Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pendahuluan
global regional di dalam dan luar negeri. Menjelang akhir 1980-an dan awal
dekade 1990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik
ideologi, keruntuhan komunisme sebagai salah satu ideologi yang kuat di dunia
Ketika kemudian Uni Soviet sebagai negara adikuasa juga runtuh, peta
politik dunia juga berubah secara drastis. Barat dan khususnya Amerika yang
tangguh dalam perebutan pengaruh. Sementara itu, di sisi lain diberbagai belahan
masalah yang serius karena itu berarti hegemoni mereka menjadi terancam. Apa
dari perasaan terancam barat yang subjektif terhadap Islam sebagai kekuatan
2
peradaban dunia yang sedang bangkit kembali.Tetapi bagi umat Islam sendiri,
pegangan agar tidak goyah oleh perubahan apapun. Dalam situasi seperti ini,
Islam ternyata muncul menjadi salah satu alternatif sistem peradaban yang lebih
bangsa dan negara. Dan meningkatnya peran serta umat Islam itu ditunjang pula
baik perguruan tinggi negeri maupun swasta; umum atau agama. Kelompok-
kelompok studi keislaman ini dalam aktivitas mereka lebih lanjut memusatkan
kegiatan bukan hanya pada pengkajian pemikiran dan ajaran Islam, tetapi juga
Azyumardi Azra (1999: 21) mengatakan banyak di antara para mahasiswa terjun
Panen besar kaum terpelajar muslim itu semakin bertambah ketika dunia
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik dalam maupun luar negeri.
Azyumardi Azra (1999: 24) berkat kecakapan dan kemampuan akademik yang
tinggi, kelas menengah “neo-santri” yang terpelajar itu dapat memasuki dan
masyarakat dengan profesionalisme yang relatif teruji. Dengan kondisi seperti ini,
maka pada dasawarsa 1980-an mitos bahwa “umat Islam Indonesia merupakan
yang lebih mesra antara pemerintah dengan kalangan Islam. Hal ini dapat dilihat
Nasional tahun 1988 dan Undang-Undang Peradilan Agama (UUPA) tahun 1989.
Semua itu telah memperlihatkan hubungan yang mesra dengan kalangan Islam
dan juga mulai memudarnya kecurigaan pemerintah kepada kalangan Islam yang
Azyumardi Azra (1999: 22) disadari bahwa motivasi kelahiran ICMI juga tidak
4
keadaan yang lebih adil dan proposional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kehendak ini wajar karena di masa lalu, umat Islam oleh karena
yang dinamis dalam Indonesia yang merdeka, maju, bersatu, berdaulat, adil,
Aktivitas sebuah organisasi tidak akan lepas dari misi dan visi yang
dimiliki oleh organisasi tersebut. Dan untuk dapat memahami misi dan visi ICMI
dan perkembangan masyarakat dengan sikap kritis, kreatif, objektif dan analitis,
bukanlah status, tetapi lebih merupakan panggilan nurani untuk peranan dan misi
5
memiliki ilmu atau tidak, atau pada gradasi pendidikan, tetapi terutama pada
terhadap masyarakat serta terus menerus berusaha memberikan respon yang tepat
dan bertanggungjawab.
Demikian pula alam pikiran terbuka yang melekat pada sub-kultural kaum
sosial, antara lain dengan membandingkan praktek dengan teori, atau antara “apa
yang ada” (das Sein) dengan “apa yang ideal” (das Sollen). Sikap kritis itu dapat
mencakup segi moral, etik, sosial, politik, budaya dan lain sebagainya.
dengan dunia lain. Bebas dan mandiri berarti percaya pada diri sendiri dalam
inifatif.
dalam arti “Ulama”, tetapi pengertian ulama di sini berbeda dengan pengertian
pastur, pendeta atau rohaniawan dalam agama-agama lain. Ulama disini adalah
orang-orang dengan unsur-unsur iman, ilmu, takwa dan amal soleh, yang dalam
Al-Quran sering disebut sebagai ulul albab. Dan keempat, dalam tradisi Hindu,
Budha dijumpai istilah sarjana yang artinya orang bijak dan peka, walaupun
di lingkungan ICMI, cendekiawan diartikan secara luas yang titik beratnya adalah
pandangan teologis. Oleh karena itu, tujuan himpunan ICMI difokuskan pada
perkataan lain, tujuan ICMI adalah pencapaian 5K atau lima kualitas manusia:
kualitas iman, kualitas fikir, kualitas kerja, kualitas karya dan kualitas hidup.
seutuhnya dan masyarakat seluruhnya” (M. Dawan Raharjo dalam Nasrullah Ali
tentang misi ini timbul dari kesadaran bahwa umat Islam pada umumnya berada
keluarganya miskin atau yatim piatu, bantuan peralatan dan buku kepada
hanya dengan kelompok muslim tetapi juga dengan kelompok non muslim, dan
kegiatan intelektual, baik melalui organ utama ICMI, seperti Orsat (Organisasi
8
umum Republika dan Majalah Umat, dapat pula dianggap sebagai kegiatan
Menurut M. Dawan Raharjo dalam Nasrullah Ali Fauzi (1995: 42) ICMI
terbuka tersebut, ICMI juga merintis komunikasi dan kerja sama dengan PIKI
Budha Indonesia).
dari dalam maupun luar negeri. Berbagai tanggapan, komentar dan kritik merebak
akhir Orde Baru, ICMI menjadi “faktor baru” yang diperhitungkan sebagai
9
kekuatan strategis dalam peta perpolitikkan Indonesia pada umumnya dan Islam
pada khususnya.
ICMI memang lahir sebagai buah dari proses politik, tatkala pada waktu
Hubungan ICMI-Birokrasi ini tentu bersifat resiprokal atau timbal balik, sehingga
kualitas karya, serta kualitas berfikir seluruh bangsa Indonesia, khususnya umat
296).
Salah satu dari fungsi utama kaum cendekiawan, menurut Edward Shil
tokoh semacam Bung Hatta pun tidak ragu untuk mengatakan bahwa politik
berpolitik bagi ICMI telah tertutup. Tetapi apakah benar bahwa ICMI memang a-
politik? Bagi Dr Affan Gaffar pakar politik dan pengamat politik dari UGM
Yogyakarta, “ICMI tidak akan a-politik, tidak ada Ormas di Indonesia ini yang
tidak berpolitik. ICMI pun menurut hemat saya juga berpolitik hanya
artikulasinya saja yang berbeda dengan Ormas lain,” tandasnya. Sebagai agregat
sebagainya. Menurut Affan dalam Abdul Aziz Thaba (1996: 292), peran politik
keterlibatannya dalam politik praktis.” Hal ini tampak dalam “penghijauan” MPR
1993-1998, Kabinet Pembangunan IV, dan pengurus Golkar. Amin Rais dari
dan tidak berpolitik praktis, saya yakin ICMI mempunyai politik leverge yang
besar.” Setali tiga uang pendapat Adi Sasono bahwea, “ICMI tidak boleh buta
yang tidak konfrontatif dengan birokrasi Orde Baru menjadikan pengaruh nyata
perintah agama, dan membuat birokrat yang semula takut berjamah jum’at
BJ Habibie sebagai ketua umum ICMI, dan politisi yang ada dalam
langsung dengan ICMI oleh banyak kalangan telah dilihat sebagai realisasi
manuver politik ICMI, sebagai suatu bentuk dari dinamisasi program dan
kegiatan ICMI.
politik, sehingga hal itu telah memberikan pengaruh politik yang cukup menonjol
“DPR dan MPR telah menjadi hijau karena ICMI, demikian halnya dengan
kabinet dan Golkar.” Peran ICMI makin kelihatan menonjol, terutama sekali
karena posisi ketua umumnya waktu itu, Menristek Habibie, kemudian menjadi
Indonesia. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan ICMI telah
memberikan fenomena baru bagi umat Islam khususnya dan bagi bangsa
Situasi ketika bangsa ini tidak mempunyai tatanan sosial yang mapan
untuk dipupuk dan dibangun sehingga diharapkan dapat menjadi rujukan ke arah
Namun apa masyarakat madani (civil society) yang hendak dibangun itu?
semarak, walaupun baru nampak pada masa-masa akhir Orba. Hal ini berkaitan
pemerintah Orba.
Wacana tentang civil society ini berkembang atas dasar pemikiran, bahwa
kesadaran mengenai civil society itu sendiri belum tumbuh sampai akhirnya
13
gejala ini menjadi wacana di kalangan intelektual. Istilah itu sendiri pertama kali
Malang pada tahun 1990 yang mengantarkan lahirnya ICMI. Sebelum itu, civil
society baru menjadi topik pembahasan di luar negeri, yaitu ketika dilakukan
perhatiannya pada masalah peran Agama (Islam) dan kelas menengah terhadap
Ahmad Jainuri (Al-Afkar, 1999). Sedangkan The Asia Foundation dan Lembaga
Studi Agama dan Filsafat (LSAF) (1999) telah meneliti gerakan keagamaan
dan misi lembaga swadaya masyarakat dan organisasi massa berbasis keagamaan
Untuk kajian yang lebih fokus terhadap peran organisasi massa Islam
Nurcholish Madjid (1999), Azyumardi Azra (2000), dan Adi Suryadi Culla
(1999).
Anwar Ibrahim yang pada waktu itu sebagai Menteri Keuangan dan Asisten
14
Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995. Pada simposium
dan stabilitas masyarakat, di mana masyarakat memiliki daya dorong usaha dan
mendapat porsi yang luas, bukan hanya sebagai wacana tapi masuk ke dalam
Presiden (Kepres) No. 198 tahun 1998 tentang pembentukan Tim Nasional
transformasi ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya serta berbagai peluang
dan dampak terhadap kepentingan nasional. Dalam Tim tersebut terdiri dari para
pakar dari berbagai disiplin ilmu yang diketuai oleh Sofyan Effendi dan para
Pratiknya. Sedangkan sebagai ketua pembina tim tersebut adalah Adi sasono.
dan masyarakat madani dan HAM. Gerakan keagamaan dan masyarakat madani,
ICMI muncul dan bergerak dengan menerapkan strateginya yaitu di satu sisi
Strategi gerakan ICMI terbentuk lewat dua strategi utama gerakan dalam
dalam rangka memenuhi kebutuhan praktis. Kedua, “perang posisi” yang ditandai
hukum, danbudaya dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan martabat rakyat
kecil dan kaum yang lemah guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
16
Ketua Umum ICMI Prof DR Jimly Asshiddiqie (2017) menilai, kesadaran yang
muncul dari dalam diri sendiri bisa dibentuk dari beragam hal. Namun kini yang
bangsa sendiri. Menurut Jimly, bangsa yang maju dan modern saat ini, tidak
Memang mulai saat ini harus sudah mulai dicari dan dimunculkan pakar
hukum tata negara adat. Pentingnya pakar hukum tata negara adat sebagai profesi
menghadapi persaingan selama tiga abad. Konflik seperti Palestina, Suriah, Irak,
Iran, ikut memicu gerakan trans nasionalisme. Saat ini bukan lagi neo
nasionalisme tapi universalime. Itu sebenarnya ide tentang agama untuk semua.
Rahmat untuk seluruh alam. Islam bukan hanya kepada seluruh umat manusia.
ICMI oleh Presiden Soeharto menunjukkan bahwa, sejak saat itu pemerintah
mulai menyadari bahwa Islam merupakan kekuatan politik yang tidak bisa
intelegensia umat Islam yang merupakan produk Orde Baru ternyata mempunyai
potensi intelektual dan kecakapan skill yang bisa diandalkan dalam suksesi
kontra pun terjadi, terutama dikritik oleh para penentangnya, pada intinya karena
kepentingan politik.
mengalami kegagalan dalam upaya menjadi salah satu powerhouse dalam politik
perkembangan ormas Islam yang satu ini memang tak mungkin lepas dari sebuah
rekayasa politik dari gabungan dua kekuatan: sebagian elite rezim Orde Baru
(yang direpresentasikan oleh mantan Presiden ke III, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie)
dan kelompok cendekiawan Muslim (seperti Adi Sasono, Dawam Rahardjo, dan
Nurcholish Majid). Dalam tempo yang teramat singkat, ICMI telah menjadi salah
satu pemain utama dalam perebutan kekuasaan antar faksi-faksi elite Orba pada
awal dan pertengahan 1990an, dan menjadi rival paling kuat bagi kelompok
militer dan kaum "sekuler" serta non Muslim yang juga saling berebut pengaruh
dan beraliansi.
lembaganya yang dulu sangat moncer seperti MASIKA, CIDES, dan secara tak
19
langsung The Habibie Center, harus melakukan redefinisi peran dalam sebuah
lingkungan politik yang berubah. Tokoh-tokoh terasnya pun tidak lagi tampil
presidium.
Terlepas dari pro-kontra itu, sejak 16 tahun yang lalu, ICMI telah menjadi
bagian dari dinamika ijtihad intelektual umat Islam Indonesia. Masa 16 tahun
bukan masa yang singkat bagi sebuah organisasi masyarakat (ormas) seperti
ICMI. Seharusnya, dalam kurun itu ICMI telah memberikan banyak hal terhadap
bukan organisasi politik. Tetapi, keberadaannya tidak bisa lepas dari jeratan
jaring-jaring politik Indonesia dan mau tidak mau, sedikit atau banyak, diakui
5. Kesimpulan
Dari ICMI lahir critical mass yang responsif terhadap dinamika dan
proses pembangunan yang tengah dijalankan. Di sisi lain, critical mass itu telah
diekspresikan sebagai karya tulis media cetak dan buku-buku. Ini semua
pembangunan bangsa. Potensi istimewa ini akhirnya tergalang dengan baik lewat
pembentukan ICMI. Melalui ICMI diharapkan potensi umat Islam yang meliputi
terlebih dalam menghadapi masa depan bangsa Indonesia, ICMI termasuk salah
kenegaraan dan kemasyarakatan Madinah. Maka para pengurus dan aktivis yang
berafiliasi pada ICMI juga perlu mengubah orientasi dari kognisi lama ICMI
program 5K. Kognisi yang dimaksud adalah memunculkan watak genuin ICMI
politik dan budaya Islam. Dalam perspektif ICMI, perhatian terhadap upaya
pragmatis termasuk dari para pendukungnya lebih kuat sejak proses kelahirannya.
dan perannya dengan menggandeng organisasi lain sebagai mitra dan jaringan.
gerakan sosial keagamaan yaitu bisa mencapai masyarakat madani yang saat ini
lebih bermakna dengan muatan strategi revolusi kultural, yaitu mengubah mind
“KKN” baru yang mencerminkan adab tinggi dan karsa kuat (ukhuwah dalam
6. Daftar Pustaka
Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara Dalam Politik Orde Baru, Jakarta: Gema
Insani, 1996.
Azyumardi Azra, Islam Reformis; Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
A. Makmur Makka, Dhurorudin Mashad, ICMI: Dinamika Politik Islam
diIndonesia, Jakarta: Pustaka Cesindo, 1996.
Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madani, Bandung: Pustaka
Hidayah, 1999.
Ahmad Watik Pratiknya, Pandangan dan Langkah Reformasi BJ. Habibie,
Jakarta: Rajawali Pers, 1999.
Danil L. Pals, Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Qalam, 2001.
Hendro Prasetyo, dkk, 2002, Islam dan Civil Society, Gramedia, Jakarta.
Henri L. Tischler, Introduction to Sociology, 1990, Chicago.
Ibnu Khaldun, 2001, Mukaddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Jimly Asshiddiqie, Komentar Ketua Umum ICMI Pusat. 2017
M. Dawan Raharjo dalam Nasrullah Ali Fauzi (ed), ICMI; Antara Status Quodan
Demokratisasi, Bandung: Mizan, cet. Ke-1, 1995.
M. Syafi’i Anwar, 1995, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Sebuah Kajian
Politiktentang Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina.
Thomas S. Kuhn, 1962, The Structure of Scientific Revolution, Chicago: The
University of Chicago Press.
Wach, Joachim, 1984, Ilmu Perbandingan Agama: Inti dan Bentuk Pengalaman
Keagamaan, Jakarta: Rajawali Press.
Weber, Max, 1962, The Sosiology of Religion, Boston: Beacon Press.
W. Hafner Robert, 1995, ICMI dan Perjuangan Menuju Kelas Menengah
Indonesia, Alih bahasa: Endi Haryono, Jakarta: Tiara Wacana.
Undang-Undang
Anggran Rumah Tangga ICMI.
Internet
https://youchenkymayeli.blogspot.co.id/2012/10/organisasi-sosial-keagamaan-
dalam.html. Diunggah, Senin (23/10/2017).
22