Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PENGARUH TERHADAP

POLA MAKAN,POLA AKTIVITAS FISIK DAN KONTROL RUTIN

PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Siti Nur Halizah

Nim : 20010127

Kelas : 2020D

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI

JEMBER 2022

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Militus (DM) merupakan kondisi kronis dimana terjadi kenaikan kadar
glukosa dalam darah dikarenakan tubuh tidak dapat menghasilkan atau memproduksi
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif sehingga mengakibatkan
terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah
hiperglikemi (World Health Organization (WHO), 2016

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik akibat perubahan pada sel beta
pankreas yang berdampak pada munculnya kondisi hiperglikemia pada penderita. Diabetes
mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh
penduduk di Indonesia dan dunia bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang penting
(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2018).

DM juga biasa disebut sebagai Mother of Disease dikarenakan DM adalah induk dari
berbagai penyakit lainnya seperti hipertensi, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan amputasi
kaki. World Health Organization (2016), Diabetes mellitus berkaitan dengan Perubahan
gaya hidup seperti makan, kurangnya aktifitas fisik dan obesitas dianggap sebagai faktor
penyebab tidak terkontrolnya kadar gula darah. Pengaturan jumlah, jenis makanan serta
olah raga tidak dapat diabaikan. Prinsip pengaturan maka pada penderita Diabetes mellitus
dengan memperhatikan jumlah kalori dan zat gizi yang dibutuhkan, jenis bahan makanan
serta keteraturan jadwal makan (Sulistyowati, 2017).

Berdasarkan penelitian, diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian


tertinggi ketiga di Indonesia. Diabetes merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Seseorang dikatakan menderita Diabetes
Mellitus apabila terdapat 3 gejala klasik (Trias DM) dan gula darah sewaktu >200mg/dl
atau Gula Darah Puasa > 126 mg/dl. Jika tidak dikontrol, penyakit ini bisa menjadi pemicu
komplikasi terhadap penyakit stroke, hipertensi dan penyakit kronik lainnya.

2
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, dan penentuan keluarga terhadap
penderita yang sakit (Friedman 2010). Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh
seseorang yang menderita diabetes. Dengan adanya dukungan keluarga, penderita diabetes
merasa dicintai, dihargai dan masih dibutuhkan oleh anggota keluarga. Dukungan keluarga
dapat mempengaruhi pola makan dan pola aktivitas pada penderita diabetes. Kurangnya
dukungan dari keluarga membuat pola makan dan pola aktivitas menjadi negatif, sehingga
secara tidak langsung akan mempengaruhi kepatuhan penderita diabetes dalam melakukan
kontrol rutin.

Sebagian besar penderita DM adalah perempuan yang berusia 51-60 tahun, pendidikan
SD dan sudah menderita DM kurang dari lima tahun. Di Jawa Timur penderita DM yang
terdiagnosis sebesar 2,1% dengan jumlah perkiraan penderita sebanyak 605.974 orang dan
jumlah orang yang tidak mengalami diabetes tetapi 1 bulan terakhir mengalami gejala
diabetes sebanyak 0,4% atau sebanyak 115.424 orang (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013). 1 dari 2 orang penyandang diabetes masih belum
menyadari bahwa dirinya terkena diabetes. DM akan tidak dapat dikendalikan apabila
penderita tidak melakukan kontrol secara rutin dan akan menimbulkan komplikasi yang
dapat membahayakan kesehatan tubuh. Hasil penelitian pada 600 orang, menunjukkan
hanya 16,6% penderita yang patuh dalam pengobatan anti-diabetik dan kontrol gula darah,
23,3% penderita DM yang patuh terhadap pengaturan diet dan 31,7% penderita DM yang
patuh untuk melakukan latihan fisik (Sharma, Kalra, Dhasmana, & Basera, 2014). Hasil
penelitian Hamarno, Nurdiansyah, & Toyibah (2016) menunjukan bahwa adanya
kepatuhan kontrol dari penderita DM tipe 2 yang berupa patuh untuk kontrol ke pelayanan
kesehatan, kontrol gula darah, melakukan olah raga atau aktivitas fisik serta melakukan
perencanaan makan yang benar sesuai dengan kebutuhan kalori penderita DM tipe 2 per
harinya, maka komplikasi yang terjadi khususnya komplikasi kronis dapat dicegah atau
diturunkan resiko terjadinya. Karena kepatuhan kontrol tersebut dapat membantu penderita
DM tipe 2 untuk menjaga kadar gula darahnya, karena kadar gula darah yang tinggi dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya komplikasi baik komplikasi
makrovaskuler yaitu IMA dan stroke maupun komplikasi mikrovaskuler yaitu neuropati,
nefropati dan retinopati, sehingga dengan stabilnya gula darah maka komplikasi-
komplikasi tersebut dapat dicegah.

3
Penatalaksanaan pengobatan DM harus dilakukan seumur hidup sehingga seringkali
penderita mengalami kejenuhan dan ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan pengobatan
DM sering terjadi. Penderita diabetes akan memiliki tingkat kualitas hidup yang tinggi
apabila dapat memanajemen diabetesnya dengan baik (International Diabetes Federation,
2017). Dalam meningkatkan kepatuhan penderita DM sangat penting untuk mengetahui
beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan penderita DM. Beberapa faktor yang
menyebabkan ketidakpatuhan penderita DM antara lain faktor demografik (status ekonomi
rendah, tingkat pendidikan rendah, dan etnik), faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
terapi salah satunya adalah dukungan keluarga, karena dukungan keluarga merupakan
faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang sangat
mempengaruhi kepatuhan pengobatan pada penderita DM. (Hasil penelitian Nurleli. 2016)

Hasil ini menunjukan bahwa keluarga yang memberikan dukungan terhadap pasien
DM masih rendah. Di puskesmas rata-rata jadwal melakukan kontrol rutin yaitu minimal 1
kali/bulan. Yang dilakukan di puskesmas saat melakukan kontrol rutin adalah pemeriksaan
kadar gula darah, melakukan pengambilan obat, merencanakan diet yang akan dilakukan,
dan konseling tentang diabetes.

Keluarga merupakan orang yang paling dekat yang dapat berperan aktif dalam
tercapainya kepatuhan dan keberhasilan pengobatan pada penderita DM. Perawat juga
dapat berperan sebagai care provider dengan cara melakukan pengkajian untuk mengetahui
sumber dari dukungan keluarga dan penghalang yang dapat muncul dalam pemberian
dukungan keluarga.Mengatakan bahwa pendekatan individu dalam menanggulangi
penyakit DM lebih diarahkan terhadap pendekatan keluarga karena keluarga adalah
pemberi pelayanan kesehatan yang utama bagi individu yang menderita penyakit kronis
seperti DM.

Melihat permasalahan yang ada, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian


dengan judul “ Hubungan Dukungan Keluarga Pengaruh Terhadap Pola Makan, Pola
Aktivitas Fisik dan Kontrol Rutin pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2” Diharapkan
dari penelitian ini, Hubungan Dukungan Keluarga Pengaruh Terhadap Pola Makan, Pola
Aktivitas Fisik dan Kontrol Rutin pada Penderita Diabetes Mellitus dapat terkaji dengan
baik sehingga kedepan petugas kesehatan dapat memberikan pemahaman yang tepat.

4
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan dukungan


keluarga dengan pengaruh pola makan, pola aktivitas, dan control rutin pada
penderita diabetes mellitus ?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
1. menganalisis hubungan Pola makan dan Pola Aktivitas Fisik pada penderita
diabetes mellitus
2. menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan melakukan kontrol rutin
pada penderita diabetes mellitus
Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan pola makan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus berdasarkan dari berbagai jurnal
2. Mendeskripsikan pola aktivitas fisik pada pasien diabetes mellitus
3. Mendeskripsikan analisis hubungan Pola makan dan Pola Aktivitas Fisik
4. Mengidentifikasi dukungan keluarga kepada penderita diabetes mellitus
5. Mengidentifikasi kepatuhan penderita diabetes mellitus untuk melakukan
kontrol rutin

1.4 Manfaat
Manfaat Penelitian
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan antara pola makan,
pola aktivitas fisik dan control rutin dengan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus serta dijadikan tambahan ilmu.
Manfaat Praktis
1. Bagi dinas kesehatan
Dapat menjadi informasi bagi institusi untuk mengoptimalkan pelayanan
kesehatan di bidang keperawatan

5
2. Bagi perawat
Dapat melakukan intervensi keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk
meningkatkan pola makan, pola aktivitas fisik dan kontrol rutin
3. Bagi puskesmas
Dapat memberikan informasi dalam mengembangkan program tetap
penatalaksanaan penderita diabetes mellitus yang melibatkan hungungan
dukungan keluarga

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian DM
2.1.1 Definisi
Diabetes Militus (DM) merupakan kondisi kronis dimana terjadi kenaikan kadar
glukosa dalam darah dikarenakan tubuh tidak dapat menghasilkan atau memproduksi
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal
dengan istilah hiperglikemi (World Health Organization (WHO), 2016
2.1.2 Klasifikasi DM
Terdapat 2 Klasifikasi pada Diabetes Mellitus (DM) :
2.1.2.1 Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel B yang menghasilkan insulin dan pankreas. Sehingga tubuh tidak
dapat atau menghasilkan insulin yang sangat sedikit sehingga tubuh kekurangan.
Diabetes tipe 1 ini dapat menyerang segala usia tetapi paling banyak terjadi pada
anak-anak dan remaja. Orang yang menderita diabetes tipe 1 ini memerlukan
suntikan insulin setiap hari agar dapat mempertahankan kadar glukosa dalam
kisaran yang tepat.
2.1.2.2 Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 ini merupakan diabetes yang paling umum, ada sekitar 90% dari
jumlah seluruh penderita. Pada diabetes tipe 2 ini hiperglikemia adalah hasil dari
produksi insulin yang ketidakmampuan tubuh untuk merespon sepenuhnya terhadap
insulin atau bisa disebut juga resistensi insulin. Diabetes tipe 2 ini sering terjadi
pada dewasa tua namun seiring berjalan waktu diabetes ini juga sering terjadi pada
anak-anak remaja dan dewasa muda karena meningkatnya tingkat obesitas pola
makan yang memburuk dan jarang melakukan olahraga.
Penyebab diabetes tipe 2 tidak sepenuhnya dipahami namun ada kaitannya kuat
dengan kelebihan berat badan atau (obesitas) dan dengan bertambahnya usia serta
riwayat kesehatan keluarga.

7
2.1.3 Etiologi DM
Penyebab dari Diabetes Mellitus adalah :
2.1.3.1 Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2.1.3.2 Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Bukti Ini
merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
2.1.3.3 Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel B pankreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel B pankreas.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus antara lain :
2.1.4.1 Diabetes tipe 1
a) Sering haus dan mulut terasa kering
b) Sering buang air kecil
c) Merasa cepat lelah dan tidak bertenaga
d) Mudah terasa lapar
e) Penurunan berat badan secara tiba-tiba
f) Penglihatan kabur
2.1.4.2 Diabetes tipe 2
a) Sering haus dan mulut terasa kering
b) Sering buang air kecil dan banyak
c) Kurang berenergi dan kelelahan yang berlebihan
d) Kesemutan atau mati rasa di tangan dan di kaki

8
e) Infeksi jamur yang berulang di kulit
f) Lambatnya penyembuhan luka
g) Penglihatan yang kabur
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada penderita Diabetes Mellitus :
2.1.5.1 Glukosa darah puasa (GDP)
Ada mengatakan bahwa glukosa darah normal adalah < 100 mg/dl. Pasien
didiagnosis DM apabila nilai GDP mencapai 126 antara 100 - 120 MG per dl maka
pasien mengalami Glukosa Puasa Terganggu (GPT).
2.1.5.2 Glukosa Darah Acak (GDA)
GTA disebut juga sebagai gula darah sewaktu (GDS). GDS bertujuan untuk
mengetahui kadar glukosa darah penderita diabetes dan ketentuan program terapi
medik tanpa ada persiapan yang khusus pada saat makan. DM ditegakkan apabila
nilai rgp/gds 200 mg/dl atau lebih dengan gejala DM.
2.1.5.3 Tes Toleransi Glukosa Oral (OGTT)
OGTT dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis DM pada pasien yang memiliki
kadar glukosa darah pada batas normal-tinggi atau sedikit meningkat. OGTT
mengukur glukosa darah pada interval setelah pasien minum-minuman karbohidrat
yang terkonsentrasi. DM di tegakkan apabila level glukosa darah 200 mg/dl setelah
2 jam didiagnosis dengan IFG dan pradiates.
2.2 Pengertian Pola Makan
2.2.1 Definisi
Pola makan atau yang biasa dikenal dengan sebutan food pattern adalah cara
seseorang atau sekelompok orang dalam memanfaatkan makanan yang tersedia
sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosiobudaya yang dialaminya. Pola
pangan atau pola makan erat kaitannya dengan kebiasaan makan (Rusyadi, 2017).
Pola makan didefinisikan sebagai karakteristik dari kegiatan yang berulang kali makan
individu atau setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan atau dapat
diartikan bahwa pola makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia
dalam memenuhi makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan.
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang

9
atau kelompok orang pada waktu tertentu terdiri dari komponen frekuensi makan, jenis
makanan, dan porsi makan (Sulistyoningsih, 2011).
2.2.2 Indikator Pola Makan
Indicator yang mempengaruhi kadar gula darah seseorang, diantaranya adalah :
2.2.2.1 Jenis Makanan
Banyak yang mengatakan bahwasannya penderita Diabetes Mellitus harus makan
makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya
adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting
bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan
pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes
mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan
segar. Yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglykemia) dan juga
jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes
mellitus.
2.2.2.2 Frekuensi Makan
Kebutuhan kalori pada penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk mencapai
gula darah normalnya dan untuk mempertahankan berat badan normal. karbohidrat,
10-15% dari Komposisi energi adalah 60-70 % dari protein, 20-25% dari lemak.
Pada penderita Diabetes Mellitus Makanlah aneka ragam makanan yang
mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga yang mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan
protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti roti, kentang dan lain-
lain. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral.
Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan,
ayam, daging, susu, dan lain- lain.Makanan sumber zat pengatur mengandung
vitamin dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-
buahan.
2.2.2.3 Porsi Makan
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula
darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan
bila berulang-ulang dalam jangka panjang. Keadaan ini dapat menimbulkan

10
komplikasi diabetes mellitus. Oleh Karena itu makanlah sebelum lapar karena
makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah
lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi, makan
ssiang, mkan malam dan snack diantara makan besar dan dilaksanakan dengan
interval 3 jam.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pola makan
2.2.3.1 Faktor Ekonomi
Pilihan seorang terhadap jenis dan kualitas makanan dipengaruhi oleh status sosial dan
ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah kebawah atau orang miskin di desa
tidak sanggup membeli makanan jadi seperti makanan siap saji (fast food), daging, buah
dan sayuran yang

11
mahal. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat misalnya di perkotaan
menyebabkan perubahan pola makan. Pola makan tradisional mulai di tinggalkan,
padahal pola makan tradisional mengandung tingggi karbohidrat, tinggi serat, dan
rendah lemak. Semakin tingggi pendapatan semakin tinggi porsi pengeluaran untuk
makanan. Pengeluaran untuk makanan di kota-kota besar lebih besar yaitu sekitar
seperempat dari total pengeluaran pangan.
2.2.3.2 Faktor Sosial Budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi oleh faktor budaya
sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan atau adat. Budaya
cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Pola makan dan konsumsi
suatu makanan pada kehidupan manusia terus menerus berubah seiring dengan
perkembangan masa atau zaman.Kebudayaan di suatu masyarakat memiliki cara
mengkonsumsi pola makan dengan cara mereka sendiri. Dalam budaya mempunyai
suatu cara bentuk macam pola makan , bagaimana pengolahannya, persiapan dan
penyajian (sulistyoningsih, 2011).
2.2.3.3 Faktor Pendidikan
Dalam pendidikan pola makan adalah salah satu pengetahuan yang dipelajari dengan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan kebutuhan gizi
(Sulistyoningsih, 2011).
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Faktor Ekstrinsik merupakan faktor luaran dari manusia
2.2.4.1 Faktor lingkungan alam
Pola makan di pedesaan Indonesia umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis bahan
makanan yang ada di daerahnya.
2.2.4.2 Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan kebiasaan
makan.
2.2.4.3 Faktor lingkungan budaya dan agama
Faktor lingkungan budaya berkaitan dengan kebiasaan makan meliputi nilai-nilai
kehidupan dan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial.

12
2.2.4.4 Faktor lingkungan ekonomi
Kebiasaan makan juga sangat ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat
menurut tahap ekonominya.

Faktor Intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia, meliputi :

1. Faktor asosiasi emosional


2. Faktor keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit
3. Kebiasaan makan juga sangat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan seseorang.
4. Faktor penilaian yang lebih terhadap mutu makan.

2.3 Pola Aktivitas Fisik

2.3.1 Definisi
Aktivitas fisik merupakan aspek penting dalam promosi kesehatan. Aktivitas fisik
dapat meningkatkan sirkulasi, membantu mengendalikan berat badan, menurunkan
tekanan darah. Pasien yang menggunakan obat dalam mengontrol gula darahnya harus
memahami hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan makan dan penggunaan obat
serta mempelajari bagaimana dan kapan latihan fisik dilakukan. Pasien harus
memeriksa kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan fisik, dan konsumsi
karbohidrat tambahan jika kadar gula darah dibawah < 100 mg/dl, serta pertahankan
hidrasi yang adekuat. Aktivitas fisik membantu meningkatkan metaboliosme
karbohidrat, sensitivitas insulin, dan control gula darah. Manfaat latihan fisik untuk
pencegahan dan manajemen diri pada diabetes tipe 2 baik dimulai di awal
perkembangan penyakit (Smeltzer, 2016).
2.3.2 Manfaat Aktivitas Fisik Bagi Kesehatan
2.3.2.1 Manfaat Bagi Kesehatan
manfaat melakukan aktivitas fisik penderita diabetes mellitus dalam sehari-hari :
1) Mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan stroke
2) Mengontrol tekanan darah
3) Mencegah osteoporosis
4) Menguatkan otot dan kelenturan sendi

13
5) Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2
6) Mengurangi stress
7) Mengurangi resiko metabolic sindrom

2.3.2.2 Manfaat latihan fisik yang teratur untuk penderita diabetes mellitus
Latihan fisik/ olahraga juga berperan pada kontrol kadar gula darah. Manfaat latihan fisik
tidak berlangsung lama jika hanya dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan secara teratur.
Prinsip olahraga pada diabetes yaitu latihan jasmani yang berkesinambungan dan
berirama. Adapun manfaat latihan fisik yang teratur untuk penderita diabetes mellitus
(Suddarth, 2013)
1) Meningkatkan kepekaan insulin (dilakukan 2 jam setelah makan )
2) Mencegah obesitas apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran darah perifer dan menambah oxygen supply
4) Meningkatkan kadar kolestrol – HDL
5) Merangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolestrol (total) dan triglerisida dalam darah, karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
2.3.3 Jenis aktivitas fisik
Jenis-jenis aktivitas fisik ada 3 kategore yaitu :
1. Aktivitas fisik ringan : tidur, nonton, duduk, bermain dengan ana, memasak, mencuci
2. Aktivitas sedang : senam, jogging, mengangkat berat <5 kg
3. Aktivitas fisik berat : berkebun, mengepel, berlari, badminton, basket, sepakbola (IPAQ,
2015)
2.4 Hubungan Pola Makan dan Pola Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Diabetes Mellitus memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu umur, jenis
kelamin, dan gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud adalah pola makan dan aktivitas fisik.
Perilaku hidup sehat menunjukkan pola makan yang baik dan aktivitas yang terkontrol dan
teratur. Kekambuhan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat disebabkan
oleh pengaturan pola makan yang buruk seperti mengkonsumsi gula dan karbohidrat
sederhana dalam jumlah banyak (seperti permen, jus buah, roti putih,tepung putih, soda,

14
dll.). jika faktor tersebut dapat dikontrol maka tentunya meningkatnya kadar gula darah
dapat menurun (Kadir, 2016).
Selain pola makan olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Produksi insulin biasanya umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita
penyakit. Masalah utama pada diabetes mellitus tipe 2 adalah kurangnya reseptor terhadap
insulin (resistensi insuli). Karena adanya gangguan tersebut tidak dapat membantu transfer
glukosa ke dalam sel. Pada saat olahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas
insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan kebutuhan insulin pada penderita
diabetes berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek
yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus
menerus secara teratur. Selain itu dengan berolahraga, glukosa akan digunakan atau dibakar
untuk energi, glukosa darah akan dipindahkan dari darah ke otot selama berolahraga.
Dengan demikian glukosa darah akan turun (Tandra, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Djendra, dkk (2019) mengatakan
bahwa terdapat hubungan antara pola makan dan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Pasien yang memiliki kadar gula darah lebih memiliki pola makan tidak
teratur seperti jam makan yang tidak tepat, jumlah makanan yang dikonsumsi tidak diatur
untuk menjaga kadar gula darah tetap terjaga. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik
terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus karena pasien yang memiliki kadar
gula darah > 200 mg/dl lebih banyak melakukan aktivitas fisik ringan disbanding dengan
yang memiliki kadar gula darah < 200 mg/dl dengan p-value <0,05 yaitu 0,03. Seperti pasien
diabetes yang memiliki kadar gula darah normal melakukan aktivitas fisik lebih sering dan
beberapa kali melakukan olahraga ringan, sedangkan untuk pasien dengan kadar gula darah
lebih memiliki aktivitas fisik yang rendah dan sangat jarang untuk berolahraga. Pasien
dianjurkan untuk bisa mengatur pola makan dan ketepatan waktu makan agar gula darah
lebih terkontrol. Karena sebagian besar responden mengeluh jika kadar gula darah naik
akibat dari makan yang tidak terkontrol di hari-hari sebelumnya. Pasien dianjurkan untuk
lebih banyak melakukan aktivitas fisik yang ringan namun rutin baik di dalam rumah
maupun luar rumah agar kesehatan dapat terjaga.

15
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konseptual

Dukungan Keluarga : Kepatuhan

1. Dukungan 1. Adaptif patuh dalam


Penderita DM melakukan pola
informasional
2. Dukungan makan, pola aktivitas
instrumental dan control rutin
5 pilar penatalaksanaan 2. Maladaptive tidak
DM patuh dalam
melakukan control
1. Mengikuti rutin
penyuluhan tentang
DM
2. Diet makanana
sesuai dengan
perencanaan atau
anjuran tenaga
kesehatan
3. Melakukan latihan 1. Pengingkatan
fisik secara teratur pengetahuan tentang
4. Monitoring kadar penyakit DM
gula darah secara 2. Kadar gula darah
rutin terkontrol
5. Melakukan 3. Komplikasi tidak terjadi
pengobatan tepat
waktu

16
Penderita dm yang menjalani pengobatan akan mendapatkan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Hal yang perlu dipahami lebih lanjut adalah bahwa menderita DM tidak dapat
disembuhkan namun kesehatan penderita dm dapat dioptimalkan semaksimal mungkin dengan
melakukan kepatuhan pola makan, pola aktivitas fisik, dan kontrol rutin secara pelayanan
kesehatan. Cara melakukan kontrol yang benar juga dapat dilakukan dengan cara kontrol
metabolik yaitu dengan mengusahakan kadar glukosa dalam darah dalam batas normal atau yang
mendekati nilai normal tanpa harus menyebabkan hipoglikemia atau hiperglikemia.
Faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan dalam menjalani program salah satunya adalah
terlalu kompleksnya prosedur pengobatan dan lamanya menjalani program terapi pengobatan
yang membuat mereka jenuh sehingga tidak patuh dalam melakukan pengobatan. Keberhasilan
terapi di rumah sakit maupun di rumah akan sia-sia jika tidak didukung oleh peran keluarga.
Friedman (2014) dukungan keluarga dibagi menjadi tiga yaitu dukungan informasional
dukungan instrumental serta dukungan emosional dan harga diri.
Dukungan keluarga diharapkan dapat membantu penderita diabetes dalam melakukan
penatalaksanaan DM. Monitoring kadar gula darah secara rutin merupakan salah satu
penatalaksanaan yang harus dilakukan karena berdampak positif terhadap kesehatan penderita
diabetes seperti gula darah lebih dapat terkontrol dan dapat meminimalisir terjadinya komplikasi.
dampak positif yang dapat dirasakan oleh penderita diabetes diharapkan dapat menghasilkan
output yang adaptif yaitu lebih patuh dalam melakukan pola makan, pola aktivitas dan kontrol
rutin.

3.2 Hipotesis Penelitian


H1 = Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan pola
makan, pola aktivitas dan control rutin pada penderita DM

17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik atau alat-alat
tertentu. Dalam bab ini akan membahas mengenai desain penelitian, populasi, sampel,
teknik sampling, variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengambilan data,
analisis data, kerangka operasional.
4.2 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel independen dan variabel
dependen dan menguji berdasarkan teori yang telah ada penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan satu kali dalam satu waktu.
Pendekatan cross sectional dilakukan untuk mengembangkan dan menjelaskan hubungan
dukungan keluarga pengaruh terhadap pola makan pola aktivitas fisik dan kontrol rutin
pada penderita diabetes melitus tipe 2
4.3 Populasi,sampel,besar sampel dan sampling
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita dm yang sedang menjalani pengobatan ke
Puskesmas Kaliwates. sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh
penderita DM perempuan yang menjalani pengobatan ke Puskesmas Kaliwates, Baladika
Husada, Citra Husada, dan Puskesmas Mangli
4.3.2 Sampel
Sampel pada bagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian sebagai
berikut :
A. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
 pasien DM yang tinggal serumah dengan keluarga
 pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas Kaliwates, Baladika Husada, Citra
Husada dan Puskesmas Mangli

18
 usia 35 - 55 tahun
 lama menderita > 1 tahun
B. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
 penderita DM mengalami komplikasi yaitu renopasi, nefropati, neuropati penyakit
kardiovaskuler
 penderita DM yang tidak kooperatif

4.3.3 Sampling dan besar sampling


Sampling merupakan proses untuk menentukan porsi dan populasi yang akan diteliti.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling
yaitu bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau
tidak terpilih sebagai sampel (Nursalam, 2016a). Metode yang digunakan untuk
menentukan tempat penelitian adalah multistage sampling dengan jenis randomli
selected, yaitu memilih salah satu puskesmas di setiap wilayah Jember dengan DM
terbanyak dari 4 puskesmas.
4.3.4 Variabel penelitian
a) Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya dapat mempengaruhi variabel
lain stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti memberikan dampak pada variabel
dependen (nursalam 2016) variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan
keluarga.
b) Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel.
Variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel lain (nursalam
2016) variabel dependen pada penelitian ini pola makan pola aktivitas fisik dan
kepatuhan terhadap pola makan, pola aktivitas fisik dan melakukan kontrol rutin
pada penderita DM

19
20
4.4 Definisi operasional
Tabel 3.4 Definisi penelitian hubungn keluarga terhadapa pola makan, pola aktivitas fisik dan kapatuhan kontrol rutin pada
penderita DM.
No Variable Definisi operasional Parameter Instrument Skala Skor
1. Variable Sistem pendorong atau upaya Kuesioner dukungan Kuesioner Ordinal Penilaian :
independe keluarga dalam memberikan bantuan keluarga ini Kurniawan (2016) Tidak pernah = 1
n pada anggota keluarga sehingga menggunakan Jarang =2
dukungan klien akan berpikir bahwa orang lain pengukuran 3 domain Tidak pernah =3
keluarga akan selalu siap memberikan dukungan keluarga Selalu = 4
pertolongan jika diperlukan klien yaitu meliputi :
sesuai tiga aspek dukungan keluarga 1. Dukungan Penilaian derajat dukungan
yang dirasakan oleh klien. informasional keluarga :
2. Dukungan Baik : 76-100% : 37-48 = 3
instrumental Sedang : 55-75% : 2-36 =2
3. Dukungan Kurang : <55% : 12-25 = 1
emosional dan
harga diri
2. Variable Frekuensi kunjungan penderita Menerapkan tindakan Data sekunder Nominal 1 = tidak patuh
dependen diabetes selama 3 bulan terakhir berupa kunjungan ke dari puskesmas 2= atuh
kepatuhan untuk melakukan control rutin yang puskesmas untuk Skor 2 untuk kedatangan
pola meliputi pemeriksaan kadar gula melakukan control penderita 1 kali sebulan atau
makan, darah, melakukan merencanakan rutin yang meliputi 3 bulan dalam melakukan
pola diet yang akan dilakukan dan pemeriksaan kadar pemeriksaan kadar gula
aktivitas konseling tentang diabetes gula darah dan darah, pengambilan obat,
fisik dan perencanaan diet dan merencanakan diet yang
control melakukan akan dilakukan dan
rutin pada pengambilan obat, konseling tentang diabetes
penderita merencanakan diet Skor 1 untuk kedatangan
DM di yang akan dilakukan penderita 2 kali selama 3
puskesmas dan konseling tentang bulan atau sekali dalam 3
diabetes bulan.

21
4.5 Instrumen penelitian
Peneliti akan mengumpulkan data formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan
secara tertulis. Variasi jenis instrumen atau alat penelitian yang digunakan untuk mengukur
variabel dukungan keluarga adalah kuesioner dan tingkat kepatuhan dalam pola makan, pola
aktivitas fisik dan kontrol rutin adalah data sekunder dari Puskesmas.
Kuesioner penelitian ini terdiri dari pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden, meliputi :
1. Data demografi
Kuesioner ini terkait dengan identitas responden berupa data demografi yang terdiri dari
nomor responden, tanggal pengisian, nama responden, jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan pekerjaan.
2. Kuesioner dukungan keluarga
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner respon sosial yang diadopsi dari
kuesioner (Nursalam 2005) dan dimodifikasi oleh (Kurniawan 2016). Kuesioner ini
menggunakan pertanyaan tipe multiple choice yaitu memilih jawaban dengan 4 kriteria
yaitu mulai dari opsi selalu - tidak pernah (Nursalam 2016b) kuesioner dukungan
keluarga ini memiliki 12 item pertanyaan yang mencakup tiga dominan dukungan
keluarga. Domain tersebut meliputi domain dukungan informasional, dukungan
instrumental, serta dukungan emosional dan harga diri. Skoring dalam kuesioner ini
menggunakan 4 skala bernilai 1 - 4. Nilai 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (sering), dan 4
(selalu) . Total skor tertinggi 48 dan terendah 12
4.6 Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam 2016)
1. Tahap administratif
Pada penelitian ini peneliti membuat surat pengantar pengambilan data awal dari fakultas
keperawatan universitas dr.soebandi Jember kepada dinas kesehatan yang ditunjukkan
kepada Puskesmas Mangli, Puskesmas Kaliwates, Baladika Husada, Citra Husada.

2. Tahap pencarian dan penentuan responden

22
Peneliti melakukan pengambilan data awal pada masing-masing Puskesmas. Peneliti
meminta data penderita DM di Puskesmas dan berkoordinasi dengan petugas Puskesmas
masing-masing. Peneliti mengambil sampel menyesuaikan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 102 orang dengan teknik proporsional random sampling. Sebanyak
102 orang sampel peneliti tersebar di Puskesmas Mangli,Puskesmas Kaliwates,Baladika
Husada dan Citra Husada.
3. Tahap informed consent dan pengumpulan data
Pengambilan sampel penelitian dilakukan bersamaan dengan jadwal kunjungan penderita
DM untuk melakukan kontrol rutin di puskesmas. Jika responden yang melakukan
kontrol rutin tidak bersama keluarganya maka peneliti akan datang ke rumah responden
untuk meminta izin kepada responden untuk menjadi responden dari penelitian yang
akan dilakukan. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meminta persetujuan dari
responden dengan membuat surat persetujuan menjadi subjek penelitian. Setelah
mendapatkan persetujuan responden peneliti memberikan kuesioner kepada responden
dan keluarga yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti mendampingi
responden selama pengisian kuesioner sampai pengisian kuesioner selesai. Peneliti
memberikan penjelasan tentang item pertanyaan yang tidak dimengerti responden.
Responden yang tidak lancar dalam baca tulis akan dibantu langsung oleh peneliti
dengan cara menanyakan langsung sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
4.7 Analisis data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian
yaitu menjawab pertanyaan penelitian yang mengungkapkan fenomena (Nursalam 2016b)
analisis data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Editing
Pengecekan data yang telah dikumpulkan bertujuan untuk meminimalisir kesalahan (Hasan
2006) jika terdapat kuesioner yang kurang lengkap pengisiannya dapat dikembalikan pada
responden untuk dilengkapi dan diserahkan kembali kepada peneliti agar dilakukan
pengecekan kembali (Arikunto, 2014)

2. Coding

23
Pemberian kode pada setiap data yang masuk ke dalam satu kategori. Tahap pengkodean ini
dapat berupa angka maupun huruf. Pada prinsip pengkodean ini bertujuan untuk dapat
memberikan petunjuk pada informasi yang akan dianalisis (Hasan 2006). pada penelitian
ini dapat diberikan kode berupa angka ataupun huruf pada setiap kuesioner yang sudah
masuk dan sesuai kategori yang diteliti. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan pengecekan hasil penelitian.
3. Entry
Proses memasukkan data berupa jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode
ke dalam program atau software yang ada di dalam komputer (Notoamtodjo, 2010).
Selanjutnya data tersebut diolah dan diuji menggunakan uji statistik kolerasi dengan
bantuan komputer sistem SPSS dengan uji chi square yaitu untuk uji korelasi variabel
ordinal dengan nominal (wijono 2011)
4. Cleaning
Cleaning tabulasi merupakan tahapan untuk pengecekan kembali setiap data dari responden
yang sudah dimasukkan dengan tujuan untuk dapat melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan data yang kemudian dilakukan koreksi kembali
(Notoamtodjo 2010)

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software statistik. Penelitian ini
menggunakan analisis univariat dan analisis bivairat. Analisis univariat hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase setiap variabel (Notoamtodjo 2010) .
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel
independen ( dukungan keluarga pada penderita DM) dengan variabel dependen
(kepatuhan pola makan pola aktivitas dan kontrol rutin pada penderita DM)
(Notoamtodjo 2010) .
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui persentase distribusi antar variabel
serta mengetahui hubungan antara variabel dengan skala ordinal dan nominal atau
(kategorik) maka digunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan (a) = 5% dengan
tingkat kepercayaan 95% digunakan untuk menguji perbedaan proporsi atau persentase
antara beberapa kelompok data dan untuk mengetahui hubungan antara variabel
kategorik.

24
Apabila p-value < 0,05 maka dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara
dua variabel, sedangkan apabila p-value > a yaitu 0,05 maka berarti tidak ada hubungan
yang bermakna. Hasil a > (0,05) menandakan bahwa H1 ditolak. Sebaliknya bila H1
diterima berarti a < (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan tingkat kepatuhan penderita DM dalam melakukan pola makan pola aktivitas fisik
dan kontrol rutin. H1 ditolak berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan tingkat kepatuhan pola makan pola aktivitas fisik dan kontrol rutin pada
penderita DM.
4.8 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
Banyak responden yang berpendidikan rendah dan tidak dapat membaca kuesioner sehingga
peneliti membantu responden untuk membacakan isi pertanyaan dari kuesioner dan dapat
menimbulkan salah arti sehingga menyebabkan kemungkinan besar jawaban responden tidak
sesuai dengan keadaan aslinya

25
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta :
EGC.
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Djendra Made, et al. 2019. Pola Makan dan Aktivitas Fisik Pada Pasien Diabtes Mellitus Tipe 2
di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado.GIZIDO. Vol 11 No 2. Hal 57.
Eltrikanawati T, et al. 2020. Hubungan Pola Makan dan Pola Aktivitas Fisik Terhadap Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda. Vol 6 No
2. Hal 171.
Firmansyah, Muhammad Ramadhani. 2017. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Vol
3 No 1. Hal 268.
International Diabetes Federation (IDF), 2017. Online Version Of Diabetes Atlas Sevent
Edition 2015. Dari http://diabetesasia.org
IPAQ Research Committee, 2015. Guidelines for Data Processing and Analysis of the
International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1-100. https://doi.org/1 Desember 2013.
Masi, Gresty N M. 2017. Hubungan Pola Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran
Kasih GMIM Manado. Journal Keperawatan.
Masikki & Dhifa Maharani Farah. 2018. Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah. Info Kesehatan. Vol 8 No 2. Hal 14.
Nadi, Akhmad. 2009. Hubungan Aktivitas Fisik dan Istirahat dengan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Mellitus Rawat Jalan RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO. 65

26
Nurayati. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Vol 5 No. Hal 80-87.

27

Anda mungkin juga menyukai