Anda di halaman 1dari 6

Peduli Kepada Orang Lain, Menegakkan Kebenaran dan Keadilan

Khotbah Minggu 10 Oktober 2021

Rancangan Khotbah • 27 September 2021 • Bidang Teologi

Minggu Biasa – Bulan Ekumene

Stola Hijau

Bacaan 1: Amos 5 : 6 – 7, 10 – 15

Bacaan 2: Ibrani 4 : 12 – 16

Bacaan 3: Markus 10 : 17 – 31

Tema Liturgis: Hidup Bersama dalam Kepedulian.

Tema Khotbah: Peduli kepada Orang Lain, Menegakkan Kebenaran dan Keadilan

Penjelasan Teks Bacaan

(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Amos 5 : 6 – 7, 10 – 15

Amos berkarya di Israel pada zaman pemerintahan raja Israel Yerobeam II, kira-kira sekitar tahun 760
sebelum masehi. Kemungkinan Amos berkarya dalam waktu yang cukup pendek; mungkin kurang dari
setahun. Amos menangkap panggilan Allah untuk mewartakan firman-Nya di kerajaan Utara (Israel).
Pada waktu itu kerajaan Israel utara sedang mengalami zaman keemasan, tetapi jurang yang semakin
lebar antara kelompok kaya dengan sebagian besar rakyat jelata tampak nyata. Tema besar pewartaan
Amos adalah kritik atas ketidakadilan sosial yang merajalela di Israel serta kritik atas penindasan
terhadap orang yang tidak berdaya. Dia mewartakan akhir kerajaan Israel utara, “kesudahan telah
datang bagi umat-Ku Israel. Aku tidak akan memaafkan lagi” (Amos 8:2).
Karena itu Amos mengajak orang Israel untuk mencari yang baik dan bukan hal yang jahat serta
menegakkan keadilan supaya bisa hidup. Dengan demikian Allah akan menyertai umat-Nya (ayat 14 dan
15). Selain daripada itu Amos juga mengajak umat Israel untuk selalu mencari Tuhan dalam hidupnya,
supaya tidak datang hukuman Allah.

Ibrani 4 : 12 – 16

Surat Ibrani adalah surat yang dituliskan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Roma yang
sedang menghadapi pergumulan iman kekristenan. Mereka banyak mengalami penderitaan seperti
penganiayaan berat baik secara sosial maupun fisik. Baik dari pihak bangsa Yahudi maupun Romawi.
Oleh karena demikian beratnya pergumulan yang mereka hadapi sehingga tidak jarang banyak dari
mereka harus berpikir ulang tentang kebenaran iman mereka dalam kekristenan dan kesetiaanya
kepada Kristus. Sehingga banyak juga yang tergoda untuk kembali kepada agama Yahudi dan hendak
meninggalkan Kristus dan agama Kristen. Oleh karena itu, penulis Ibrani menyuarakan supaya mereka
tetap berpegang teguh kepada pengakuan iman mereka kepada Kristus dan tetap menghidupi
kekristenannya. Dan untuk menguatkan pengajaran itu, surat Ibrani memaparkan keunggulan
Kekristenan dan keutamaan Kristus dari semua tokoh-tokoh besar dalam agama Yahudi bahkan dengan
malaikat sekalipun. Penulis mau mengingatkan para pembaca supaya tidak putus asa tetapi supaya tetap
berpegang teguh kepada pengakuan iman percayanya kepada firman Tuhan yang berkuasa dan kepada
Yesus yang lebih tinggi daripada imam-imam Perjanjian Lama. Dialah Imam yang sejati dan yang
sesungguhnya keimaman-Nya melebihi imam yang telah ada karena Yesus sebagai Imam Besar yang
Agung telah melintasi semua langit (ayat 14 dan 15).

Karena itu disampaikan pada ayat 12 dan 13 akan kekuatan firman Allah yang hidup, yang kuat dan
tajam, lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, menusuk amat dalam dan memisahkan jiwa dan
roh (ayat 12). Selain daripada itu juga tidak bisa makhluk untuk bersembunyi tidak diketahui oleh Allah.
Setia yang hidup harus mempertanggungjawabkan hidupnya pada Allah (ayat 13).

Markus 10 : 17 – 31

Bacaan ini adalah percakapan Yesus dengan pemimpin muda yang kaya. Percakapan ini terjadi pada saat
Yesus meninggalkan rumah tempat Dia menginap, mungkin di suatu tempat di Perea (ayat 10). Markus
sekadar menyatakan, bahwa pada saat itu datanglah seorang berlari-lari, tetapi ia tidak menyebutkan,
bahwa orang itu adalah seorang pemimpin. Orang kaya ini menganggap, bahwa hidup yang kekal
diperoleh dengan berbuat baik. Pertanyaan Yesus: Mengapa kau katakan Aku baik? Dimaksudkan untuk
membuat orang muda itu berpikir tentang identitas Kristus yang sebenarnya. Pertanyaan itu merupakan
pernyataan tidak langsung tentang keilahian diri-Nya, sebab kebaikan atau keadaan tidak berdosa hanya
dimiliki oleh Allah sendiri. Kristus lalu menyebutkan beberapa perintah Allah dalam Kitab Keluaran,
tanpa memperhatikan urutannya (ayat 19). Jangan mengurangi hak orang, mungkin dimaksudkan untuk
menunjuk pada perintah kesepuluh, yang berhubungan dengan keserakahan.

Tujuan Yesus dalam meminta perhatian kepada hukum ialah menunjukkan kepada orang muda itu,
ketidakmampuannya untuk memperoleh hidup yang kekal dengan melakukan perbuatan baik.
Perkataan pemuda bahwa semuanya itu telah kuturuti. Pemuda ini dapat membuat pernyataan tersebut
tanpa berbohong, tetapi kebenarannya merupakan ketaatan yang lahiriah saja. Suatu kebenaran yang
sama dengan kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi.

Yesus memandang orang muda itu dengan sungguh-sungguh dan dengan menyelidik dan Yesus
menaruh kasih kepadanya. Yesus kemudian memasuki inti dari permasalahan pemimpin muda itu, yakni
keterikatannya pada harta kekayaannya dan bukan pada Allah. Disinilah letak satu lagi kekurangannya.
Untuk ikut Yesus, orang itu harus menyingkirkan halangannya, yaitu kasihnya akan uang.

Perbuatan baik tidak akan membuat seseorang memperoleh hidup yang kekal; hidup kekal diperoleh
dengan menjadi serupa dengan Kristus. Tuhan tidak menyangkal/ mengatakan kemungkinan bahwa
orang bisa diselamatkan. Dia hanya mengatakan bahwa hal itu sulit sekali. Itu bagaikan orang kaya yang
sulit masuk ke surga. Seperti unta masuk lubang jarum (ayat 24 dan 25) itu tidak mungkin, tetapi semua
yang tidak mungkin itu, mungkin sekali bagi Allah. Kemudian Markus mengingatkan upah ketika
mengikut Yesus, bahwa semua akan dilipat gandakannya (ayat 28-30).

Benang Merah Tiga Bacaan:

Seringkali kita terikat dengan harta duniawi, ini yang menghalangi kita untuk bisa menjadi pengikut
Tuhan Yesus yang sebenarnya. Kecintaan penuh kepada Tuhan, percaya penuh akan kuasa-Nya, Dia
melebihi akan apapun di dunia ini, akan membawa kita pada keselamatan. Bukan karena perbuatan baik
kita, namun semata anugerah dari Tuhan. Sebagai ucapan syukur kita akan anugerah Tuhan itu kita
wujudkan dengan mengabarkan kebaikan, memperjuangkan keadilan, dan peduli pada orang lain dalam
kehidupan kita.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia

(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus, saya kira kita sering mendengar peribahasa,
“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Peribahasa sederhana ini, mau menggambarkan bahwa
kehidupan kita manusia harus saling melengkapi. Peribahasa ini juga mau menyadarkan kepada kita
bahwa sesungguhnya keberadaan kita berarti bagi orang lain. Kita juga diingatkan bahwa kita tidak bisa
hidup sendiri di dunia ini. Karena memang, kita diciptakan untuk saling melengkapi dari segi segala hal.
Hal inilah yang mau kita lihat dan renungkan dalam bacaan kita pada saat ini.

Isi

Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam bacaan kita, Injil Markus menyatakan bahwa
pada saat itu datanglah seorang berlari-lari, tetapi ia tidak menyebutkan bahwa orang itu adalah
seorang pemimpin yang kaya. Orang kaya ini menganggap, bahwa hidup yang kekal dapat diperoleh
dengan berbuat baik. Pertanyaan Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik?” Perkataan ini dimaksudkan
untuk membuat orang muda itu berpikir tentang identitas Kristus yang sebenarnya. Pertanyaan itu
merupakan pernyataan tidak langsung tentang keilahian diri-Nya, sebab kebaikan atau keadaan tidak
berdosa hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Kristus lalu menyebutkan beberapa perintah Allah dalam Kitab
Keluaran, tanpa memperhatikan urutannya (ayat 19). Jangan mengurangi hak orang, mungkin
dimaksudkan untuk menunjuk pada perintah kesepuluh, yang berhubungan dengan keserakahan.

Tujuan Yesus meminta perhatian kepada Hukum ialah menunjukkan kepada orang muda itu,
ketidakmampuannya untuk memperoleh hidup yang kekal dengan melakukan perbuatan baik.
Perkataan pemuda bahwa “semuanya itu telah kuturuti”. Pemuda ini dapat membuat pernyataan
tersebut tanpa berbohong, tetapi kebenarannya merupakan ketaatan yang lahiriah saja. Suatu
kebenaran yang sama dengan kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus memandang orang
muda itu dengan sungguh-sungguh dan dengan menyelidik, dan Yesus menaruh kasih kepadanya. Yesus
kemudian memasuki inti dari permasalahan pemimpin muda itu, yakni keterikatannya pada harta
kekayaannya dan bukan pada Allah. Di sinilah letak satu lagi kekurangannya. Untuk mengikut Yesus,
orang itu harus menyingkirkan halangannya, yaitu kasihnya akan uang.
Perbuatan baik tidak akan membuat seseorang memperoleh hidup yang kekal. Hidup kekal diperoleh
dengan menjadi serupa dengan Kristus. Tuhan tidak menyangkal kemungkinan bahwa orang bisa
diselamatkan. Dia hanya mengatakan bahwa hal itu sulit sekali. Itu bagaikan orang kaya yang sulit masuk
ke surga, seperti unta masuk lubang jarum (ayat 24 dan 25) itu tidak mungkin, tetapi semua yang tidak
mungkin itu, mungkin sekali bagi Allah.

Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi oleh Tuhan. Kita diajak oleh Tuhan untuk melepaskan kecintaan
kita pada harta duniawi yang bisa menghalangi kita untuk menjadi pengikut Tuhan yang baik.
Keselamatan yang diberikan oleh Tuhan melalui pengorbanan-Nya haruslah kita syukuri. Kita selamat
bukan karena perbuatan baik kita, namun karena anugerah-Nya. Sebagai ucapan syukur kita kepada-Nya
kita mengabarkan kebaikan, memperjuangkan keadilan dan peduli kepada sesama kita. Berkat yang
Tuhan berikan kepada kita harus kita syukuri sebagai anugerah Tuhan, sehingga kita memiliki hati yang
penuh dengan kemurahan. Kemurahan hati mereka merupakan anugerah Tuhan. Sebenarnya kita juga
mengalami penderitaan, dan mengalami berbagai kesulitan serta mungkin juga dalam kemiskinan.
Tetapi sekalipun demikian, memberi dengan sukacita, peduli dengan yang lain, harus tetap kita miliki
dalam hidup kita ini. Tidak perlu berkelebihan untuk memberi kepada yang berkekurangan di antara
sesama jemaat. Namun yang terpenting adalah ada kerinduan untuk saling memberi dan berbagi.

Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, yang sering terjadi dalam kehidupan ini adalah “boro-boro
memberi dan peduli orang lain, saya sendiri aja masih susah. Tuhan belum memberi berkat yang lebih
agar saya bisa membantu dan peduli kepada yang lain.” Kalau yang mampu berpikirnya, “enak saja
memberi, aku aja mencari harta ini harus bekerja keras, tidak kenal waktu membanting tulang. Kalau
hartaku saya gunakan untuk membantu dan peduli kepada orang lain nanti lama-lama hartaku akan
habis, dan sebagianya.” Itu semua terjadi karena kita tidak percaya penuh kepada Tuhan. Kita masih
cinta harta kita, padahal Tuhan juga memberi perumpamaan bahwa orang kaya akan susah masuk surga
seperti unta akan masuk dalam lubang jarum. Ini bukan berarti bahwa kita semua tidak boleh kaya raya,
tetapi kita diingatkan agar kita tidak mencintai harta kita melebihi apapun terlebih melebihi kecintaan
kita kepada Tuhan. Seharusnyalah kita percaya penuh kepada Tuhan. Percaya akan kekuatan dan kuasa-
Nya. Sebagaimana juga dalam bacaan kita yang kedua, bahwa Tuhan Yesus melebihi kuasa apapun di
dunia ini, Dialah imam yang sejati. Maka tidak seharusnyalah kita ragu akan kekuasaan Tuhan.

Bahkan Tuhan berjanji akan melipat gandakan semua yang telah kita berikan kepada Tuhan. Namun
hendaknya itu bukan menjadi motivasi kita untuk berbagi dan peduli kepada yang lain, tetapi kecintaan
kita kepada Tuhanlah yang mendasari kita melakukan itu semua dan wujud ucapan syukur kita atas
anugerah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan yang bahkan tidak bisa kita tebus dengan harta
kekayaan dan apapun juga.

Penutup

Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, kita tidak boleh merasa puas dengan apa yang telah terjadi.
Karena persoalan terus menerus ada, dan bahkan tantangan pun semakin meningkat. Kita masih terus
prihatin akan kemiskinan dan ketidakadilan masih terus membayangi kita. Si kaya semakin kaya dan si
miskin masih terlalu miskin, itulah salah satu indikator bahwa persekutuan jemaat atau persekutuan
masyarakat terjadi ketidak- seimbangan.

Keadaan seperti ini diperkuat dengan gaya hidup yang individual. Melihat orang makin tidak peduli
dengan orang lain, banyak orang makin tidak peduli dengan keadaan sekitar. Kalau peribahasa: “Berat
sama dipikul dan ringan sama dijinjing” berlaku maka saat sekarang ini tidak berlaku lagi, yang berlaku
adalah berat kamu pikul sendiri dan ringan baru kami mau pikul. Mari di bulan ekumene ini kita peduli
pada orang lain serta mau berbagi, mewartakan kebaikan, memperjuangan keadilan, tidak mencintai
harta kita, namun mencintai Tuhan Yesus sepenuhnya. Sehingga keberadaan kita bisa berarti bagi orang-
orang yang berada di sekitar hidup kita. Tuhan memberkati. Amin. (syn)

PUJIAN: KJ. 424 : 1, 2 Yesus Menginginkan Daku

Anda mungkin juga menyukai