Soal:
No Skor
“PT Astema” adalah produsen bolam lampu untuk kendaraan. Perusahaan
1 telah menerima pemberitahuan kedatangan barang dari perusahaan 40
pelayaran yang berupa cairan kimia yang dibeli vendor di Busan, Korea
Selatan. Bagi perusahaan, ini adalah impor perdana.
Ketentuan bea masuk sepeda atau barang impor lainnya diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor NOMOR 17/PMK.010/2020
TENTANG PENETAPAN SISTEM KLASIFIKASI BARANG DAN
PEMBEBANAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR.
Setiap impor Inverter 8504.40.40 bea masuk sebesar 10% dari harga jual.
Lalu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor sebesar 10 %. Dasumsikan
Kurs yang berlaku pada saat pembayaran 1 US$ = Rp. 14.500, Sebagai
informasi tambahan bahwa PT Sindoro Aji telah memiliki API.
Berdasarkan Invoice di atas coba Anda hitung biaya yang harus dikeluarkan
oleh PT CJDW untuk mengurus administrasi kepabeanan impor!
Jawaban:
1. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh PT Astema / PT TMG untuk memproses
administrasi kepabeanan impor:
1) Kedatangan sarana pengangkut. Sarana pengangkut yang akan memasuki
daerah pabean diwajibkan untuk memberitahukan Rencana Kedatangan Sarana
Pengangkut (RKSP) kepada Kantor Bea Cukai. RSKP wajib diserahkan kepada
Pejabat di setiap Kantor Pabean yang akan disinggahi sebelum kedatangan.
Penyerahan pemberitahuan RKSP dari pengangkut kepada pejabat di Kantor
Bea Cukai dilakukan secara elektronik menggunakan sistem pertukaran data
elektronik atau dilakukan melalui media penyimpanan atau formulir manual
(untuk kantor yang belum menggunakan sistem pertukaran data elektronik).
Bentuk RKSP adalah pemberitahuan BC1.0.
2) Pemberitahuan Umum. Pengangkut yang telah menyerahkan RKSP wajib
menyerahkan pemberitahuan umum atas barang niaga yang diangkutnya yang
berupa Inward Manifest (wajib dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa
inggris). Kode dokumen ini dalam sistem kepabeanan adalah BC 1.1.
Penyerahan manifes pemasukan harus dilakukan sebelum pembongkaran
barang impor. Dalam hal tidak segera dilakukan pembongkaran, inward manifest
wajib disampaikan paling lambat 24 jam sejak kedatangan sarana pengangkut
yang melalui laut. Manifes adalah daftar muatan barang-barang niaga yang
diangkut oleh sarana pengangkut. Daftar yang tertuang dalam manifes
merupakan kompilasi dari Bill of Lading (B/L) atau Air Way Bill untuk masing-
masing pemilik barang. Pemberitahuan manifes akan diproses oleh sistem
komputer pabean atau oleh pejabat secara manual pengangkut telah
memberitahukan RKSP. Dalam hal telah diisi benar dan lengkap, pemberitahuan
manifes akan diberikan nomor dan menjadi sah secara hukum sebagai
pemberitahuan pabean. Nomor dan tanggal manifes selanjutnya akan menjadi
satu elemen data yang akan diberitahukan importir dalam Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).
3) Pembongkaran. Setelah pengangkut menyerahkan manifes dan sistem bea dan
cukai telah menerima dan memberikan nomor pendaftaran BC1.1 yang sekaligus
sebagai izin pembongkaran dari Kepala Kantor Pabean, maka barang impor
dapat dibongkar ke darat. Pembongkaran barang dari sarana pengangkut harus
dalam pengawasan pejabat bea dan cukai. Jumlah peti kemas yang dibongkar
harus sama dengan yang diberitahukan dalam manifes. Paling lama 24 jam
setelah selesai pembongkaran barang impor, pengangkut wajib menyampaikan
daftar kemasan atau peti kemas atau jumlah barang curah yang telah dibongkar
kepada Pejabat di Kantor Pabean secara manual atau melalui media elektronik.
4) Penimbunan. Barang impor yang selesai dibongkar dari sarana pengangkut akan
ditempatkan di suatu gudang atau lapangan penumpukan sementara dalam area
kawasan pabean. Lokasi penumpukan ini disebut Tempat Penimbunan
Sementara (TPS). Selain penumpukan di TPS, barang impor dapat
dimungkinkan untuk ditimbun sementara di gudang atau lapangan penimbunan
milik importir setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Bea dan Cukai.
Tanggung jawab pengangkut terhadap barang impor yang dibawanya akan
berakhir setelah barang diserahterimakan kepada pengelola TPS, selanjutnya
tanggung jawab penguasaan barang impor menjadi tanggungan pengelola TPS
sampai dengan dikeluarkannya barang impor dari TPS.
5) Barang impor yang telah tiba di TPS baru dapat dikeluarkan apabila importir
pemiliknya telah menyelesaikan kewajiban formalitas kepabeanannya. Tahapan
urutan penyelesaian kewajiban kepabeanan impor meliputi registrasi
kepabeanan, penyusunan draf PIB, penyelesaian izin Lartas, pembayaran bea
masuk dan PDRI dan proses penelitian PIB. Registrasi kepabeanan merupakan
pendaftaran subjek pengguna jasa kepabeanan yang akan mengakses sistem
aplikasi kepabeanan (CEISA). Hak akses sistem kepabeanan baru dapat
dilakukan apabila pengguna jasa telah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Oleh karena itu, PT Astema wajib mendaftar pada sistem CEISA untuk
mendapatkan NIB.
6) Izin lartas impor dikeluarkan oleh instansi teknis terkait, antara lain: Kementerian
Perdagangan, Kesehatan, Kehutanan, Pertanian, ESDM, Kominfo dan juga Polri.
Pihak DJBC bertindak sebagai eksekutor atas ketentuan perijinan lartas yang
dikeluarkan instansi teknis terkait tersebut.
7) PT Astema wajib melakukan penghitungan dan pembayaran bea masuk dan
Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) atas barang yang diimpor sesuai dengan
jumlah yang tercantum dalam PIB. Pembayaran bea masuk dan PDRI dilakukan
melalui Bank Devisa Persepi atau Kantor Pos Persepsi. Sebagai tanda bukti
pembayaran, Importir akan menerima SSPCP yang telah diterakan NTPN dan
NTB/NTP.
8) Proses selanjutnya adalah penyampaian data Pemberitahuan Impor Barang
(PIB). Penyampaian data PIB dilaksanakan secara elektronik menggunakan
sistem PDE kepabeanan. Sistem kepabeanan selanjutnya akan meneliti
kebenaran dan/atau kelengkapan data PIB yang diajukan.
9) Untuk memberikan kelancaran arus barang impor. Kantor Bea dan Cukai
menerapkan manajemen risiko pengeluaran barang impor, artinya pemeriksaan
barang impor hanya dilakukan secara selektif berdasarkan profiling komoditi.
Dalam hal ini, PIB importir akan dilayani dalam beberapa sistem jalur
pengeluaran barang impor, yaitu: jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur MITA
prioritas dan non prioritas.
10) Barang impor dapat dikeluarkan dari TPS apabila Surat Persetujuan Pengeluaran
Barang (SPPB) telah diterima oleh pihak importir. SPPB adalah dokumen yang
diterbitkan oleh kantor pabean setelah formalitas pabeannya telah dipenuhi.
Selanjutnya SPPB berfungsi sebagai ijin pengeluaran barang impor dari TPS di
Pelabuhan. Jika PT Astema telah menyelesaikan kewajiban formalitas
kepabeanan impornya, maka PT Astema akan memperoleh SPPB. Dokumen ini
akan digunakan untuk mengeluarkan barang yang diimpor berupa cairan kimia
dari TPS. Kemudian PT Astema dapat menggunakan cairan kimia tersebut.
Proses administrasi kepabeanan impor selesai.
2. Biaya yang harus dikeluarkan oleh PT Sindoro Aji / PT CJDW untuk mengurus
administrasi kepabeanan impor:
Diketahui:
Cost/FOB = US$ 1.320
Bea masuk = 10% x harga jual
PPN = 10% x nilai impor
Kurs US$1 = Rp14.500
Perusahaan mempunyai API
Jawab:
*dengan asumsi pengangkutan melalui laut untuk barang yang berasal dari Asia non
ASEAN dan Australia (tarif biaya angkut 10% dari FOB).
Jadi, biaya yang harus dikeluarkan PT Sindoro Aji / PT CJDW untuk mengurus
adminitrasi kepabeanan impornya adalah Rp5.025.326,625 atau dapat dibulatkan
menjadi Rp5.025.327
Sumber :
BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 2 (Surono)