NIM: 045210306
PRODI: S1 ILMU KOMUNIKASI
Setiap negara memiliki identitas nasional yang berbeda-beda. Hal ini sama saja dengan manusia ,
memiliki identitas yang berbeda setiap individunya. Identitas ini tentunya berguna untuk setiap ne-
gara yang berguna untuk membedakannya. Identitas merupakan suatu hal yang penting bagi setiap
bangsa dan negara. Sama halnya juga di Indonesia. Istilah identitas nasional terbentuk oleh dua
kata, yaitu identitas dan nasional.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata identitas berarti
“ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang” atau “jati diri”. Kata nasional berarti bersifat “ke-
bangsaan”; “berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri”; “meliputi suatu bangsa.” Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia “nasional” berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri; meliputi suatu bangsa. Berdasarkan arti yang didapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut, identitas sosial dapat diartikan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa dan be-
rasal dari bangsa itu sendiri, yang pada akhirnya menjadi penentu atau pembeda bangsa tersebut
dengan bangsa lain. Identitas nasional mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat di su-
atu negara, hal itu merupakan suatu yang terus menerus berkembang dan bersifat terbuka. Identitas
nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter
khas suatu negara. Seperti bahasa daerah, tarian daerah, musik-musik daerah, dan lain sebagainya.
Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan
seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Ne-
gara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar)
negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat, pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain-lain.
Empat Identitas Nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu ke-
bangsaan yang diatur dalam UU No.24 Tahun 2009.
2. Setiap sesuatu memiliki asal mula, pasti semua memiliki proses penjadian yang artinya yang du-
lunya tidak ada menjadi ada. Demikian juga Pancasila tidak ada secara begitu saja, namun keber-
adaannnya memiliki asal mula. Untuk menerangkan keberadaan dan hakikat Pancasila, digunakan
berbagai pendekatan. Causa materialis (asal mula bahan) Pancasila berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agama di Indonesia sehingga
nilai-nilai yang menjadi unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri, mulai dari nilai-nilai
adat kebudayaan dan religiusitas dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Jadi asal mula ba-
han atau causa materialis Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri berupa kepribadian dan pandan-
gan hidup. Nilai-nilai yang terdapat pada kelima sila pancasila merupakan nilai-nilai yang ideal.
Keberadaan pancasila sebenarnya sudah ada sejak dalam kerajaan majapahit dan sriwijaya. Namun
pada saat itu perumusannya belum dirumuskan secara konkrit yang mana sila-sila nya diambil dari
pola berkehidupan masyarakat yang ada pada zaman tersebut. Unsur-unsur Causa Materialis Pan-
casila
Prof. Notonagoro untuk mencari asal mula Pancasila menggunakan teori causalitas (sebab akibat).
Berdasarkan teori causalitas tersebut, causa materialis Pancasila berasal dari adat kebiasaan, kebu-
dayaan dan agama yang ada di Indonesia (Notonagoro, 1975: 32). Dengan demikian, tidak dapat di-
ragukan bahwa dasar negara yang kita miliki digali dari nilai yang terdapat dalam masyarakat. Nilai
tersebut tersebar pada masyarakat, digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Oleh karena
itu, tidak, diragukan lagi bahwa Pancasila sebenarnya merupakan budaya dan pembudayaan bangsa
Indonesia yang perlu dipahami secara ilmiah oleh bangsa Indonesia.
Adat-istiadat
Dengan diambilnya adat-istiadat sebagai unsur sila Pancasila, memang sangat tepat, sebab para
pemimpin kita yang merumuskan sila-sila Pancasila mengharap negara yang berdasarkan Pancasila
merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang bersifat orang perorangan. Pancasila bukanlah
sebuah ideologi yang ditanamkan dari atas, melainkan merupakan manifestasi moralitas publik.
Artinya, dimensi otoritas dan tradisi seharusnya melenturkan diri sefleksibel mungkin, sehingga
publik pun berpartisipasi dalam diskursus tentang nilai-nilai dasar Pancasila itu.
Kebudayaan
Causa materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan bangsa.
terdapat tujuh kategori arti kebudayaan, masing-masing sebagai berikut.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan. Pertama, kebudayaan merupakan hasil olahan
akal manusia tentang alam ini. Dalam arti ini, maka setiap produk akal manusia disebut kebudayaan
seperti ilmu, teknologi, ekonomi, seni, dan lain-lainnya. Kedua, pengertian kebudayaan dapat ditin-
jau dari berbagai disiplin ilmu, tergantung dari segi mana kebudayaan tersebut dilihat. Dengan
demikian, pengertian tersebut belum dapat memberikan gambaran kepada kita tentang kebudayaan
daerah yang diangkat menjadi sila-sila Pancasila. Untuk itu perlu dilihat aspek lain dari kebu-
dayaan, yang merupakan unsur kebudayaan.
Agama-agama
Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang
mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu meyampaikan pidato lahirnya Pancasila,
Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan memiliki prinsip tersebut,
dikatakan. Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah menurut Tuhan petun-
juk Isa al- Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W., orang Budha
menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya
3. Pancasila terdiri dari dua suku kata yaitu “Panca” artinya lima dan “Sila” artinya prinsip. Jadi
Pancasila itu adalah satu kesatuan dari lima prinsip. Sila (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Ke-
manusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Kita harus bisa menjaga persatuan
agar masyarakat Indonesia tetap utuh dan harmonis. Salah satu cara untuk menjaga persat-
uan adalah dengan menjalankan sikap gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
gotong royong kita diajak untuk saling menolong, ikut merasakan beban orang lain dan juga
mempererat hubungan satu dengan yang lain tanpa membedakan suku. Keberagaman yang
ada di Indonesia membuat negara ini tetap bersatu berdasarkan nilai-nilai luhur pancasila.
Jika kita menjalankan nilai-nilai pancasila, maka kehidupan masyarakat akan berjalan den-
gan aman dan sejahtera.
REFERENSI:
-MODUL PPKN
-Opini pribadi