Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 7
Kelas : Biologi 1
1. MUHAMMAAD ABDILLAH (T20178004)
2. DERRIS MAULIDAH F. ( T20178006)
3. IMROATUS SHOLIHAH (T20178017)
4. WINDI VIO ARISKA (T20178028)
5. IRMA AIDYA F. (T20178036)
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam interaksi
tersebut, proses perubahan perilaku terjadi akibat dari pengalaman dan latihan.
Tentu saja hal tersebut tak lepas dari peran seorang guru.Guru merupakan
elemen penting dalam setiap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu seorang
guru dituntut untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Maksud dari kata
efektif disini yakni, guru diharapkan menerapkan teori, metode, media,
maupun teknik komunikasi yang sesuai dan tepat kepada peserta didik.
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan
terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah
konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar
pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga
mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas
masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung
kepada benda-benda konkret. Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal
siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik
tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat
memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya
untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai
proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana
mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus
membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut agar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme
ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk
pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya
peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan
konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konstruktivistik ?
2. Bagaimana ciri-ciri dan prinsip belajar teori belajar konstruktivistik ?
3. Bagaimana konsep dasar teori belajar kontruktivistik ?
4. Bagaimana konsep dasar teori belajar konstruktivistik oleh beberapa
Tokoh ?
5. Bagaimanaimplikasi konstruktivisme dalam pembelajaran ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian konstruktivistik.
2. Menjelaskan ciri-ciri dan prinsip belajar teori belajar konstruktivistik.
3. Menjelaskan konsep dasar teori belajar kontruktivistik.
4. Menjelaskan konsep dasar teori belajar konstruktivistik oleh beberapa
Tokoh.
5. Menjelaskan implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran.
6. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Husamah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang : Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang,
2018), hlm45
B. Ciri-ciri dan Prinsip Belajar menurut Konstruktivistik
1. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh
teori konstruktivisme, yaitu:
a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil
e. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
i. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif
j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
k. Menekankan bagaimana siswa belajar
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
n. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
o. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
p. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
q. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
2. Prinsip Belajar Konstruktivistik
Menurut Suparno (2012) proses belajar menurut konstruktivistik
antara lain sebagai berikut :
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi aeri itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan
rekontruksi, baik secara kuat maupun lemah.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan pengembanhan itu
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut suatu penemuan dan
pengaturan kembalipemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang
dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan adalah situasi baik untuk belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si
pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
3
Suyonom, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011) hal. 111-115.
anak elajar sendiri. Kecerdasan menurut konsep Vygotsky tidak diukur dari
apa yang bisa dilakukan anak sendirian, tetapi kecerdasan dapat diukur
dengan lebih baik dengan melihat apa yang dapat dilakukan anak dengan
bantuan yang semestinya (dari orang dewasa)
Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai
sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang
dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-
bidang tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa
dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,
anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih
tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-
alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh
anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran
yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi
semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia.
Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain
dalam kebudayaannya.
Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam
keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung.Informasi
tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan
interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan
manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial
yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan
mental anak-anak menjadi matang.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa
konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan
jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak
akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan
orang lain.
Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan
melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi
masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual
development dan potensial development pada anak. Actual development
ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah
antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa
atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan
dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan
pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan
berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya
bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Teori Vygotsky yang lain adalah “ scaffolding “. Scaffolding merupakan
suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-
anak melalui Zone of proximal developmentnya.Scaffolding adalah
memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap -
tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan
menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri
Kostruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada
pengaruh budaya. Sehubungan dengan itu, Vygotsky mendasari pemikiran
bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang. budaya adalah
penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya,
sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya
keluarga. Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana
berpikir. Konsep dasar teori ini diringkas sebagai berikut.
a) Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui
2 cara, yaitu melalui budaya dan lingkungan budaya, melalui budaya
banyak isi pikiran (pengetahua) individu diperoleh seseorang, dan melalui
lingkungan budaya sarana adaptasi intelektual bagi individu berupa
proses dan sarana berpikir bagi individu dapat tersedia.
b) Perkembangankognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses
percakapan) dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan
masalah bersama orang lain, terutama orang tua, guru, saudara sekandung
dan teman sebaya.4
4
Ibid ,hlm 88
2. Konsep Belajar Jean Piaget
a. Skema
Skema adalah suatu structural mental seseorang dimana ia secara
intelektual beradaptasi dengan lingkngan sekitarnya. skema itu akan
beradaptasi dan berubah bersama perkembangan kognitif seseorang. skema
bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian
proses dalam system kesadaran orang. Oleh karena itu, skema tidak
mempunyai bentuk fisis dan tidak dapat dilihat.Skema juga dapat dipikirkan
sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran seseorang.Skema seseorang
itu berkembang terus-menerus.Skema seorang anak berkembang menjadi
skema orang dewasa.Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin
berkembang dan lengkap.Misalnya, gambaran anak tentang ayam.Pada
awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karna didasrkan pada cerita
orang uanya atau pada pengalaman pertama kali melihat ayam, gambaran atau
skemanya tentang ayam semakin berkembang dan lengkap.
Orang dewasa mempunyai skema yang banyak karna pengalaman
hidupnya.Seorang anak biasanya hanya mempunyai skema yang terbatas.
Namun dengan semakin banyak berpengalaman dalam hidup dan berkontak
dalam lingkungannya, skema seorag anak akan bertamabah banyak. Jelas
bahwa pengalaman seseorang berhadapan dengan situasi dan lingkungan
menjadi unsure yang penting dalam memperluas dan memperbanyak
skemanya.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah
ada did lam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses
kognitif untuk menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau
rangsangan yang baru ke dalam skema yang telah ada. Setiap orang secara
terus-menerus mengembangkan proses ini.
Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema,
tetapi memperkembangkan skema. Misalnya, seorang anakan mempunyai
konsep mengenai “lembu”.Dalam pikiran anak itu, ada skema
“lembu”.Mungkn skema anak itu menyatakan, bahwa lembu itu binatang yang
berkaki empat, berwara putih, dan makan rumput. Skema itu terjadi pada
waktu anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang
berwarna putih, berkali empat, dan sedang makan rumput. Dalam perjalanan
hidupnya anak itu bertemu dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang
warnanya lain , dan sedang tidak makan rumput, tetapi sedang menarik
gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain itu, anak
memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi : lembu itu bnatang
berkaki empat, dapat berwarna putih atau kelabu, makannya rumput serta
dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi tamnah
lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai , tetapi juga dikembangkan
dan dilengkapi. Asimilasi tersebut merupkan salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkngan/tantangan
baru sehingga pengertian orang itu berkembang.
c. Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman
yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu
samasekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti
ini, orang tersebut akan mengadakan akomodasi. Ia dapat mendapat dua hal :
(1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru,
atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Kedua hal ini disebut akomodasi, yaitu pembentukan skema baru atau
mengubah skema yang lama. Misalnya, seorang anak mempunyai suatu skema
bahwa semua padat akan tenggelam ke dalam air. Suatu hari, ia melihat
beberapa benda padat yang terapung diatas sungai. Ia merasakan bahwa
skema lamanya tidak ccock lag. Ia mengalami konflik dalam pikirannya. Ia
harus mengadakan perubahan skema lama dengan membentuk skema baru
yang berisi : tidak semua benda padat tenggelam dalam air.
Skema seseorang dibentuk oleh pengalaman sepanjang waktu.Skema
menunjukkan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang saat ini tentang
dunia sekitarnya.Skema ini suatu kontruksi, bukan tiruan dari kenyataan dunia
yang ada. Menurut piaget, proses asimilasi dan akomodasi ini terus
berlangsung dalam diri seseorang.
d. Ekuilibrasi
Dalam perkembangan kognitif, diperlukan kesetmbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Prose situ disebut equilibrasi, yaitu pengaturan diri
mekanis (mechanical self-regulation) yang perlu untuk mengatur
kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disekuilibrium adalah
keadaan tidak setimbang anatara asimilasi dan akomodasi.Ekuilibrasi adalah
proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke ekuilibrium. Proses tersebut
berjalan terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi.
Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan
struktur dalamnya (skema).Bila terjadi ketidak setimbangan, seseorang dipacu
untuk mencar kesetimbangan yang baru dengan asimilasi atau akomodasi.5
5
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta:kanisius,2001) hlm21-24
akan dibahas. Pelajar diberi kesempatan untuk mengilustrasikan
pemahamannya tentang suatu konsep.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini pelajar diberi kesempatan untuk menyelidiki kegiatan dan
menemukan konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang
telah dirancang oleh pendidik kemudian didiskusikan secara berkelompok.
3. Diskusi dan penjelasan konsep
Pada tahap ini pelajar menyampaikan penjelasan dan solusi berdasarkan
hasil observasi yang telah ditentukan oleh pendidik, pendidik sesekali
memberikan penjelasan sehingga pelajar tidak ragu-ragu mengenai
konsepnya.
4. Pengembangan dan aplikasi
Pada tahap ini pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang
memungkinkan pelajar dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya
baik melalui kegiatan ataupun pemunculan dan pemecahan masalah-masalah
yang berkaitan dengan isu yang ada.
Dikatakan juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis
hendaknya memenuhi beberapa prinsip, yaitu:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat
melakukan konstruksi pengetahuan;
b. Pembelajaran dilaksanakan dengan mengkaitkan kepada kehidupan nyata;
c. Pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan kepada kenyataan yang
sesuai;
d. Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
e. Pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social
peserta didik;
f. Pembelajaran menggunakan barbagai sarana;
g. Melibatkan peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuan peserta didik.6
1. Kelebihan
a. Siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah,
b. Mengembangkan gagasan dan membuat keputusan. Siswa dapat lebih
paham karena terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
c. Mereka dapat mengaplikasikannya dalam semua situasi.
d. Siswa terlibat secara langsung dan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih
lama terhadap semua konsep yang dipelajarinya.
e. Disamping itu, kemahiran sosial diperoleh ketika berinteraksi dengan
rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru sehingga:
1) Memunculkan kesadaran bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
sendiri,
2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari sendiri pertanyaannya,
3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri,
4) Menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
6
Dalyo, Psikologi pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal. 34
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukanpenanganan yang berbeda beda.7
7
M. andi setiawan,,belajar dan pembelajaran,( Publisher Uwais Inspirasi Indonesia.Bandung: Cv
Pustaka press). 2005.Hlm:45
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konsep konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau
pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran
filsafat ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri dan juga
merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar, tidak
semata pengalaman kognitif. Konstruktivistik mengakibatkan siswa kreatif
dan aktif.
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan
oleh teori konstruktivisme, yaitu Menekankan pada proses belajar, bukan
proses mengajar, Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
menekan pada hasil, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada
pengalaman nyata.
prinsip belajar menurut konstruktivistik yaitu belajar berarti
membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi aeri itu dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai
Konsep dasar teori belajar konstruktivistik yaitu
1. Siswa Sebagai Individu yang Unik
2. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
3. Tanggung jawab Pembelajaran
4. Motivasi Pembelajaran
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator
6. Kolaborasi Antar Pembelajar
7. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Kostruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada
pengaruh budaya. Sehubungan dengan itu, Vygotsky mendasari pemikiran
bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang. budaya adalah
penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya,
sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya
keluarga
1. Apersepsi
2. Eksplorasi
3. Diskusi dan penjelasan konsep
4. Pengembangan dan aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Dalyo. 2009. Psikologi pendidikan .Jakarta: PT Rineka Cipta
Husamah,dkk. 2018. BELAJAR & PEMBELAJARAN. Malang: umm press
M. andi setiawan. 2005. belajar dan pembelajaran,( Publisher Uwais
Inspirasi Indonesia) Bandung: Cv Pustaka press
Suyonom. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Paul Suparno. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget,
(Yogyakarta:kanisius,