marwatun menutup

pembelajaran dengan mengucapkan hamdalah kemudian memberi salam.

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh di lapangan,

terdapat beberapah langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe role

playing yaitu:

a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum

kegiatan belajar mengjar.

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

62
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario

yang sudah dipersiapkan.

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperankan.

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas

sebagai lembar kerja untuk membahas.

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j. Evaluasi.

k. Penutup.86

Berdasarkan hasil observasi dilapangan, peneliti mengemukakan

bahawa dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada

pembelajaran SKI dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di

MI Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember berjalan lancar

bahkan bisa dikatakan berhasil. Hal ini terlihat pada penerapannya yang

sesuai dengan unsur – unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif seperti

saling bekerjasama, berkomunikasi yang baik antar satu tim. Pada saat

bermain peran siswa sangat semangat dan menikmati, berinteraksi dengan

baik dan bekerjasama untuk mengajarkan temannya yang belum menguasi

naskah yang diperankannya. Tidak hanya itu pembelajaran kooperatif tipe

role playing ini membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa

kelas V senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu

86
Zainal Aqib, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Yrama
Widya, 2013), 25-26

63
dengan adanya kegiatan pembelajaran yang seperti ini, proses pembelajaran

dalam kelas tidak monoton bahkan bisa menumbuhkan semangat belajar

siswa.

Jadi kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada

pembelajaran SKI dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di

MI Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh para ahli dan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Evaluasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum

Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember

Evaluasi dalam proses pembelajaran adalah bentuk penilaian

seseorang guru kepada peserta didiknya dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana pembelajaran itu tersampaikan, dan hambatan apa saja yang

mempengaruhi tidak tersampainya materi tersebut.

Evaluasi merupakan penilain keseluruhan program pendidikan

mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum

dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan

kemampuan pendidik, menejemen pendidikan, dan revormasi pendidikan

secara keseluruhan.87

Berdasarkan dari hasil data observasi dan wawancara yang telah

dilakukan peneliti, maka untuk mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan

pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada pembelajaran SKI dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum Desa


87
Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, (Jember: STAIN Jember Press 2013), 8

64
Kramat Sukoharjo Tanggul Jember evaluasi yang digunakan ada dua, yaitu

evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif adalah jenis evaluasi yang diberikan ketika setiap

bab pembelajaran telah selesai, atau yang bisa dikenal dengan ulangan

harian.88 Soal bentuk uraian yang berjumlah 10 butir yang dikerjakan selama

30 menit. Dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan menunjukkan 90% siswa

mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 10% persen masih dibawah

KKM.

Sedangkan evaluasi sumatif adalah jenis evaluasi yang diberikan

setelah semua program pengajaran selesai diberikan selama satu semester. 89

Materi yang diujikan adalah materi yang telah dipelajari selama satu

semester. Evaluasi jenis sumatif ini bersifat menyeluruh satu sekolah mulai

dari kelas I – VI, sedangkan bentuk soalnya mencakup semua materi dan

soal antar siswa sama.

Dari hasil observasi, guru memperoleh gambaran siapa saja yang

belum berhasil. Selanjutnya untuk siswa yang tergatagori belum berhasil

akan diberi evaluasi baru yaitu berupa remidi. Hasil evaluasi pembelajaran

diharapkan dapat mendorong pendidik mengajar lebih baik dan mendorong

peserta didik untuk belajar lebih baik.90

Jadi dengan diadakan evaluasi, yang dilakukan dilembaga MI

Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo Tanggul Jember pada mata

pelajaran SKI sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli.
88
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),68
89
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),68
90
Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, (Jember: STAIN Jember Press 2013), 9

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diperoleh

kesimpulan berdasarkan fokus penelitian, penyajian data, analisis data dan

66
pembahasan temuan peneliti dari penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Role Playing pada pembelajaran SKI dalam Menumbuhkan Motivasi

Belajar Siswa Kelas V di MI Mambaul Ulum Desa Kramat Sukoharjo

Tanggul Jember diperoleh kesimpulan diantaranya:

1. Pada tahap perencanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

guru mempersiapkan program tahunan, program semester, silabus,

RPP dan juga mempersiapkan naskah drama.

2. Pada tahap pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

guru melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah – langkah

Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing yang diantaranya:

a. Guru membentuk peserta didik menjadi satu tim yang terdiri dari

8-9 orang.

b. Guru menjelaskan materi secara singkat.

c. Guru membagikan naskah drama kepada peserta didik sekaligus

mencontohkaan bagaimana jalannya drama yang akan mereka

perankan

d. Guru melakukan pembelajaran Role Playing

e. Guru memberikan tugas mandiri

f. Guru memberikan kesimpulan dari materi yang dipelajari

g. Guru menutup dengan salam.

3. Pada tahap Evaluasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing guru

menggunakan dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

67
sumatif. Pada evaluasi jenis formatif siswa 90% mendapatkan nilai

diatas KKM, sedangkan 10% nya dibawah KKM.

B. Saran

Berdasarkan hasi penelitian yang ditulis peneliti diatas, maka penulis

perlu memberikan saran sebagai pertimbangan kedepannya. Saran-saran

tersebut diantaranya kepada :

1. Guru

Guru diharapkan dapat menyesuikan strategi pembelajaran dengan

materi yang akan disampaikan, sehingga peserta didik semangat dan

termotivasi untuk selalu belajar dan selalu merindukan materi yang

akan diajarkan minggu selanjutnya.

2. Sekolah

Diharapkan kepada pihak sekolah kedepannya untuk selalu

menambah fasilitas guna menunjang keberhasilan dalam

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam.

3. Peserta didik

Peserta didik diharapkan selalu semangat dalam setiap

pembelajaran, cintai semua guru dan jangan pernah bosan dalam

memotivasi diri serta teman dalam semangat belajar.

68

Anda mungkin juga menyukai