3 September 2015
Hartati
Walin
Esti Dwi Widayanti
Abstract
The aim of this research is to determine the effect of relaxation techniques Front
Effleurage in reducing pain level of dysmenorrheal. The research design was quasi
experimental with pre-post test control group design. The number of sample was 42 and
selected by Simple Random Sampling method. The samples were divided into two groups
each group of 21 respondents for treatment and control groups. Data were analyzed by
paired and independent t-test. The result showed that there was significant difference of pain
level between treatment and the control groups with p=0.000 lower than α = 0.005. In
conclusion, it can be drawn that Front effleurage method can reduce pain intensity of
dysmenorrhea.
Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi Front Effleurage
terhadap intensitas nyeri dismenore pada remaja putri. Menggunakan
rancangan ”Quasy-experimental pre-post test design with control group” dengan teknik
pengambilan sampel secara Simple Random Sampling kepada 42 responden yang
mengalami nyeri dismenore. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 21 orang sebagai
kelompok perlakuan dan 21 orang sebagai kelompok kontrol. Analisa data yang digunakan
adalah dengan uji paired t-test dan independent t test. Hasil menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat intensitas nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari α = 0,005 dengan selisih penurunan intensitas
nyeri lebih besar dengan teknik Front Effleurage yaitu sebesar 5,571 daripada teknik nafas
dalam yaitu 1,762. Kesimpulan penggunaan teknik relaksasi Front Effleurage dapat
menurunkan tingkat nyeri dismenore.
___________________________________________________________________________________
793 Teknik Relaksasi Front Effleurage
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015
merupakan kondisi medis yang nyata berat atau intensitasnya sukar dinilai.
karena nyeri yang terjadi sewaktu haid Walaupun frekuensi dismenore cukup
dapat mengganggu aktivitas dan tinggi dan penyakit ini sudah lama
memerlukan penanganan. dikenal namun sampai sekarang
Dismenore adalah nyeri haid patogenesisnya belum dapat
menjelang atau selama haid, sampai dipecahkan dengan memuaskan.
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan Hampir semua wanita mengalami rasa
harus tidur. Nyeri bersamaan dengan tidak enak di perut bawah sebelum dan
rasa mual, sakit kepala, perasaan mau selama haid dan sering kali rasa mual
pingsan, lekas marah (Mansjoer, 2003). maka istilah dismenore hanya dipakai
Sedangkan menurut Youngson (2002), jika nyeri haid demikian hebatnya,
dismenore adalah sakit saat menstruasi sehingga memaksa penderita untuk
yang dialami oleh hampir semua istirahat dan meninggalkan pekerjaan
wanita dari waktu kewaktu. Tepat untuk beberapa jam atau beberapa hari
sebelum atau saat keluarnya darah (Riyanto, 2002).
menstruasi, akan timbul rasa sakit yang Upaya penanganan dismenore
ritmis, dan mencengkram pada bagian saat ini sudah cukup banyak seperti
bawah perut serta punggung, yang terapi farmakologis dengan
berlangsung selama beberapa jam, menggunakan obat-obat anti sakit
meskipun kadang-kadang bisa sampai (analgetic), obat-obat penghambat
sehari, atau bahkan sepanjang daur pengeluaran hormon Prostaglandin
menstruasi ini. seperti Aspirin, Endomethacin, dan Asam
Di Indonesia, angka kejadian Mefenamat. Selain menggunakan terapi
dismenore diperkirakan 64,25% yang farmakologis, penanganan dismenore
terdiri dari 54,89% dismenore primer dapat juga dilakukan dengan terapi non
dan 9,36% dismenore sekunder dan farmakologis. Manajemen nyeri non
sekitar 55% perempuan produktif farmakologis lebih aman digunakan
merasa tersiksa karena dismenore dan karena tidak menimbulkan efek
di Surabaya di dapatkan angka 1,07 % samping seperti obat-obatan karena
hingga 1,31% dari jumlah penderita terapi non farmakologis menggunakan
dismenorhea yang datang ke bagian proses fisiologis. Manajemen nyeri
kebidanan (Proverawati and Misaroh, disini meliputi olah raga ringan atau
2009). Menurut Yetti (2005), senam dismenore, mengkonsumsi buah
berdasarkan hasil penelitiannya pada dan sayur, mengurangi kadar gula dan
remaja kelas II di SLTP 12 Semarang, kafein serta masase dengan teknik
didapatkan dari 53 siswi yang Effleurage (Yatim, 2001; Dianawati,
mengalami dismenore sebanyak 35 siswi 2003).
(66,0%), sedangkan menurut Teknik relaksasi Effleurage
Purnamawati (2009), berdasarkan hasil merupakan teknik pijatan dengan
penelitiannya pada remaja putri di menggunakan telapak jari tangan
Desa Ngemplak Wetan Karanganyar dengan pola gerakan melingkar
Demak, didapatkan dari 32 remaja yang dibeberapa bagian tubuh atau usapan
mengalami dismenore sebanyak 17 sepanjang punggung dan ekstremitas
remaja (53,1%). (Kennet, 1994). Menurut Frainere (1999),
Dismenore atau nyeri haid Effleurage merupakan aplikasi dari
mungkin merupakan suatu gejala yang Gate Control Theory. Sebagai teknik
paling sering menyebabkan relaksasi, Effleurage mengurangi
wanita-wanita muda pergi ke dokter ketegangan otot dan meningkatkan
untuk konsultasi dan pengobatan. sirkulasi area yang sakit serta
Karena gangguan ini sifatnya subjektif, mencegah terjadinya hipoksia (Varne,
___________________________________________________________________________________
Hartati; Walin; Esti Dwi Widayanti 794
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015
1986 dan Cohen, 1991). Tujuan 5 (23,8%) menjadi 16 (76,2%) dan tidak
penelitian ini adalahuntuk mengetahui ada responden yang mengalami nyeri
pengaruh teknik relaksasi Front Effleurage berat.
terhadap intensitas nyeri dismenore pada Tingkat intensitas nyeri
remaja putri. dismenore pada kelompok kontrol ada
14 (66,7%) responden mengalami nyeri
2. Metode sedang dan 7 (33,3%) mengalami nyeri
Penelitian ini bersifat kuantitatif berat. Setelah teknik relaksasi nafas
dengan menggunakan rancang ”Quasy dalam ada 2 (9,51%) mengalami nyeri
-experimental pre-post test design with berat, 11 (52,4%) nyeri sedang dan 8
control group”. Peneliti mengukur (38,1%) nyeri ringan.
tingkat nyeri pada kelompok remaja Nilai rata-rata tingkat intensitas
putri yang mengalami dismenore nyeri dismenore pada kelompok
sebelum dan setelah dilakukan terapi perlakuan sebelum dan setelah
relaksasi Front Effleurage dan kelompok dilakukan teknik relaksasi Front
ini disebut sebagai kelompok perlakuan. Effleurage mengalami penurunan yaitu
Kemudian peneliti juga mengukur dari 8,238 menjadi 2,667. Sedangkan
tingkat nyeri pada kelompok remaja nilai rata-rata tingkat intensitas nyeri
putri yang mengalami dismenore tapi dismenore pada kelompok kontrol
tidak dilakukan terapi relaksasi Front sebelum dan setelah dilakukan teknik
Effleurage namun diberikan teknik relaksasi nafas dalam mengalami
relaksasi nafas dalam dan kelompok ini penurunan yaitu dari 7,857 menjadi
disebut sebagai kelompok kontrol. 6,095.
Pengukuran intensitas nyeri dalam Ada pengaruh yang signifikan
penelitian ini dengan menggunakan antara teknik relaksasi Front Effleurage
skala nyeri numerik Bourbonis 0-10. terhadap tingkat intensitas nyeri
Metode pengolahan data dalam dismenore pada kelompok perlakuan
penelitian ini menggunakan Analisa yaitu dengan nilai p=0,000. Ada
univariat dan Analisa bivariat. Analisis pengaruh yang signifikan antara teknik
bivariat merupakan analisis untuk relaksasi nafas dalam pada kelompok
mengetahui interaksi dua variabel, baik kontrol yaitu dengan nilai p=0,000.
berupa komparatif, asosiatif maupun Ada perbedaan tingkat
korelatif. Uji statistik penelitian ini intensitas nyeri pada kelompok
menggunakan uji paired t-test dan perlakuan dan kelompok kontrol yaitu
independent t-test untuk mengetahui dengan nilai p=0,000. Selisih penurunan
perbedaan tingkat intensitas nyeri intenstas nyeri dengan teknik relaksasi
dismenore pada kelompok perlakuan Front Effleurage adalah lebih besar yaitu
dan kelompok kontrol. 5,571 daripada kelompok kontrol yang
menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam yaitu 1,762.
3. Hasil dan Pembahasan
Mekanisme penghambatan
Hasil nyeri dengan teknik Effleurage
berdasarkan pada konsep Gate Control
Tingkat intensitas nyeri Theory. Berdasarkan teori tersebut
dismenore sebelum diberikan stimulasi serabut taktil kulit dapat
perlakuan ada 9 (42,8%) responden menghambat sinyal nyeri dari area
mengalami nyeri sedang dan 12 (57,2%) tubuh yang sama atau area lainnya.
mengalami nyeri berat. Dan setelah Stimulasi serabut taktil kulit dapat
dilakukan teknik relaksasi Front dilakukan dengan beberapa teknik
Effleurage ada penurunan tingkat massage, rubbing, usapan, fibrasi dan
intensitas nyeri yaitu dari nyeri sedang
___________________________________________________________________________________
795 Teknik Relaksasi Front Effleurage
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015
___________________________________________________________________________________
Hartati; Walin; Esti Dwi Widayanti 796
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015
___________________________________________________________________________________
797 Teknik Relaksasi Front Effleurage