Anda di halaman 1dari 12

Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik

(Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo”


di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

Dwian Hartomi Akta Padma Eldo1, Dyah Mutiarin 2

ABSTRAK

Sampai saat sekarang ini masalah pelayanan publik menjadi perhatian bersama, dibutuhkan
sebuah formula dalam bentuk inovasi agar pelayanan publik menjadi lebih baik lagi. Inovasi
Pelayanan publik saat ini sudah menjadi tuntutan yang harus dijalankan oleh penyedia
layanan, baik itu ditataran pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah. Setiap instansi
Pemerintah dituntut untuk meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dalam bentuk
inovasi yang ada. Budaya inovasi harus melekat kepada pemerintah yang menyelenggarakan
pelayanan harus bersifat dinamis dan tetap selalu berkembang karena saat sekarang ini dengan
tingkat literatur yang tinggi masyarakat telah mengerti dan paham mengenai hak dan
kewajiban mereka dalam pelayanan publik. Demi meningkatkan kualitas pelayanan maka
Pemerintah Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta melakukan sebuah upaya inovasi
pelayanan yang diberinama Kamis-Jum’at tambah tiga jam atau dikenal dengan istilah
“Kumis Mbah Tejo”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengimplementasian
dari konsep Best practice didalam inovasi pelayanan dengan mencoba menganalisis dengan
unsur-unsur dari Impact, partnership, sustainability, leadership dan transferability. Teknik
pengumpulan data penulis mencoba melakukan dengan cara wawancara kepada pihak yang
terkait. Untuk kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah inovasi pelayanan
yang ada mendapatkan respon yang baik oleh masyarakat karena dampak dari inovasi ini bisa
dirasakan langsung serta yang menarik adalah untuk mendapatkan kepuasan masyarakat
dalam inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” ini tanpa perlu semua unsur yang menjadi
landasan analisis terpenuhi dengan baik.

Kata Kunci: Inovasi, Pelayanan Publik, Pemeritah Kecamatan

ABSTRACT

Until now the problem of public services is a common concern, it takes a formula in the form of
innovation so that public services are better. Today's public service innovation has become a demand that
must be carried out by service providers, whether it is arranged by the Central Government or the
Regional Government. Every Government agency is required to improve public services to the public in
the form of existing innovations. The culture of innovation must be inherent in the government that
organizes services that must be dynamic and always evolves because nowadays with a high level of
literature the community understands and understands their rights and obligations in public services. In

1
Dwian_hartomi@yahoo.com
2
Mutiarin@yahoo.com

156
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 157
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

order to improve the quality of service, the Tegalrejo Sub district Government of the City of Yogyakarta
conducted an innovative service effort called Thursday-Friday added three hours or known as "Kumis
Mbah Tejo". This study aims to see how the implementation of the Best practice concept in service
innovation by trying to analyze with the elements of Impact, partnership, sustainability, leadership and
transferability. Data collection techniques the author tries to do by interviewing the parties concerned. The
conclusions obtained in this study are that service innovation is getting a good response from the
community because the impact of this innovation can be felt directly and what's interesting is to get
community satisfaction in this "Mustache Mbah Tejo" service innovation without the need for all the
elements that become the foundation analysis is well fulfilled.

Key word : Innovation, Public Service, Sub district Governmental

A. PENDAHULUAN Komitmen terkait Reformasi Birok-rasi


Pasca dikeluarkannya Peraturan Menteri tidak hanya pada tataran pemerintah pusat,
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan namun sampai kepada Pemerintahan terendah
Reformasi Birokrasi (PAN-RB) No. 15 Tahun sekalipun harus mulai menata sistem tata kelola
2008 tentang Pedoman Umum Reformasi pemerintahanya yang mampu mengedepankan
Birokrasi menunjukkan keseriusan pemerintah kepentingan dan kepuasan masyarakat terhadap
dalam langkah awal terhadap penyelenggaraan pelayanan termasuk Pemerintahan Kecamatan
pemerintah yang bersih. Semua lembaga negara Seka-lipun. Meskipun Pemerintah Kecamatan
baik dari tingkat pusat hingga daerah harus bukan garda terakhir dalam penyelenggaraan
berbenah dan meningkatkan kualitas pelayanan pelayanan publik, namun peran pemerintah
yang diberikan kepada masayarakat demi kecamatan sangat penting sebagai kepanjangan
tercapainya keinginan dan cita-cita dari tangan dari pemerintah Kabupaten.
reformasi birokrasi itu sendiri. Pemerintah Peningkatan pelayanan publik (public
semakin serius dalam pembenahan tata kelola service) harus mendapatkan perhatian utama
pemerintahan saat ini dengan dikeluarkannya dari pemerintah, karena pelayanan publik
Peraturan Presiden (PP) Nomor 81 tahun 2010 merupakan hak-hak sosial dasar dari
tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi masyarakat social rihgts ataupun fundamental
2010-2025 yang menjadi landasan bagi Kemen- rights (Holle, 2011). Pemerintah jangan sampai
trian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam mengenyampingkan hak-hak yang dimiliki oleh
melakukan reformasi birokrasi dalam rangka rakyat dalam mendapatkan pelayanan yang
mewujudkan tata kelola pemerin-tahan yang terbaik, karena tugas dan fungsi negara adalah
baik. melindungi rakyat dan memenuhi segala
Capaian dalam reformasi birokrasi kebutuhannya demi tercapai kesejahteraan
adalah penyelenggaraan pemerintahan yang sosial. Penolakan atau penyimpangan peme-
terbebas dari KKN, peningkatan kapasistas dan rintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik
akuntabilitas serta penguatan orientasi ke arah adalah bertentangan dalam UUD 1945
peningkatan pelayanan publik yang dilakukan. Pada tahun 2015 Ombudsman RI
Tujuan tersebut menjadikan reformasi birokrasi Mencatat ada sebanyak 6.859 masalah yang
sebagai langkah pada tataran hulu, yakni terjadi dalam pelayanan publik dari seluruh
langkah preventif yang prakteknya di negara- wilayah Indonesia (Laporan Tahunan
negara berkembang dan industri baru jauh lebih Ombudsman RI, Tahun 2015), itupun baru yang
efektif dan berdampak panjang dibandingkan dilaporkan, belum masalah pelayanan yang
dengan aksi pemberantasan korupsi secara belum dilaporkan. Laporan tahunan 2015
kuratif (Klitgaard, 1998). Ombudsman pada bagian penanganan
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 158
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

pengaduan masyarakat dapat dilihat pada diadopsi oleh sektor Pemerintah “Corporate
gambar 1 dibawah ini : Values”, belakangan bukan hanya mewabah
dalam institusi korporasi, melainkan juga dalam
Gambar 1 dunia pemerintah. Walaupun inovasi saat ini
Laporan Pengaduan masih ada yang pro dan kontra akan tetapi
Masyarakat Terhadap apabila inovasi tidak dilakukan maka tidak akan
Pelayanan Publik pernah ada pembaharuan atau perubahan
(Kasali, 2012).
Inovasi pada sektor publik lebih
ditekankan pada aspek “perbaikan” yang
dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut, yaitu
pemerintah mampu memberikan pelayanan
publik secara lebih efektif, efesien dan
berkualitas, murah dan terjangkau sesuai
Sumber : Buku Laporan Tahunan 2015 kebutuhan masyarakat. Inovasi di sektor publik
Ombudsman RI. hal 18 merupakan salah satu jalan atau bahkan
“breakthrough” untuk mengatasi kemacetan
Pada gambar hasil laporan Ombudsman dan kebutuhan organisasi di sektor publik.
pada tahun 2015 dapat dilihat bahwa dari tahun Selain menjalankan Pelayanan yang
ke tahun ternyata pelayanan publik di Indonesia maksimal baik Pemerintah pusat maupun
tidak ada perubahan untuk memberikan Pemerintah daerah juga dituntut untuk
pelayanan yang baik kepada masyarakat. Mulai melakukan inovasi dalam sektor publik dengan
dari tahun 2013 sampai tahun 2015 terlihat area yang telah dijelaskan dalam Peraturan
bahwa laporan masyarakat kepada Ombudsman Presiden (PP) Nomor 81 tahun 2010 tentang
selalu meningkat, peningkatan tersebut jika Grand Desain Reformasi Birokrasi 2010-2025.
dilihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi Saat ini Inovasi dalam penyelenggaraan
yaitu : Pertama, semakin tingginya kesadaran pelayanan publik tidak hanya dilakukan
masyarakat terhadap hak yang dimilikinya ditingkat pusat saja, namun ditingkat kecamatan
terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah. juga diperlukan sebuah Inovasi pelayanan agar
Kedua, karena pemerintah sebagai penye- mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pada
lenggara pelayanan tidak benar-benar men- bidang pelayanan publik. Kecamatan Tegalrejo
jalankan amanat dalam UU No. 25 tahun 2009 merupakan salah satu Kecamatan yang ada di
tentang Standard Pelayanan Minimal. Beberapa Kota Yogyakarta. Kecamatan Tegalrejo
faktor tersebut yang menjadikan selalu menjadi sorotan tersendiri oleh masyarakat
meningkatnya laporan terhadap kinerja karena inovasi pelayanan yang dilakuan oleh
pemerintah dalam bidang pelayanan publik. pemerintah Kecamatan Tegalrejo.
Salah satu proses yang terpenting dalam Pada umumnya pelayanan publik yang
upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dilakukan oleh instansi pemerintah dilak-
dalam pelayanan publik itu ialah dengan sanakan pada hari kerja yaitu senin sampai
melakukan sebuah terobosan inovasi. Pada jum’at yang setiap harinya dibatasi hanya 8 jam
umumnya inovasi sering kali diterjemahkan saja. Pelayanan publik pada hakekatnya
sebagai penemuan hal baru, namun sebenarnya memiliki tujuan untuk memuaskan atau sesuai
aspek “kebaruan” dalam inovasi sangat dengan keinginan masyarakat atau pelanggan
ditekankan untuk inovasi pada sektor swasta. pada umumnya (Juliantara, 2005). Untuk
Saat ini nilai sektor bisnis memang saatnya mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 159
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Izin perpanjangan


masyarakat. Tambahan jam pelayanan yang 6. penggunaan tanah √ √
pemakaman
diberikan oleh Pemerintah Kecamatan Tegal- Izin perpanjangan
rejo merupakan sebuah inovasi yang dilakukan 7. penggunaan tanah √ √
untuk menjawab dari kebutuhan masyarakat di pemakaman
wilayah Tegalrejo. Izin perpanjangan
8. pemesanan tempat √ √
Inovasi pelayanan dengan menambah pemakaman
jam pelayanan yang ada setiap Kamis-Jumat 9. Izin Pemesanan tempat √ √
selama 3 jam per hari atau lebih dikenal dengan pemakaman
“Kumis Mbah Tejo”. Inovasi pelayanan Kumis Sumber : Buku Standard Pelayanan Publik Kecamatan
Mbah Tejo ini mulai diberlakukan November di Kota Yogyakarta
2015, dan pada saat itu program ini masih
diberi nama Jum’at Panjang, yang mana pada Keberadaan inovasi pelayanan “Kumis
Mbah Tejo” di Kecamatan Tegalrejo saat ini
awalnya pelayanan diberikan hanya pada hari
merupakan salah satu bukti tanggungjawab
Jum’at saja yaitu sampai pada jam 20.30 pemerintah Kecamatan dalam peningkatan mutu
malam. Seiring berjalanya waktu, kebijakan itu dan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
beganti hari menjadi seperti saat ini yaitu pada masyarakat. Selain itu inovasi pelayanan
hari kamis dan Jum’at, sampai jam 18.00 WIB. “Kumis Mbah Tejo” dijadikan laboratorium
Pelayanan di kantor Kecamatan tidak penelitian oleh Lembaga Administrasi Negara
jauh berbeda dengan di kantor lainnya. Pada (LAN) serta selalu dimonitoring dan evaluasi
pelayanan “Kumis Mbah Tejo” pelayanan yang sampai saat sekarang ini.
diberikan tidak berbeda dengan pada jam kerja Berdasarkan latar belakang yang telah
biasanya di kantor Kecamatan, agar bisa diuraikan diatas, maka dari itu peneliti tertarik
memenuhi segala kebutuhan masyarakat dalam untuk melihat bagaimana Inovasi Pelayanan
bidang perijinan. Berikut pelayanan yang Publik “Kumis Mbah Tejo” disebut sebagai best
diberikan oleh kantor Kecamatan : practice dengan menganalisis dengan konsep
best practice yang sudah pernah dikenalkan oleh
UN Habitat, dan harapanya agar bisa
Tabel 1
menambahkan referensi kepada instansi
Standard Pelayanan Publik
Pemerintah lainnya untuk bisa memunculkan
di Kecamatan Tegal Rejo
inovasi yang lainnya. Tujan dari penelitian ini
JAM KUMIS adalah agar pemerintah daerah lain mampu
NO JENIS PELAYANAN KERJA MBAH TEJO mengadopsi inovasi pelayanan yang sudah ada
dan mampu diterapkan di-daerahnya.
1. Izin Mendirikan √ √ Maka dari itu peneliti mencoba menarik
Bangunan
rumusan masalah dengan bagaimana analisis
2. Izin Gangguan √ √ best practice dari Inovasi Pelayanan “Kumis
3. Izin lokasi Pedagang √ √ Mbah Tejo” yang diterapkandi Kecamatan
Kaki lima (PKL) Tegalrejo Kota Yogyakarta?
Pelayanan Izin
Penyelenggaraan
reklame yang melekat A. METODE PENELITIAN
pada bangunan/
gedung Jenis Penelitian yang digunakan dalam
4. Izin penyelenggaraan √ √ penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
Pondokan
kualitatif, yakni untuk menjelaskan bagaimana
5. Izin penggunaan tanah √ √ inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” di
makam kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. Pene-
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 160
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

litian kualitatif adalah penelitian yang ddiperkenalkan dalam meningkatkan kualitas


bermaksud untuk memahami fenomena tentang hidup masyarakat.
apa yang dialami oleh subjek penelitian secara • Merupakan hasil dari kerjasama yang efektif
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk antara sektor publik, sektor swasta dan
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks masyarakat pada umumnya.
khusus yang alamiah dengan memanfaatkan • Berkelanjutan secara sosial, budaya, ekonomi
berbagai metode alamiah (Moleong, 2012). dan lingkugan.
Penelitian ini termasuk dalam kategori UN juga telah telah memberikat batasan-
penelitian lapangan, yang mana peneliti terjun batasan yang tertuang dalam kriteria untuk
langsung ke lokasi penelitian untuk mencari dijadikan alat ukur dalam mengim-
data yang valid dan diperlukan untuk keperluan plementasikan program best practice, kriteria-
analisis dalam penelitian ini. Data primer yang kriteria tersebut antara lain yang telah dtulis
digunakan adalah wawancara dengan oleh Prasojo (2007:7) :
narasumber yang berkaitan langsung dengan
inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” guna 1. Dampak (impact)
mendapatkan fakta-fakta yang terperinci dan Sebuat best practice harus menunjukkan
mendalam. sebuah dampak langsung yang positif dan
dapat dilihat serta dirasakan untuk
B. LANDASAN TEORI meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat,
terutama masyarakat yang kurang beruntung
Sampai saat sekarang ini masih minim dalam mendapatkan hak- haknya.
penjelasan secara ilmiah terkait definisi ataupun
sesuatu hal yang berkaitan langsung dengan 2. Kemitraan (Partnership)
best practice, karena pada dasarnya best Sebuah best practice harus didasarkan
practice dianggap hanyalah sebuah predikat pada sebuah kemitraan antara aktor-aktor serta
yang diberikan terhadap indikator-indikator stakeholder yang terlibat didalamnya.
yang tidak dapat digeneralisasikan ke setiap Setidaknya ada melibatkan 2 pihak yang
aspek yang ada. Best practice diartikan sebagai saling berintegrasi.
sebuah ide atau cara yang digunakan dan 3. Keberlanjutan (Sustainability)
dianggap berhasil dan memiliki tingkat efisiensi Sebuah best practice harus membawa
dan efektivitas yang tinggi (Pertiwi, 2012). Best perubahan dasar dalam wilayah per-
practice merupakan praktek terbaik yang masalahan Legislasi, kebijakan sosial,
dilakukan oleh sebuah otoritas yang biasanya kerangka institusional, serta efisiensi,
ada didalam Pemerintah atau perusahaan, transparan, dan manajemen yang akuntabel.
tergantung kondisinya. Best practice juga
menjadi suatu contoh untuk dapat ditiru dan 4. Kepemimpinan (Leadership)
dipraktekkan di tempat yang lain. Best practice harus digerakkan dengan
Prasojo (2007 : 6) pernah mengutip gaya kepemimpinan yang menginspirasi
penilaian UN Habitat tentang best practice bagi adanya tindakan dan perubahan,
dalam konteks lingkungan Perkotaan sebagai termasuk didalamnya perubahan dalam
inisiatif yang telah menghasilkan kontribusi kebijakan publik yang diambilnya.
yang lebih daripada yang lainnya (outstanding
contributions) dalam meningkatkan kualitas 5. Transfer ke daerah lain (Transferbility)
kehidupan baik di Kota- kota maupun Setiap daerah yang melakukan inovasi
masyarakat umum lainnya. Secara umum UN sudah pasti harapanya mendapatkan
juga telah menggambarkan melalui beberapa dampak positif bagi daerahnya. Hal
poin utama yang harus dipenuhi, antara lain : tersebut dapat menjadi lesson- learned atau
• Memiliki dampak yang dapat ditujukan dan pembelajaran bagi daerah lainnya sehingga
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 161
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

penerapannya dapat dicontoh dan Penambahan jam pelayanan yang


dijalankan di daerah tersebut tentunya awalnya diberi nama “Jum’at Panjang” yang
dengan segala jenis pertimbangan dan mana pelayanan di Kecamatan Tegalrejo pada
penyesuaian dengan konteks lokalnya setiap hari Jum’at ada penambahan sebanyak
tersebut. 6 jam dari jam pelayanan normal, yang berarti
jam pelayanan sampai jam 20.30 WIB. Jum’at
C. HASIL DAN PEMBAHASAN panjang hanya berjalan 1 semester, setelah
dievaluasi maka program Jum’at panjang
a. Inovasi Penambahan jam pelayanan diganti dengan kamis jum’at tambah 3 jam.
“Kumis Mbah Tejo” di Kecamatan Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada
Tegalrejo gambar 2 ini :
Seperti yang sudah dijelaskan sebe-
lumnya bahwa terdapat sebuah inovasi
Gambar 2
konseptual yang telah dirumuskan oleh Penambahan Jam Pelayanan di Kecamatan
pihak Kecamatan Tegalrejo Kota Yog-
yakarta yaitu penambahan jam pelayanan
untuk masyarakat yaitu selama 6 jam setiap
minggunya, yang mana setiap kamis dan
jumat diberikan tambahan pelayanan 3 jam
setiap harinya. Hal tersebut merupakan bukti
tanggungjawab Pemerintah Kecamatan
tegalrejo dalam meningkatkan kualitas pela-
yanan dalam meningkatkan kepuasan
masyarakat.
Penambahan jam pelayanan ini meru-
pakan ide dari pihak Kecamatan sendiri, dan Sebuah Inovasi harus membutuhkan cara
pertama kali diterapkan pada November untuk memperkenalkan diriya kepada
2015. Kenapa bisa muncul Inovasi tambahan masyarakat, karena sebuah inovasi memer-
jam pelayanan ini karena menjawab dari lukan sebuah sarana untuk meyampaikan
segala kebutuhan masyarakat yang bekerja di informasikepada masyarakat terkait inovasi
luar kecamatan tegalrejo serta anak sekolah yang ada, penyampaian informasi tentang
yang baru akan memilki KTP. Inovasi ini program tambahan jam pelayanan yang ada di
muncul tidak begitu saja, ada pembahasan Kantor Kecamatan Tegalrejo dilakukan
yang mendalam dari pihak Kecamatan dengan bantuan keluarahan, diantaranya
Tegalrejo terkait beraninya membuat Kelurahan Tegalrejo, Bener, Kricak, Karang-
terobosan dengan menambah jam pelayanan, wuri. Setiap Kelurahan yang ada diman-
dengan segala resiko yang ada. Munculnya faatkan untuk membantu dalam menso-
ide penambahan jam pelayanan berawal dari sialisasikan inovasi penambahan jam
melihat kondisi masyarakat Tegalrejo yang pelayanan yang ada di Kecamatan tegalrejo
sebagian besar kerja di luar daerah seperti agar lebih efektif. Karena pada dasarnya
yang sudah dijelaskan pada BAB I, serta pihak Kelurahan menjadi instrumen Peme-
pelajar yang hendak membuat KTP juga rintah yang paling dekat dengan masyarakat
berbenturan dengan jadwal sekolah. Maka setempat termasuk untuk menyampaikan
dari itu pihak demi menjawab kebutuhan infomasi apapun yang terkait tentang pela-
masyarakat dengan kondisi seperti itu, maka yanan yang ada.
Kecamatan Tegalrejo memberanikan diri Kordinasi antara Kelurahan sebagai unit
untuk menjalankan inovasi penambahan jam pemerintah terkecil dalam melaksanakan
pelayanan. pelimpahan wewenang oleh Walikota menjadi
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 162
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

salah satu kunci keberhasilan penyampaian b. Dimensi Impact (Dampak) Inovasi


informasi kepada masyarakat terkait adanya Pelayanan
sebuah inovasi pelayanan. Penyampaian “Kumis Mbah Tejo”
informasi tentang penambahan jam pelayanan
dilakukan melalui perantara, yang mana Indikator yang digunakan dalam dimensi
perantara yang dimaksud adalah pemerintah impact ini dalam Inovasi pelayanan “Kumis
Kelurahan demi meningkatkan efisiensi dalam Mbah Tejo” antara lain dampak langsung
penyampaian informasi. Pihak Kelurahan yang diterima oleh masyarakat. Pada dasarnya
berkewajiban memberi informasi tersebut pelaksanaan penambahan jam pelayanan
kepada masyarakat luas mengenai inovasi “Kumis Mbah Tejo” ini bertujuan untuk
pelayanan yang ada di Kecamatana Tegalrejo menjawab dari kebutuhan masyarakat dalam
dengan harapan bisa dimaksimalkan sebaik memberikan pelayanan yang terbaik.
mungkin. Meskipun demikian pemerintah kecamatan
Selain penyampaian informasi dengan bertanggungjawab penuh dalam pelayanan
dibantu dengan Pemerintah Kelurahan, untuk masyarakat tegalrejo, maka dari itu
Penyebaran informasi juga dilakukan dengan muncul sebuah inovasi untuk menambahkan
memanfaatkan teknologi yaitu dengan SMS jam pelayanan setiap Kamis-Jumat selama 3
Center. Pemerintah Kecamatan Tegalrejo jam masing-masing hari. Diharapkan
memiliki SMS Center guna memberi masyarakat mampu memanfaatkan dengan
informasi yang efektif dan efisien kepada baik inovasi yang dijalankan oleh Pemerintah
masyarakat. SMS Center bukan hal yang baru Kecamatan Tegalrejo.
lagi dari Kecamatan Tegalrejo, karena Tegalrejo merupakan salah satu
memang pemanfaatan SMS Center ini sudah kecamatan yang berada di wilayah di Kota
lama dilakukan dan dampaknya sudah Yogyakarta. Masyarakat Perkotaan yang
dirasakan oleh masyarakat. Untuk lebih memiliki kesibukan dalam kehidupan sehari-
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 dibawah harinya menjadikan waktu adalah suatu hal
ini : yang sangat penting setiap harinya. Upaya
terus dilakukan oleh pemerintah Kecamatan
Gambar 3
Penyampaian informasi Inovasi
Tegalrejo untuk dapat meningkatkan pela-
“Kumis Mbah Tejo” yanan yang ada di Kantor Kecamatan.
Penambahan jam pelayanan merupakan salah
satu upaya untuk dapat menjawab kebutuhan
masyarakat Tegalrejo yang sebagian besar
masyarakatnya bekerja di bidang
Jasa dan Kantoran.
Masyarakat kota yang berbasis sebagai
pekerja kantoran yang berada di luar
kecamatan Tegalrejo serta pada bidang jasa,
saat ini memiliki kesulitan untuk melakukan
urusan administrasi di kecamatan karena
berbenturan dengan jam kerja. Pada
umumnya masyarakat Tegalrejo bekerja di
Magelang, Sleman atau Kulonprogo seka-
ipun yang mana daerah tersebut berjarak yang
cukup jauh dari Kecamatan Tegalrejo dan
sangat sulit untuk melakukan pelayanan
dengan waktu dan jam kerja normal seperti
biasanya.
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 163
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

Dampak lain yang dirasakan dari Inovasi bisa menjalankanya sendiri tanpa bantuan
“Kumis Mbah Tejo” adalah kepada Siswa, dari pihak manapun, mereka harus bersinergi
yang mana siswa yang sudah cukup umur dengan pemerintah kelurahan agar inovasi
untuk mendapatkan wajib KTP harus tersebut mampu berjalan dengan baik. Karena
melakukan perekaman data E-KTP. Sama- pada saat pelayanan “Kumis Mbah Tejo”
sama diketahui bahwa jam sekolah dan jam pemerintah kelurahan juga terlibat dan datang
pelayanan selalu bersamaan, sehingga bagi untuk melakukan pelayanan di Kantor
siswa yang telah wajib KTP mendapatkan Kecamatan. Sebab dalam pelayanan “Kumis
kendala ketika hendak melakukan perekaman Mbah Tejo” masyarakat tidak perlu ke kantor
data. Karena setelah jam sekolah untuk kelurahan terlebih dahulu untuk melakukan
pelayanan di Kantor Kecamatan juga telah pelayanan atau sekedar mendapatkan surat
tutup sehingga para siswa tidak bisa pengantar. Hal itu semua karena sudah ada
melakukan merekaman data, yang berdampak petugas dari kelurahan di Kator Kecamatan
saat itu masih minimnya siswa yang wajib saat pelayanan “Kumis Mbah Tejo.
KTP namun belum melaukan perekaman data Peran pembagian kerjasama antara pihak
di kantor Kecamatan. Kecamatan dan Kelurahan yang ada yaitu
Maka dari hal itu semua inovasi “Kumis dengan diawali dengan sosialisasi kepada
Mbah Tejo” memiliki dampak sosial yang masyarakat yang dilakukan oleh pihak
langsung dirasakan oleh masyarakat Kelurahan, serta kelurahan uga bertang-
Tegalrejo sendiri, yang mana untuk gungjawab serta terlibat saat jam pelayanan
masyarakat perkotaan yang bekerja di luar “Kumis Mbah Tejo” dalam bentuk mem-
berikan utusan dari kelurahan untuk berada di
daerah Tegalrejo dan sektor jasa serta untuk
kantor Kecamatan saat penambahan jam
siswa yang harus melakukan pelayanan
pelayanan yang ada. Tujuan dari hal itu semua
secara umum memberi manfaat secara
adalah agar masyarakat tidak perlu lagi harus
langsung dan nyata untuk menjawab kendala
ke kelurahan terlebih dahulu untuk
itu semua.
mendapatkan surat pengatar atau lain seba-
gainya. Sebab, petugas kelurahan juga sudah
c. Dimensi Partnership (kemitraan)
ada berada di Kecamatan. Hal tersebut selain
Inovasi Pelayanan “Kumis Mbah Tejo”
memudahkan masyarakat, juga dalam bentuk
memangkas jarak birokrasi yang ada, jadi
Dimensi partnership akan difokuskan
masyarakat bisa memanfaatkan penambahan
kepada pihak yang terlibat untuk mendukung
jam pelayanan serta tidak perlu lagi harus ke
terlaksanananya dan berjalanya inovasi
kantor kelurahan terlebih dahulu.
“Kumis Mbah Tejo” di Kecamatan Tegalrejo.
Pemerintah Kecamatan Tegalrejo dan 4
Pada umumnya inovasi yang dilakukan oleh
kelurahan dibawahnya saling bersinergi agar
sektor publik atau sektor swasta selalu
inovasi “Kumis Mbah Tejo” terus berjalan
bekerjasama dengan pihak ketika yang siap
dengan baik, kelurahan yang ada sejak awal
membantu segalanya untuk berjalanya suatu
sudah bertanggungjawab untuk menso-
inovasi sesuai dengan harapan bersama.
sialisasikan tentang adanya inovasi “Kumis
Namun dalam kasus “Kumis Mbah Tejo”
Mbah Tejo” di kantor Kecamatan Tegalrejo
pemerintah kecamatan tidak bekerjasama
kepada masyarakat. Karena peerintah ke-
dengan pihak ketiga atau pihak swasta,
lurahan dianggap instansi pemerintah yang
karena ini merupakan inovasi yang
paling bawah dan sering bertemu langsung
terinspirasi dari pemerintah Kecamatan dan
dan paling dekat dengan masyarakat. Maka
cukup hanya bekerjasama dengan pemerintah
dari itu untuk melakukan sosialisasi inovasi
kelurahan yang berada dibawahnya.
“Kumis Mbah Tejo” selain dengan meng-
Dalam menjalankan inovasi “Kumis
gunakan SMS Center seperti yang sudah
Mbah Tejo” Pemerintah Kecamatan tidak
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 164
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

dibahas sebelumnya, Pemerintah Kecamatan tentang insentif yang diberikan diluar dari jam
juga bekerjasama dengan kelurahan. kerja pada umumnya. Pada aturan sebelumnya
dalam hanya membahas tentang adanya uang
d. Dimensi Sustainability (keberlanjutan) lembur semata, maka dari itu petugas yang
Inovasi Pelayanan “Kumis Mbah Tejo” memberi pelayanan pada “Kumis Mbah Tejo”
hanya dianggap seperti lembur semata.
Pada pembahasan terkait keberlanjutan Aturan yang berlaku seperti itu yang
ini akan terfokus pada beberapa indikator membuat model pelayanan yang awalnya
antara legislasi dan dukungan secara diberinama Jum’at Panjang dan kemudian
berkelanjutan oleh pemerintah diatasnya, diganti dengan pelayanan “Kumis Mbah
yaitu pemerintah Kota Yogyakarta. Meskipun Tejo” seperti yang masih berjalan sampai saat
ide dari inovasi pelayanan ini adalah murni ini. Sangat disayangkan sekali sebenarnya
dari pemerintah Kecamatan sendiri namun ketika pemerintah kecamatan sudah mampu
yang namanya Pemerintah sudah pasti harus memberikan sebuah inovasi yang memberi
ada kontrol dan bersinergi dengan pemeritah dampak langsung kepada masyarakat namun
setingkat diatasnya. pemerintah setingkat diatasnya masih belum
Inovasi “Kumis Mbah Tejo”ini sudah mampu membantu dengan aturan ayng ada
berjalan selama November 2015, yang mana demi mingkatkan inovasi yang lebih baik lagi.
saat itu masih diberi nama Jum’at Panjang Pemerintah kecamatan Tegalrejo sudah
oleh Pemerintah Kecamatan yang mana jelas kedepannya akan lebih baik lagi ada
pelayanan dilakukan sampai jam 20.30 pada aturan yang mengatur terkait inovasi dan
setiap Jum’at. Namun berjalanya waktu, pada penghargaan yang mampu diberikan kepada
evaluasi di semester I ternyata pemerintah setiap instansi yang membuat sebuah inovasi.
terkendala pada suart pertanggungjawaban Karena jika semua itu dilakukan juga akan
(SPJ) yang mana pemerintah Kota Yog- membuat instansi lain berlomba-lomba dalam
yakarta ternyata belum mendukung secara memunculkan inovasi di setiap kantor masing-
sepenuhnya terhadap model pelayanan yang masing. Maka dari itu semua dukungan dari
ada dengan memberikan penambahan jam Pemerintah Kota Yogyakarta sangat diharap-
pelayanan, yang mana itu harus ada pegawai kan demi keberlanjtan berjalanya inovasi
yang harus bekerja diluar dari jam kerja pelayanan “Kumis Mbah Tejo”.
biasanya.
Pemerintah hanya menganggap inovasi e. Dimensi Leadership (kepemimpinan)
“Kumis Mbah Tejo” ini dalam aturan Inovasi Pelayanan “Kumis Mbah Tejo”
yang ada merupakan hanya sebatas tambahan
jam lembur. Padahal dalam konsep yang Analisis terhadap dimensi kepemimpinan
dilakukan oleh pemerintah kecamatan, termasuk yang cukup berpengaruh karena
harusnya ada penghargaan khusus yang memang inovasi pelayanan “Kumis Mbah
mampu diberikan oleh Pemerintah Kota Tejo” merupakan produk inovasi murni yang
Yogyakarta untuk insentif khusus kepada dikeluarkan oelh Pemerintah Kecamatan
pegawai yang mau dan bersedia meluangkan sendiri yang dipimpin oleh seorang Ibu
waktunya dalam pelayanan “Kumis Mbah Camat yang bernama Sutini.
Tejo”demi terwujudnya peningkatan kesejah- Ada yang menarik dari munculnya ide
teraan masyarakat dalam mendapatkan penambahan jam pelayanan di Kecamatan
haknya dalam pelayanan. Tegalrejo. Kecamatan Tegalrejo dipimpin
Sampai saat sekarang ini memang belum oleh seorang Ibu Camat yang bernama Sutini,
ada aturan baik itu dalam bentuk Peraturan dibawah pimpinan beliau maka penambahan
Daerah (PERDA) ataupun Peraturan Walikota jam pelayanan bisa diterapkan di Kecamatan
(PERWALI) Yogyakarta yang mengatur Tegalrejo. Gaya kepemimpinan sangat
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 165
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

mempengaruhi dalam suatu kebijakan, jika Tegalrejo satu-satunya yang menjalankan


seorang pemimpin tidak memiliki karakter inovasi penambahan jam pelayanan seperti
yang khusus maka sulit untuk menjalankan ini.
roda organisasi.
Gaya kepemimpinan situasional yang f. Dimensi Transferability
dimiliki Ibu Camat, yang mana selalu (kemungkinan ditiru) Inovasi
mencoba mengerti dan menyesuaikan dengan Pelayanan “Kumis Mbah Tejo”
kondisi masyarakat sehingga mampu untuk
mengambil suatu kebijakan yang mana Untuk menganalisis Transferability dalam
tujuanya untuk lebih meningkatkan kepuasan pelaksanaan inovasi penambahan jam
masyarakat. Maka dari itu dibalik faktor pelayanan di Kecamatan Tegalrejo sangat
munculnya ide penambahan jam pelayanan mungkin dan bisa ditiru dan dilakukan di
dengan alasan kondisi masyarakat, namun daerah lain. Itu semua karena memang untuk
ada hal yang perlu diketahui yaitu gaya menjalankan atau mengadopsi itu semua
kepemimpinan Bu Camat sebagai pemimpin tidaklah sulit, sebab tidak perlu mengeluarkan
di Kecamatan Tegalrejo yang mampu modal yang besar dan mencari pihak ketiga
mengerti kondisi dan keadaan masyarakat untuk bekerjasama.
Tegalrejo itu sendiri. Inovasi jam pelayanan “Kumis Mbah
Sudah selama 2 tahun ini pelaksanaan Tejo” mampu diimplementasikan karena
inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” berdasarkan kebutuhan masyarakat perkotaan
dijalankan dibawah kepemimpinan Ibu Camat yang banyak mampu meluangkan waktunya
sendiri, yang mana sudah banyak kendala untuk melakukan pelayanan di Kecamatan
yang dihadapi agar tetap inovasi ini tetap Tegalrejo saat sore hari. Hal tersebut karena
terus berjalan dengan baik. Terlihat mulai memang kondisi masyarakat yang bekerja
dari perubahan dari model pelayanan Jum’at pada umumnya di luar daerah Tegalrejo serta
Panjang saat pertama kali diberlakukan bekerja pada sektor Jasa. Beberapa faktor
hingga saat ini telah diganti dengan model tersebut memang yang menjadi alasana
pelayanan “Kumis Mbah Tejo” meskipun kenapa Inovasi penambahan jam pelayanan ini
pada kenyataanya masih belum didukung bisa muncul dan bertahan sampai saat
sepenuhnya oleh Pemerintah setingkat sekarang ini.
diatasnya yaitu Pmerintah Kota Yogyakarta. Setiap instansi saat ini memang sedang
Pada kondisi seperti itupun Ibu Camat dituntut oleh pemerintah untuk melakukan
masih mampu mempertahankan jam sebuah inovasi, yang mana tujuan dari inovasi
pelayanan “Kumis Mbah Tejo” itu sendiri ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
sampai saat sekarang ini, itu semua karena masyarakat dalam meningkatkan hak-hak
memang inovasi ini masih sangat diperlukan masyarakat dalam pelayanan. Namun sebuah
oleh masyarakat Tegalrejo. Ibu Sutini selaku inovasi muncul harus mengerti situasi dan
Camatpun mampu memberikan motivasi dan kondisi dari kebutuhan masyarakat setempat,
keyakinan kepada pegawai sendiri meskipun karena tujuan dari sebuah inovasi yang paling
untuk menjalankan pelayanan ini butuh dasar adalah meningkatkan kualitas pelayanan
pengorbanan yang lebih karena harus bekerja kepada masyarakat. Jadi tidak bisa begitu saja
diluar jam kerja biasanya. Meskipun sudah mengadopsi inovasi yang sudah pernah ada di
menjalankan inovasi pelayanan ini 2 tahun instansi lain untuk kemudian diterapkan di
lamanya, baik pegawai ataupun pemerintah instansi masing-masing.
kecamatanpun belum pernah merasakan atau Kunci utama dari keberhasilan inovasi
mendapatkan sebuah bentuk penghargaan pelayanan “Kumis Mbah Tejo” yang ada di
dari pemerintah setingkat diatasnya, yaitu Kecamatan Tegalrejo adalah gaya kepemim-
Pemerintah Kota meskipun Kecamatan pinan dari Ibu Camat yang mampu
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 166
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

menangkap dan mengerti kondisi masyarakat masih merasa membutuhkan penambahan jam
yang dibutuhkan saat ini dalam pelayanan. pelayanan ini, namun memang harus perlu
Pengelolaan manajemen program ini mampu adanya dukungan dari Pemerintah Kota
membuat dan menuntut setiap pegawai yang Yogyakarta melalui Peraturan serta peng-
ada untuk mampu memberikan pelayanan hargaan yang harusnya didapatkan oleh setiap
yang baik saat jam pelayanan “Kumis Mbah instansi yang mampu menjalankan sebuah
Tejo” meskipun sudah diluar jam kerja pada inovasi yang baik.
umumnya. Kepemimpinan Ibu Camat juga menjadi
Maka dari itu pada dasarnya konsep kunci kesuksesan pada inovasi jam pelayanan
dari inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” ini, karena beliau mampu mengerti terhadap
sangat mungkin diadopsi oleh daerah lain, kondisi masyarakat dan pelayanan seperti apa
serta adopsi sistem yang harus menyesuaikan yang dibutuhkan untuk Tegalrejo sendiri. Pada
dengan kondisi instansi didaerah masing- dimensi terakhir terkait kemungkinan diadopsi
masing. Saat ini adopsi sistem sangat oleh daerah lain itu sangat mungkin terjadi
mungkin mampu dirubah oleh setiap daerah karena memang tidak perlu mencari pihak
yang ingin mengadopsi dari inovasi ini, ketiga untuk kerjasama dalam menjalankan
karena memang tujuan dari inovasi ini adalah inovasi ini dan juga asalakan memiliki karakter
kepuasan masyarakat. Jadi jika memang masyarakat yang hampir sama kebutuhan model
kondisi dan keadaan masyarakat yang hampir pelayanannya.
sama dengan Tegalrejo yang bekerja pada
sektor Jasa ataupun bekerja diluar daerah,
maka sangat memudahkan sekali untuk
diadopsi model penambahan jam pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA
D. KESIMPULAN
Hadjon, P. M., & dkk. (2011). Hukum Admi-
Inovasi pelayanan “Kumis Mbah Tejo” nistrasi dan Tindak Pidana Korupsi.
yang menjadi produk pelayanan unggulan yang Yogyakarta: UGM Press.
ada di Kecamatan tegalrejo Kota Yogyakarta
sebagian besar sudah memenuhi indikator pada Holle, E. S. (2011). Pelayanan Publik Melalui
aspek best practice, dengan mempertimbangkan E- Government : Upaya Meminimalisir
dimensi- dimensi yang menjadi landasan pada Praktek Maladministrasi dalam Pening-
tulisan ini, diantaranya: dimensi dampak, yang katan Publik Service. Jurnal Sasi, 21-30.
mana dampak dari inovasi pelayanan “Kumis
Mbah Tejo” ini sangat terasa dan nyata kepada Juliantara, D. (2005). Peningkatan Kualitas
masyarakat, akrena memang masyarakat Pemerintah Daerah dalam Pelayanan
mampu merasakan dari dampak saat mengim- Publik. Yogyakarta: Pembaruan.
plementasikan inovasi penambahan jam
pelayanan ini. Kasali, R. (2012). Cracking Value. Jakarta:
Pada dimensi kemitraan kecamatan Gramedia Pustaka.
Tegalrejo hanya bekerjasama dan bersinergi
dengan pemerintah kelurahan yang ada Klitgaard, R. (1998). Membasmi Korupsi.
dibawahnya, antara lain Kelurahan Tegalrejo, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kricak, Karangwuru, dan Bener. Untuk
keberlanjutan dari Inovasi pelayanan “Kumis Moleong, L. (2011). Metodelogi Penelitian
Mbah Tejo” ini sudah seharusnya dilanjutkan Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
karena sampai saat sekarang ini masyarakat Remaja Rosdakarya.
Analisis Best Practice Inovasi Pelayanan Publik (Studi pada Inovasi Pelayanan “Kumis MbahTejo” 167
di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta)

Pertiwi, R. (2012). Analisis Best Practice


pengelolaan pedagang kaki lima (studi
pada relokasi pedagang kaki lima
monumen ’45 Banjarsari ke Pasar
Klitithikan Notoharjo Kota Surakarta).
Universitas Indonesia.

Prasojo, Eko, Teguh kurniawan dan Azwar


Hasan (2007). Reformasi birokrasi dan
inovasi Birokrasi: Studi di Kabupaten
Sragen. Jakarta : Yappika.

Anda mungkin juga menyukai