Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN II (G1)

PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Dosen Pengampu : Anak Agung Ngurah Agung Kresnandra, S.E.,M.S.A.,Ak.,CA.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Maria M. Virginia De Pazzi (2007531039)


Octavia Audrey Winata (2007531176)
I Wayan Yoghi Widhiartha Pratama (2007531225)
Gusi Putu Pratita Indira (2007531231)
Bintang Arhya Wisesha Susilo (2007531282)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
PEMBAHASAN

1. AKUN-AKUN DAN GOLONGAN TRANSAKSI DALAM SIKLUS


PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembaran adalah untuk menilai
apakan akun-akun yang di pengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta pengeluaran
kas untuk pembelian tersebut telah di sajikan secara wajar sesuai dengan standar
keuangan. Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini, yaitu:

a. Pembelian barang dan jasa


b. Pengeluaran kas
c. Retur pembelian dan potongan pembelian

Ada 10 akun yang lazim digunakan dalam siklus pembelian dan pembayaran
seperti yang ditunjukan pada akun T pada gambar 15-1. Dalam gambar tersebut hanya
ditunjukan akun kontrol untuk tiga kelompok besar beban umum yang digunakan pada
kebanyakan perusahaan. Untuk setiap akun kontrol, juga diberikan contoh akun
pembantu yang termasuk kedalam akun kontrol yang bersangkutan.
2. FUNGSI-FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA
CATATAN
3. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI

Dalam pengauditan pada umumnya, akun-akun yang paling banyak menyerap


waktu pemeriksaan adalah piutang usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan akun
beban. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk siklus
pembelian dan pembayaran terbagi dalam dua bagian besar berikut:

a. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis yang
telah disinggung di atas, yakni: order pembelian, penerimaan barang dan jasa,
dan pengakuan utang.
b. Pengujian pengeluaran kas, yang berkaitan dengan fungsi keempat, yakni;
pengolahan dan pencatatan pengeluaran kas.

Gambar 1 (Metodologi untuk Perancangan, Pengujian, Pengendalian, dan Pengujian


Substantif Transaksi untuk Silabus Pembelian dan Pembayaran)

1) Pemahaman Pengendalian Internal

Pemahaman tentang pengendalian internal untuk siklus pembelian dan pembayaran


sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, dapat diperoleh auditor dengan
mempelajari bagan alir yang berlaku pada perusahaan klien, mereview daftar
pertanyaan pengendalian internal, dan melaksanakan pengulan mengikuli jejak
transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman
pengendalian internal tentang siklus pembelian dan pembayaran serupa dengan
prosedur yang dilaksanakan untuk situs lainnya.

2) Menilai Risiko Pengendalian Direncanakan

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan atas pengendalian internal kunci untuk setiap


fungsi bisnis seperti telah dijelaskan pada awal bab ini, yaitu: otorisasi pembelian,
pemisahan antara penyimpan barang yang diterima dari fungsi-fungsi lainnya,
ketepatan waktu pencatatan dan review independen atas transaksi, serta otorisasi
pembayaran kepada pemasok.

a) Otorisasi Pembelian
Pemberian otorisasi yang tepat untuk pembelian menjamin bahwa barang dan
jasa yang dibeli sungguh-sungguh barang yang dibutuhkan perusahaan, dan
dengan demikian menghindarkan terjadinya pembelian yang berlebihan atau
tidak diperlukan. Banyak perusahaan mensyaratkan berbagai tingkat otorisasi
untuk pembelian yang berbeda atau menurut jumlah rupiahnya.
b) Pemisahan Antara Pemegang Aset dari Fungsi Lainnya
Kebanyakan perusahaan memiliki bagian penerimaan yang harus membuat
laporan penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang telah diterima dan
diperiksa. Salah satu copy biasanya dikirimkan ke gudang bahan baku dan
lembar lainnya dikirim ke bagian utang untuk memberi informasi yang mereka
butuhkan. Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus
diawasi secara fisik sejak barang tersebut diterima hingga digunakan atau
dijual. Personel yang ditugasi di bagian penerimaan harus independen dari
bagian gudang dan bagian akuntansi.
Terakhir, catatan akuntansi harus mengikuti perpindahan tangungjawab atas
barang setiap saat ketika barang tersebut berpindah, dari penerimaan barang ke
gudang, dari gudang ke pabrik, dan seterusnya.
c) Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen atas Transaksi
Pada sejumlah perusahaan, pencatatan utang yang timbul dari transaksi
pembelian dilakukan ketika barang atau jasa diterima. Pada perusahaan lainnya,
pencatatan ditangguhkan hingga faktur dari pemasok diterima. Cara manapun
yang dipakai, baglan utang bertanggungjawab untuk mencermati ketepatan
pembelian. Hal ini dilakukan dengan membandingkan rincian dalam order
pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok untuk
menentukan bahwa uraian atau deskripsi, harga, kuantitas, termin, dan biaya
pengangkutan dalam faktur penjual adalah benar. Bagian utang juga
berkewajiban memeriksa kebenaran perkalian, penjumlahan, dan
pendistribusian akunnya. Dalam perusahaan yang menerapkan akuntansi
berbantuan komputer, perangkat lunak komputer bisa memeriksa kesesuaian
antar dokumen pan memeriksa ketelitan faktur secara otomatis. Bagian utang
juga harus memeriksa penggunaan laporan penerimaan barang untuk
memastikan bahwa tujuan kelengkapan telah tercapai. Pengendalian penting di
bagian utang dan bagian teknologi intormasi mensyaratkan bahwa personel
yang mencatat pembelian harus adak memilki akses ke kas, surat berharga, dan
aset lain. Dokumen dan catatan yang cukup, prosedur yang tepat untuk
pencatatan, dan pengecekan independen atas kineria, semua merupakan
pengendalian yang penting dalam fungsi utang usaha.
d) Otorisasi Pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi:
(1) Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi olen
perusahaan.
(2) Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan
melaksanakan fungsi utang usaha.
(3) Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatangan
check sebelum suatu check ditandatangani.
Check harus bernomor urut tercetak untuk memudahkan pengawasan
penggunaan check dan dicetak pada kertas khusus untuk mempersulit
pengubahan nama penerima atau jumlah rupiahnya, jika check tersebut akan
disalahgunakan seseorang. Perusahaan harus melakukan pengawasan fisik atas
blangko check, check yang dibatalkan, maupun check yang sudah
ditandatangani. Perusahaan juga harus mempunyai cara untuk mencegan
penggunaan kembali bukti pendukung yang telah digunakan, misalnya dengan
memberi tanda dengan dicap atau diperforasi.
3) Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan efisiensinya,
auditor bisa menilai risiko pengendalian. Apabila auditor bermaksud untuk
mengandalkan pada pengendalian untuk mendukung penilaiann risiko pengendalian
pendahuluan di bawah maksimum, auditor melakukan pengujian pengendalian untuk
mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah beroperasi dengan efektif. Dengan telah
beroperasinya pengendalian secara efektif yang didukung dengan tambahan pengujian
pengendalian, auditor akan bisa menurunkan pengujian substantifnya.

4) Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan


Transaksi untuk Pembelian

Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada
pengendalian internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan
tercapai dalam audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari enam
tujuan audit golongan transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian khusus:

a) Pembelian Terbukukan Adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima


(Keterjadian)
Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan transaksi
yang tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama yang berupa pencatatan
pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga bisa mencegah klien dari
kesalahan mencatat beban bukan beban perusahaan, atau transaksi
penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan keuntungan bagi
manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan yang diaudit.
b) Pembelian yang Terjadi Telah Dibukukan (Kelengkapan)
Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan
utang usaha kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik
lebih saji. Auditor kadang kesulitan melakukan audit rinci saldo untuk
menentukan apakah suatu transaksi tidak tercatat, maka lebih mengandalkan
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk tujuan ini.
c) Pembelian Dicatat dengan Akurat (Ketelitian)
Apabila auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam
jurnal pembelian, maka bisa diterima apabila auditor memutuskan untuk
memeriksa dokumen pendukung pembelian periode ini yang lebih sedikit
selama melakukan pengujian rinci saldo dibandingkan dengan apabila
pengendalian tidak memadai. Apabila klien mengunakan catatan persediaan
perpetual, pengujian rinci saldo juga dapat dikurangi secara signifikan
seandainya auditor percaya bahwa catatan perpetual adalah akurat.
Pengendalian atas pembelian yang terkandung dalam catatan perpetual biasanya
diuji sebagian bagian dari pengujian pengendalian, dan pengujian substantif
golongan transaksi pembelian.
d) Pembelian Digolongkan dengan Benar (Penggolongan)
Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin
bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan
yang memadai mengenai penggolongan yang benar dalam jurnal pembelian.
Auditor akan banyak membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian
dokumen pembelian aset tetap dan akun-akun beban periode ini guna
memeriksa ketelitian dan kebenaran penggolongan. Oleh karena itu akan sangat
menghemat waktu apabila pengendalian internal efektif.
5) Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan
Trasaksi untuk Pengeluaran Kas

Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas pada


saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal pembelian
untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan dokumen pendukung
lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian verifikasi dilakukan secara
efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.
6) Sampling Atribut untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Golongan Transaksi
Mengingat pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan transaksi
untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut menjadi sangat
lazim dilakukan. Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian dan pembayaran
dibandingkan dengan siklus lainnya :
a) Siklus ini menyangkut banyak akun, baik yang berupa akun-akun laba rugi,
maupun akun neraca. Dampaknya ialah kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penggolongan menjadi tinggi, bahkan beberapa diantaranya berpengaruh
terhadap laba bersih.
b) Dalam siklus ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang signifikan,
kebutuhan atas pertimbangan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian.
c) Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat besar.
Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan tidak biasa
seperti itu dan mengujinya 100%.

4. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN RINCI SALDO


UNTUK UTANG USAHA
DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Yusuf 2014, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, Yogyakarta:
STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai