Anda di halaman 1dari 22

PENATAAN RUANG KOTA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

A. Dhita Maulya Pratiwi


60800121030
PWK-B

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “penataan ruang kota
dalam prespektif islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliahtata ruang islami. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang system penataan ruang kota secara islami bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Nur syam
aksa ST.,M.si.

selaku Dosen pengampuh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 28 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan dan Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep perencanaan tata ruang secara umum


B. Konsep perencanaan tata ruang secara islami
C. Ayat/hadist yang mendasari ilmu tata ruang

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur ruang
dan pola ruang disusun secara nasional, regional, dan lokal. Secara nasional disebut
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu
dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang (2016)
karya Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup
kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Tata Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan penyelenggaraan penataan
ruang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang
terdapat dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur Ruang adalah
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

B. Rumusan masalah
1. Konsep perencanaan tata ruang secara umum ?
2. Konsep perencanaan tata ruang secara islami?
3. Ayat/hadist yang mendasari ilmu tata ruang?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Untuk mengetahui konsep perencanaan tata ruang baik secara umum maupun
secara islami.
b. Dapat mengetahui informasi konsep perencanaan tata ruang baik secara umum
maupun secara islami.
c. Untuk mengetahui Ayat/hadist yang mendasari ilmu tata ruang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep perencanaan tata ruang secara umum.


1. Definisi Perencanaan, Ruang dan Tata Ruang
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sementara D.A.Tisnaamidjajamemaknai
ruang sebagai wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang
merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya
dalam suatu kualitas hidup yang layak. Tata ruang adalah wujud dari struktur ruang
dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.Pola
ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya (Undang-Undang No. 26 Tahun 2007). Sementara perencanaan adalah suatu
proses menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah yang diperlukan dalam
mencapai tujuan tersebut.
2. Beragam peran dari perencanaan tata ruang,
yaitu (i) menghasilkan kondisi pencapaian kualitas kehidupan dan
penghidupan yang lebih baik; (ii) memenuhi tujuan efisiensi dan demokrasi
melalui partisipasi masyarakat; (iii) memenuhi tantangan pembangunan
berkelanjutan. Peran perencanaan tata ruang dalam pembangunan telah dikenali
sejak lama, dan dituangkan dalam berbagai dokumen pertemuan resmi
internasional. Dimulai pada tahun 1976, dalam the Vancouver Declaration on
Human Settlements (lebih dikenal sebagai Habitat I Conference/Konperensi
Habitat I), teridentifikasi peran utama perencanaan tata ruang terhadap
pembangunan perkotaan, yang dinyatakan bahwa ... menjadi tanggungjawab
pemerintah untuk menyiapkan rencana strategis ruang dan mengadopsi kebijakan
permukiman untuk memandu upaya pembangunan sosial ekonomi. Kebijakan ini
seharusnya merupakan komponen dasar dari strategi menyeluruh pembangunan,
terhubung dan terharmonisasi dengan kebijakan industrialisasi, pertanian,
kesejahteraan masyarakat, preservasi lingkungan dan budaya sehingga saling
mendukung dalam penciptaan kesejahteraan umat manusia secara progresif....
Pemerintah wajib menciptakan mekanisme dan lembaga untuk mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan tersebut di atas (UNECE, 2008).
Selanjutnya rencana aksi Agenda 21 yang diadopsi oleh 178 negara pada
the United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) pada
tahun 1992, menyiapkan bab khusus (Bab 10) terkait perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya lahan. Sementara the European Spatial Development Perspective
(ESDP), yang disepakati dalam Informal Council of Minister yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan tata ruang pada tahun 1999, secara tegas
menyatakan kebijakan pengembangan tata ruang dapat meningkatkan
pembangunan berkelanjutan melalui penetapan struktur ruang yang baik. Di
Indonesia, Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai produk perencanaan tata ruang
mempunyai fungsi diantaranya (i) acuan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD); (ii) acuan dalam pemanfaatan/ pengembangan
wilayah; (iii) acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah; (iv) acuan lokasi investasi dalam wilayah yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta; (v) pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang di
wilayah; (vi) dasar pengendalian pemanfaatan ruang yang meliputi penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, pengenaan sanksi;
(vii) acuan dalam administrasi pertanahan.

3. Tujuan Perencanaan Tata Ruang Secara umum,


tujuan perencanaan tata ruang adalah (i) menggapai visi masa depan dari
sebuah wilayah atau lokasi berdasar kondisi saat ini, kearifan lokal, dan keinginan
masyarakat; (ii) menerjemahkan visi menjadi seperangkat kebijakan, prioritas,
program dan alokasi lahan dengan memanfaatkan sumberdaya sektor publik untuk
mewujudkannya; (iii) menciptakan kerangka kerja investasi swasta yang
meningkatkan perekonomian, lingkungan, dan kesejahteraan sosial dari suatu
daerah. Sedikit berbeda, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing,
tujuan perencanaan tata ruang di negara Eropa yang terutama dikaitkan dengan
upaya meningkatkan kualitas hidup yang berkelanjutan, yaitu (i) meningkatkan
sistem kepemrintahan yang demokratis dan bermakna yang menjawab kebutuhan
masyarakat; (ii) memperbaiki kinerja lingkungan perkotaan; (iii) memasilitasi
kohesi soisal dan keamanan; (iv) meningkatkan reformasi pasar perumahan dan
perkotaan; (v) memperbaiki pasar lahan dan real estate dan menjamin hak privat
terhadap kepemilikan tanah (UNECE, 2008).
Adapun tujuan penataan ruang3 menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dengan (i) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan, (ii) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan (iii)
terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Lebih rinci, tujuan perencanaan tata ruang
wilayah provinsi adalah mewujudkan ruang wilayah provinsi yang
mengakomodasikan keterkaitan antarkawsan/kabupaten/kota untuk mewujudkan
perekonomian dan lingkungan yang berkelanjutan.

4. Sasaran Perencanaan Tata Ruang

Sasaran utama perencanaan tata ruang adalah memastikan pemanfaatan


sumberdaya lahan direncanakan dan diimplementasikan secara baik untuk
memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan. Secara implisit, pemanfaatan
sumberdaya lahan ini berkelanjutan dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.

Sasaran perencanaan tata ruang wilayah provinsi adalah

 Terkendalinya pembangunan di wilayah propinsi baik yang dilakukan oleh


pemerintah maupun oleh masyarakat

 Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya

 Tersusunnya arahan pengembangan sistem pusat-pusat permukiman perkotaan


dan perdesaan

 Tersusunnya arahan pengembangan sistem prasarana wilayah propinsi

 Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

B. Konsep perencanaan tata ruang secara islami.

Bagi umat Islam al-Qur’an dan Sunnah adalah landasan berpijak dalam
mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Sehingga kedua pijakan tersebut wajib
digunakan dalam mengatur segala aspek kehidupan, baik pribadi, keluarga, lingkungan
maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap muslim yakin hanya
dengan kedua pijakan tersebut, kehidupan yang sejahtera, aman dan sentosa serta
barokah dari Allah bisa dicapai.
Demikian halnya dalam pengembangan kota dan lingkungan al-Qur’an dan
Sunnah menjadi acuannya dalam merencanakan penataan fasilitas-fasilitas dan
penunjang-penunjangnya. Kota Islami adalah kota yang mengikuti petunjuk al-Qur’an
dan Sunah. Wujudnya adalah kota yang direncanakan pada jaman keemasan Islam
seperti Bagdad di Irak, Cordova serta Granada dengan istana Al Hambranya di
Andalusia atau Spanyol dan Isfahan di Iran. Pada jaman itu, masjid menjadi pusat kota
dan bangunan publik melingkari masjid. Lokasinya

strategis dan dapat dicapai dari semua arah. Ruang terbuka untuk sosial
merupakan sebuah kewajiban, serta hijab dalam pembedaan fasilitas pria dan wanita.
Bebas banjir dan saluran air bersih dijamin lancar dan aliran air kotor terjaga sehingga
tidak menimbulkan bau dan bebas dari sampah. Dari penjelasan kota-kota tersebut
dihasilkan beberapa kesamaan sebagai ketentuan yang bisa ditarik sebagai acuan atau
dasar dalam merencanakan kota Islami.

Konsep kota Islami saat ini lebih ditekankan pada ruang sosial, ruang dimana
manusia dapat saling berinteraksi. Ketika telaah ditarik lagi ke dalam skala yang lebih
sempit, seperti pada pusat kota-kota Isfahan dan Kufa di Iran, ternyata proses
pembentukan ruang-ruang sosial itu kembali berulang, bahkan sampai pada skala yang
paling kecil yaitu pemukiman. Kota-kota Islami tertata rapi, dengan saluran sanitasi
pembuang najis di bawah tanah serta jalan-jalan luas yang bersih dan diberi
penerangan pada malam hari.

Kota-kota Islami juga memiliki karakteristik sesuai dengan pola- pola dan
mekanisme penduduknya dalam mengelola alam dan sumberdaya alam. Kota Islam
tertua, adalah kota yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, yang dengan missi
kerasulannya, membentuk dan membangun kota atas dasar konsep ummah dalam tata
ukhuwah Islamiyah. Etnisitas penduduk kota-kota Islam juga  semakin beragam, akibat
meningkatnya aktivitas perdagangan regional mau pun internasional.
Perkembangan kota di barengi dengan pertambahan penduduk yang terjadi
selama ini menjadikan semakin sempitnya lahan di perkotaan. Dalam Al Quran
dijelaskan pada QS. Saba’ ayat 15, sebagai berikut:

ۗ‫ال ە‬ٍ ‫ان ِل َسبَاٍ فِ ْي َم ْس َكنِ ِه ْم ٰايَةٌ ۚ َجنَّ ٰت ِن َع ْن يَّ ِمي ٍْن َّو ِش َم‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫ان ِل َسبَاٍ فِ ْي َم ْس َكنِ ِه ْم ٰايَةٌ ۚ َجنَّ ٰت ِن‬ ِ ‫ُكلُ ْوا ِم ْن ر ِّْز‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬ ‫ق َربِّ ُك ْم‬
‫ق َربِّ ُك ْم‬ ْ ‫ال ەۗ ُكلُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫رِّز‬ ٍ ‫ َع ْن يَّ ِمي ٍْن َّو ِش َم‬ 
Terjemah-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".1

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbâh  negeri yang baik dalam


ayat 15 merupakan negeri yang “aman sentosa, melimpah rezekinya” dengan cara
memperoleh yang mudah, dan terdapat “hubungan harmonis

kesatuan dan persatuan” dalam masyarakat di negeri tersebut.


Terkait baldatun

thayyibatun wa rabbun ghafûr,  ini menandakan bahwa masyarakat di negeri


tersebut sebenarnya tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Meskipun mendapat nikmat
berupa negeri yang baik, penduduk Saba’ enggan bersyukur sehingga kemudian
ditimpahkan bencana kepada mereka yang membuat “ musnahnya pertanian dan
berpencarnya suku yang besar itu ke berbagai negeri”.
11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Penaung Umum
Saba’, Jakarta, 1 Maret

Selain terkait perkebunan, nikmat yang diberikan bagi penduduk Saba’ juga
mencakup “kemudahan hubungan antara satu lokasi dengan lokasi yang lain dan
menunjukkan lancarnya transportasi”.

Saba’ adalah nama suatu kabilah dari kabilah-kabilah Arab yang tinggal

di daerah Yaman. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka
hidup makmur dan telah mencapai kemajuan dan kebudayaan yang tinggi. Mereka
dapat menguasai air hujan yang turun dengan lebatnya pada musim tertentu dengan
membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim
kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara
dua buah bukit dan di ujungnya di bangun bangunan yang tinggi untuk mencegah air
mengalir ke padang pasir dengan percuma. Mereka membuat pintu-pintu air yang bila
di buka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki.

Bendungan ini terkenal dengan "Bendungan Ma'rib" sehingga negeri mereka


subur dan makmur. Kemewahan dan kemakmuran ini menyebabkan kaum Saba' lupa
dan ingkar kepada Allah yang telah melimpahkan nikmatnya kepada mereka, serta
mereka mengingkari pula seruan para rasul. Karena keingkaran mereka ini, Allah
menimpahkan kepada mereka azab berupa banjir yang besar yang ditimbulkan oleh
bobolnya bendungan Ma'rib. Setelah bendungan ma'rib bobol negeri Saba' menjadi
kering dan kerajaan mereka hancur.

Menutup penjelasan tentang penduduk Saba’ ini, Quraish Shihab


menekankan beberapa syarat bagi kesejahteraan suatu masyarakat yang antara lain
diidentifikasikan dari “pembangunan jalan dan sarana transportasi”, “penciptaan rasa
aman”, dan terpeliharanya hasil pembangunan. Masyarakat yang gagal melaksanakan
dan menjaga pembangunan beserta hasilnya akan runtuh dan memaksa penduduknya
mencari tempat lain untuk melanjutkan kehidupan.

Konsep perencanaan tata ruang di dalam Islam sudah lama terkonsep dengan
baik terbukti bahwa adanya bangunan bernuansa Islam misalnya di Majene sendiri
terdapat situs Masjid tua di Lingkungan Salabose Kelurahan Banggae Kecamatan
Banggae artinya hasil karya Islam tersebut telah menjadi sejarah dunia. Sehingga
sebagai generasi penerus senantiasa untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam
tentunya dalam kontek penataan ruang.

Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka
mempercantik estetika ruang dengan menggunakan patung-patung, padahal dalam
Islam pembuatan patung dilarang oleh Allah, sebagai Hadist Rasullullah ”Barang
siapa membuat patung maka sesungguhnya Allah akan menyiksanya sehingga ia
memberi nyawa pada patung untuk selama-lamanya” (Shahihain dari Ibnu Abbas,
marfu).

Pembangunan tata ruang setidaknya memperhatikan pula akan kondisi sosial


masyarakat, kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku suatu contoh:
Pembangunan tata ruang yang telah melanggar aturan, misalnya alih fungsi

lahan, exploitasi sumber daya alam serta pembangunan kota yang keluar dari
nilai-nilai Islam misalnya : Merebaknya gemerlapan kehidupan kota yang tidak Islami
dengan adanya Lokalisasi PSK, lokalisasi para banci, ningt club, diskotik, karaoke
terselubung perjudian, pijat plus yang sebenarnya adalah panti mesum, dengan adanya
beberapa tempat lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti itu suasana kota semakin
buram, runyam karena telah keluar jauh sekali dari tatanan nilai-nilai Islam. Firman
Allah dalam surah Al-A’raaf ayat 56 sebagai berikut :
‫‚‚وهُ َخ ْوفًا‬
ْ ‫ض بَ ْع َد اِصْ اَل ِحهَا َوا ْد ُع‬ ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِس ُد ْوا فِى ااْل َر‬
‫قَ ِريْبٌ ِّم َن ْال ُمحْ ِسنِي َْن‬ ِ ‫ت هّٰللا‬
َ ‫َّوطَ َمع ًۗا اِ َّن َرحْ َم‬
Terjemah-Nya :

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesudah perbaikannya


dan berdoalah kepada-Nya dalam keadaan takut dan harapan. Sesungguhnya
rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.2

Menurut M. Quraish Shibab dalam tafsir Al-Misbah menafsirkan ayat ini


melarang pengrusakan di bumi. Pengrusakan adalah salah satu bentuk pelampauan
batas. Alam raya telah diciptakan oleh Allah SWT, dalam keadaan yang sangat
harmonis, serasi dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik,
bahkan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperbaikinya.

2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Penaung Umum Al-


A’raaf, Jakarta, 1 Maret

Salah satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah adalah dengan mengutus
para nabi untuk melurusakan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam
masyarakat. Siapa yang tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi
mereka, dia telah melakukan salah satu bentuk pengrusakan di bumi.

Merusak setelah diperbaiki jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum


diperbaiki atau pada saat dia buruk. Karena itu ayat ini secara tegas menggarisbawahi
larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang
baik juga amat tercela.
Selama ini masyarakat banyak merusak lingkungan sehingga permasalahan
tata ruang kota semakin komplek. Begitu banyak permasalahan tata ruang kota yang
semakin komplek misalnya terjadinya alih fungsi lahan, hutan lindung djadikan lahan
produktif, pantai direklamasi menancapkan bangunan diatasnya, lahan retensi (resap
air) dijadikan perumahan, bukit/gunung di kepras dijadikan perumahan dan
permukiman, rusaknya DAS (Daerah Aliran Sungai), kawasan pendidikan dijadikan
kawasan bisnis, kawasan pariwisara dijadikan kawasan mesum, pembangunan gedung
dipusat kota yang tidak mengindahkan estetika lingkungan, kebijakan pemerintah yang
melanggar tata ruang dan penggundulan hutan dimana-mana.

Kita sering melihat bencana dan kerusakan-kerusakan di suatu wilayah, daerah


maupun kawasan yang telah ingkar apa yang diberikan oleh Allah. Kita dapat melihat
bencana yang terjadi selama ini merupakan bentuk dari peringatan

Allah SWT kepada manusia untuk senantiasa menjaga lingkungan jangan ada
yang mengekploitasi dan menyalahgunakannya.

Kedepan dan saat ini yang sudah terjadi bencana, kerusakan problem sosial,
budaya, ekonomi, politik dan tata ruang, perlu ada sebuah renungan kepada pejabat
publik pemegang kekuasaan yang seharusnya lebih berhati-hati dalam setiap
pengambilan keputusan. dalam ajaran Islam siapa yang mengerjakan baik maka kelak
hidupnya akan bermanfaat, tetapi apabila siapa yang curang, serakah maka kelak akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Balasan yang sifatnya kecil hingga balasan
yang manusia tidak bisa memperhitungkan, kerusakan material dan kematian yang
dasyat.. Jika secara hukum tidak bisa membuat mereka jera maka balasan dari Allah
SWT lah yang akan membuat mereka jera. wallahu alam.

C. Ayat/hadist yang mendasari ilmu tata ruang.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Furqan: 48-49


‫ى َأرْ َس َل ٱلرِّ ٰيَ َح بُ ْش ۢ ًرا بَ ْينَ يَ َدىْ َرحْ َمتِ ِهۦ ۚ َوَأنز َْلنَا ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓا ًء طَهُورًا‬
ٓ ‫َوهُ َو ٱلَّ ِذ‬

Artinya: “Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat
sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat
bersih”. (QS. Al-Furqan: 48)

َّ ‫ى بِِۦه بَ ْل َدةً َّم ْيتًا َونُ ْسقِيَ ۥهُ ِم َّما َخلَ ْقنَٓا َأ ْن ٰ َع ًما َوَأنَا ِس‬
‫ى َكثِيرًا‬ َ ‫لِّنُحْ ِۦ‬

Artinya: “agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati,
agar kami member minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk kami, binatang-
binatang ternak dan manusia yang banyak”. (QS. Al-Furqan: 49)

Penjelasan dari dua ayat ini adalah bahwa manusia harus selalu mensyukuri
atas nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tentunya nikmat
tersebut senantiasa kita jaga kita rawat dan kita lestarikan agar kelak nanti anak cucu
kita masih dapat menikmati atas apa yang telah diberikan-Nya.

Ini tidak terlepas juga dalam merencanakan pembangunan tata ruang yang tidak
merugikan masyarakat, terutama pembangunan dan perkembangan kota perkembangan
yang mengarah kepada kebaikan demi kepentingan bersama.

Terkadang kebijakan pembangunan tata ruang yang tidak didasari dengan hati
nurani dan tidak berpedoman pada ajaran Islam. Ini kedepannya akan menimbulkan
suatu permasalahan yang lebih besar.

Hingga kini banyak pembangunan tata ruang kota yang perencanaannya tidak
berpedoman pada nilai-nilai Islam, yang akhirnya yang terjadi adalah kerusakan dan
bencana.Konsep perencanaan tata ruang didalam Islam sudah lama terkonsep dengan
baik terbukti bahwa adanya bangunan bernuansa Islam yang syariah.

Dan ini harus dilanjutkan kepada generasi penerus untuk tetap setia berpegang
teguh kepada ajaran Islam.

Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka
mempercantik estetika ruang dengan menggunakan patung-patung.

Padahal dalam Islam pembuatan patung dilarang oleh Allah, sebagai Hadist
Rasulullah: ”barang siapa membuat patung maka sesungguhnya allah akan
menyiksanya sehingga ia memberi nyawa pada patung untuk selama-lamanya” (HR.
Al Bukhari).

Pembangunan tata ruang setidaknya memperhatikan pula akan kondisi sosial


masyarakat, kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku suatu contoh.
Pembangunan tata ruang yang telah melanggar aturan, misalnya alih fungsi lahan,
serta pembangunan kota yang keluar dari nilai-nilai Islam, misalnya merebaknya
gemerlapan kehidupan kota yang tidak Islami dengan adanya beberapa tempat
lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti itu suasana kota semakin buram, runyam
karena telah keluar jauh sekali dari tatanan nilai-nilai islam.

Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pembangunan kota yang
sebenarnya saat ini banyak merusak moral bangsa, merusak kaidah Islam. Dan ini
nantinya akan mendatangkan kehancuran dan bencana. Suatu contoh yang pernah
terjadi adalah sebagaimana Allah telah pernah menimpakan bencana kepada dua
buah kota pada zaman Nabi Luth yaitu kota Sadum dan Gamuroh karena mereka
melakukan Homo sexual (Liwath), demikian pula kota Aad dan Iram yang juga
dihancurkan Allah karena penduduknya yang zhalim melakukan maksiat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya. Demikian halnya dalam pengembangan kota
dan lingkungan al-Qur’an dan Sunnah menjadi acuannya dalam merencanakan penataan
fasilitas-fasilitas dan penunjang-penunjangnya. Kota Islami adalah kota yang mengikuti
petunjuk al-Qur’an dan Sunah. Wujudnya adalah kota yang direncanakan pada jaman
keemasan Islam seperti Bagdad di Irak, Cordova serta Granada dengan istana Al
Hambranya di Andalusia atau Spanyol dan Isfahan di Iran. Pada jaman itu, masjid menjadi
pusat kota dan bangunan publik melingkari masjid.
B. Saran
Saran lebih ditujukan terhadap pemerintah, sebagai penentu kebijakan yang
dapat mengendalikan Peraturan dan ketetapan tentang penggunaan lahan dilihat dari
rencana tata bangunan dan lingkungan pada kawasan (meliputi rencana penggunaan
lahan perblok pada kawasan, rencana KDB, GSB, dan ketinggian bangunan) guna
mendukung kualitas kawasan selanjutnya dimasa yang akan datang. Pembangunan
nantinya melihat pada potensi-potensi yang ada pada kawasan, sedangkan
permasalahan terkait tata ruang agar dapat diminimalisir, seperti contohnya
Kegiatan sektor perdagangan dan pemukiman yang berkembang di sepanjang Jalan
Janti, akan dikembangkan menjadi komersial area yang berfungsi sebagai
penyangga kegiatan. Diharapkan kawasan bukan hanya dapat dikembangkan pada
potensi tata ruang saja, melainkan dari potensi lain seperti, bidang ekonomi,
pemerintahan, transportasi dan lain-lain.
C. Daftar Pustaka
https://tataruang.atrbpn.go.id/Berita/Detail/3736

Adisasmita, Rahardjo. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Edisi Pertama. Cetakan


Pertama, Yogyakarta, 2012.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Bahan Tayangan


Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, 2008.

Economic Commission for Europe (UNECE). UNECE Strategy for Sustainable Quality of
Life in Human Settlements in the Twenty-First Century. UNECE, Geneva, 2000.

Economic Commission for Europe (UNECE). Spatial Planning. Key Instrument for
Development and Effective Governance with Special Reference to Countries in Transition.
United Nations, New York and Geneva, 2008.

Intanghina’s Weblog. Tinjauan Teori Penataan Ruang dan Kebijakan Penataan Ruang
Terhadap Lingkungan Hidup. http://Intanghina.Wordpress. Com. Tanpa tahun.
Morphet, Janice, dkk. Sharing and Delivering Tomorrow’s Places: Effective Practice in
Spatial Planning. Report, findings and recommendations. Royal Town Planning Institute,
April 2007.

Republik Indonesia. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen Ke Empat.

Republik Indonesia. Undang Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

Republik Indonesia. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.

Republik Indonesia. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
https://tarubali.baliprov.go.id/kedudukan-fungsi-dan-manfaat-rtrw-provinsi-bali/

https://123dok.com/article/konsep-kota-dan-perencanaan-tata-ruang-dalam-islam.y4x9319z

https://www.merdeka.com/quran/saba/ayat-15

https://www.merdeka.com/quran/al-araf/ayat-56

https://www.arasynews.com/al-quran-jelaskan-tentang-tata-ruang-kota-pembangunan-
kelestarian-lingkungan-hingga-patung-serta-bencananya/

Anda mungkin juga menyukai