Anda di halaman 1dari 2

PROSSES PENGAPURAN (LIMING) PADA KULIT

A. Pendahuluan

Potensi industri pengolahan kulit di Indonesia sangat besar .Hal ini


disebabkan masih sedikitnya industri guna mengolah kulit yang tersedia dengan
melakukan penyamakan . Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (2011) , indutrsi penyamakan kulit hanya mampu menghasilkan
350.000.000 sqft/tahun . Sementara itu , permintaan untuk industri alas kaki
maupun barang jadi kulit adalah 673.000.000 sqft/tahun. Dengan demikian, setiap
tahunnya masih mengalami kekurangan 323.000.000 sqft . Apabila dilihat dari
segi harga menurut Asosiasi Leather For Us Company untuk kulit kambing yang
telah samak (gray smooth goatskin) ukuran 66,5 cm x 50 cm dihargai mencapai
28,00 Euro (setara dengan RPp.446.000,-)

Gambaran di atas menunjukkan penyamakan kulit sangat mungkin untuk


dikembangkan .Industri penyamakan skala besar untuk pemula mungkin terlalu
berat .Namun demikian, untuk memulai industri penyamakan skala kecil bukan
tidak mungkin karena dari dulunya dilakukan secara manual dan skala kecil.

Dalam hal ini, penulis akan membahas salah satu tahap prosses
penyamakan kulit yaitu Pengapuran (Liming).

B. Pembahasan
Pengapuran (Liming) merupakan salah satu tahap dalam prosses
penyamakn kulit yang sangat penting, sebelum lebih dalam membahas mengenai
prosses pengapuran kita harus mengetahui pengertian dari pengapuran baik dari
segi bahasa maupun dari segi istilah.
Dari segi bahasa, Liming berasal dari bahasa inggris yaitu Pengapuran.
Sedangkan dari segi istilah Liming adalah prosses pengapuran kulit yang
bertujuan untuk menghilangkan bulu, kelenjar-kelenjar, dan komponen kulit
lainnya yang tidak dibutuhkan dalam prnyamakan kulit.Pengapuran dilakukan
menggunakan drum yang berputar memberikan efek pengadukan sehingga dapat
merontokkan bulu. Konsentrasi kapur dan lama perendaman dapat meningkatkan
nilai kemuluran kulit dapat jadi lebih tinggi. Hal yang perlu diperhatikan saat
pengapuran adalah kondisi kulit harus terendam dalam larutan kapur . Apabila
tidak, maka endapan kapur yang terdapat pada kulit jika terekspos oleh karbon
dioksida di udara menyebabkan bagian rajah kulit menjadi kasar. Selain itu,
warnanya menjadi lebih gelap pada kulit tersamak nantinya, terutama pada
penggunaan penyamak nabati. Tahapan proses selanjutnya adalah pembuangan
bulu dan lemak.

C. Penutup
Kesimpulan : Dari hasil pemaparan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan
di antaranya

Anda mungkin juga menyukai