KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh :
7311418081
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan oleh PT Sri Rejeki
Isman Tbk. dan jurusan Manajemen, Universitas Negeri Semarang, pada:
Hari : Jum’at
Mengetahui,
Ketua Jurusan
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 7311418081
Menyatakan bahwa Laporan ini disusun dengan kesadaran penuh dan tidak
merupakan karya plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti adanya indikasi plagiat
dalam laporan ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang
berlaku.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja
lapangan yang berjudul “Pengendalian Kualitas Benang Cotton dan Polyester
Pada Depertemen Spinning XI PT Sri Rejeki Isman Tbk”. Laporan ini
merupakan syarat dalam melaksanakan kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan)
untuk mahasiswa Strata 1 Manajemen Universitas Negeri Semarang.
1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Bapak Prof. Drs, Heri Yanto, MBA, PhD, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Dorojatun Prihandono, S.E., M.M., Ph.D. selaku Ketua Jurusan
Manajemen Universitas Negeri Semarang.
4. Ibu Dr. Vitradesie Noekent, S.E., M.M. selaku Dosen Pembimbing Lapangan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah bersedia memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan laporan PKL ini.
5. Bapak F Andri Lawu C N selaku General Manager Internal Audit PT. Sri
Rejeki Isman Tbk.
6. Bapak Fathony Adi Aryawan selaku Asisten Manager PT. Sri Rejeki Isman
Tbk. Dan pembimbing lapangan PKL yang telah memberikan panduan dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
7. Seluruh staff Internal Audit PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Yang telah memberi
dukungan pengetahuan dan bimbingan dalam menyusun laporan.
8. Keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan selama pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan.
9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
iv
Penulis berharap semoga laporan praktik kerja lapangan ini dapat bermanfaat bagi
civitas akademika UNNES, PT. Sri Rejeki Isman Tbk., masyarakat serta pihak
lain yang membutuhkan informasi terkait bahasan ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan laporan ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................... vi
Daftar Lampiran.............................................................................................. ix
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Sri Rejeki Isman Tbk .............................. 15
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Divisi Internal Audit ..................................... 16
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
berawal dari perusahaan tradisional kecil yang sebelumnya memiliki nama “Sri
Redjeki” yang didirikan di pasar klewer tahun 1966 oleh H.M. Lukminto. PT.
SRITEX berkembang dengan memproduksi kain yang di kelantang dan di celup.
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Pada saat ini mempunyai empat lini produksi mulai dari
Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Pewarnaan dan Percetakan Kain
(Finishing) Serta Departemen Garmen.
Pada perkembangan dunia industri dan teknologi yang semakin maju di pada
saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis. Kualitas
dan mutu suatu produk menjadi hal yang paling utama. Berbagai langkah akan
dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produk atau jasa yang mereka hasilkan supaya kualitasnya semakin
meningkat. Untuk mempertahankan usaha yang sedang mereka jalankan,
perusahaan seringkali menemui beranekaragam permasalahan. Hanya perusahaan
yang berkualitas yang mampu bertahan dan bersaing dalam pasar global. Oleh
karena itu untuk mempertahankan kualitas produknya perusahaan perlu melakukan
dan menerapkan fungsi manajemen yang keempat yaitu dengan melakukan
pengawasan serta pengendalian yang tepat.
Pelaksanaan Quality Control tentu memiliki keterkaitan yang sangat erat
terhadap standar mutu yang telah perusahaan tetapkan sebelumnya. Pengendalian
kualitas merupakan suatu usaha guna meminimalisir terjadinya kekeliruan sehingga
jumlah produk yang cacat atau tidak layak dapat ditekan dan menjaga supaya hasil
akhir produk perusahaan bisa sesuai dengan standar mutu perusahaan yang telah
ditentukan. Dalam produk benang pada perusahaan PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya kualitas
dari produk atau jasa yang diproduksi, oleh karena itu diperlukan proses
pengendalian dan pengawasan untuk menciptakan produk yang berkualitas baik.
Faktor yang mempengaruhi kualitas produk diantaranya yaitu, bahan baku, sumber
daya manusia, faktor mesin, faktor packing dan penyimpanan, serta faktor cuaca
atau kelembababn. Berdasarkan paparan dari latar belakang tersebut maka penulis
mengambil judul “PENGENDALIAN KUALITAS BENANG COTTON DAN
2
POLYESTER PADA DEPARTEMEN SPINNING XI PT SRI REJEKI ISMAN
TBK.”.
1.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan kualitas
benang cotton dan polyester di departemen spinning XI PT. Sri Rejeki
Isman Tbk.
b. Untuk mengetahui proses pengendalian kualitas benang cotton dan
polyester di departemen spinning XI PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MANAJEMEN
2.1.1 PENGERTIAN
4
2.1.2 FUNGSI MANAJEMEN
Menurut Samuel (2016) menyatakan bahwa terdapat 4 fungsi didalam
manajemen terdiri dari fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pengarahan dan implementasi, serta fungsi pengawasan dan pengendalian.
1. Fungsi Perencanaan
Di dalam manajemen, perencanaan merupakan langkah pertama dalam
mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat rencana atau strategi serta
cara untuk menggapai tujuan yang telah ditentukan tersebut, dan membuat
rencana aktifitas kerja organisasi. Sehingga perencanaan menjadi langkah yang
paling penting dari beberapa fungsi manajemen lainnya karena apabila tidak ada
perencanaan yang bagus fungsi-fungsi yang lain tersebut tidak akan bisa
dijalankan secara maksimal.
2. Fungsi Pengorganisasian
Tahapan ini melibatkan tentang bagaimana rencana dan strategi yang
dikembangkan selama proses perencanaan dirancang ke dalam struktur
organisasi yang sesuai dan kuat serta lingkungan organisasi yang
memungkinkan dan dapat memastikan bahwa semua pemangku kepentingan
organisasi dapat bekerja sama secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran
organisasi
3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Pada tahapan ini suatu kegiatan agar dapat dilaksanakan oleh semua bagian di
dalam organisasi dan proses untuk memotivasi seluruh pihak untuk memenuhi
tanggung jawab yang dimiliki oleh mereka dengan pikiran sehingga dapat
memberikan kinerja yang maksimal.
4. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang diambil untuk memastikan bahwa seluruh urutan operasi yang telah
melewati tahap perencanaan, pengorganisasian, serta pengimplementasian bisa
bekerja menuju suatu tujuan yang diharapkan bahkan ketika beraneka ragam
permasalahan dan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis yang mereka
hadapi.
5
2.2 PENGERTIAN PENGENDALIAN KUALITAS
2.3 KUALITAS
Bukan hanya sekedar produk/jasa yang diberikan bebas dari kecacatan tapi
tentang bagaimana pelayanan kualitas yang diberikan sehingga dapat memberikan
keyakinan kepada pelanggan terhadap kualitas yang dimiliki. Nugroho (2015)
Menyatakan bahwa nilai atau pentingnya kualitas dalam dunia industri atau
komersial didasarkan pada tujuan.
2.4 SPINNING
2.4.1 PENGERTIAN SPINNING
Menurut informasi yang tercantum dalam situsnya
https://www.sritex.co.id/products/spinning/ Spinning atau pemintalan adalah
sebuah proses pembuatan benang dari bahan baku kapas atau serat menjadi benang
yang berkualitas. Spinning atau pemintalan memproduksi berbagai macam jenis
benang yaitu benang rayon, benang katun, dan benang polyester untuk berbagai
6
macam size. Dalam menggunakan teknologi, spinning secara terus menerus selalu
menggunakan teknologi terbaru untuk meningkatkan efisiensi produk serta
menyediakan beragam benang. Kapasitas spinning terus meningkat pesat, pada saat
ini telah berhasil meproduksi lebih dari 1 juta bal setiap tahunnya.
Spinning mengunakan mesin dengan teknologi terbaru yang di impor dari
Eropa dan Asia, fasilitas spinning juga telah bekerja secara otomatis sehingga dapat
memungkinkan untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dan mampu
menjaga mutu produk untuk pasar lokal maupun global. Tahun 2020, jumlah
produksi benang PT Sri Rejeki Isman meningkat 3,72% dari tahun 2019 atau pada
tahun 2020 sebanyak 1.082.798 bal dan tahun 2019 sebesar 1.044.001 bal.
Komposisi pejualan enang yaitu 39,28% didistribusikan di pasar global, 36,88 %
nya lagi didistribusikan di pasar domestic dan 21,84% dipergunakan sendiri oleh
perusahaan untuk mempuat kain mentahan. Penjualan dari divisi pemintalan atau
spinning pada tahun 2020 meningkat sebesar 8,90 % dari tahun 2019.
7
2.4.2 ALUR PRODUKSI SPINNING
Berikut ini alur produksi dari spinning (pemintalan).
8
(berasal dari pohon kapas yang inport 100% murni kapas dan mempunyai
lapisan lilin), polyester (bahan yang terdiri dari campuran plastic sehingga susah
mennyerap air).
2. Blowing
Merupakan satu rangkaian mesin yang bertujuan untuk mencampur serat,
membersihkan kotoran-kotoran serta membuka gumpalan-gumpalan serat.
Waste yang di hasilkan mesin blowing berupa dropping (unuseable waste), dan
sliver waste (useable waste).
3. Carding
Merupakan serangkaian mesin yang berfungsi untuk melonggarkan lebih
banyak penumpukan serat, memungkinkan serat terpisah satu sama lain,
menghilangkan kotoran yang tersisa. dalam gumpalan dari mesin blowing,
pemisahan serat dari yang sangat pendek dari serat panjang, dan sebagai
penentu dari jening kualitas benang. Hasil produksi berupa sliver dan waste
yang dihasikan flatstrip (unuseable waste) serta sliver waste (useable weste).
4. Drawing Breaker
Yaitu terjadi proses perenggangan dan pensejajaran Besar kecilnya
perbandingan antara panjang serat dan panjang pita dari drawing breaker
mempengaruhi nomer benang yang dihasilkan. Hasil produksi berupa sliver
dan waste yang dihasilkan fan waste (unuseable waste) serta sliver waste
(useable weste).
5. Drawing Finisher
Yaitu terjadi proses perenggangan dan pensejajaran besarnya perbandingan
antara serat dengan panjang sliver drawing finisher, serat –serat yang ada
didalamnya lebih lurus serta sudah terpisah antara serat panjang dan serat
pendek. Hasil produksi berupa sliver dan waste yang dihasilkan fan waste
(unuseable waste) serta sliver waste (useable weste).
6. Speed Frame
Digunakan untu memperkecil sliver hasil mesin drawing menjadi sliver roving
yang kecil dimana telah diberi perenggangan. Hasil produksi berupa roving dan
9
waste yang dihasilkan fan waste (unuseable waste) serta sliver waste (useable
weste).
7. Ringframe
Yaitu roving mengalami proses perenggangan dan kemudian di gulung. Hasil
produksi berupa cop dan waste yang dihasilkan hard waste (unuseable waste)
serta pneumafil waste (useable weste).
8. Winding
Merupakan mesin yang berguna untuk memindahkan gulungan benang dari cop
ke cones sekaligus untuk menghilangkan beberapa bagian benang yang terlalu
tebal ataupun yang terlalu tipis dengan panjang atau berat tertetu dalam cones.
Hasil produksi berupa cones dan waste yang dihasilkan hard waste (unuseable
waste).
9. TFO (Double Winder)
Mesin TFO dapat menghasilkan produksi dengan penggulungan ganda untuk
memastikan kualitas produksi yang baik, fungsinya untuk mencegah
penyimpangan jumlah utas yang perlu digandakan. Benang bob digunakan
dalam kain militer. Hasil produksi berupa cones.
10. TFO (Twister)
Merupakan mesin yang digunakan untuk memberikan puntiran atau twist pada
benang.
11. Sieger
Adalah untuk menstabilkan kelembaban benang dan menghaluskan benang.
10
BAB III
HASIL KEGIATAN
11
Bitratex Industrues, PT. Primayuda Mandiri Jaya dan Golden Legaoy Pte Ltd yang
mendukung bisnis perusahaan induk.
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Mampu menghasilkan berbagai macam produk
yang dipasarkan baik di pasar lokal ataupun pasar global, meliputi puluhan negara.
Para konsumen terdiri dari para pelaku industri manufaktur tekstil terbesar di
berbagai negara yang memiliki basis di India dan Tiongkok, serta perusahaan besar
lainnya. Selain itu, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. telah berhasil melakukan ekspor ke
berbagai negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Singapura,
Nepal, hingga Australia dan Filipina sebagai negara tujuan ekspor ke-36.
12
1. Spinning (Pemintalan)
Divisi yang memproses bahan baku kapas dan polyester (serat)
menjadiBenang.Benang tersebut merupakan satu kesatuan dari behan fiber,
filament atau bahan yang bisa digunakan untuk pembuatan kain atau
penenunan,ketebalan Benang dapat disesuaikan dengan keinginan.
2. Weaving (Penenunan)
Divisi yang memproses benang dari spinning menjadi kain mentah atau
Greige, dengan cara dianyam / dipintal untuk menjadi lembaran kain putih
atau Disebut kain kasar.
3. Finishing / Dyeing (Pencetakan / pencelupan)
Divisi yang memproses kain mentah yang berasal dari divisi weaving.
Diproses menjadi kain jadi. Pada divisi ini kain jadi yang dihasilkan
desainnya disesuaikan dengan buyer / pelanggan atau dari PT Sritex sendiri.
Dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki pada proses Dyeing and
Printing, menjadikan sritex sebagai teladan bagi perusahaan tekstil kelas
global.
4. Garment (Garmen)
Divisi terakhir yang menangani kain jadi menjadi pakaian siap pakai. Pada
divisi in produk yang dihasilkan seperti seragam atau model model pakaian
Ritel lainnya.Desain busanan disesuaikan pesanan buyer atau pelanggan
atau bisa Menggunakan desain dari PT Sritex sendiri.
13
b) Textile
Greige atau kain terkenal dengan kualitas tinggi dan cocok di sebut
dengan kain terbaik. Struktur yang halus, pembuatannya yang baik dan
kemewahan desainnya yang menjadi kesatuan untuk mendukung PT. Sri
Rejeki Isman Tbk. dalam persaingan global.
2. Uniforms (Seragam)
a) Military Uniform
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. merupakan perusahaan yang memasok
sragam militer lebih dari 30 negara dan dipilih menjadi mitra untuk
memproduksi seragam militer untuk NATO.
b) Corporate Uniform
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. memproduksi beberapa perusahaan di
Indonesia maupun di luar negeri seperti PT. Free Port Indonesia, Blue
Bird Group, Maspion Group, Sadexo, Korps Pegawai Indonesia (Korpi)
c) Continous Improvement
Selain seragam militer PT. Sri Rejeki Isman Tbk. mampu memasok
beberapa macam jenis tekstil yang berfungsi sebagai kegiatan
kemiliteran lain.
3. Fashion
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. memroduksi pakaian untuk mode. Pakaoan yang
dihasilkan sesuai dengan tren yang sedang berjalan sehingga membuat
produk menjadi pilihan pembalinya. Pakaian yang di produksi tarbuat dari
berbagai kualitas dan berbagai gaya tenun serta ukuran.
14
bertanggung jawab dengan tugasnya.. Adapun struktur Organisasi PT. Sri Rejeki
Isman Tbk dapat dilihat pada Gambar 3.1
Divisi Internal Audit PT. Sri Rejeki Isman Tbk. terdapat pula struktur
organisasi didalamnya. Sama dengan struktur organisasi pada umumnya, dimana
struktur organisasi menunjukkan garis wewenang dan tanggung jawab masing-
masing fungsi yang ada dalam Divisi Internal Audit PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
Struktur organisasi Divisi Internal Audit PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
15
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Divisi Internal Audit PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
16
8. Menyusun program untuk menilai kualitas kegiatan internal audit.
9. Lakukan pemeriksaan khusus jika diperlukan.
17
4. Melakukan pemeriksaan ke Departemen
Internal audit setiap hari selalu melakukan pemeriksaan ke 5 departemen
yaitu departemen pemintalan, pertenunan, perwarnaan dan percetakan kain,
garmen, dan waste. Tujuannya untuk memeriksa apakah terdapat hal-hal
yang tidak sesuai dengan aturan atas prosedur perusahaan atau tidak. Jika
ditemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan, maka hal tersebut akan
diangkat menjadi temuan audit. Auditor akan melakukan konfirmasi
dengan penanggungjawab departemen mengenai temuan tersebut untuk
ditindaklanjuti.
5. Melakukan sweeping setiap departemen
Membantu kegiatan pengecekan yang dilakukan unit internal audit terhadap
temuan. Jika masalah sudah diatasi, maka temuan akan dikategorikan ke
dalam jalur hijau yang artinya temuan tersebut telah ditindaklanjuti oleh
pihak departemen.
6. Melakukan kegiatan simulasi penghitungan pallet
Selama pelaksanaan magang, mahasiswa dilibatkan dalam pelaksanaan
penghitungan pallet di departemen spinning 2 dan departemen weaving 2
dan 4. Mahasiswa dalam kegiatan ini bertindak sebagai auditor yang
bertugas melakukan perhitungan persediaan pallet. Kemudian mencatat
hasil perhitungan ke dalam lembar hasil perhitungan pallet yang telah
disediakan oleh divisi Internal Audit.
7. Melakuakan Input data
Mahasiswa membantu staf untuk melakukan input data. Mahasiswa diberi
arahan terlebih dahulu mengenai format data yang akan dibuat kemudian
mahasiswa diberikan catatan hard file untuk diinput datanya menjadi soft
file.
8. Presentasi hasil laporan PKL oleh Mahasiswa Magang
Pada kegiatan kali ini setiap mahasiswa magang wajib melakukan
presentasi mengenai hasil penelitian yang didapatkan mahasiswa magang di
18
depan pimpinan dan para staf presentasi dilakukan pada hari terakhir
mahasiswa magang.
19
2. Faktor Tenaga Kerja
a. Kurangnya ketelitian oleh karyawan dalam melakukan pengawasan benang
atau menjaga benang pada saat berlangsungnya proses produksi akan
berdampak fatal, benang yang dihasilkan tidak memenuhi standar.
b. Kurangnya kecermatan karyawan didalam Memantau kinerja mesin selama
produksi dapat menyebabkan terjadinya kecacatan produk.
3. Faktor Mesin
a. Mesin tiba-tiba mati saat proses produksi karena kurangnya perawatan.
b. Terdapat mesin carding stop karena trobel flats drive belt (putus) yang
berpotensi produksi benang menurun.
c. Settingan mesin yang kurang tepat.
4. Faktor Packing dan Penyimpanan
a. Dalam penyimpanan produk benang jika tidak menggunakan pallet (alas)
dapat menyebabkan kerusakan pada produk karena produk menjadi lembab
dan menyulitkan pada saat proses bongkar muat.
b. Kesalahaan penataan pada packing pallet yang tidak menggunakan layer
dengan tepat dapat menyebabkan kerusakan benang.
5. Faktor Cuaca atau Kelembaban
a. Jika suhu atau kelembaban di dalam ruangan produksi terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya lapping (lengket).
b. Sedangkan jika suhu atau kelembaban di dalam ruangan produksi terlalu
rendah/kurang dapat menyebabkan terjadinya benang mudah putus dan
terlalu kering.
Dari beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan kecacatan pada produk,
diantaranya:
a. Benang belang, hal ini disebabkan karena terdapat kotoran dalam bahan baku
yang dipakai sehingga menyebabkan benang belang.
b. Benang bitnik-bintik, hal ini terjadi karena banyak neps sehingga
mempengaruhi hasil akhir produk.
c. Benang tebal tipis, hal ini disebabkan karena:
20
1). Apabila pada proses carding terdapat can yang rusak atau cara membawa can
yang salah maka dapat menyebabkan hasil akhir produk menjadi rusak.
2). Pada mesin drawing saat proses penyambungan sliver jika terlalu tebal
maupun tipis dapat mempengaruhi tebal tipis pada benang pula.
3). Apabila pada saat proses drawing sliver rangkapannya terlalu kurang
ataupun terlalu banyak kandungan fibre didalamnya dapat menyebabkan
benang menjadi terlalu tipis dan terlalu tebal.
Berikut data kerusakan benang cotton dan polyester yang terjadi di departemen
spinning 11:
Presentase
Bulan Jumlah Produksi Jumlah Produk Rusak Kerusakan
(cones) (cones) Benang
Januari 425568 181 0.043%
Februari 405888 176 0.043%
Maret 437472 179 0.041%
April 408960 186 0.045%
Mei 440448 202 0.046%
Juni 432000 194 0.045%
Juli 434496 174 0.040%
Agustus 452352 190 0.042%
September 429120 195 0.045%
Oktober 458304 193 0.042%
21
3.3 Proses Pengendalian Kualitas Yang Dilakukan oleh Departemen
Dalam setiap pelaksanaan proses produksinya tentu terdapat beberapa
produk yang tidak sesuai dengan standar atau produk yang rusak saat jalannya
proses produksi. Di PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Sendiri pastinya juga sering
menemukan produk-produk yang rusak saat proses produksi, salah satunya pada
produksi benang yang mereka hasilkan dari total produksi bulanan benang yang di
produksi pasti tidak pernah luput dari produk rusak yang ditemukan, langkah yang
di ambil oleh departemen untuk menangani produk benang yang rusak ini yaitu
dengan melakukan tahap winding kembali, produk sisa winding yang dapat
diproses nantinya akan di proses kembali. Produk benang yang dapat di proses ini
nantinya akan masuk ke dalam Grade A, sedangkan untuk produk benang yang
sudah melewati tahap winding dua kali namun tetapn tidak dapat di proses nantinya
akan di olah lagi dengan mengecilkan standar agar benang dapat di proses yang
nantinya benang tersebut akan masuk ke dalam grade B.
Berikut ini tabel mengenai data kerusakan benang serta proses pengendalian
kualitas yang dilakukan oleh departemen untuk menanganinya
22
U% menyimpang,
tebal/tipis, jendol dijadikan useable waste
dijadikan unuseable
kontaminasi, kotor waste
Telat sambung,
putus, double Diolor
Sliver sisa blok Reproses
dijadikan useable waste
Ne Menyimpang (RWO)
U% menyimpang, dijadikan useable waste
tebal/tipis, jendol (RWO)
Gulungan gembos, dijadikan useable waste
keras (RWO)
dijadikan useable waste
Gulungan berbulu (RWO)
Gulungan jelek diolor/direproses
3 Roving proses dialokasikan,
Brodol diperbaiki dan di
reproses
dijadiakan unuseable
Kontaminasi, Kotor waste
Telat sambung,
putus, double Diolor
tebal tipis, laping
Tertarik, gulungan
non standart Diseset
problem kurang
dijadiakan unuseable lebih 30 cop
Ne Menyimpang waste proses
dijadiakan unuseable sendiri ganti
U% menyimpang waste kodefikasi
Bintik-bintik, dijadiakan unuseable untuk second
berbulu waste quality
dijadiakan unuseable
Cop
Tebal tipis waste (turun grade)
4 Benang
RF Gulungan
jelek/problem :
diperbaiki dan di
jendol, ring cut,
reproses
under winding, over
doff
Problem Twist
(Low&High Twist), dijadiakan unuseable
gembos, kotor, waste
kontaminasi
23
Bearing pecah, flat
belt putus, Rantai
rail ring
putus/anjlok, As
Back Draft Pecah, diperbaiki MTC
Dudukan Bearing
Rocket patah, Trobel
Elektrik, timing belt
putus
Funbale lepas,
gulungan
Diperbaiki
ekor/problem
brodol/non standart
Gulungan Problem
(Stiching, gembos, di re winding
slought off)
Basah Dijemur
di re winding, yang
Campur Ne, campur menyebabkan campur
lot diambil dijadikan waste
di re winding, yang
5 Cones menyebabkan dijadikan un
kontaminasi diambil useable waste
Kontaminasi dijadikan waste
di re winding, yang
menyebabkan kotor
Kotor diambil dijadikan waste
di pack sendiri/beda diterima dengan
Ring Cones kodefikasi konsesi
Salah Pasang : Paper
Cone, Logus di re winding
24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
PT. Sri Rejeki Isman Tbk Perusahaan tekstil dengan konsep produksi
terintegrasi di salah satu kawasan terbesar di Asia Tenggara. PT. Sri Rejeki Isman
Tbk Perusahaan tekstil dan pakaian jadi terintegrasi dengan lebih dari puluhan ribu
karyawan, sebagian besar operasinya berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Ini
menggunakan 4 jalur produksi: pemintalan, tenun, percetakan, finishing dan
produksi garmen. PT. Sri Rejeki Isman Tbk Kami memiliki berbagai macam produk
yang didistribusikan secara luas di pasar nasional dan internasional di 100 negara.
Pelanggan termasuk produsen tekstil terbesar di dunia dan perusahaan besar lainnya
di India dan Cina. Juga, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Salah satu pemasok seragam
militer Jerman bersertifikat di negara-negara di luar Eropa dan negara-negara
anggota NATO.
Dalam pelaksanaan proses produksi di lapangan seringkali ditemui produk
yang rusak dan tidak layak yang memepengaruhi kualitas dari produk tersebut.
Salah satunya sering terjadi di departemen spinning, Spinning merupakan tahapan
awal pada proses produksi yaitu proses pengolahan bahan baku menjadi benang.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pada benang yaitu
diantaranya, faktor bahan baku, faktor tenaga kerja, faktor mesin, faktor packing
dan penyimpanan, serta faktor cuaca atau kelembaban. Adapun langkah yang di
ambil oleh departemen untuk menangani produk benang yang rusak ini yaitu
dengan melakukan tahap winding kembali, produk sisa winding yang dapat
diproses nantinya akan di proses kembali. Produk benang yang dapat di proses ini
nantinya akan masuk ke dalam Grade A, sedangkan untuk produk benang yang
sudah melewati tahap winding dua kali namun tetapn tidak dapat di proses nantinya
akan di olah lagi dengan mengecilkan standar agar benang dapat di proses yang
nantinya benang tersebut akan masuk ke dalam grade B.
25
4.2 SARAN
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
kurang lebih selama 2 bulan, penulis memberikan saran untuk PT. Sri Rejeki Isman
Tbk :
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
kerja dengan sering mengajak mahasiswa lebih sering turun ke lapangan, agar
mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih.
2. Melakukan pengawasan yang ekstra dan memberikan briefing arahan SOP
kepada karyawan sebelum bekerja sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat
menyebabkan produk rusak dapat diminimalisir lagi.
3. Untuk bahan baku yang terdapat kotoran atau neps, pada proses pembersihan
bahan baku di mesin blowing harus benar-benar bersih. Agar petugas
bertanggung jawab, maka diperlukan ketegasan SOP dengan memberikan
sanksi berupa surat peringatan, atau pemotongan gaji agar karyawan lebih
berhati-hati saat bekerja.
4. Karyawan harus lebih cermat dan teliti dalam mengawasi proses produksi
benang, serta lebih cermat dalam mengawasi kinerja mesin. Agar potensi
terjadinya human error dapat diminimalisir diperlukan pengawasan dan kontrol
oleh pihak manajemen.
5. Perusahaan harus meningkatkan pengawasan terhadap mesin-mesin produksi
yang digunakan. Serta melakukan perawatan dan pengecekan secara rutin
minimal 1 bulan dua kali.
6. Kesalahan pada proses pemackingan dan penyimpanan terjadi karena
kurangnya kehati-hatian karyawan dalam menjalankan pekerjaan. Untuk
meminimalisir kesalahan tersebut maka kegiatan briefing mengenai arahan SOP
lebih ditekankan lagi agar karyawan selalu memperhatikan SOP yang berlaku
tersebut sehingga lebih berhati-hati.
7. Agar kualitas benang produksi bagus tentu suhu kelembaban didalam ruang
produksi harus di atur dengan baik jangan sampai ruangan terlalu lembab atau
terlalu kering.
26
8. Pihak departemen harus melakukan pengecekan secara teratur untuk
mengawasi jalannya proses produksi, sehingga apabila ditemukan sebuah
permasalahan bisa segera ditindaklanjuti/ditangani.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/ diakses
tanggal 17 November 2021
28
Varsh, M., M.,V. (2015). Application of 7 Quality Control (7 QC) Tools for
Continuous Improvement of Manufacturing Processes. International
Journal of Engineering Research and General Science 2(1), June – July,
2014.
29
lAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan
30
31
32
33
34
35
36
Lampiran 2 Form Penilaian Pembimbing Lapangan PKL
37
Lampiran 3 Form Penilaian Dosen Pembimbing PKL
38
Lampiran 4 Foto-foto Kegiatan Laporan PKL
Ruangan PKL
39
Mengerjakan Laporan PKL
Presentasi Laporan PKL dengan Mitra
40