Anda di halaman 1dari 7

Volume 7, Nomor 1, Juli 2011

Per kembangan Penyakit H awar Upih Padi ( Rhizoctonia solani K ühn) di Sentra-sentra
Penghasil Padi Jawa T engah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
B. NURYANTO, A. PRIYATMOJO, B. HADISUTRISNO, dan B.H. SUNARMINTO ............ 1

K arakteristik Rhizotocnia spp. dari T anah di Bawah T egakan T usam


(Pinus merkussi Jungh. E t De V riese)
R. SURYANTINI, A. PRIYATMOJO, S.M. WIDYASTUTI, R. S. KASIAMDARI ................. 8

Acid Phosphate Activity and L eaf Phosphorus Content in T wo W hite C lover


( Trifolium repens L.) B reeding L ines
J. EFFENDY ............................................................................................................................ 14

Pengaruh T ingkat K epadatan Permukiman T erhadap K ualitas K imia A irtanah di K ota


A mbon (Studi K asus Daerah Dataran A luvial antara Sungai W ai Batu Merah dan W ai
Batu G antung)
J.P. HAUMAHU ...................................................................................................................... 21

Pergeseran K omposisi G ulma Dominan pada L ahan T anaman Jagung M anis


( Zea mays saccharata Sturn) yang Diberi M ulsa dan Jarak T anam
J. SYAWAL dan J. RIRY ......................................................................................................... 29

Perbaikan Sifat F isik T anah Regosol dan Pertumbuhan T anaman Sawi


( Brassica juncea L.) A kibat Pemberian Bokashi E la Sagu dan Pupuk U rea
J.A. PUTINELLA ..................................................................................................................... 35

Profil W anita Pengolah Sagu Sebagai Penafkah T ambahan dalam Rumahtangga


(Studi K asus Pada Usaha Rumahtangga Pangan Sagu di Desa M amala, K ecamatan
L eihitu, K abupaten M aluku T engah)
E.D. LEATEMIA, J.M. LUHUKAY dan N.R. TIMISELA ....................................................... 41

K eadaan Sosial E konomii Petani Sayuran (Studi K asus di Dusun K embang B uton W ara,
Desa Batu Merah, K ota A mbon)
R. M. SARI .............................................................................................................................. 47
S A R I : K eadaan Sosial E konomi Petani Sayur an «

K E A D A A N SOSI A L E K O N O M I PE T A N I SA Y U R A N
(ST U D I K ASUS D I D USU N K E M B A N G B U T O N W A R A
D ESA B A T U M E R A H , K O T A A M B O N)

Socio-economic Conditioan of Vegetables Farmer


(Case Study in the Area Kembang Buton Wara, Batu Merah Villages, Ambon City)

R. M ilyaniza Sari
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka ± Ambon 97233

A BST R A C T

Sari, R.M. 2011. Socio-economic Condition of Vegetables Farmer (Case Study in the Area Kembang Buton Wara, Batu
Merah Villages, Ambon City). Jurnal Budidaya Pertanian 7: 47-52.

The intention of this research was to know the socio-economic condition of the vegetables farmer in the area of
Kembang Buton Wara located in Batu Merah Village, Ambon. The observation was focused to find resources in the
vegetables farmer (internal factor), work participation rates, income, and dependency rate of the farmers toward the
vegetables farm. The research method used in this study was a survey method. Research object consisted of 40
households of vegetables farmers, obtained by systematic sampling. The results showed that most of vegetables farmers
in Kembang Buton Wara area were less educated, small farms managed are scattered on hilly slope. Land condition,
soil type, a simple way of cultivation, lack of irrigation and transportation facilities led to the relatively high absorption
of labor in vegetable farming. Family member work participation rate was relatively high and depended on the number
of family members over the age of 10 years. Vegetable farming was the main source of income and contributed most to
the household income of vegetable farmers in Kembang Buton Wara area, where the level was relatively high
dependence of farmers on it.

Key words: socio-economic of vegetables farmer, vegetables farm, vegetables farmer

PE N D A H U L U A N Bersamaan dengan itu petani kecil juga menghadapi


pasar dan harga yang tidak stabil, tidak cukup menerima
Pentingnya sayuran sebagai bahan pangan manu- dukungan penyuluhan; pengaruh mereka kecil dalam
sia karena berbagai manfaatnya telah di ketahui sejak pengawasan dan penyelenggaraan lembaga desa; petani
lama. Masyarakat Indonesia pada umumnya begitu akrab kecil juga kalah bersaing melawan anggota masyarakat
dengan sayur mulai dari sayuran yang dikonsumsi yang lebih berkuasa dalam menggunakan pelayanan
mentah hingga berbagai aneka menu sayur olahan. pemerintah (Soekartawi, 1986).
Fenomena yang pasti adalah sayuran dikonsumsi oleh Pola penerimaan pendapatan dan pengeluaran
semua lapisan masyarakat; tua-muda, tak peduli jenis juga merupakan ciri khas kehidupan petani, dimana
kelamin, tingkat pendidikan maupun tingkat pendapatan. pendapatan hanya diterima pada setiap musim panen
Permintaan produk pangan sayuran juga makin mening- sedangkan pengeluaran terjadi disetiap hari, setiap
kat seiring laju pertumbuhan penduduk yang pesat, minggu atau terkadang dalam waktu yang sangat men-
kondisi inilah yang tetap menjadikan usahatani sayuran desak sebelum panen tiba. Kondisi ini yang membuat
sebagai alternatif usaha terfavorit dikalangan petani petani sangat berkepentingan untuk meningkatkan
terutama petani kecil baik di pedesaan maupun di pertaniannya dan penghasilan keluarganya ( farm
perkotaan. income ). Selain itu pertanian bagi petani kecil juga
Ciri penting pada petani kecil adalah terbatasnya merupakan suatu cara hidup (way of life ) sehingga tidak
sumberdaya yang dimiliki, dimana pada umumnya hanya aspek ekonomi tetapi aspek-aspek sosial dan
mereka hanya menguasai sebidang lahan sempit yang budaya, kepercayaan, keagamaan dan tradisi semua
terkadang disertai dengan ketidakpastian pengelolaan- memegang peranan penting dalam tindakan-tindakan
nya, lahan yang dikelola sering tidak subur dan mereka. Walaupun demikian dari segi ekonomi
terpencar-pencar dalam beberapa petak. Tingkat pendidi- pertanian, berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat
kan, pengetahuan dan kesehatan petani kecil relatif juga harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya
sangat rendah, mereka sering terjerat hutang dan tidak merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku
terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. dan kehidupan petani (Mubyarto, 1987).

47
Jurnal B udidaya Pertanian, Vol. 7. No 1, Juli 2011, H alaman 47-52

Petani umumnya tumbuh dan dewasa dalam M E T O D E PE N E L I T I A N


menjalankan usahataninya melalui proses belajar dari
orang tua, kondisi maupun lingkungannya. Sebagaimana Metode penelitian yang digunakan adalah metoda
yang kita ketahui profesi petani sayuran biasanya dijalani survei, dimana informasi dan data diperoleh dari hasil
baik sebagai profesi warisan, pilihan ataupun alternatif pengamatan langsung dan wawancara dengan responden
terakhir karena sempitnya peluang kerja pada bidang dipandu kuisioner. Objek penelitian adalah 40 KK petani
lain, karena itulah prilaku orang tua dan tradisi/kebiasaan sayuran yang diperoleh dengan pengambilan contoh
setempat dimana mereka berada, sangat berpengaruh sistematik pada lokasi Dusun Kembang Buton Wara
dalam gerak usahatani mereka. Sebagai petani kecil Desa Batu Merah.
dengan lingkungan sosial ekonomi yang dihadapi, Data yang dikumpulkan mencakup identitas
mereka telah berbuat rasional dalam mencapai pen- petani, keadaan sosial ekonomi, luas usahatani, penda-
dapatan yang maksimal dengan sumberdaya yang ada patan usahatani. Analisis data menurut Aspek sosial
dan karena keterbatasan sumber-sumber yang dikuasai mencakup Dependency Ratio (DR = PdNP/PdP u 100%)
kebanyakan petani kecil termasuk didalamnya petani dan Tingkat Partisipasi Kerja (TPK = PdP/PdUK u
sayuran memilih alternatif teraman agar selamat dan 100%). Aspek ekonomi untuk menghitung pendapatan
tidak menanggung resiko (Hernanto, 1991).
Berbicara mengenai masyarakat petani sayuran di petani (Pb = ) dan rasio ketergantungan
wilayah perkotaan adalah membicarakan sebuah potret petani terhadap usahataninya ( Pbi/ Pbn). Penelitian ini
keterbatasan yang kompleks, baik dari faktor sumber- dilaksanakan di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu
daya yang dimiliki (faktor-faktor intern) maupun faktor- Merah dari bulan Mei sampai Juni 2008.
faktor ekstern yang mempengaruhi keberhasilan usaha-
tani mereka. Keterbatasan sumberdaya yang dikuasai H ASI L D A N PE M B A H ASA N
tergambar jelas pada keterbatasan: 1) penguasaan tanah/
lahan, mayoritas masyarakat petani sayuran di wilayah Identitas umur responden terendah berumur 18
kota hanya memiliki hak pakai atau sewa atas tanah- tahun dan tertinggi 68 tahun dengan sebaran umur
tanah yang berukuran sempit yaitu < 0,25 Ha; 2) modal, responden adalah 18-24 tahun sebesar 5%, 25-34 tahun
masyarakat petani sayuran di wilayah kota identik sebesar 20%, 35-44 tahun sebesar 30%, 45-54 tahun
dengan masyarakat miskin kota, jadi pengelolaan sebesar 32,5%, 55-64 tahun sebesar 10% dan 65+
usahatani tanpa kredit sebetulnya berat sekali bagi sebesar 2,5%. Presentasi ini menunjukan dominasi
petani; 3) penguasaan teknologi relatif masih sangat tingkat usia produktif pada kegiatan pengelolaan
minim; dan 4) kemampuan manajerial, karena adanya usahatani sayuran. Identitas pendidikan responden
keterbatasan yang begitu banyak, produktivitas petani menurut tingkat pendidikan distribusinya adalah tidak
juga menjadi terbatas. Selain itu nasib petani sayuran bersekolah 12,5%, tidak tamat SD 37,5%, tamat SD
juga dipengaruhi oleh aspek penanganan paska panen 32,5%, tamat SMP 10% , tamat SMU 5% dan sarjana
yang tidak bernilai tambah, lemahnya posisi penawaran 2,5%, dari sebaran ini menunjukan sebagian besar petani
dalam sistem penawaran dan permintaan atas produk sayuran bertingkat pendidikan tidak tamat SD.
mereka, budaya konsumtif dan pola pikir yang irrasional Dusun Kembang Buton Wara atau biasanya lebih
dan kurang efisien sebagai akibat rendahnya pendidikan dikenal dengan Dusun Wara adalah salah satu dusun di
yang dimiliki. Kecenderungan yang sering terjadi yaitu bawah petuanan Desa Batu Merah. Mayoritas penduduk
menginvestasikan lonjakan pendapatan bukan pada Dusun Wara adalah masyarakat suku Buton yang telah
pengembangan usaha tapi pada kebutuhan sekunder. bertahun-tahun menetap pada tanah-tanah dati. Pada
Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah, awal kedatangan leluhur mereka ± 100 tahun lalu, ijin
adalah salah satu sentra produksi sayuran di Kota untuk tinggal dan mengelola lahan kosong, diberikan
Ambon. Usahatani sayuran merupakan ciri khas Dusun oleh Raja Desa Batu merah dan seiring dengan
Kembang Buton Wara dan merupakan sumber pendapat- perkembangan waktu status tanah-tanah yang mereka
an utama rumahtangga yang diwariskan secara turun tempati dan kelola banyak yang berubah menjadi hak
temurun dan terus dilaksanakan hingga saat ini sebagai milik baik karena transaksi jual-beli maupun hibah.
upaya dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Perkembang- Dusun Kembang Buton Wara berjumlah
an produksi tanaman sayuran Dusun Kembang Buton penduduk ± 499 jiwa dengan 111 kepala keluarga
Wara Desa Batu Merah cukup baik tetapi hasil akhir dimana keseluruhan penduduknya penganut agama
yang diberikan masih sangat tergantung pada kondisi Islam. Ditinjau dari tingkat pendidikan rata-rata
lingkungan fisik, pasar dan harga yang terjadi. Walaupun penduduk Dusun Kembang Buton Wara berpendidikan
kondisi pasar dan harga komoditi sayuran cenderung rendah dengan hampir 25% dari jumlah penduduk
tidak stabil, tetapi permintaan selalu ada dan hal ini juga dewasa belum bebas 3B (Buta Huruf, Buta Warna dan
yang menjadi faktor dominan bagi petani sayuran untuk Buta Aksara) dan kurang dapat memahami serta
tetap berproduksi disamping faktor lainnya. Penelitian menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Menurut
ini bertujuan untuk mengetahui keadaaan sosial ekonomi Mardikanto (1990), pendidikan petani umumnya
petani sayuran di Kota Ambon terutama di Dusun mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam
Kembang Buton Wara Desa Batu Merah. mengelola usahataninya, pendidikan yang relatif tinggi
menyebabkan petani lebih dinamis. Kesadaran akan

48
S A R I : K eadaan Sosial E konomi Petani Sayur an «

pentingnya pendidikan di Dusun Wara juga masih sangat itu lahan usahatani juga makin sempit disebabkan oleh
rendah terlihat dari banyaknya anak usia sekolah yang fragmentasi tanah usahatani yang sering terjadi baik
tidak lagi bersekolah atau melanjutkan pendidikan karena bertambahnya jumlah KK petani sayuran ataupun
kejenjang yang lebih tinggi. Keadaan tingkat kesehatan makin banyaknya penduduk yang beralih profesi menjadi
masyarakat boleh dikatakan sama buruknya dengan petani karena sempitnya peluang kerja untuk tingkat
tingkat pendidikan, penerapan pola hidup sehat masih pendidikan yang mereka miliki dan konversi lahan. Hasil
sangat rendah terlihat dari keadaan lingkungan yang pengamatan menunjukan lahan yang dikelola oleh petani
kotor dan gizi buruk pada anak-anak. Sedangkan fasilitas sayuran di Dusun Kembang Buton Wara rata rata tanah
umum yang tersedia di Dusun Wara yaitu: 1 buah bertopografi miring (berbukit dan berlereng) dengan luas
Sekolah Dasar, 1 buah Sekolah Menengah Umum dan 1 lahan terpencar-pencar dengan petak-petak yang sempit
buah sarana peribadatan. yakni; luas lahan < 0,25 Ha sebesar 65% dan > 0,25 Ha
Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk sebesar 35%. Seiring waktu lahan-lahan yang dikelola
Dusun Kembang Buton Wara, diketahui; 85% petani oleh petani sayuran inipun banyak mengalami konversi
sayuran merangkap pekerja serabutan, 10% pedagang, lahan ke lahan non pertanian, dengan kata lain diambil
3% pegawai swasta dan 2% Pegawai Negeri Sipil dan kembali oleh pemiliknya untuk dijual pada kegiatan
pensiunan. Usahatani sayuran merupakan jenis usaha pelaksanaan proyek perumahan pengungsi.
yang telah lama dipraktekkan oleh penduduk Dusun Kegiatan usahatani memerlukan tenaga kerja
Kembang Buton Wara secara turun-temurun hingga saat hampir pada seluruh proses produksinya. Menurut
ini dan berperan sebagai sumber mata pencaharian atau Soeharjo & Patong (1973), tenaga kerja dalam usahatani
pendapatan utama. Berdasarkan hasil pengamatan ada dapat berasal dari keluarga dan luar keluarga. Banyaknya
beberapa tipe usahatani sayuran yang dilakukan yaitu; anggota keluarga yang aktif bekerja pada usahatani
tipe tunggal, tumpang sari dan campuran dengan jenis tergantung pada banyaknya anggota keluarga yang telah
tanaman meliputi: kacang panjang, kangkung, bayam, dewasa dan banyaknya anggota keluarga pria. Bagi
terung, sawi dan ketela pohon. Menurut Hernanto sebagian daerah yang mengikutsertakan tenaga kerja
(1991), pilihan pergiliran tanaman dan tumpang sari wanita sebagai tenaga kerja usahatani dan mereka juga
terutama bagi petani tradisional dikarenakan kesadaran memainkan peranan penting. Sedangkan jumlah tenaga
petani yang berkaitan dengan kebutuhan, resiko yang kerja yang dibutuhkan usahatani dipengaruhi oleh: 1)
mungkin akan terjadi, baik disebabkan oleh alam tingkat perkembangan usahatani; 2) jenis tanaman yang
maupun oleh pasar terutama oleh harga produk dan diusahakan; dan 3) topogafi dan jenis tanah. Pada
sarana produksi ataupun yang menyangkut pelestarian usahatani yang bersifat subsisten, berlahan sempit dan
lahan. Pelaksanaan usahatani sayuran di Dusun Wara modern jumlah tenaga kerja manusia yang dicurahkan
rata-rata cukup intensif dan kontinue hanya saja cara relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan usahatani
pembudidayaan dan teknologi yang diterapkan masih yang bersifat komersil, berlahan luas dan tradisional.
bersifat tradisional dan sederhana, ini terlihat dari Jenis tanaman yang diusahakan, topogarfi dan jenis tanah
minimnya penguasaan teknik budidaya dan peralatan juga membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda.
pertanian yang dipakai. Pada pengelolaan lahan Pengusahaan tanaman semusim, tanah miring (berbukit
misalnya; rata-rata petani masih mengandalkan tenaga dan berlereng) dan jenis tanah liat relatif membutuhkan
kerja manusia dengan penggunaan peralatan yang tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
sederhana dan terbatas pada cangkul, parang dan garu tahunan, tanah datar dan jenis tanah berpasir. Pada tanah-
sedangkan pada pengaturan pengairan dominan tanah miring, berbukit dan berlereng biasanya penyerap-
menggunakan ember/hitter dengan jarak angkut sumber an tenaga kerja manusia relatif lebih banyak karena pada
air ke lahan relatif cukup jauh. topografi ini penerapan atau penggunaan alat-alat
Lahan adalah tempat atau wilayah yang mem- mekanisasi tidak memungkinkan.
punyai satuan luas dan merupakan wadah bagi kehidup- Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan penye-
an. Semua kehidupan baik manusia hewan maupun rapan tenaga kerja untuk usahatani sayuran yang
tumbuhan berlangsung diatas dan didalam permukaan dilaksanakan oleh petani Dusun Kembang Buton Wara
lahan. Komponen utama lahan bagi petani pada cukup besar karena terpencarnya lahan dengan petak-
umumnya adalah tanah, meskipun dalam perkembangan petak sempit yang mana jarak antara petak yang satu
pertanian berkembang pula berbagai jenis lahan selain dengan yang lainnya cukup berjauhan, topografi lahan
tanah yang dapat digunakan untuk bertani (Departemen yang berbukit dan berlereng, jenis tanah yaitu jenis tanah
Pertanian RI, 1984). Lahan pertanian yang dikelola oleh liat yang membutuhkan pengolahan intensif, jauhnya
petani sayuran di Dusun Kembang Buton Wara, pada dari sarana pengairan, transportasi ataupun karena cara
umumnya diperoleh dengan cara membuka lahan baru, budidaya yang sangat sederhana. Hampir seluruh ang-
meminjam ataupun menyakap dalam jangka waktu gota keluarga petani sayuran Dusun Kembang Buton
tertentu. Pembukaan lahan baru yang bersifat liar dan Wara terlibat dalam usahatani keluarga mereka, terutama
disertai dengan pembakaran hutan kerap terjadi di hutan- anggota keluarga yang berumur 10 tahun keatas dalam
hutan Desa Batumerah. Pembakaran hutan yang sering hal ini termasuk anak-anak. Anak-anak petani Dusun
terjadi mengakibatkan hutan hijau drastis berkurang Kembang Buton Wara memainkan peranan penting
hingga di musim kemarau petani sering mengalami dalam kegiatan usahatani keluarga biasanya tugas mere-
kekeringan dan kesulitan pengairan usahataninya. Selain ka adalah menggemburkan tanah yang telah dicampur

49
Jurnal B udidaya Pertanian, Vol. 7. No 1, Juli 2011, H alaman 47-52

pupuk kandang, memberantas hama secara manual mengucurnya berbagai bantuan pertanian yang mereka
seperti memunguti ulat daun, dan menyiram tanaman. butuhkan dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat.
Sebagian mereka membantu seusai waktu sekolah, tetapi Walaupun bantuan tersebut sangat terbatas tetapi kebera-
ada juga yang telah menjadikannya sebagai pekerjaan daannya mampu mengaktifkan kembali kegiatan usaha-
tetap karena tidak lagi bersekolah atau putus sekolah. tani mereka yang pada masa konflik sempat mati baik
Besarnya keterlibatan anggota keluarga petani karena faktor keamanan ataupun langkanya prasarana
sayuran Dusun Wara dalam usahataninya menunjukan produksi seperti; bibit, pupuk dan obat-obatan. Bantuan
tingkat partisipasi kerja yang cukup tinggi. Berdasarkan dari pihak pemerintah dibidang pertanian sama sekali
hasil analisis Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) anggota belum pernah menyentuh masyarakat petani sayuran di
keluarga yang berkerja pada usahatani sayuran diketahui Dusun Kembang Buton Wara, dari hasil wawancara
bahwa; TPK anggota keluarga petani sayuran dengan diketahui: program penyu-luhan dan bantuan pertanian
luas lahan > 0,25 Ha adalah sebesar 71-86% dan petani pemerintah melalui dinas setempat tidak pernah mereka
dengan luas lahan < 0,25 Ha sebesar 43-51%. Kondisi ini peroleh. Informasi yang mereka dapat dari media
dikarenakan petani sayuran dengan luas lahan > 0,25 Ha elektronik tentang begitu mudahnya mengakses berbagai
lebih banyak memiliki anggota keluarga yang telah bantuan pertanian di daerah lain: tidak mereka temui
dewasa (berusia diatas 10 tahun) sehingga tersedia karena begitu tertutup-nya birokrasi setempat.
tenaga kerja untuk mengolah lahan yang lebih luas Petani dan keluarganya membutuhkan pendapatan
memungkinkan, sedangkan petani yang mengelola luas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pendapatan itu
lahan < 0,25 Ha memiliki jumlah anggota keluarga yang dapat bersumber dari: 1) usahatani itu sendiri; 2)
telah dewasa (di atas 10 tahun lebih sedikit) sehingga Pendapatan lain tetapi masih pada bidang pertanian; dan
penyediaan tenaga untuk usahatani juga terbatas. 3) luar usahatani (Hernanto, 1991). Menurut Soeharjo &
Menurut Oszaer (2002), keluarga dengan jumlah Patong (1973), pendapatan yang diterima petani dari
anggota banyak sangat menguntungkan dari segi usahataninya dalam satu tahun berbeda dengan
penyediaan tenaga kerja terutama jika cukup tersedia pendapatan yang diterima oleh petani lain, bahkan
lapangan kerja yang sesuai, sebaliknya anggota keluarga seorang petani yang mengusahakan luas tanah yang sama
yang banyak dalam satu keluarga petani dapat juga dari tahun ke tahun menerima pendapatan yang berbeda-
menjadi beban tanggungannya. Berdasarkan hasil beda juga dari tahun ke tahun. Perbedaan ini disebabkan
pengamatan dan analisis diketahui angka beban adanya berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi
tanggungan/ Depedency Ratio (DR) petani sayuran rendahnya pendapatan usahatani seperti; luas usahatani,
dengan luas lahan > 0,25 Ha rata-rata sebanyak 1-3 efisiensi kerja, efisiensi produksi, iklim dan jenis tanah.
orang, sedangkan petani sayuran dengan luaslahan < Hal yang harus disadari adalah, profesi petani sayuran
0,25 Ha rata sebanyak 3-5 orang. Besarnya jumlah tidak hanya melekat pada kepala keluarga petani tetapi
anggota keluarga yang dimiliki khususnya anggota melekat pada seluruh anggota keluarga petani, ini berarti
keluarga yang tidak produktif, memperbesar jumlah penyerapan tenaga kerja usaha tersebut cukup besar dan
penggunaan pendapatan untuk keperluan konsumsi. tidak sebanding dengan tingkat pendapatan yang
Tingkat pendapatan yang rendah akan menyebabkan dihasilkan. Menurut Muslim (2009), konversi lahan
tingkat konsumsi keluarga menjadi rendah yang akan pertanian menjadi lahan non pertanian juga menjadi
berpengaruh pada produktivitas kerja dan kecerdasan penyebab menurunnya rata-rata pendapatan petani
anak, menurunkan kemampuan berinvestasi dan upaya sebesar 21%. Sedangkan menurut Hernanto (1991);
pemupukan modal. selain luas usaha/lahan dan tingkat produksi, pilihan dan
Terbatasnya modal yang dimiliki petani sayuran kombinasi cabang usahatani juga mempengaruhi tinggi
merupakan masalah utama dalam usahanya memperluas rendahnya pendapatan usahatani. Berdasarkan hasil
dan mengembangkan usahatani sayuran mereka. pengamatan pendapatan bersih rata-rata petani sayuran
Kekurangan modal pada usahatani sayuran biasanya Dusun Kembang Buton Wara pertahun dengan luas <
disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan sosial. 0,25 Ha adalah sebesar Rp. 4.5 juta dan luas > 0,25 Ha
Beberapa diantara faktor tersebut yakni; tanah usahatani adalah sebesar Rp. 6.9 juta. Besarnya pendapatan untuk
yang sempit, pendapatan yang rendah, tingkat teknologi tiap petani tidak merata, selain dipengaruhi oleh luas
yang rendah, tingkat manajemen petani yang rendah, lahan usahatani, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi
kepadatan penduduk dan politicall will yang tidak tanaman juga dikarenakan pengaruh cara budidaya yang
memihak petani. Menurut Rompolemba et al. (2010), sederhana; banyak tanaman mengalami mati muda baik
usahatani sayuran merupakan usahatani intensif yang karena serangan hama, Iklim (kebanjiran di musim hujan
membutuhkan biaya produksi tergolong tinggi diban- dan kekeringan di musim kemarau karena prasana
dingkan dengan komoditas lainnya, oleh karena itu pengairan yang tidak memadai) dan jenis tanah yang
petani umumnya menanam jenis sayuran yang disesuai- tidak subur.
kan dengan ketersediaan biaya Petani sayuran di Dusun Kesibukan kerja keluarga petani dalam usaha-
Kembang Buton Wara sendiri rata-rata mengan-dalkan taninya tidak merata sepanjang tahun dan tidak setiap
modal sendiri yang minim untuk berusahatani, ada juga harinya diisi penuh dengan pekerjaan usahataninya,
yang meminjam pada pelepas uang (rentenir) dengan cukup banyak waktu yang terluang dan diisi dengan
jaminan hasil panen. Diawal paska konflik kemanusiaan pekerjaan diluar usahataninya baik dibidang pertanian
di Maluku petani sayuran kota cukup bergembira karena maupun non pertanian (Tohir, 1983).

50
S A R I : K eadaan Sosial E konomi Petani Sayur an «

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pendapatan Rumah tangga

Sumber Pendapatan Rata-rata Pendapatan Rumah tangga


Jumlah RTU Persentasi (%)
Rumah tangga (Rp. juta/Tahun)
Pertanian
a. Tanaman utama 40 5.40 47.0
b. Non tanaman utama 31 2.45 21.3
c. Peternakan 17 0.35 3.0
Sub total 8.20 71.3
Non Pertanian
a. Upah 28 2.40 20.9
b. Dagang 7 0.90 7.8
Sub total 3.30 28.7
Total 40 11.50 100.0
Sumber: Analisa data primer (2008)

Sumber pendapatan rumah tangga petani sayuran pendapatan utama dimana tingkat ketergantungan petani
di Dusun Kembang Buton Wara juga tidak hanya berasal adalah sebesar 0,47 dan menyerap tenaga kerja cukup
dari usahatani sayuran yang dijalankannya tetapi juga besar. Tingkat partisipasi anggota keluarga petani
bersumber dari pekerjaan-pekerjaan lain yang sayuran relatif cukup tinggi dan sangat tergantung pada
menghasilkan pendapatan baik itu dibidang pertanian jumlah anggota keluarga di atas umur 10 tahun.
ataupun nonpertanian.Berdasarkan hasil pengamatan Depedency Ratio (DR) petani sayuran dengan luas lahan
(Tabel 1), diketahui bahwa rata-rata responden selain > 0,25 ha rata-rata 2 orang, sedangkan petani sayuran
bekerja sebagai petani sayuran mereka juga merangkap dengan luas lahan < 0,25 Ha rata-rata 4 orang, besarnya
sebagai peternak, pedagang ataupun pekerja serabutan jumlah anggota keluarga yang tidak produktif,
yang berkerja pada orang lain. Rata-rata pendapatan menurunkan tingkat pendapatan dan memperbesar
rumah tangga responden adalah sebesar Rp. 11,5 juta per jumlah penggunaan pendapatan untuk keperluan
tahun dengan kontribusi terbesar dari usahatani sayuran konsumsi.
yaitu 47% atau sebesar Rp. 5,4 juta per tahun, sedangkan
non tanaman utama dan peternakan masing-masing D A F T A R PUST A K A
memberikan kontribusi 21,3% dan 3% atau sebesar Rp
2,45 juta per tahun dan Rp. 0,35 juta per tahun. Sektor Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1984. Lahan
non pertanian memberikan kontribusi sebesar 28.,7% dan Pemanfaatannya. Jakarta.
yaitu 20,9% dari upah dan 7,8% dari perdagangan atau Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. PT. Penebar
sebesar Rp. 2,40 juta per tahun dan Rp. 0,90 juta per Swadaya. Jakarta.
tahun. Mardikanto T. 1990. Penyuluhan Pembangunan Perta-
Pekerjaan di nonsektor pertanian kebanyakan nian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
merupakan pekerjaan serabutan, pada saat ini sebagian Mubyarto, 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES.
besar petani sayuran juga ikut sebagai tenaga harian pada Jakarta
proyek-proyek perumahan pengungsi disekitar lingkung- Muslim, A. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempe-
an mereka. Hal ini dilakukan pada waktu luang yang ngaruhi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian dan
tidak diisi dengan kegiatan usahatani sayuran namun Pengaruhnya Terhadap Ketimpangan Pendapatan
kebutuhan kerja tenaga serabutan tidak selalu kontinue, Masyarakat Di Kota Sabang Provinsi Nanggro
oleh karena itulah usahatani sayuran tetap menjadi Aceh Darussalam. Jurnal Sosial Ekonomi
kegiatan utama yang menghasilkan pendapatan tetap Pertanian dan Agribisnis 9: 186-191.
bagi keluarga. Adapun rasio ketergantungan petani pada Oszaer, R. 2002. Keadaan Sosial Ekonomi Petani
usahatani sayuran yaitu sebesar 0,47 atau sebesar Agroforestri Tradisional Dusung (Studi Kasus Di
kontribusi pendapatan yang diberikan oleh usahatani Desa Soya dan Urimessing Kota Ambon). Jurnal
sayuran pada pendapatan rumahtangga yang merupakan Pertanian Kepulauan 1: 83-87.
sumber pendapatan dengan kontribusi tertinggi. Rompolemba A., Meringgi B. A., Sittibulkis &
Sitihaerani. 2010. Analisis Strategi Pengem-
K ESI M PU L A N bangan Agribisnis Komoditi Sayuran Di
Kabupaten Posso. Jurnal Agribisnis 1: 1-14.
Usahatani sayuran merupakan jenis usaha turun-
temurun dan merupakan sumber mata pencaharian atau

51
Jurnal B udidaya Pertanian, Vol. 7. No 1, Juli 2011, H alaman 47-52

Soeharjo, A. & D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Tohir, K.A. 1983. Seuntai Pengetahuan Usahatani
Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial- Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Ekonomi Fakultas Pertanian. IPB ± Bogor.
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas
Negri Indonesia.

52

Anda mungkin juga menyukai